Calvin yang dari tadi hanya bisa mendengarkan pertengkaran mereka, akhirnya mendekati Ceysa dan hendak menolongnya untuk berdiri, namun Ceysa menolak pertolongan Calvin.“Jangan pernah menyentuhku! Apakah kamu sadar jika kamu baru saja menghancurkan hidupku?” geram Ceysa.“Maafkan aku, Ceysa. Aku tidak tahu jika masalahnya akan menjadi seperti ini, tetapi jangan khawatir, aku akan selalu berada disampingmu dan jika keadaan ini sudah membaik, kamu bisa bicara lagi dengan suamimu.”“Aku dan Olsen tidak butuh bicara lagi,” tolak Ceysa.“Baiklah, terserah kamu saja. Sekarang bangunlah dan kembalilah ke ranjang. Kamu masih sakit, kita tunggu dokter datang.”Ceysa kemudian berusaha berdiri tanpa bantuan Calvin. Pria itu mengira jika Ceysa hendak kembali ke kamar, namun ternyata wanita itu melangkah keluar dari rumahnya.“Kamu mau ke mana?” tanya Calvin cemas.“Ke mana saja yang penting jauh dari kalian semua. Jauh darimu, dari Olsen dan dari papa. Kalian semua pria brengsek yang hanya bisa
Judy menatap Ceysa dengan keprihatinan, dia tahu jika wanita itu sedang mengalami masalah besar.“Lalu bagaimana kamu hidup? Keuanganku dan suamiku tidak akan mampu membantumu,” ujar Judy dengan jujur.“Jangan khawatir, aku memiliki cukup uang untuk sekedar makan dan tinggal. Aku akan membeli laptop dan menghasilkan uang dari sana,” terang Ceysa.“Bagaimana kamu bisa mendapatkan uang hanya dengan modal laptop saja?”“Sejak dari kuliah, aku suka menganalisis data dan banyak perusahaan yang membutuhkan keahlianku. Aku bisa dengan mudah melamar pekerjaan, namun pekerjaanku tidak perlu keluar rumah,”“Baiklah kalau begitu, besok pagi aku akan membantu membersihkan rumah itu. Sekarang makan lalu istirahatlah! besok kamu butuh energi yang banyak untuk tinggal di tempat barumu.”“Lalu bagaimana denganmu dan Anton? Aku tidak mungkin memakai kamar kalian.”“Kalau tidak keberatan, bolehkah aku tidur bersamamu? Biar Anton tidur di sofa untuk malam ini,” ujar Judy.“Tentu saja aku tidak keberatan
“Aku tidak menyalahkannya, lagi pula suamiku tidak tahu jika aku hamil. Pernikahan kami hanyalah pernikahan bisnis, namun aku sudah menyukai suamiku saat pertemuan pertama kami. Aku berpikir setelah menikah, aku bisa hidup bebas dan lepas dari tekanan papa, namun ternyata suamiku punya masa lalu yang cukup berwarna dengan banyak wanita.”“Aku dan Anton juga punya banyak masa lalu yang suram dan kurang menyenangkan, namun setelah menikah kami tidak memikirkan semua masa lalu tersebut, namun fokus dengan masa depan kami hingga kami punya anak dan cucu dan bahagia sampai sekarang,” jelas Judy.Ceysa tersenyum senang dengan kebahagiaan keluarga Judy dan Anton. “Aku bisa melihat kebahagiaan kalian dengan jelas, hingga membuatku iri. Tentang masa laluku dan suamiku, sebenarnya bukanlah hal yang penting dalam pernikahan kami namun hal itu membuat kami salah paham dan berujung saling menyakiti.”“Jika kamu tahu itu hanya salah paham, kenapa kalian tidak saling bicara dan meluruskannya?” tanya
