Beberapa hari tinggal di White Forest di dalam perawatan Olsen, membuat Ceysa sembuh dengan cepat. Suasana White Forest yang tenang dan jauh dari keramaian serta akses internet yang dibatasi sehingga Ceysa tidak mendengar berita-berita yang beredar di media massa, berdampak positif terhadap kesehatannya.Pipinya yang tirus dan pucat, kini tampak berisi dan memerah, sangat menggemaskan bagi Olsen. Tak heran jika pria itu sangat suka mengusap pipi kemerahan istrinya yang membuat Ceysa salah tingkah.Meski jauh dari keramaian, bukan berarti mereka kesulitan dengan kebutuhan sehari-hari karena beberapa ratus meter dari rumah mereka, ada penjaga yang mengamankan White Forest dan beberapa pelayan yang sesekali datang untuk membersihkan rumah tersebut.Bangun dengan Olsen ada di sampingnya sudah menjadi kebiasaan bagi Ceysa yang tak lagi membuat dia merasa canggung. Seperti matahari yang bersinar menghangatkan kamar mereka, wajah tampan Olsen yang dia tatap pertama kali saat membuka mata, ma
“Olsen, berhenti! Ada sesuatu yang ingin keluar dari tubuhku,” engah Ceysa sambil berusaha mendorong tangan suaminya yang bergerak semakin cepat di dalamnya.“Meledaklah! Aku ingin melihatmu meledak di depanku,” balas Olsen yang langsung menahan kedua tangan Ceysa dan menaikkan ke atas kepala wanita itu.Ceysa berteriak keras ketika dirinya meledak untuk pertama kali, nafasnya terengah kasar dengan tubuh lunglai. Beruntung Olsen segera menangkap dan menahan tubuhnya sehingga Ceysa tidak jatuh ke lantai kamar mandi.Dia menopang kepala Ceysa di bahunya dan mengusap punggung telanjang istrinya untuk menormalkan nafas dan detak jantung wanita itu. “Ayo kita sudahi acara mandi ini, aku tidak ingin kamu sakit karena terlalu lama diguyur air dingin,” ucap Olsen.“Kamu yang membuat acara mandiku jadi lama,” gerutu Ceysa ketika nafasnya sudah kembali normal.“Aku akan menghangatkanmu,” goda Olsen.“Jangan menggodaku!”Olsen terkekeh merespon sikap istrinya. “Hari ini aku akan mengajakmu mende
Seperti yang Olsen katakan, sebelum matahari tenggelam mereka sudah sampai di rumah. Ketika Ceysa keluar dari kamar mandi, dia tidak mendapatkan Olsen di kamar. Dia kemudian keluar dari kamar dan disambut dengan suara merdu alunan musik yang mengingatkannya dengan lagu yang di putar di pernikahannya.“Ada apa ini? apakah kita merayakan sesuatu?” tanya Ceysa ketika melihat suaminya keluar dari ruang penyimpanan minuman sambil membawa sebotol wine.Olsen meletakkan botol minuman yang dia bawa, lalu berjalan mendekati istrinya. Tangannya terulur, membuat Ceysa mengerutkan kening penuh tanda tanya.“Maukah kamu berdansa denganku? Kita belum sempat melakukannya saat acara pernikahan,” ajak Olsen.Ceysa terdiam sambil menatap tangan suaminya, rasa bersalah menyelinap masuk ke relung hatinya. “Soal itu, maafkan aku. Aku mempermalukanmu di depan semua tamumu.”“Lupakan yang sudah terjadi, kita perbaiki kesalahan yang lalu. Jadi, maukah kamu berdansa denganku?” desak Olsen.Tangan Ceysa menyam
Ibu jari Olsen bergerak mengusap bibir Ceysa yang bergetar, menelusurinya dengan perlahan, mengirimkan gelombang sensasi yang tak bisa diungkapkan.“Bolehkah? Aku tidak ingin kamu menyesalinya,” tanya Olsen lirih dengan makna penuh arti.Sebagai wanita dewasa, Ceysa tahu arti tatapan suaminya. Jantungnya berdetak sangat kencang karena itu artinya dia harus menjalankan perannya sebagai seorang istri. Ada ketakutan dalam dirinya, tetapi dia tidak ingin mengecewakan pria yang sudah sangat baik padanya.Pria yang dia permalukan, dengan mudah memaafkan kebodohannya. Pria yang merawatnya dengan baik dan mengajaknya keluar dari dunianya yang membosankan.Dengan mengangguk perlahan, Ceysa memperbolehkan Olsen menyentuhnya lebih dari apa yang pria itu lakukan di kamar mandi. Dia juga ingin menyenangkan hati pria itu, tak hanya menerima tetapi juga memberikan apa yang bisa dia berikan.Mendapat respon yang sama sekali tak terpikirkan olehnya, membuat mata Olsen menggelap penuh gairah. Dia mende
