“Aku tidak menyalahkannya, lagi pula suamiku tidak tahu jika aku hamil. Pernikahan kami hanyalah pernikahan bisnis, namun aku sudah menyukai suamiku saat pertemuan pertama kami. Aku berpikir setelah menikah, aku bisa hidup bebas dan lepas dari tekanan papa, namun ternyata suamiku punya masa lalu yang cukup berwarna dengan banyak wanita.”“Aku dan Anton juga punya banyak masa lalu yang suram dan kurang menyenangkan, namun setelah menikah kami tidak memikirkan semua masa lalu tersebut, namun fokus dengan masa depan kami hingga kami punya anak dan cucu dan bahagia sampai sekarang,” jelas Judy.Ceysa tersenyum senang dengan kebahagiaan keluarga Judy dan Anton. “Aku bisa melihat kebahagiaan kalian dengan jelas, hingga membuatku iri. Tentang masa laluku dan suamiku, sebenarnya bukanlah hal yang penting dalam pernikahan kami namun hal itu membuat kami salah paham dan berujung saling menyakiti.”“Jika kamu tahu itu hanya salah paham, kenapa kalian tidak saling bicara dan meluruskannya?” tanya
“Hasil promosi dengan latar tempat pilihanmu sangat positif, aku rasa projek kita bulan depan masih di sana. Hubungi para petani dan anak-anak sekolah di sana, aku membutuhkan mereka untuk branding O.M Bank,” ujar Olsen kepada Tony.“Saya senang mendengarnya, saya akan segera menghubungi dan bicara pada mereka untuk proyek Anda bulan depan,” Tony menanggapi kesuksesan perusahaan dengan hati yang senang.“Apakah kamu sudah mengirim surat perceraianku kepada Ceysa?” tanya Olsen mengalihkan pembicaraan mereka.“Calvin dan Nona Ceysa sudah tidak tinggal di apartemen itu lagi sehingga suratnya dikembalikan dan pagi ini baru saya terima,” terang Tony.Tangan Olsen mengepal kuat mencengkeram pena yang sedang dipegangnya, hingga pena itu hampir saja patah. Dia yakin Ceysa pasti ikut bersama Calvin untuk tinggal di Greenland karena wanita itu suka tinggal di sana hingga dulu dia harus menyeret paksa Ceysa agar mau pulang bersamanya.“Kirim saja dokumen itu ke Greenland, mereka pasti kembali ke
Satu tahun kemudian ....Bayi berumur 5 bulan menangis keras membuat konsentrasi Ceysa pada pekerjaannya pecah. Dia melepas kacamata yang dipakai dan beranjak dari tempat duduk, menjauh dari laptop dan dari semua data yang harus dia olah.“Astaga Dizon, tak bisakah kamu memberi mama waktu untuk mengerjakan pekerjaan mama?” gerutu Ceysa sambil mendekati putranya tersebut.Bibirnya mengerucut antara gemas dan kesal, menatap putranya dengan pipi kemerahan namun suara tangisannya melengking memekakkan telinga. Dia pun kemudian mengangkat putranya dan menggendongnya. Seketika tangis Dizon mereda berganti dengan ocehan menggemaskan.“Hmmm ... kamu memang tidak pernah bisa membuat mama bekerja dengan tenang. Mama harus menyelesaikan data ini hari ini,” geram Ceysa yang tak bisa marah kepada putranya.Bukannya mengerti apa yang Ceysa ucapkan, Dizon malah berceloteh sambil tertawa. Dia mengira jika mamanya sedang menggodanya dan mengajaknya bermain.Ceysa yang tadinya merasa kesal, ikut tertaw
“Untuk apa kamu ke sini?” Calvin bersuara terlebih dahulu dengan nada dingin.“Aku ingin bertemu Ceysa dan bicara dengan istriku,” balas Olsen tidak kalah dingin.“Jadi kalian belum bercerai? Apakah kamu tidak sadar sedang mempermainkan Ceysa dengan status yang kamu gantung itu,” sindir Calvin yang membuat rahang Olsen mengeras marah.“Aku tidak ingin bertengkar, aku akan mengakhiri semuanya hari ini juga. Aku butuh bicara dengannya untuk melanjutkan proses perceraian kami yang tertunda,” Olsen berusaha bersabar menanggapi sikap Calvin yang tidak bersahabat.“Kamu salah alamat jika mencari Ceysa ke sini,” jawab Calvin mengagetkan Olsen.“Apa maksudmu?” cecar Olsen.“Kamu pria paling bodoh yang pernah aku kenal. Hanya karena istrimu di tempat pria lain, bukan berarti dia melakukan hal yang tidak benar dengan pria itu. Apakah Ceysa tidak menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya?” ujar Calvin geram akan sikap Olsen.“Aku tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskannya,” ucap Olsen menyad
Tubuh Ceysa dan Olsen sama-sama membeku, selain keterkejutan, ada kerinduan yang tersirat di tatapan mata keduanya, namun sebisa mungkin mereka sembunyikan. Kebekuan mereka mencair ketika suara Thomas terdengar menyapa Ceysa.“Akhirnya kamu datang juga, Tuan Miller sudah menunggumu dari tadi. Kemarilah! Aku akan memperkenalkanmu pada pemilik perusahaan ini,” undang Thomas.Dengan jantung berdetak kencang, Ceysa berjalan mendekati Thomas yang duduk di samping Olsen. Sesekali mata Ceysa melirik ke arah Olsen yang terus menatapnya tanpa berkedip.“Ceysa, perkenalkan ini Tuan Miller, dia yang akan menanyakan data analisis yang sudah kamu olah,” ucap Thomas, lalu ganti mengenalkan Ceysa pada Olsen. “Tuan Miller, perkenalkan ini Ceysa Harris, karyawan yang selama ini membantuku menganalisa semua data perusahaan.”Olsen menegakkan tubuhnya dan mengamati Ceysa. “Harris?” ulang Olsen menyindir Ceysa karena ternyata wanita itu tidak memakai nama belakangnya tetapi memakai nama belakang keluarga
Olsen sadar rasa cemburu kadang membuatnya hilang kendali, dia tidak bisa terus mengekang Ceysa agar hidup dalam kendalinya. Wanita itu bukan robot dan sudah pasti punya keinginan dan kehendaknya sendiri.“Aku tidak bisa menjawabnya sekarang karena harus melihat konteksnya terlebih dahulu. Aku terlalu cemburu pada Calvin karena dia satu-satunya pria yang sangat dekat denganmu dan sangat mengerti dirimu, sedangkan aku terasa jauh darimu.”“Ini yang tidak aku suka darimu, kamu selalu menyimpulkan sendiri tanpa melihat dari sudut pandangku,” ucap Ceysa.“Itu terjadi karena aku belum bisa mengenalmu dengan baik. Beri aku waktu untuk mengenalmu, akan aku buktikan jika aku bisa mempertahankan pernikahan ini tanpa mengekangmu.”Hati Ceysa hampir saja goyah karena mulut manis Olsen, namun ketika mengingat kembali tentang Dizon yang kemungkinan akan membuat Olsen ragu akan status anak itu, membuat hati Ceysa mengeras.Dia tidak ingin Olsen mengatainya wanita jalang karena kelahiran Dizon. Dia
“Apakah kamu bisa menjelaskan data ini diperoleh dari mana?” tanya Olsen dari belakang tubuh Ceysa dan membuatnya terkejut.Olsen membungkuk di samping Ceysa dengan wajah yang mendekat ke layar laptopnya hingga mata Ceysa bisa menatap lekat wajah pria itu, bahkan dia bisa melihat rambut tipis yang mulai tumbuh di wajah suaminya.Belum lagi aroma maskulin Olsen yang sudah tidak asing baginya, membuat jantungnya berdetak kencang dengan desiran aneh yang membuat inti miliknya memanas. Ceysa menelan ludahnya dengan susah payah berusaha bersikap normal.“Data yang mana?” tanya Ceysa memastikan, namun sialnya suaranya malah berubah parau karena gairah yang tersulut. Dia berdehem beberapa kali untuk menjernihkan suaranya.“Ya ini, apakah menurutmu data ini dibuang sebagian karena mengacaukan data yang lain?” usul Olsen.“Aku akan mencoba membuangnya dan menyerahkannya padamu setelah mendapatkan hasilnya. Apakah kamu bisa menunggumu di mejamu sendiri? Aku tidak terlalu nyaman jika bekerja den
“Apa yang kamu lakukan di sini? apakah kamu mengikutiku?” geram Ceysa dengan nada tinggi penuh kemarahan.“Kamu meninggalkan ponselmu di kantor dan orang bernama Judy terus meneleponmu, aku khawatir dia membutuhkanmu,” jelas Olsen sambil memperlihatkan ponsel milik Ceysa.Dengan cepat Ceysa merebutnya dari tangan Olsen dan memeriksa ponselnya, ada sepuluh panggilan dari Judy yang membuat Ceysa semakin khawatir dengan Dizon.“Pulanglah Olsen, aku ada urusan penting,” usir Ceysa.“Siapa Judy? Apakah dia temanmu? Aku bisa membantumu jika kamu butuh bantuan.”“Dia hanya tetanggaku dan kami biasa makan bersama,” jawab Ceysa tanpa memberitahukan yang sebenarnya tentang Judy. “Aku tidak butuh bantuanmu dan akan sangat berterima kasih jika kamu mau pergi sekarang juga,” lanjutnya tanpa memikirkan perasaan Olsen. Yang dia pikirkan saat ini adalah Dizon dan ingin tahu apa yang terjadi sehingga Judy terus meneleponnya.Ada raut kecewa dari ekspresi wajah Olsen. Dia berpikir jika Ceysa sangat tid
Perkataan Calvin bukan hanya sebatas ancaman, siksaan itu dimulai ketika sesuatu merayap menyentuh tempat berharga dimana harta karun Kenny tersembunyi. Mata sayu Kenny menatap manik mata Calvin yang berbaring miring di sebelahnya.Desahan kecil terus lolos dari bibir Kenny tanpa bisa ditahan, ketika jari suaminya menelusup masuk menyentuh dinding sensitifnya. Tubuhnya menggeliat seirama dengan gerakan tangan Calvin yang menari di dalamnya.Goncangan, gesekan dan hentakan menjadi perpaduan yang sempurna yang mampu membawa Kenny ke puncak yang dirindukan. Tidak ada pria manapun yang bisa menyentuhnya seperti Calvin menyentuhnya saat ini karena dirinya hanya milik pria itu.Denyutan muncul, ketika dirinya tak mampu lagi membendung ledakan gairah. Tangannya mencengkeram bahu Calvin menyambut ledakan tersebut, tubuhnya melengkung indah diakhiri dengan teriakan siksa nikmat ketika gelombang itu datang.Tubuh Kenny terkulai lemas dengan nafas tersengal, pemandangan tersebut memberi fantasi
“Ada hal yang selama ini belum aku ceritakan padamu yang mungkin akan membuatmu berpikir ulang tentang pernikahan kita,” ujar Kenny memulai pembicaraan.“Aku rasa hal tersebut sangat membebanimu sehingga kamu berpikiran seperti itu. Katakan tentang hal yang membuatmu harus berpikir lama sebelum memberitahukannya padaku!” pinta Calvin.Kenny meremas jari tangan, tanda jika dirinya cemas dan gugup. Melihat hal itu, Calvin menggenggam tangan itu untuk memberi kekuatan dan dukungan.Dengan berkaca-kaca, Kenny menatap mata Calvin dan berkata, “Selama aku terapi di rumah sakit, aku memeriksakan kandungan karena mamamu berharap banyak padaku. Dokter menyatakan jika aku akan sulit untuk hamil karena bermasalah dengan rahim dan gangguan hormon.”Untuk sesaat Calvin membeku mendengarnya, membuat Kenny yakin jika pria itu tidak akan menerimanya. Air matanya menetes keluar dan semakin deras, membuatnya menangis terisak.Calvin memeluk dan mengusap punggungnya, berusaha menenangkan. “Kenapa selama
