Senyum sinis terkembang di bibir Olsen. “Beginikah caramu memperkenalkannya padaku?”“Lalu bagaimana aku harus memperkenalkannya padamu? Aku mengandungnya ketika kita berpisah, aku menyembunyikannya karena takut kamu tidak akan percaya padaku dan menganggap Dizon adalah anak Calvin. Yang perlu kamu tahu, aku dan Calvin tidak memiliki hubungan seperti yang kamu pikirkan. Satu-satunya pria yang tidur denganku hanyalah dirimu,” bukannya merasa bersalah, kemarahan Cesya malah tersulut.Sadar jika tidak ada gunanya mereka bertengkar yang akan membuat hubungan mereka semakin berantakan, Olsen mendekati anak itu. “Bolehkah aku menggendongnya?”Ceysa menatap Olsen terbengong, dia tidak menyangka jika Olsen akan dengan mudah menerima Dizon. Dia kemudian menyodorkan putranya pada Olsen dan memberi kesempatan pada pria itu untuk menggendong putranya pertama kalinya.“Di mana kamarnya?” lanjut Olsen seperti orang linglung.“Di sana,” tunjuk Ceysa ke arah satu-satunya kamar yang ada di rumah terse
“Ceysa ...!” bisik seseorang dari samping tempat tinggalnya dan ternyata Judy sudah ikut berdiri terdiam menatap pria tampan yang menggendong Dizon.“Judy ...?” gumam Ceysa sambil mendekati wanita tua itu.“Siapa dia?” tanya Judy menunjuk Olsen.Wajah Ceysa merona merah ketika ingin menjawab pertanyaan Judy. “Dia papanya Dizon, suamiku.”Mata Judy terbelalak kaget, tetapi ada binar senang di sana. “Apakah kalian sudah rujuk kembali?”Ceysa menggeleng menjawab pertanyaan Judy. “Dia masih marah padaku dan semalaman kami tidak saling bicara.”“Beri dia waktu, aku yakin dia akan memaafkanmu,” ujar Judy yang membuat bibir Ceysa mengerucut kesal karena wanita itu tidak menyanggah kesalahannya.Judy menanggap ekspresi Ceysa dengan senyuman. “Aku akan ke ladang bersama Anton, jika kalian sudah baikan, kenalkan dia pada kami.”“Tentu saja, aku akan mengenalkannya pada kalian,” janji Ceysa.Judy mengedipkan satu mata menggoda Ceysa lalu pergi menjauh. Setelah Judy pergi, Ceysa berjalan mendekat
Sampai di rumah, keadaan begitu sepi, Ceysa mencari Olsen namun tak menemukan pria itu. Dia kemudian berlari ke kamar dan menemukan pria itu sedang menggendong Dizon yang tertidur di pundak.Olsen memunggunginya dan sedang fokus dengan pemandangan di luar kamar sehingga tidak sadar akan kehadiran dirinya. Ceysa menatap nanar pemandangan di depannya, pemandangan yang membuatnya meleleh sekaligus bahagia.Perlahan dia berjalan mendekati Olsen dan memeluk pria itu dari belakang, hal itu membuat Olsen terkejut dan menegang.“Aku ingin melanjutkan pernikahan ini dan menekan semua ketakutanku. Maukah kamu ...”“Lepaskan aku Ceysa!” ucap Olsen menghentikan perkataan Ceysa.Kini ganti tubuh Ceysa yang menegang, mungkinkah dia berharap terlalu banyak pada Olsen karena sikap pria itu tadi pagi. Dia pun langsung melepaskan pelukannya dan menjauh.“Maafkan aku,” gumam Ceysa lirih sambil menundukkan kepala. Kepercayaan dirinya seketika runtuh karena penolakan pria itu.Matanya melirik ke arah Olse