“Hasil promosi dengan latar tempat pilihanmu sangat positif, aku rasa projek kita bulan depan masih di sana. Hubungi para petani dan anak-anak sekolah di sana, aku membutuhkan mereka untuk branding O.M Bank,” ujar Olsen kepada Tony.“Saya senang mendengarnya, saya akan segera menghubungi dan bicara pada mereka untuk proyek Anda bulan depan,” Tony menanggapi kesuksesan perusahaan dengan hati yang senang.“Apakah kamu sudah mengirim surat perceraianku kepada Ceysa?” tanya Olsen mengalihkan pembicaraan mereka.“Calvin dan Nona Ceysa sudah tidak tinggal di apartemen itu lagi sehingga suratnya dikembalikan dan pagi ini baru saya terima,” terang Tony.Tangan Olsen mengepal kuat mencengkeram pena yang sedang dipegangnya, hingga pena itu hampir saja patah. Dia yakin Ceysa pasti ikut bersama Calvin untuk tinggal di Greenland karena wanita itu suka tinggal di sana hingga dulu dia harus menyeret paksa Ceysa agar mau pulang bersamanya.“Kirim saja dokumen itu ke Greenland, mereka pasti kembali ke
Satu tahun kemudian ....Bayi berumur 5 bulan menangis keras membuat konsentrasi Ceysa pada pekerjaannya pecah. Dia melepas kacamata yang dipakai dan beranjak dari tempat duduk, menjauh dari laptop dan dari semua data yang harus dia olah.“Astaga Dizon, tak bisakah kamu memberi mama waktu untuk mengerjakan pekerjaan mama?” gerutu Ceysa sambil mendekati putranya tersebut.Bibirnya mengerucut antara gemas dan kesal, menatap putranya dengan pipi kemerahan namun suara tangisannya melengking memekakkan telinga. Dia pun kemudian mengangkat putranya dan menggendongnya. Seketika tangis Dizon mereda berganti dengan ocehan menggemaskan.“Hmmm ... kamu memang tidak pernah bisa membuat mama bekerja dengan tenang. Mama harus menyelesaikan data ini hari ini,” geram Ceysa yang tak bisa marah kepada putranya.Bukannya mengerti apa yang Ceysa ucapkan, Dizon malah berceloteh sambil tertawa. Dia mengira jika mamanya sedang menggodanya dan mengajaknya bermain.Ceysa yang tadinya merasa kesal, ikut tertaw
“Untuk apa kamu ke sini?” Calvin bersuara terlebih dahulu dengan nada dingin.“Aku ingin bertemu Ceysa dan bicara dengan istriku,” balas Olsen tidak kalah dingin.“Jadi kalian belum bercerai? Apakah kamu tidak sadar sedang mempermainkan Ceysa dengan status yang kamu gantung itu,” sindir Calvin yang membuat rahang Olsen mengeras marah.“Aku tidak ingin bertengkar, aku akan mengakhiri semuanya hari ini juga. Aku butuh bicara dengannya untuk melanjutkan proses perceraian kami yang tertunda,” Olsen berusaha bersabar menanggapi sikap Calvin yang tidak bersahabat.“Kamu salah alamat jika mencari Ceysa ke sini,” jawab Calvin mengagetkan Olsen.“Apa maksudmu?” cecar Olsen.“Kamu pria paling bodoh yang pernah aku kenal. Hanya karena istrimu di tempat pria lain, bukan berarti dia melakukan hal yang tidak benar dengan pria itu. Apakah Ceysa tidak menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya?” ujar Calvin geram akan sikap Olsen.“Aku tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskannya,” ucap Olsen menyad
Tubuh Ceysa dan Olsen sama-sama membeku, selain keterkejutan, ada kerinduan yang tersirat di tatapan mata keduanya, namun sebisa mungkin mereka sembunyikan. Kebekuan mereka mencair ketika suara Thomas terdengar menyapa Ceysa.“Akhirnya kamu datang juga, Tuan Miller sudah menunggumu dari tadi. Kemarilah! Aku akan memperkenalkanmu pada pemilik perusahaan ini,” undang Thomas.Dengan jantung berdetak kencang, Ceysa berjalan mendekati Thomas yang duduk di samping Olsen. Sesekali mata Ceysa melirik ke arah Olsen yang terus menatapnya tanpa berkedip.“Ceysa, perkenalkan ini Tuan Miller, dia yang akan menanyakan data analisis yang sudah kamu olah,” ucap Thomas, lalu ganti mengenalkan Ceysa pada Olsen. “Tuan Miller, perkenalkan ini Ceysa Harris, karyawan yang selama ini membantuku menganalisa semua data perusahaan.”Olsen menegakkan tubuhnya dan mengamati Ceysa. “Harris?” ulang Olsen menyindir Ceysa karena ternyata wanita itu tidak memakai nama belakangnya tetapi memakai nama belakang keluarga
