Share

Part 11

Penulis: Azuretanaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Menyesal. Takut. Tentu saja Sandara didera oleh kedua perasaan tersebut. Bahkan, saat ini sangat berkecamuk di hati dan memenuhi pikirannya. Namun, sayangnya kedua perasaan tersebut kalah dengan rasa sakit hati yang menghantam harga diri dan martabatnya sebagai seorang perempuan. Walau berdosa karena telah melakukan perbuatan terlarang, tapi tetap saja Sandara masih memiliki harga diri. Betapa hina dan liciknya Sandara di mata Levin yang telah menuduhnya menjebak laki-laki tersebut dengan memasukkan obat ke dalam minuman hanya agar bisa menghabiskan malam bersama. Gara-gara tuduhan tersebut, hatinya tersayat sangat dalam sehingga menghadirkan rasa perih dan nyeri yang teramat menyakitkan. Kehilangan mahkotanya sebagai perempuan memang membuatnya sangat terpukul, karena hal tersebut menandakan bahwa ia telah lalai dalam menjaga dirinya sendiri. Pemikiran tersebut pun tidak patut dicontoh untuk membenarkan keadaan yang telah dialaminya. Namun jika kehilangan harga diri dan martabatnya, m
Azuretanaya

Silakan follow instagram-ku untuk mengetahui informasi tentang karya-karya terbaruku. IG: _azuretanaya

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Secret Romance   Part 12

    Sandara dan Levin berjalan menuju vila dengan aksi saling diam. Lebih tepatnya Sandara yang kembali tidak menganggap keberadaan Levin. Kini tidak ada lagi rasa kagum yang menggebu dari perempuan tersebut kepada dosen idolanya itu. Malah kekaguman tersebut seketika telah berubah drastis menjadi sebuah kebencian. “Saya serius akan menikahimu,” Levin akhirnya lebih dulu membuka suara tanpa basa-basi. Berhubung jarak vila masih cukup jauh, jadi ia ingin menyelesaikan urusannya dengan Sandara terlebih dulu. Sandara dengan jelas mendengar perkataan Levin yang berjalan tidak jauh di belakangnya, tapi ia lebih memilih untuk menulikan telinganya. “Sandara!” panggil Levin dengan nada dalam dan penuh penekanan karena Sandara mengabaikan perkataannya. Sandara tetap menulikan telinganya dan melanjutkan langkah kakinya dengan santai. Sedikit pun ia tidak menghiraukan panggilan Levin, meski intonasi laki-laki tersebut sudah terdengar kurang bersahabat di telinganya. Levin berdecak kesal karena S

  • Secret Romance   Part 13

    Barry melupakan perkataan Levin yang sempat mengingatkannya agar tidak menyuruh seorang perempuan menggantikannya menyetir ketika tengah menempuh perjalanan jauh. Sebelum meninggalkan restoran tempat mereka menikmati makan siang, Barry meminta kepada Sandara untuk menggantikannya menyetir. Awalnya Sandara menolak karena ia sedikit mengantuk, tapi Barry mengatakan hanya sebentar saja, akhirnya perempuan tersebut pun menyanggupinya walau dengan setengah hati dan perasaan kesal. Sandara tidak mengada-ada ketika mengatakan mengantuk kepada Barry, apalagi ia tidak sempat tidur lagi setelah terbangun di kamar Levin dalam keadaan tanpa busana. Di dalam mobil lain, Levin berdecak kesal sambil menggeleng ketika melihat kuda besi milik Barry dikendarai oleh Sandara. Saat ini mobil Levin masih dikemudikan oleh Deni. Bukan Levin yang sengaja meminta, melainkan Deni sendiri yang menawarkan jasanya. Dengan bergabungnya Deni bersamanya, suasana di dalam mobilnya terasa lebih hidup. Ia menjadi mempun

  • Secret Romance   Part 14

    Hari ini Sandara mengikuti kelas Levin seperti biasanya, seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang sangat penting di antara mereka. Hanya saja kini ketika Levin sibuk menjelaskan tentang materi yang dibawakan, Sandara lebih memilih untuk mendengarkan sambil mencatat. Biasanya Sandara akan mendengarkan penjelasan Levin tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah laki-laki tersebut. Bahkan, setiap bahasa tubuh Levin akan ia perhatikan dengan intens. Sayangnya, kini semuanya sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Ketika Sandara merasa tatapan Levin tertuju padanya, dengan sengaja ia langsung mengabaikannya. Sebisa mungkin Sandara tidak ingin bertatap muka dengan Levin selama mengikuti mata kuliah yang diajar oleh laki-laki tersebut. Berhubung Ranty ingin menonton pertandingan futsal Barry dan Deni setelah perkuliahan mereka usai, Sandara pun akhirnya memutuskan ke indekosnya sendiri karena ia merasa cukup lelah setelah mengikuti tiga kelas berturut-turut dari pagi. Sandara sengaja membu