Ceysa menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan ide suaminya. Namun dia tetap turun dari ranjang dan berjalan mendekati Olsen, melingkarkan tangannya ke pinggang pria itu lalu menengadahkan wajah memasang wajah menggoda.Lagi-lagi Olsen mengumpat keras karena tak mampu mengendalikan diri menghadapi sikap istrinya. Dia menangkup wajah menggemaskan itu dan melumat bibir Ceysa dengan rakus, menyapu langit-langit mulutnya, mengecap setiap inci.Tak tinggal diam, Ceysa memprovokasi suaminya dengan menarik lepas kaos yang Olsen pakai lalu mengusap dada bidang dan liat pria itu.Tak mau kalah, Olsen melakukan hal yang sama dengan meloloskan pakaian tidur Ceysa, melepaskan dan membuangnya dengan sembarangan.Bibirnya bergerak dari bibir Ceysa menuju leher jenjangnya, mengecap di sana dan memberi tanda kepemilikan. Gerakannya semakin turun menuju dada halus dan menggoda, menelusuri dan menjelajah dua bukit indah yang menjulang menantangnya di sana.Tangannya meremas salah satu bukit itu se
“Selamat pagi,” sapa Ceysa saat datang ke rumah Judy sambil membawa masakan. Olsen pun pergi bersama dengannya sambil menggendong Dizon.“Selamat pagi,” balas Judy dan Anton bersamaan. “Aku merasakan aroma kebahagiaan yang memancar dari wajah kalian berdua. Jadi siapa pria ini?” pancing Judy sambil melirik ke arah Olsen.Wajah Ceysa seketika merona merah, lalu bergelayut manja di lengan Judy. “Jangan menggodaku! Aku tahu kamu sudah mengetahui semuanya.”Judy tertawa mendengar apa yang Ceysa katakan, dia kemudian mempersilahkan mereka masuk dan menerima masakan yang Ceysa bawa. Setelah Judy menata semua hidangan di meja makan, mereka berkumpul untuk sarapan bersama.“Jadi kabar bahagia apa yang bisa aku dengar dari kalian,” tanya Judy.Olsen berdeham untuk menjernihkan suara. “Aku mengucapkan banyak terima kasih karena telah menolong dan menyelamatkan Ceysa. Dia merasa sangat bahagia di sini, tetapi kami tidak bisa terus tinggal di sini karena pekerjaanku, jadi aku akan membawa Ceysa p
Penat dengan pikirannya, Calvin memutuskan untuk pergi mencari hiburan. Dia mengendarai mobil dan pergi ke kota kecil yang terdekat dengan peternakan menuju sebuah bar yang selalu ramai dikunjungi warga sekitar.Sesampainya di sana, dia memesan minuman keras berharap bisa membuatnya lebih tenang. Satu gelas dia tenggak tetapi tidak ada perubahan, dua gelas dia tenggak dan hasilnya sama saja. Hingga akhirnya dia minum beberapa gelas sampai kepalanya berputar.“Kenapa takdir begitu kejam padaku?” racaunya di bawah kendali minuman memabukkan tersebut.“Jika dia memang bukan untukku, kenapa Tuhan tidak membiarkan aku melupakannya?” Calvin mulai menyalahkan Tuhan untuk mencari pembenaran.“Jika Tuhan itu baik, buat aku untuk bisa melupakannya.” Suaranya lebih keras hingga membuat beberapa orang yang di sekitarnya merasa terganggu.Calvin tersenyum sinis sambil memutar gelas yang sudah kosong di atas meja. “Kamu sungguh bodoh Calvin! Tuhan tidak mendengar doa pria mabuk sepertimu,” terdenga
Cameron menatap putranya penuh belas kasihan, dengan penuh hati-hati dia berkata, “mobilmu menabrak seorang gadis hingga terpental beberapa meter dari tempatnya berada.”“Lalu bagaimana keadaan gadis itu sekarang?” tanya Calvin dengan nada bergetar.Raut wajah Cameron seketika berubah menjadi sendu. “Gadis itu masih koma dan dokter mengatakan jika kemungkinan dia akan lumpuh. Entah permanen atau sementara, dokter belum bisa memastikannya.”“Apakah itu artinya aku akan dituntut dan dipenjara?” Calvin memastikan nasibnya.“Jika gadis itu bangun dari koma, masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan,” terang Cameron.“Aku akan membayar semua pengobatannya, bilang pada papanya jika aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku dan tidak akan melarikan diri,” tegas Calvin.“Mama dan papa sudah bicara baik-baik dengan Jamie, tapi pria itu tidak hanya menuntut kita soal biaya pengobatan dan segala yang dibutuhkannya, namun juga menuntutmu agar menikahi putrinya saat gadis itu sadar nanti
Kenny mengalami mimpi buruk setelah kunjungan papanya. Ingatannya kembali ke masa lalu ketika melihat mamanya mendapat perlakuan buruk dan pukulan dari papanya. Dia yang masih kecil hanya mengintip dari balik tirai kamar, melihat bagaimana mamanya terbaring tak berdaya dengan darah segar yang keluar dari luka yang papanya sebabkan.Mimpi itu berlanjut saat dirinya menjadi dewasa, dia mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang mamanya dapatkan.Meski sudah berteriak minta ampun, papanya tetap saja memukulnya gara-gara dia tidak memberikan uang yang papanya minta karena tahu uang itu hanya akan digunakan untuk berjudi dan mabuk, sedangkan mereka juga butuh makan.Sering kali dia melarikan diri di sela pukulan papanya, tetapi entah kenapa kakinya kini tak bisa digerakkan. Dia berusaha menyeret kakinya, tetapi sia-sia saja. Rasa sakit di tubuhnya menjalar ke seluruh tubuh.Di dalam tidur dia menangis terisak, rasanya seperti terseret dalam kegelapan hingga dirinya tenggelam di dalamnya.
Mereka tidak berhenti setelah membuat berantakan meja makan dan ruang tengah, Calvin membawa istrinya ke kamar dan melanjutkan kegiatan yang menguras tenaga tersebut.“Apakah kamu lelah?” Calvin tidak ingin membuat kesehatan Kenny terganggu.Kenny menggeleng, tangannya bergerak lembut mengusap pinggang liat suaminya lalu turun ke tempat aset berharganya. Dia merasakan milik Calvin mulai bergairah kembali.“Kenapa semangatmu sangat mudah kembali?” sindir Kenny dengan wajah memerah, disaat jantungnya masih berdetak kencang dan miliknya masih berdenyut, tapi suaminya itu sudah siap untuk bertempur kembali.“Mungkin karena bersamamu,” jawab Calvin membuat hati Kenny melambung tinggi.“Aku ingin mengatakan sesuatu,” ucap Kenny membuat Calvin menatapnya serius.“Tentang apa?” tanyanya penasaran.“Setelah menjalani beberapa bulan terapi, kini kakiku sudah mulai merasakan sesuatu dan aku sudah bisa berdiri serta berjalan meski masih memakai alat bantu,” terang Kenny.Mata Calvin berbinar mend
Kenny memejamkan mata merasakan sesuatu yang panas dan lembab menjelajahi dadanya, bunyi cecapan terdengar menggema di dinding rumah memberikan sensasi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Tubuhnya bergetar ketika jari suaminya merambat turun untuk mendapatkan harta karun yang tersembunyi, kaki Kenny yang sudah bisa merasakan sentuhan dan merespon, bergerak melengkung tanpa disadari, bahkan Calvin pun tak menyadarinya.“Apakah kamu menginginkanku?” bisik Calvin menggoda.“Aku menginginkanmu,” balas Kenny tanpa keraguan.Untuk membuat Calvin yakin dengan keinginannya, Kenny menarik pakaian suaminya lalu dengan tidak sabar membukanya.Senyum Calvin terkembang mengetahui Kenny begitu menginginkannya. Dia kemudian berinisiatif untuk membantu istrinya dengan melepaskan semua pakaian yang menempel di tubuh lalu berdiri di depan Kenny tanpa sehelai benang pun.Mata Kenny tak berkedip menatap tubuh sempurna suaminya, pipinya memerah seperti tomat, tetapi terlalu rugi jika mengalihkan p