Olsen sadar rasa cemburu kadang membuatnya hilang kendali, dia tidak bisa terus mengekang Ceysa agar hidup dalam kendalinya. Wanita itu bukan robot dan sudah pasti punya keinginan dan kehendaknya sendiri.“Aku tidak bisa menjawabnya sekarang karena harus melihat konteksnya terlebih dahulu. Aku terlalu cemburu pada Calvin karena dia satu-satunya pria yang sangat dekat denganmu dan sangat mengerti dirimu, sedangkan aku terasa jauh darimu.”“Ini yang tidak aku suka darimu, kamu selalu menyimpulkan sendiri tanpa melihat dari sudut pandangku,” ucap Ceysa.“Itu terjadi karena aku belum bisa mengenalmu dengan baik. Beri aku waktu untuk mengenalmu, akan aku buktikan jika aku bisa mempertahankan pernikahan ini tanpa mengekangmu.”Hati Ceysa hampir saja goyah karena mulut manis Olsen, namun ketika mengingat kembali tentang Dizon yang kemungkinan akan membuat Olsen ragu akan status anak itu, membuat hati Ceysa mengeras.Dia tidak ingin Olsen mengatainya wanita jalang karena kelahiran Dizon. Dia
Mereka tidak berhenti setelah membuat berantakan meja makan dan ruang tengah, Calvin membawa istrinya ke kamar dan melanjutkan kegiatan yang menguras tenaga tersebut.“Apakah kamu lelah?” Calvin tidak ingin membuat kesehatan Kenny terganggu.Kenny menggeleng, tangannya bergerak lembut mengusap pinggang liat suaminya lalu turun ke tempat aset berharganya. Dia merasakan milik Calvin mulai bergairah kembali.“Kenapa semangatmu sangat mudah kembali?” sindir Kenny dengan wajah memerah, disaat jantungnya masih berdetak kencang dan miliknya masih berdenyut, tapi suaminya itu sudah siap untuk bertempur kembali.“Mungkin karena bersamamu,” jawab Calvin membuat hati Kenny melambung tinggi.“Aku ingin mengatakan sesuatu,” ucap Kenny membuat Calvin menatapnya serius.“Tentang apa?” tanyanya penasaran.“Setelah menjalani beberapa bulan terapi, kini kakiku sudah mulai merasakan sesuatu dan aku sudah bisa berdiri serta berjalan meski masih memakai alat bantu,” terang Kenny.Mata Calvin berbinar mend
Kenny memejamkan mata merasakan sesuatu yang panas dan lembab menjelajahi dadanya, bunyi cecapan terdengar menggema di dinding rumah memberikan sensasi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Tubuhnya bergetar ketika jari suaminya merambat turun untuk mendapatkan harta karun yang tersembunyi, kaki Kenny yang sudah bisa merasakan sentuhan dan merespon, bergerak melengkung tanpa disadari, bahkan Calvin pun tak menyadarinya.“Apakah kamu menginginkanku?” bisik Calvin menggoda.“Aku menginginkanmu,” balas Kenny tanpa keraguan.Untuk membuat Calvin yakin dengan keinginannya, Kenny menarik pakaian suaminya lalu dengan tidak sabar membukanya.Senyum Calvin terkembang mengetahui Kenny begitu menginginkannya. Dia kemudian berinisiatif untuk membantu istrinya dengan melepaskan semua pakaian yang menempel di tubuh lalu berdiri di depan Kenny tanpa sehelai benang pun.Mata Kenny tak berkedip menatap tubuh sempurna suaminya, pipinya memerah seperti tomat, tetapi terlalu rugi jika mengalihkan p