  • Secret Romance   Part 15

    Sebagai orang tua, terlebih seorang ibu, kekhawatiran yang dirasakan Dianti menggunung setelah Levin dengan berani dan jujur mengungkapkan perbuatannya yang sangat tidak pantas dicontoh. Karena rasa khawatirnya tersebut membuat Dianti kini tidak bisa memejamkan matanya walau ia sudah hampir satu jam membaringkan tubuhnya di samping sang suami. Dianti memang merasa sangat lega sekaligus bangga saat mendengar Levin tetap akan mempertanggungjawabkan perbuatan yang di luar keinginannya tersebut, tapi di sudut hatinya yang lain ia tidak menampik adanya suatu kekhawatiran terhadap Sandara. Terlebih ketika ia mendengar dari Levin bahwa Sandara menolak mentah-mentah keinginan anaknya tersebut. Terlepas dari terjadinya perbuatan terlarang yang tak diinginkan oleh Levin dan Sandara, Dianti juga mempunyai kekhawatiran lain terhadap hubungan antara Barry dengan perempuan tersebut. “Bagaimana jika Sandara hamil karena kejadian yang tidak pernah mereka inginkan tersebut? Apakah Sandara tetap bersik

  • Secret Romance   Part 16

    Kejadian Sandara dan Levin menghabiskan malam bersama yang tak diinginkan di vila sudah dua bulan berlalu. Hubungan antara Sandara dan Levin tidak lebih dari sekadar mahasiswi dengan dosennya. Sandara tidak mau repot-repot membeli alat tes kehamilan karena ia sudah kedatangan tamu bulanannya, walau tidak senormal biasanya. Sandara menganggapnya hal tersebut wajar, mengingat belakangan ini tugas kampusnya sangat menumpuk sehingga mau tidak mau membuatnya banyak pikiran dan berujung stres. Lagi pula sebelum-sebelumnya siklus menstruasi juga tergolong tidak teratur, makanya ia mempunyai anggapan bahwa dirinya tidak semudah itu untuk bisa hamil. “Ran, kamu masih punya pembalut?” Sandara bertanya setelah keluar dari kamar mandi. “Sepertinya masih ada. Coba saja cari di laci lemari, San,” jawab Ranty tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya. “San, bukannya baru seminggu lalu kamu datang bulan?” tanyanya yang kini telah menoleh ke arah Sandara. “Masih ada satu. Aku pakai punyamu d

  • Secret Romance   Part 17

    Bukannya menjadi lebih segar setelah bangun tidur dan mandi, Sandara malah merasakan kepalanya semakin pusing. Bahkan, kini disertai berdenyut nyeri. Karena tidak ingin mengacaukan rencana yang sudah mereka sepakati sebelum ujian akhir semester dimulai, Sandara pun lebih memilih untuk tidak mengatakan keadaannya kepada Ranty. Kini Sandara dan Ranty sudah berada di dalam mobil Barry yang sedang menuju rumah Angga. Seperti ucapan Barry sebelumnya yang disampaikan kepada Ranty melalui pesan singkat, laki-laki tersebut tepat jam empat sore sudah tiba di indekos Sandara. Bukan hal yang baru atau mengagetkan bagi Sandara dan Ranty, mengingat Barry memang orangnya sangat tepat waktu. Oleh karena itu, Sandara dan Ranty pun wajib tahu diri untuk sudah siap ketika Barry tiba agar mereka bisa langsung berangkat. “Kamu kenapa, San?” Barry bertanya saat melihat Sandara yang duduk di bangku penumpang belakang tengah memijat pelipisnya sambil memejamkan mata dari spion. “Kamu sakit?” tanyanya kemba