Dia ingin menghindar namun terlambat, Olsen telah menemukan titik kelemahannya ketika bibir pria itu mengecap tempat rahasia yang belum tersentuh oleh siapapun kecuali Olsen sendiri.Tangan Ceysa mencengkeram dan mencakar bahu Olsen ketika lidah pria itu semakin berani mengecap dan menyapu dinding inti miliknya yang penuh dengan syaraf sensitif. Tubuhnya terasa melayang karena rasa nikmat yang luar biasa.Olsen mengangkat satu kakinya dan menaruhnya di bahu kokoh pria itu. Rasa penasaran mengalahkan kegugupan yang dirasakan. Tubuhnya memanas saat pria itu mengecap di dalam sana, desahan pun tak mampu ditahan lagi hingga akhirnya lolos dan menggema di dalam kamar, bersahut dengan bunyi cecapan Olsen.Tubuhnya bergetar hebat ketika sesuatu ingin meledak dari dalam dirinya. “Olsen, cukup!” pekiknya.Bukannya berhenti, cecapan Olsen malah semakin menjadi, hingga akhirnya teriakan melengking menandai sebuah ledakan dahsyat.Tangan Olsen terulur menahan tubuh Ceysa sehingga dia tidak meroso
Tubuh Olsen menggeliat, pinggulnya bergerak ke atas dan ke bawah hingga otot bahunya terlihat sangat mempesona. Punggung lebarnya bergerak meliuk indah dan mulai basah karena keringat. Cengkraman tangan Ceysa di sprei ranjang juga semakin kuat, dia tak menyangka jika sebuah percintaan bisa memberikan rasa senikmat ini.Ke mana saja dirinya selama ini hingga tidak pernah berpikir untuk melakukannya dengan seorang pria. Namun dirinya tak bisa menjamin bisa menikmati percintaan seindah ini jika pria yang bersamanya bukan Olsen.Ini bukan hanya bicara tentang hubungan fisik saja, namun perasaan Ceysa sudah terikat dengan Olsen membuat percintaan ini menjadi indah.Olsen bergerak begitu maskulin, memperlihatkan sisi dominasi tetapi juga memberikan surga yang tak pernah terbayangkan oleh Ceysa. Bibir pria itu menyapu dan mengecap setiap inci permukaan tubuh Ceysa, meninggalkan jejak kepemilikan yang terasa panas tertinggal di bekas cecapan itu.Alunan suara musik dansa yang sayup-sayup terd
Pagi terasa sangat dingin akibat hujan yang mengguyur semalaman, tetapi hal itu tidak mengganggu kenyaman dua orang yang sedang tidur bergelung saling berpelukan dan berbagi kehangatan.Ceysa bersembunyi di balik selimut tebal dalam dekapan hangat suaminya, tubuh telanjang keduanya saling berimpit tanpa sekat.Olsen terbangun ketika tubuh Ceysa menggeliat di dalam pelukannya, hidung wanita itu mengusap dadanya menggelitik dan menggoda. Saat membuka mata, dia langsung dihadapkan pada pemandangan yang indah, bukan pemandangan hutan yang biasa dilihat dari balik dinding kaca rumah, namun wajah cantik Ceysa yang masih tertidur dan tampak polos.Tubuh Olsen meremang mengingat kembali bagaimana percintaan panas mereka semalam. Dia tidak menyangka jika malam yang diimpikan selama ini bersama Ceysa akhirnya terwujud, bahkan di luar ekspektasi.Semalam dia sudah berusaha untuk berhati-hati agar Ceysa merasa nyaman, namun kenyataannya wanita itu lebih berani dari dugaan.Wanita itu bisa mengimb
Olsen segera menutup telepon dan mencengkeram kuat ponsel di tangannya. Dulu dia berpacaran dengan Fania hanya sekedar iseng, mengingat dia artis cantik yang paling disukai oleh kebanyakan pria di dunia ini. Setelah menjalin hubungan dengan wanita itu, dia baru sadar jika Fania hanyalah sekedar sampah.Namun keisengannya ternyata berbuntut panjang. Wanita itu berulang kali mengganggu kebahagiaannya. “Sudah saatnya aku mengakhiri permainanmu, Fania. Aku sudah tidak bermain-main dengan kehidupan dan masa depanku lagi. Kini aku sudah tahu tujuan hidupku,” gumam Olsen pada dirinya sendiri.Pikirannya langsung melayang mengingat Ceysa. Wanita itulah yang kini menjadi tujuan hidupnya. Dia ingin membangun rumah tangga bersama wanita itu. Sedikit demi sedikit dia berniat untuk membicarakan soal kehadiran anak dalam pernikahan mereka.Meski tidak dalam waktu dekat karena kehidupan Ceysa sedang dalam masa peralihan yang mungkin membingungkan, dari yang awalnya terkekang menjadi bisa sebebas yan
Keesokan paginya, Kenny terbangun dengan handuk basah di kening. