Olsen mengangguk dan tersenyum senang. Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, dia dengan cepat menarik lepas pelindung istrinya, tangannya mengusap dan memanjakan inti milik Cesya, membuatnya menggeliat di dalam pelukan.Tak lama kemudian, inti milik Ceysa telah memanas dan melembab, memberi akses pada jari Olsen untuk menelusup masuk menyentuh kehangatan dan kelembutan istrinya.Desahan panjang menggema di dalam ruang itu ketika Olsen berusaha membangkitkan gairah istrinya. Tangan Ceysa terulur untuk menyentuh aset suaminya yang ternyata telah menggembung besar dan mengeras dibalik celana yang dipakai.Dengan tangan gemetar, Ceysa membuka ikat pinggang dan menurunkan celana suaminya, hingga teronggok di kaki pria itu.Olsen membiarkannya begitu saja tanpa berniat melepaskannya. Tubuhnya gemetar ketika tangan lentik istrinya menggenggam aset berharga miliknya dan bergerak memanjakannya.“Teruslah menyentuhnya! Sudah lama dia merindukan sentuhanmu,” ucap Olsen sambil menggerak
Setelah Olsen pergi, air mata Ceysa jatuh menetes membasahi pipi. Ada sesuatu yang kosong di dalam dirinya menyadari jika Olsen telah memutuskan untuk pergi dari kehidupannya.Dia sadar telah melakukan kesalahan yang besar karena mementingkan ego diri, berpikir jika hal itu akan mendatangkan kebahagiaan, namun yang terjadi malah sebaliknya hidupnya kini terasa hampa.Di tengah kekalutan pikiran, Cesya teringat Dizon yang masih berada di tempat Judy. Dia hendak pergi menjemput putranya tetapi ponselnya berbunyi sehingga membuatnya langkahnya terhenti.Melihat siapa yang menelepon, Cesya segera mengangkatnya.“Halo,” sapa Cesya.“Bagaimana kabarmu?” suara berat Juan terdengar.“Kabarku baik, bagaimana dengan papa?” balas Cesya.“Tidak terlalu baik karena papa kehilangan putri papa untuk waktu yang cukup lama.” Nada sedih terdengar dari suara Juan.“Aku akan menyelesaikan pekerjaanku di sini dan segera pulang,” ujar Ceysa ingin mengakhiri penjelajahan hidupnya yang cukup melelahkan karen
Senyum sinis terkembang di bibir Olsen. “Beginikah caramu memperkenalkannya padaku?”“Lalu bagaimana aku harus memperkenalkannya padamu? Aku mengandungnya ketika kita berpisah, aku menyembunyikannya karena takut kamu tidak akan percaya padaku dan menganggap Dizon adalah anak Calvin. Yang perlu kamu tahu, aku dan Calvin tidak memiliki hubungan seperti yang kamu pikirkan. Satu-satunya pria yang tidur denganku hanyalah dirimu,” bukannya merasa bersalah, kemarahan Cesya malah tersulut.Sadar jika tidak ada gunanya mereka bertengkar yang akan membuat hubungan mereka semakin berantakan, Olsen mendekati anak itu. “Bolehkah aku menggendongnya?”Ceysa menatap Olsen terbengong, dia tidak menyangka jika Olsen akan dengan mudah menerima Dizon. Dia kemudian menyodorkan putranya pada Olsen dan memberi kesempatan pada pria itu untuk menggendong putranya pertama kalinya.“Di mana kamarnya?” lanjut Olsen seperti orang linglung.“Di sana,” tunjuk Ceysa ke arah satu-satunya kamar yang ada di rumah terse