  • Secret Romance   Part 18

    Merasa tubuh lelahnya kembali segar sehabis mandi, Levin pun memutuskan untuk turun ke lantai satu. Levin ingin mengobrol atau sekadar berbasa-basi dengan sang ibu yang selama beberapa hari terakhir tidak ditemuinya, apalagi tadi ia langsung menuju kamarnya setibanya di rumah. “Tumben Barry jam segini sudah tidur, Ma,” ucap Levin yang saat ini sudah bergabung di ruang keluarga bersama orang tuanya. Sejak tiba di rumah bersama sang papa, ia tidak melihat batang hidung adiknya tersebut. “Barry tidak ada di rumah, Vin. Adikmu itu sedang ada acara bersama teman-teman sekelasnya di rumah Angga. Paling sebentar lagi juga pulang,” beri tahu Dianti apa adanya. “Itu Barry pulang,” Gibran menimpali saat mendengar suara mobil Barry setelah ia menaruh cangkirnya yang berisi teh hangat di atas coffee table. “Panjang umur sekali anak itu,” Dianti menanggapi ucapan Gibran seraya terkekeh. “Mau ke mana, Vin?” tanyanya saat melihat Levin berdiri. “Dapur, Ma. Aku mau buat mi goreng,” jawab Levin ju

  • Secret Romance   Part 19

    Levin spontan membuka mata ketika ada sesuatu yang dingin menyentuh rahangnya. Levin kembali memejamkan mata sejenak saat melihat pelakunya adalah Barry. Ternyata adiknya tersebut tengah mengompres rahangnya menggunakan es batu yang dibalut dengan handuk kecil. Levin mengambil alih kegiatan tangan sang adik setelah ia mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. “Aku juga membeli obat untuk luka di sudut bibir Kakak yang robek,” beri tahu Barry setelah berhenti mengompres rahang Levin yang bengkak. “Terima kasih,” Levin berkata singkat sambil menekan rahangnya dengan lembut menggunakan handuk dingin. Ia melihat di atas coffee table sudah ada sebuah salep, dompet, dan ponsel miliknya. “Kak, bisa ikut aku keluar sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan,” ucap Barry seraya menatap Levin. Levin mengangguk dan langsung berdiri. Ia menoleh saat mendengar pintu kamar mandi terbuka dan memperlihatkan sosok Ranty. “Ran, gunakan saja ranjang khusus penunggu pasien itu untukmu tidur. Saya dan Ba

Bab terbaru

  • Secret Romance   Part 37 – The End

    Sudah sebulan hubungan Sandara dan Levin tidak lagi sebatas menjadi orang tua untuk Stella. Sejak Levin mengatakan bersedia membuka hati untuk Sandara, kini hubungan suami istri yang mereka jalani sudah melibatkan hati. Walau Levin masih berusaha menerima sepenuhnya cinta yang diberikan oleh Sandara, tapi laki-laki tersebut sudah tidak terlalu canggung atau kaku ketika berinteraksi dengan sang istri yang kini juga sebagai kekasihnya. Rumah tangga mereka pun kini terasa lebih hidup dan berwarna dibandingkan sebelumnya, apalagi dengan perkembangan Stella yang sungguh mengagumkan. Di usia Stella yang kini telah menginjak tujuh bulan, batita mungil tersebut sudah mulai belajar berdiri. Selain itu, Stella juga sudah bisa memanggil orang tuanya walau hanya sebatas sebutan singkat. Sandara membawa beberapa potong cake yang dibeli setelah makan malam oleh Barry ke ruang keluarga untuk mereka nikmati bersama. Hari ini sahabat sekaligus adik iparnya tersebut ikut makan malam bersamanya dan Levi

  • Secret Romance   Part 36

    Memenuhi permintaan Dianti, akhirnya Levin mengajak Sandara dan Stella menginap di kediaman orang tuanya. Usai membicarakan urusan bisnis dengan Gibran di ruang kerja sang papa setelah mereka makan malam bersama yang lainnya, Levin memasuki kamarnya untuk beristirahat menyusul istri dan anaknya. Saat membuka pintu, Levin langsung disambut oleh keadaan kamar yang pencahayaannya sudah tidak terlalu terang karena lampu utama telah dipadamkan. Setelah berada di dalam kamar, Levin tidak melihat Sandara berbaring di atas ranjang mereka seperti dugaannya. Ketika Levin menoleh ke arah balkon, ia melihat Sandara tengah berdiri di sana seraya memeluk tubuhnya sendiri melalui pintu penghubung yang tirainya tidak tertutup sempurna. Sebelum menghampiri Sandara, terlebih dulu Levin melihat sekaligus memastikan Stella yang masih terlelap di dalam box bayinya. Sandara langsung menoleh ketika mendengar suara pintu di belakangnya terbuka. “Stella bangun, Kak?” tanyanya saat melihat Levin berjalan ke ar

  • Secret Romance   Part 35

    Walau sudah dua hari berlalu, tapi Levin masih bersikap tak acuh kepada Sandara. Interaksi keduanya pun kini tidak seakrab dulu dan hal tersebut membuat Sandara semakin merasa bersalah. Sandara mengerti jika Levin masih kesal sekaligus kecewa terhadapnya karena tindakan lancangnya, ia pun mencoba menerima konsekuensinya dengan lapang dada. Sejak pulang dari kantor tadi, Levin mengabaikan Sandara. Jika pun Sandara bertanya, Levin hanya menanggapi seadanya dengan nada datar. Makan malam yang biasanya mereka selingi dengan obrolan ringan pun menjadi hening. Ketika tadi Sandara mencoba membuka obrolan basa-basi dengan menceritakan tingkah Stella hari ini, Levin terlihat tidak tertarik. Suaminya tersebut hanya menanggapi ucapannya dengan tak acuh. Sandara juga sempat beranggapan bahwa Levin sengaja makan sedikit supaya suaminya tersebut tidak perlu berlama-lama berada di dekatnya. Bukan hanya itu, Sandara juga menduga jika Levin tidak mau memakan masakan yang sudah dibuatnya. Sandara kelu

  • Secret Romance   Part 34

    Setibanya di dalam rumah Levin langsung mencari Sandara di kamar mereka seperti yang tadi diberitahukan oleh Mirna yang sedang menyiram tanaman di halaman depan. Ketika membuka pintu kamar, Levin langsung disambut oleh suara Sandara yang sedang mengajak Stella bercengkerama dari arah kamar mandi. Biasanya ucapan Sandara hanya ditanggapi dengan gumaman tak jelas oleh putri semata wayang mereka. Tanpa membuang waktu lagi, Levin bergegas melangkahkan kakinya menuju kamar mandi karena ia tidak mau melewatkan ekspresi menggemaskan wajah Stella ketika sedang mendengarkan orang mengajaknya berinteraksi. Terlebih ketika Stella tersenyum manis dan tertawa renyah saat merespons perkataan yang ditujukan padanya. “Ternyata anaknya Papa yang paling cantik ini masih mandi,” Levin berkata setelah berdiri di depan kamar mandi yang pintunya sengaja tidak ditutup oleh Sandara. Levin menggulung lengan kemejanya sebatas siku sambil berjalan menghampiri Sandara yang masih memandikan Stella. Walau cukup t

  • Secret Romance   Part 33

    Sandara menyelesaikan makan siangnya terlebih dulu daripada Dianti dan Barry, sebab Stella yang tadi ia letakkan pada baby bouncer sudah mulai menangis karena haus. Sandara juga meminta izin kepada ibu mertua dan adik iparnya tersebut untuk ke kamar karena ia ingin menyusui sekaligus menidurkan Stella. Sandara yang tengah duduk di atas ranjang sambil menyusui Stella dan bersenandung kecil, menoleh ketika mendengar ponselnya di permukaan nakas berbunyi. Sandara mengangsurkan sebelah tangan yang tadi digunakan menepuk lembut paha Stella untuk mengambil benda pipih tersebut. “Ternyata Papamu yang menelpon, Nak. Pasti Papamu sudah merindukanmu,” ucap Sandara kepada Stella yang masih terjaga, seolah putrinya tersebut mengerti yang ia katakan. “Halo, Kak,” Sandara menjawab panggilan Levin sambil tetap menatap wajah putrinya. “Sudah makan siang?” Levin bertanya sambil memainkan pena di tangannya. “Sudah, Kak. Kebetulan hari ini Mama dan Barry berkunjung, jadi kita makan siang bersama. Kak