Kenny tidur memunggungi pintu kamar dan menutup wajahnya dengan selimut. Dia tidak ingin Calvin tahu bekas tamparan papanya yang meninggalkan lebam dengan warna kebiruan di pipi.Saat mendengar pintu kamar terbuka, dia memejamkan mata pura-pura tidur.“Apakah kamu sudah tidur?” suara Calvin menggema di kamar.Bukannya menjawab, Kenny malah semakin memejamkan mata agar Calvin tidak mengusiknya.Keadaan sejenak menjadi senyap ketika Calvin mengamati Kenny dari belakang, dia tahu jika istrinya tidak benar-benar tidur karena enggan bicara dengannya.“Tidurlah yang nyenyak,” ucap Calvin lalu menutup pintu kamar dengan perlahan.Kenny membuka mata dan membalikkan badan menatap pintu kamar yang tertutup, tiba-tiba saja air matanya menetes keluar.“Maaf, aku tidak bisa menjadi istri dan menantu yang diharapkan keluarga ini. Aku bukan wanita yang kamu harapkan, tidak bisa memberikan cucu dalam waktu dekat seperti apa yang papa dan mamamu inginkan. Aku juga tidak mau papaku menghancurkan petern
“Aku rasa kita telah melakukan kesalahan,” ujar Calvin membuat Kenny membeku.“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?” tanya Kenny berusaha menahan diri dari segala perasaan yang berkecamuk.“Sebagai pria, aku telah hilang kendali. Seharusnya aku menjaga dan melindungimu, bukan malah mengambil keuntungan darimu.”Calvin menyalahkan dirinya demi menjaga perasaan Kenny, tetapi apa yang ditangkap Kenny malah sebaliknya. Dia tersinggung dengan perkataan suaminya.“Mengambil keuntungan dariku? Apakah kamu memaksaku atau melakukan sesuatu saat aku tidak sadar? Seingatku apa yang kita lakukan dalam keadaan sadar tanpa keterpaksaan. Apakah kamu mau bilang sudah memanfaatkanku atas keadaanku? Jadi menurutmu, aku wanita yang pantas untuk dimanfaatkan?” geram Kenny dengan segala asumsinya.“Bukan begitu maksudku, aku hanya tidak ingin kamu terluka. Seharusnya aku bisa mengendalikan diri sesuai dengan perjanjian pernikahan kita di awal.”Calvin berusaha menjelaskan kerumitan hubungan mereka, te
Jadwal kontrol Kenny ke dokter fisioterapi tiba, dia pergi ke rumah sakit untuk melakukan terapi dan pemeriksaan rutin.“Beberapa hari yang lalu kakiku kesemutan dan mulai merasakan rangsangan, apakah itu pertanda baik?” tanya Kenny pada dokter yang menanganinya.“Kemajuanmu sangat pesat, tentu saja itu pertanda yang baik,” jawab dokter itu.Harapan besar seketika tumbuh memenuhi hati Kenny. “Apakah itu artinya aku bisa sembuh dengan cepat?”Dokter itu menatap Kenny dengan serius membuat harapannya mengempis.“Melihat keadaanmu, butuh proses dan waktu untuk bisa benar-benar sembuh total, yang penting jangan putus asa dan patah semangat, melihat kemajuanmu yang pesat aku yakin kamu akan sembuh lebih cepat dari perkiraan. Bersabarlah!”Jawaban yang Kenny dengar tidak memuaskan dirinya, perkataan dokter itu seolah terdengar jika dia butuh waktu yang cukup lama untuk bisa kembali normal.“Apakah aku boleh hamil dengan keadaan seperti ini?” ucap Kenny yang cukup membuat dokter di depannya
Menjelang malam, Calvin pulang dengan alat pemanas ruangan yang baru. Wajahnya terlihat sangat lelah dan kurang istirahat.“Apakah kamu sudah makan? Aku sudah memasak untukmu,” kata Kenny pada suaminya.“Aku masih kenyang, makanlah dulu, aku akan memasang alat ini,” tunjuk Calvin ke arah barang yang dia bawa.“Kamu bisa memasangnya besok jika lelah, setelah makan kamu bisa beristirahat,” bujuk Kenny.“Aku belum ingin makan karena tadi sempat makan sebelum sampai rumah. Kamu yang harus makan agar kesehatanmu tidak terganggu, aku akan menyusul jika sudah selesai.” Calvin memberi alasan.Sadar jika sikap Calvin berubah seakan sedang menghindari dirinya, Kenny mengangguk mengalah mengikuti perkataan suaminya.“Baiklah, aku akan makan dulu,” ucapnya lalu pergi ke ruang makan, sedangkan Calvin masuk ke kamar dan sibuk dengan alat pemanas ruangan.Kenny makan sangat lambat, sengaja menunggu Calvin menyelesaikan pekerjaannya, tapi sampai makanannya habis, pria itu tak kunjung menyusul ruang m