“Kamu mengingat semuanya?” Kenny kembali memastikan.“Ya, terutama tentang kecemburuanmu terhadap Ceysa,” ungkit Calvin.“Harus aku bilang berapa kali, aku tidak cemburu,” kilah Kenny sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya tetapi rengkuhan Calvin semakin erat sehingga usahanya sia-sia saja.“Jika terus bergerak di atas tubuhku seperti ini, kamu tahu siapa yang sedang kamu bangunkan.” Peringatan dari Calvin membuat Kenny seketika membeku, bahkan kini dia bisa merasakan sesuatu mendesak bagian bawah tubuhnya.Melihat ekspresi menggemaskan istrinya, Calvin tersenyum lalu mengecup singkat bibir Kenny.“Lepaskan aku, Calvin! Ada banyak pekerjaan yang harus aku lakukan,” Kenny membuat alasan.“Sekarang aku tahu bagaimana seorang pria harus berjuang demi cintanya,” ucap Calvin membuat mata Kenny menatap penuh arti.“Cinta …?” gumam Kenny sangat pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Calvin.“Aku hidup dalam tatanan sopan santun yang kental, menghargai hak setiap orang dan tid
Setelah kejadian tersebut, Calvin dan Kenny seakan saling menghindar. Mereka sadar jika saat berdekatan, kendali diri mereka menjadi sangat tipis.Calvin menyibukkan diri dengan kerja sama baru yang dirintis dengan Olsen, sering pulang malam sehingga hanya punya waktu sebentar untuk melihat Kenny dan itu sangat menyiksa.Sedangkan Kenny selalu menunggu Calvin pulang dan berujung kecewa karena sikap pria itu berubah dingin. Hingga suatu malam, Calvin pulang telat dalam keadaan mabuk.Kenny membuka pintu untuk pria itu dan mendapati mobil Ceysa berhenti di depan mansion. Setelah Calvin masuk, mobil itu memutar balik lalu pergi begitu saja.“Apakah Ceysa mengantarmu pulang? Di mana mobilmu?” cecar Kenny dengan sikap cemburu seorang istri, padahal selama ini dia sendiri yang selalu menegaskan jika posisinya adalah sebagai karyawan Miller.Kening Calvin berkerut sambil menahan rasa berdenyut di kepala. “Aku tidak mengerti arah pertanyaanmu.”“Apakah kamu belum melupakannya? Apakah kamu mas
Berusaha menjauh dari jangkauan Calvin, Kenny menyibukkan diri di dapur. Setelah menyiapkan makan malam, dia memasukkan semua alat dapur yang kotor ke wastafel dan mencucinya. Ketenangannya terganggu ketika Calvin tiba-tiba muncul dari belakang dan mengambil sarung tangan karet untuk membantunya mencuci.“Biar aku saja yang melakukannya, kamu tamu di sini,” larang Kenny.“Apakah salah jika aku membantumu?” ujar Calvin masih sibuk menggosok alat dapur dengan sabun.“Kita harus tahu batasan, aku yang bertanggung jawab atas rumah ini dan kebutuhanmu, sedangkan kamu tamu di sini. Aku yakin kamu tidak akan membantu jika yang ada di sini bukanlah aku.” Kenny memasang dinding pembatas untuk mengingatkan status mereka.Ekspresi Calvin berubah kesal, dia melepaskan sarung tangan dan pergi menjauh.“Bukankah kamu juga bertanggung jawab atas kebutuhanku? Sekarang aku ingin mandi, siapkan bajuku dan rapikan koper yang aku bawa, aku belum sempat memasukkan pakaian yang kubawa ke lemari,” ujarnya s
Kenny merasa resah, duduk di ruang ganti baju sambil melamun. Dadanya terasa sesak mengingat kedekatan Calvin dengan Ceysa, mungkinkah pertemuan mereka yang semakin intens akan membuat Calvin semakin tak bisa melepaskan Ceysa? Padahal wanita itu sudah bahagia bersama suaminya.Sedalam apa perasaan Calvin sehingga tidak bisa menerima jika Ceysa sudah menikah? Wanita manapun tidak akan bisa meruntuhkan hati Calvin jika pria itu terus memasang dinding tebal.Pikiran itu terus berkecamuk, Kenny tenggelam dalam persepsinya sendiri, menyimpulkan apa yang dilihat.Semua kejadian beruntun terkait Calvin membuat mental dan emosi Kenny terganggu, dia berpikir, mungkin akan jauh lebih baik jika mengundurkan diri dari pekerjaan serta menjauh dari pria yang pernah dinikahinya itu.Helaan nafas terdengar berat menggema di dinding ruangan, ada hal lain yang mengganjal di hati sehingga dia tidak bisa serta merta meninggalkan pekerjaannya saat ini.Pertama karena Olsen sudah menolongnya, dia masih mem