“Ceysa ...!” bisik seseorang dari samping tempat tinggalnya dan ternyata Judy sudah ikut berdiri terdiam menatap pria tampan yang menggendong Dizon.“Judy ...?” gumam Ceysa sambil mendekati wanita tua itu.“Siapa dia?” tanya Judy menunjuk Olsen.Wajah Ceysa merona merah ketika ingin menjawab pertanyaan Judy. “Dia papanya Dizon, suamiku.”Mata Judy terbelalak kaget, tetapi ada binar senang di sana. “Apakah kalian sudah rujuk kembali?”Ceysa menggeleng menjawab pertanyaan Judy. “Dia masih marah padaku dan semalaman kami tidak saling bicara.”“Beri dia waktu, aku yakin dia akan memaafkanmu,” ujar Judy yang membuat bibir Ceysa mengerucut kesal karena wanita itu tidak menyanggah kesalahannya.Judy menanggap ekspresi Ceysa dengan senyuman. “Aku akan ke ladang bersama Anton, jika kalian sudah baikan, kenalkan dia pada kami.”“Tentu saja, aku akan mengenalkannya pada kalian,” janji Ceysa.Judy mengedipkan satu mata menggoda Ceysa lalu pergi menjauh. Setelah Judy pergi, Ceysa berjalan mendekat
Sampai di rumah, keadaan begitu sepi, Ceysa mencari Olsen namun tak menemukan pria itu. Dia kemudian berlari ke kamar dan menemukan pria itu sedang menggendong Dizon yang tertidur di pundak.Olsen memunggunginya dan sedang fokus dengan pemandangan di luar kamar sehingga tidak sadar akan kehadiran dirinya. Ceysa menatap nanar pemandangan di depannya, pemandangan yang membuatnya meleleh sekaligus bahagia.Perlahan dia berjalan mendekati Olsen dan memeluk pria itu dari belakang, hal itu membuat Olsen terkejut dan menegang.“Aku ingin melanjutkan pernikahan ini dan menekan semua ketakutanku. Maukah kamu ...”“Lepaskan aku Ceysa!” ucap Olsen menghentikan perkataan Ceysa.Kini ganti tubuh Ceysa yang menegang, mungkinkah dia berharap terlalu banyak pada Olsen karena sikap pria itu tadi pagi. Dia pun langsung melepaskan pelukannya dan menjauh.“Maafkan aku,” gumam Ceysa lirih sambil menundukkan kepala. Kepercayaan dirinya seketika runtuh karena penolakan pria itu.Matanya melirik ke arah Olse
Ceysa menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan ide suaminya. Namun dia tetap turun dari ranjang dan berjalan mendekati Olsen, melingkarkan tangannya ke pinggang pria itu lalu menengadahkan wajah memasang wajah menggoda.Lagi-lagi Olsen mengumpat keras karena tak mampu mengendalikan diri menghadapi sikap istrinya. Dia menangkup wajah menggemaskan itu dan melumat bibir Ceysa dengan rakus, menyapu langit-langit mulutnya, mengecap setiap inci.Tak tinggal diam, Ceysa memprovokasi suaminya dengan menarik lepas kaos yang Olsen pakai lalu mengusap dada bidang dan liat pria itu.Tak mau kalah, Olsen melakukan hal yang sama dengan meloloskan pakaian tidur Ceysa, melepaskan dan membuangnya dengan sembarangan.Bibirnya bergerak dari bibir Ceysa menuju leher jenjangnya, mengecap di sana dan memberi tanda kepemilikan. Gerakannya semakin turun menuju dada halus dan menggoda, menelusuri dan menjelajah dua bukit indah yang menjulang menantangnya di sana.Tangannya meremas salah satu bukit itu se
“Selamat pagi,” sapa Ceysa saat datang ke rumah Judy sambil membawa masakan. Olsen pun pergi bersama dengannya sambil menggendong Dizon.“Selamat pagi,” balas Judy dan Anton bersamaan. “Aku merasakan aroma kebahagiaan yang memancar dari wajah kalian berdua. Jadi siapa pria ini?” pancing Judy sambil melirik ke arah Olsen.Wajah Ceysa seketika merona merah, lalu bergelayut manja di lengan Judy. “Jangan menggodaku! Aku tahu kamu sudah mengetahui semuanya.”Judy tertawa mendengar apa yang Ceysa katakan, dia kemudian mempersilahkan mereka masuk dan menerima masakan yang Ceysa bawa. Setelah Judy menata semua hidangan di meja makan, mereka berkumpul untuk sarapan bersama.“Jadi kabar bahagia apa yang bisa aku dengar dari kalian,” tanya Judy.Olsen berdeham untuk menjernihkan suara. “Aku mengucapkan banyak terima kasih karena telah menolong dan menyelamatkan Ceysa. Dia merasa sangat bahagia di sini, tetapi kami tidak bisa terus tinggal di sini karena pekerjaanku, jadi aku akan membawa Ceysa p