  • Secret Romance   Part 32

    Di tengah-tengah kebahagiaan Sandara atas kelahiran putrinya, di sudut hatinya yang lain ia merasakan kesedihan karena pesan singkat yang sengaja dirinya kirimkan kepada orang tuanya hingga kini belum juga mendapat tanggapan. Setelah menghadiri acara pernikahannya dan Levin, Sandara memang sudah tidak ada komunikasi lagi dengan orang tuanya. Bukan Sandara yang tidak mau berinteraksi, melainkan orang tuanya sendiri yang memutuskan untuk tidak menjalin komunikasi lagi dengannya. Beberapa bulan setelah berstatus sebagai seorang istri dan menjadi bagian dari keluarga Adyatama, Sandara pernah menghubungi orang tuanya, sayangnya pasangan Baskara tersebut mengabaikannya. Setiap kali Sandara menghubungi telepon rumah orang tuanya, yang menjawab selalu Bibi Puspa atau Asti. Walau Sandara kecewa, tapi ia tetap menanyakan kabar orang tuanya tersebut kepada Bibi Puspa atau Asti. Sandara bisa menyembunyikan kesedihan yang dirasakannya dari kedua mertua dan adik iparnya, tapi ia tidak perlu melakuka

  • Secret Romance   Part 31

    Perjuangan panjang sekaligus melelahkan Sandara melahirkan sang anak membuat Levin sangat terharu. Bahkan, Levin sampai menitikkan air mata karena saking terharunya. Tepat jam dua pagi Sandara telah melahirkan anaknya yang berjenis kelamin perempuan melalui proses persalinan normal. Sejak membawa Sandara ke rumah sakit kemarin sore karena kontraksi yang dialaminya berkelanjutan, Levin sedikit pun tidak pernah meninggalkan istrinya tersebut. Levin selalu setia ada di dekat Sandara. Bahkan, Levin seperti ikut merasakan kesakitan Sandara setiap kali kontraksi menghampiri istrinya tersebut. Saat Sandara dipindahkan ke ruang bersalin, Levin juga meminta kepada Dokter Fitri untuk diizinkan ikut masuk agar ia bisa menemani sekaligus menyaksikan langsung kelahiran anaknya. Saat ini Sandara sedang duduk setengah bersandar di atas ranjang pasien. “Kakak tidak ke kantor?” tanyanya kepada Levin yang tengah menimang putri mereka. “Saya tidak apa-apa ditinggal, Kak. Sebentar lagi juga Mama datang d

  • Secret Romance   Part 30

    Bukan tindakan yang mudah bagi Levin dalam membujuk dan meyakinkan Dianti mengenai kepindahannya bersama Sandara ke apartemen. Tentu saja Levin mengetahui jelas alasan utama Dianti sulit mengizinkannya membawa Sandara pindah ke apartemen. Setelah Sandara turun tangan ikut membujuk dan meyakinkan Dianti, akhirnya keinginan Levin pun dikabulkan oleh wanita paruh baya yang sangat dihormati sekaligus disayanginya tersebut. Kini sudah dua bulan Levin dan Sandara tinggal hanya berdua di apartemen. Walau sudah tinggal terpisah, tapi Dianti sering datang ke apartemen Levin terutama ketika jam makan siang tiba. Kadang Dianti juga menyuruh sopir menjemput Sandara ke apartemen untuk datang ke kafenya dan mengajak menantunya tersebut makan siang bersamanya. Bukan hanya Dianti, Barry juga sering datang ke apartemen Levin bersama Ranty jika mereka sedang tidak ada jam kuliah. Tentu saja sebelumnya Barry sudah meminta izin dulu kepada Levin, mengingat saat ini status Sandara tidak hanya menjadi saha

  • Secret Romance   Part 29

    Sepulangnya keluarga Saguna dari kediaman Adyatama, Sandara langsung meminta maaf kepada mertuanya atas kelancangannya tadi. Sebelum meninggalkan kediaman Adyatama, Firman dan Jihan juga sempat meminta maaf sedalam-dalamnya kepada Sandara atas perbuatan tidak terpuji yang telah dilakukan oleh Dinda selaku keponakan mereka. Sandara tidak memberikan maaf karena bukan Firman dan Jihan yang berbuat jahat padanya, meski Dinda adalah anggota keluarga mereka juga. Bagi Sandara, siapa yang telah berani melakukan perbuatan jahat, maka orang tersebutlah yang harus bertanggung jawab dan meminta maaf. Apalagi jika tindak kejahatan tersebut sudah direncanakan dan dilakukan secara sengaja. Setelah Levin memberikan penegasan kepada Sava tentang statusnya kini, perempuan tersebut tidak ada bersuara lagi. Sandara juga telah melupakan dimsum yang dipesannya. Malam ini Sandara tidur tidak menempel dengan Levin seperti biasanya. Posisi tidur Sandara saat ini berbaring menyamping dan memunggungi Levin. Ba

DMCA.com Protection Status