“Kenny, tolong antarkan handuk ini ke kamar nomor 1005,” ujar rekan kerja Kenny.Meski pikirannya sedang berkecamuk dan tubuhnya semakin lemah karena pertemuannya dengan Calvin, tapi Kenny sadar jika harus bersikap profesional terhadap pekerjaan. Tanpa bantahan, dia mengambil handuk itu lalu pergi untuk mengantarnya.Dia menempelkan kartu ke pintu kamar untuk membukanya karena rekan kerjanya bilang dia hanya perlu menaruh handuk itu dan pergi secepatnya agar tidak mengganggu tamu yang menginap di kamar tersebut.Kemungkinan tamu itu belum ada di kamar karena masih ada urusan bisnis dengan rekannya.Tak ingin membuat masalah, Kenny secepat mungkin menaruh handuk ke atas ranjang sebelum tamu itu kembali ke kamar. Dia membalikkan badan hendak pergi, tetapi tubuhnya membeku ketika pintu kamar mandi di depannya terbuka dan keluar seorang pria yang sangat ingin dia hindari.“Ke-kenapa kamu di sini?” racau Kenny gugup menatap Calvin hanya memakai handuk kecil untuk menutup area sensitifnya,
“Maaf jika aku mengganggu kalian, aku akan segera keluar setelah menyiapkan makanannya,” ujar Kenny sopan.Bukannya merespon perkataan Kenny, wanita itu malah menatap suaminya lalu berkata, “Apakah karyawan ini yang kamu ceritakan?”Kenny tertegun mendengar suami istri itu membicarakannya. “Apa yang kalian bicarakan tentangku?”Nada Kenny mengisyaratkan ketidaksukaan karena kehidupan pribadinya dijadikan bahan gosip.“Jangan berpikir macam-macam, suamiku hanya menceritakan apa yang kamu alami. Aku kagum dan bersyukur karena kamu bisa pulih dari trauma dengan cepat. Aku tahu apa yang kamu alami tidak mudah,” ujar istri Olsen yang membuat hati Kenny luluh karena apa yang diucapkan wanita itu terasa begitu tulus.“Terima kasih atas simpatinya, jika tidak ada Tuan Miller yang membantuku, mungkin masa depanku sudah hancur,” ucap Kenny.“Siapa namamu? Namaku Ceysa,” ujar wanita itu sambil mengulurkan tangan.Kenny segera membersihkan tangan yang kotor karena makanan lalu menjabat tangan Cey
Kenny tidak menyangka dirinya kini sedang berhadapan dengan pria tampan yang menyelamatkan nyawa dan kehormatannya. Pria itu menyodorkan kwitansi pelunasan hutang yang dibayarkan untuk menembus dirinya.“Ini total uang yang aku keluarkan untukmu dan sebagai seorang pengusaha, aku tidak ingin dirugikan untuk masalahmu. Jadi apa yang bisa kamu berikan untuk bisa membayar hutangmu?” tuntut pria itu.Mata Kenny terbelalak kaget dengan nominal yang dibayarkan pria itu, sebanyak itukah papanya menjualnya? Bahkan seumur hidup pun dia tidak akan mampu melunasi hutangnya.“Kamu bilang jika hotel ini milikmu, izinkan aku bekerja di sini dan kamu bisa mengambil seluruh gajiku untuk melunasi hutangku,” ujar Kenny dengan solusi yang cerdas.Pria itu tampak memikirkan usul Kenny dan terlihat setuju dengan hal itu.“Tidak mungkin aku mengambil semua gajimu, aku akan memotong 50 persen dari gajimu sebagai cicilan pelunasan hutang. Sebagai gantinya kamu akan mendapat asrama gratis, sehingga kamu bisa