Penat dengan pikirannya, Calvin memutuskan untuk pergi mencari hiburan. Dia mengendarai mobil dan pergi ke kota kecil yang terdekat dengan peternakan menuju sebuah bar yang selalu ramai dikunjungi warga sekitar.Sesampainya di sana, dia memesan minuman keras berharap bisa membuatnya lebih tenang. Satu gelas dia tenggak tetapi tidak ada perubahan, dua gelas dia tenggak dan hasilnya sama saja. Hingga akhirnya dia minum beberapa gelas sampai kepalanya berputar.“Kenapa takdir begitu kejam padaku?” racaunya di bawah kendali minuman memabukkan tersebut.“Jika dia memang bukan untukku, kenapa Tuhan tidak membiarkan aku melupakannya?” Calvin mulai menyalahkan Tuhan untuk mencari pembenaran.“Jika Tuhan itu baik, buat aku untuk bisa melupakannya.” Suaranya lebih keras hingga membuat beberapa orang yang di sekitarnya merasa terganggu.Calvin tersenyum sinis sambil memutar gelas yang sudah kosong di atas meja. “Kamu sungguh bodoh Calvin! Tuhan tidak mendengar doa pria mabuk sepertimu,” terdenga
Perkataan Calvin bukan hanya sebatas ancaman, siksaan itu dimulai ketika sesuatu merayap menyentuh tempat berharga dimana harta karun Kenny tersembunyi. Mata sayu Kenny menatap manik mata Calvin yang berbaring miring di sebelahnya.Desahan kecil terus lolos dari bibir Kenny tanpa bisa ditahan, ketika jari suaminya menelusup masuk menyentuh dinding sensitifnya. Tubuhnya menggeliat seirama dengan gerakan tangan Calvin yang menari di dalamnya.Goncangan, gesekan dan hentakan menjadi perpaduan yang sempurna yang mampu membawa Kenny ke puncak yang dirindukan. Tidak ada pria manapun yang bisa menyentuhnya seperti Calvin menyentuhnya saat ini karena dirinya hanya milik pria itu.Denyutan muncul, ketika dirinya tak mampu lagi membendung ledakan gairah. Tangannya mencengkeram bahu Calvin menyambut ledakan tersebut, tubuhnya melengkung indah diakhiri dengan teriakan siksa nikmat ketika gelombang itu datang.Tubuh Kenny terkulai lemas dengan nafas tersengal, pemandangan tersebut memberi fantasi
“Ada hal yang selama ini belum aku ceritakan padamu yang mungkin akan membuatmu berpikir ulang tentang pernikahan kita,” ujar Kenny memulai pembicaraan.“Aku rasa hal tersebut sangat membebanimu sehingga kamu berpikiran seperti itu. Katakan tentang hal yang membuatmu harus berpikir lama sebelum memberitahukannya padaku!” pinta Calvin.Kenny meremas jari tangan, tanda jika dirinya cemas dan gugup. Melihat hal itu, Calvin menggenggam tangan itu untuk memberi kekuatan dan dukungan.Dengan berkaca-kaca, Kenny menatap mata Calvin dan berkata, “Selama aku terapi di rumah sakit, aku memeriksakan kandungan karena mamamu berharap banyak padaku. Dokter menyatakan jika aku akan sulit untuk hamil karena bermasalah dengan rahim dan gangguan hormon.”Untuk sesaat Calvin membeku mendengarnya, membuat Kenny yakin jika pria itu tidak akan menerimanya. Air matanya menetes keluar dan semakin deras, membuatnya menangis terisak.Calvin memeluk dan mengusap punggungnya, berusaha menenangkan. “Kenapa selama
“Kamu mengingat semuanya?” Kenny kembali memastikan.“Ya, terutama tentang kecemburuanmu terhadap Ceysa,” ungkit Calvin.“Harus aku bilang berapa kali, aku tidak cemburu,” kilah Kenny sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya tetapi rengkuhan Calvin semakin erat sehingga usahanya sia-sia saja.“Jika terus bergerak di atas tubuhku seperti ini, kamu tahu siapa yang sedang kamu bangunkan.” Peringatan dari Calvin membuat Kenny seketika membeku, bahkan kini dia bisa merasakan sesuatu mendesak bagian bawah tubuhnya.Melihat ekspresi menggemaskan istrinya, Calvin tersenyum lalu mengecup singkat bibir Kenny.“Lepaskan aku, Calvin! Ada banyak pekerjaan yang harus aku lakukan,” Kenny membuat alasan.“Sekarang aku tahu bagaimana seorang pria harus berjuang demi cintanya,” ucap Calvin membuat mata Kenny menatap penuh arti.“Cinta …?” gumam Kenny sangat pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Calvin.“Aku hidup dalam tatanan sopan santun yang kental, menghargai hak setiap orang dan tid
Setelah kejadian tersebut, Calvin dan Kenny seakan saling menghindar. Mereka sadar jika saat berdekatan, kendali diri mereka menjadi sangat tipis.Calvin menyibukkan diri dengan kerja sama baru yang dirintis dengan Olsen, sering pulang malam sehingga hanya punya waktu sebentar untuk melihat Kenny dan itu sangat menyiksa.Sedangkan Kenny selalu menunggu Calvin pulang dan berujung kecewa karena sikap pria itu berubah dingin. Hingga suatu malam, Calvin pulang telat dalam keadaan mabuk.Kenny membuka pintu untuk pria itu dan mendapati mobil Ceysa berhenti di depan mansion. Setelah Calvin masuk, mobil itu memutar balik lalu pergi begitu saja.“Apakah Ceysa mengantarmu pulang? Di mana mobilmu?” cecar Kenny dengan sikap cemburu seorang istri, padahal selama ini dia sendiri yang selalu menegaskan jika posisinya adalah sebagai karyawan Miller.Kening Calvin berkerut sambil menahan rasa berdenyut di kepala. “Aku tidak mengerti arah pertanyaanmu.”“Apakah kamu belum melupakannya? Apakah kamu mas
Berusaha menjauh dari jangkauan Calvin, Kenny menyibukkan diri di dapur. Setelah menyiapkan makan malam, dia memasukkan semua alat dapur yang kotor ke wastafel dan mencucinya. Ketenangannya terganggu ketika Calvin tiba-tiba muncul dari belakang dan mengambil sarung tangan karet untuk membantunya mencuci.“Biar aku saja yang melakukannya, kamu tamu di sini,” larang Kenny.“Apakah salah jika aku membantumu?” ujar Calvin masih sibuk menggosok alat dapur dengan sabun.“Kita harus tahu batasan, aku yang bertanggung jawab atas rumah ini dan kebutuhanmu, sedangkan kamu tamu di sini. Aku yakin kamu tidak akan membantu jika yang ada di sini bukanlah aku.” Kenny memasang dinding pembatas untuk mengingatkan status mereka.Ekspresi Calvin berubah kesal, dia melepaskan sarung tangan dan pergi menjauh.“Bukankah kamu juga bertanggung jawab atas kebutuhanku? Sekarang aku ingin mandi, siapkan bajuku dan rapikan koper yang aku bawa, aku belum sempat memasukkan pakaian yang kubawa ke lemari,” ujarnya s
Kenny merasa resah, duduk di ruang ganti baju sambil melamun. Dadanya terasa sesak mengingat kedekatan Calvin dengan Ceysa, mungkinkah pertemuan mereka yang semakin intens akan membuat Calvin semakin tak bisa melepaskan Ceysa? Padahal wanita itu sudah bahagia bersama suaminya.Sedalam apa perasaan Calvin sehingga tidak bisa menerima jika Ceysa sudah menikah? Wanita manapun tidak akan bisa meruntuhkan hati Calvin jika pria itu terus memasang dinding tebal.Pikiran itu terus berkecamuk, Kenny tenggelam dalam persepsinya sendiri, menyimpulkan apa yang dilihat.Semua kejadian beruntun terkait Calvin membuat mental dan emosi Kenny terganggu, dia berpikir, mungkin akan jauh lebih baik jika mengundurkan diri dari pekerjaan serta menjauh dari pria yang pernah dinikahinya itu.Helaan nafas terdengar berat menggema di dinding ruangan, ada hal lain yang mengganjal di hati sehingga dia tidak bisa serta merta meninggalkan pekerjaannya saat ini.Pertama karena Olsen sudah menolongnya, dia masih mem
“Kenny, tolong antarkan handuk ini ke kamar nomor 1005,” ujar rekan kerja Kenny.Meski pikirannya sedang berkecamuk dan tubuhnya semakin lemah karena pertemuannya dengan Calvin, tapi Kenny sadar jika harus bersikap profesional terhadap pekerjaan. Tanpa bantahan, dia mengambil handuk itu lalu pergi untuk mengantarnya.Dia menempelkan kartu ke pintu kamar untuk membukanya karena rekan kerjanya bilang dia hanya perlu menaruh handuk itu dan pergi secepatnya agar tidak mengganggu tamu yang menginap di kamar tersebut.Kemungkinan tamu itu belum ada di kamar karena masih ada urusan bisnis dengan rekannya.Tak ingin membuat masalah, Kenny secepat mungkin menaruh handuk ke atas ranjang sebelum tamu itu kembali ke kamar. Dia membalikkan badan hendak pergi, tetapi tubuhnya membeku ketika pintu kamar mandi di depannya terbuka dan keluar seorang pria yang sangat ingin dia hindari.“Ke-kenapa kamu di sini?” racau Kenny gugup menatap Calvin hanya memakai handuk kecil untuk menutup area sensitifnya,
“Maaf jika aku mengganggu kalian, aku akan segera keluar setelah menyiapkan makanannya,” ujar Kenny sopan.Bukannya merespon perkataan Kenny, wanita itu malah menatap suaminya lalu berkata, “Apakah karyawan ini yang kamu ceritakan?”Kenny tertegun mendengar suami istri itu membicarakannya. “Apa yang kalian bicarakan tentangku?”Nada Kenny mengisyaratkan ketidaksukaan karena kehidupan pribadinya dijadikan bahan gosip.“Jangan berpikir macam-macam, suamiku hanya menceritakan apa yang kamu alami. Aku kagum dan bersyukur karena kamu bisa pulih dari trauma dengan cepat. Aku tahu apa yang kamu alami tidak mudah,” ujar istri Olsen yang membuat hati Kenny luluh karena apa yang diucapkan wanita itu terasa begitu tulus.“Terima kasih atas simpatinya, jika tidak ada Tuan Miller yang membantuku, mungkin masa depanku sudah hancur,” ucap Kenny.“Siapa namamu? Namaku Ceysa,” ujar wanita itu sambil mengulurkan tangan.Kenny segera membersihkan tangan yang kotor karena makanan lalu menjabat tangan Cey
Kenny tidak menyangka dirinya kini sedang berhadapan dengan pria tampan yang menyelamatkan nyawa dan kehormatannya. Pria itu menyodorkan kwitansi pelunasan hutang yang dibayarkan untuk menembus dirinya.“Ini total uang yang aku keluarkan untukmu dan sebagai seorang pengusaha, aku tidak ingin dirugikan untuk masalahmu. Jadi apa yang bisa kamu berikan untuk bisa membayar hutangmu?” tuntut pria itu.Mata Kenny terbelalak kaget dengan nominal yang dibayarkan pria itu, sebanyak itukah papanya menjualnya? Bahkan seumur hidup pun dia tidak akan mampu melunasi hutangnya.“Kamu bilang jika hotel ini milikmu, izinkan aku bekerja di sini dan kamu bisa mengambil seluruh gajiku untuk melunasi hutangku,” ujar Kenny dengan solusi yang cerdas.Pria itu tampak memikirkan usul Kenny dan terlihat setuju dengan hal itu.“Tidak mungkin aku mengambil semua gajimu, aku akan memotong 50 persen dari gajimu sebagai cicilan pelunasan hutang. Sebagai gantinya kamu akan mendapat asrama gratis, sehingga kamu bisa