Kenny tidur memunggungi pintu kamar dan menutup wajahnya dengan selimut. Dia tidak ingin Calvin tahu bekas tamparan papanya yang meninggalkan lebam dengan warna kebiruan di pipi.Saat mendengar pintu kamar terbuka, dia memejamkan mata pura-pura tidur.“Apakah kamu sudah tidur?” suara Calvin menggema di kamar.Bukannya menjawab, Kenny malah semakin memejamkan mata agar Calvin tidak mengusiknya.Keadaan sejenak menjadi senyap ketika Calvin mengamati Kenny dari belakang, dia tahu jika istrinya tidak benar-benar tidur karena enggan bicara dengannya.“Tidurlah yang nyenyak,” ucap Calvin lalu menutup pintu kamar dengan perlahan.Kenny membuka mata dan membalikkan badan menatap pintu kamar yang tertutup, tiba-tiba saja air matanya menetes keluar.“Maaf, aku tidak bisa menjadi istri dan menantu yang diharapkan keluarga ini. Aku bukan wanita yang kamu harapkan, tidak bisa memberikan cucu dalam waktu dekat seperti apa yang papa dan mamamu inginkan. Aku juga tidak mau papaku menghancurkan petern
“Aku rasa kita telah melakukan kesalahan,” ujar Calvin membuat Kenny membeku.“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?” tanya Kenny berusaha menahan diri dari segala perasaan yang berkecamuk.“Sebagai pria, aku telah hilang kendali. Seharusnya aku menjaga dan melindungimu, bukan malah mengambil keuntungan darimu.”Calvin menyalahkan dirinya demi menjaga perasaan Kenny, tetapi apa yang ditangkap Kenny malah sebaliknya. Dia tersinggung dengan perkataan suaminya.“Mengambil keuntungan dariku? Apakah kamu memaksaku atau melakukan sesuatu saat aku tidak sadar? Seingatku apa yang kita lakukan dalam keadaan sadar tanpa keterpaksaan. Apakah kamu mau bilang sudah memanfaatkanku atas keadaanku? Jadi menurutmu, aku wanita yang pantas untuk dimanfaatkan?” geram Kenny dengan segala asumsinya.“Bukan begitu maksudku, aku hanya tidak ingin kamu terluka. Seharusnya aku bisa mengendalikan diri sesuai dengan perjanjian pernikahan kita di awal.”Calvin berusaha menjelaskan kerumitan hubungan mereka, te
Jadwal kontrol Kenny ke dokter fisioterapi tiba, dia pergi ke rumah sakit untuk melakukan terapi dan pemeriksaan rutin.“Beberapa hari yang lalu kakiku kesemutan dan mulai merasakan rangsangan, apakah itu pertanda baik?” tanya Kenny pada dokter yang menanganinya.“Kemajuanmu sangat pesat, tentu saja itu pertanda yang baik,” jawab dokter itu.Harapan besar seketika tumbuh memenuhi hati Kenny. “Apakah itu artinya aku bisa sembuh dengan cepat?”Dokter itu menatap Kenny dengan serius membuat harapannya mengempis.“Melihat keadaanmu, butuh proses dan waktu untuk bisa benar-benar sembuh total, yang penting jangan putus asa dan patah semangat, melihat kemajuanmu yang pesat aku yakin kamu akan sembuh lebih cepat dari perkiraan. Bersabarlah!”Jawaban yang Kenny dengar tidak memuaskan dirinya, perkataan dokter itu seolah terdengar jika dia butuh waktu yang cukup lama untuk bisa kembali normal.“Apakah aku boleh hamil dengan keadaan seperti ini?” ucap Kenny yang cukup membuat dokter di depannya
Menjelang malam, Calvin pulang dengan alat pemanas ruangan yang baru. Wajahnya terlihat sangat lelah dan kurang istirahat.“Apakah kamu sudah makan? Aku sudah memasak untukmu,” kata Kenny pada suaminya.“Aku masih kenyang, makanlah dulu, aku akan memasang alat ini,” tunjuk Calvin ke arah barang yang dia bawa.“Kamu bisa memasangnya besok jika lelah, setelah makan kamu bisa beristirahat,” bujuk Kenny.“Aku belum ingin makan karena tadi sempat makan sebelum sampai rumah. Kamu yang harus makan agar kesehatanmu tidak terganggu, aku akan menyusul jika sudah selesai.” Calvin memberi alasan.Sadar jika sikap Calvin berubah seakan sedang menghindari dirinya, Kenny mengangguk mengalah mengikuti perkataan suaminya.“Baiklah, aku akan makan dulu,” ucapnya lalu pergi ke ruang makan, sedangkan Calvin masuk ke kamar dan sibuk dengan alat pemanas ruangan.Kenny makan sangat lambat, sengaja menunggu Calvin menyelesaikan pekerjaannya, tapi sampai makanannya habis, pria itu tak kunjung menyusul ruang m