Saat siang hari, sebuah mobil asing berhenti di depan rumah orang tua Calvin. Kenny yang sedang duduk di teras mengamati dengan seksama siapa tamu mertuanya tersebut.Seorang wanita turun dari pintu kemudi lalu membuka pintu belakang dan ternyata orang tua Calvin yang keluar dari pintu tersebut.Cameron yang melihat menantunya duduk di teras, melambaikan tangan dan menyapanya. “Halo Sayang, apakah kamu baik-baik saja selama kami pergi?”“Ya, aku baik-baik saja. Maaf aku tidak bisa membantu membawa barang-barang itu Ma,” tunjuk Kenny ke bagasi mobil.“Tidak apa-apa, Juan dan Yuri yang akan membawanya masuk,” ujar Cameron menunjuk suaminya dan wanita yang mengemudikan mobil tersebut.Kenny melirik ke arah wanita yang ditunjuk mertuanya dan melihat tatapan sinis dari wanita itu, namun dia mengabaikan hal tersebut karena tidak ingin berpikiran negatif, mungkin saja dia salah mengartikan tatapan wanita itu.Merasa udara semakin dingin dan Calvin tak kunjung pulang dari kota, Kenny memutusk
Calvin mengusap permukaan kulit Kenny disaat wanita itu tidur meringkuk di pelukannya. Jarinya menelusuri kulit telanjang istrinya yang bersinar karena tempaan cahaya api dari perapian.Ingatannya kembali ke percintaan mereka, tidak menyangka dirinya bisa hilang kendali bahkan lupa kondisi Kenny yang seharusnya masih butuh banyak istirahat. Kenny begitu menggoda, memberinya kenikmatan yang luar biasa.“Maafkan aku,” gumamnya pelan menyadari telah membuat istrinya kelelahan.Perlahan dia menarik selimut menutupi tubuh mempesona istrinya, lalu ikut terlelap tanpa melepaskan pelukan.Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa tidur nyenyak dengan hati yang penuh kedamaian dan otak yang tenang. Rasa cemas dan gelisah yang selama ini menghantui, lenyap seketika.*Kenny membuka mata dengan berat ketika suara ponsel milik Calvin mengganggu tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke rumah.Tak langsung menanggapi suara tersebut, perhatiannya terali
“Calvin …!” desah Kenny di sela ciuman mereka.“Apakah kamu keberatan?” Calvin menjauhkan bibir lalu menatap mata Kenny untuk memastikan apa yang istrinya inginkan.“Bu-bukan begitu, tetapi di sini terlalu terbuka. Aku merasa kurang nyaman.” Kenny kembali mengedarkan pandangan memastikan tidak ada orang yang melihat mereka.“Rumah ini jauh dari rumah para pekerja, yang sering datang ke sini hanya papa dan mama, tapi saat ini mereka sedang pergi. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.” Calvin berusaha menyakinkan istrinya.“Apakah kamu yakin?” tanya Kenny.“Sangat yakin,” jawab Calvin tanpa ragu.Kenny terdiam tetapi ekspresinya tidak menolak.Dengan hati-hati Calvin mengusap dada istrinya lalu perlahan membuka satu per satu kancing bajunya. Tubuh Kenny meremang ketika Calvin meloloskan pakaian, turun dari bahu dan punggungnya.Udara dingin langsung menyapu permukaan kulit, namun tangan Calvin yang bergerak menyapu punggung telanjangnya mampu mengusir udara dingin tersebut. Tenggorokan