Saat siang hari, sebuah mobil asing berhenti di depan rumah orang tua Calvin. Kenny yang sedang duduk di teras mengamati dengan seksama siapa tamu mertuanya tersebut.Seorang wanita turun dari pintu kemudi lalu membuka pintu belakang dan ternyata orang tua Calvin yang keluar dari pintu tersebut.Cameron yang melihat menantunya duduk di teras, melambaikan tangan dan menyapanya. “Halo Sayang, apakah kamu baik-baik saja selama kami pergi?”“Ya, aku baik-baik saja. Maaf aku tidak bisa membantu membawa barang-barang itu Ma,” tunjuk Kenny ke bagasi mobil.“Tidak apa-apa, Juan dan Yuri yang akan membawanya masuk,” ujar Cameron menunjuk suaminya dan wanita yang mengemudikan mobil tersebut.Kenny melirik ke arah wanita yang ditunjuk mertuanya dan melihat tatapan sinis dari wanita itu, namun dia mengabaikan hal tersebut karena tidak ingin berpikiran negatif, mungkin saja dia salah mengartikan tatapan wanita itu.Merasa udara semakin dingin dan Calvin tak kunjung pulang dari kota, Kenny memutusk
Calvin mengusap permukaan kulit Kenny disaat wanita itu tidur meringkuk di pelukannya. Jarinya menelusuri kulit telanjang istrinya yang bersinar karena tempaan cahaya api dari perapian.Ingatannya kembali ke percintaan mereka, tidak menyangka dirinya bisa hilang kendali bahkan lupa kondisi Kenny yang seharusnya masih butuh banyak istirahat. Kenny begitu menggoda, memberinya kenikmatan yang luar biasa.“Maafkan aku,” gumamnya pelan menyadari telah membuat istrinya kelelahan.Perlahan dia menarik selimut menutupi tubuh mempesona istrinya, lalu ikut terlelap tanpa melepaskan pelukan.Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa tidur nyenyak dengan hati yang penuh kedamaian dan otak yang tenang. Rasa cemas dan gelisah yang selama ini menghantui, lenyap seketika.*Kenny membuka mata dengan berat ketika suara ponsel milik Calvin mengganggu tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke rumah.Tak langsung menanggapi suara tersebut, perhatiannya terali
“Calvin …!” desah Kenny di sela ciuman mereka.“Apakah kamu keberatan?” Calvin menjauhkan bibir lalu menatap mata Kenny untuk memastikan apa yang istrinya inginkan.“Bu-bukan begitu, tetapi di sini terlalu terbuka. Aku merasa kurang nyaman.” Kenny kembali mengedarkan pandangan memastikan tidak ada orang yang melihat mereka.“Rumah ini jauh dari rumah para pekerja, yang sering datang ke sini hanya papa dan mama, tapi saat ini mereka sedang pergi. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.” Calvin berusaha menyakinkan istrinya.“Apakah kamu yakin?” tanya Kenny.“Sangat yakin,” jawab Calvin tanpa ragu.Kenny terdiam tetapi ekspresinya tidak menolak.Dengan hati-hati Calvin mengusap dada istrinya lalu perlahan membuka satu per satu kancing bajunya. Tubuh Kenny meremang ketika Calvin meloloskan pakaian, turun dari bahu dan punggungnya.Udara dingin langsung menyapu permukaan kulit, namun tangan Calvin yang bergerak menyapu punggung telanjangnya mampu mengusir udara dingin tersebut. Tenggorokan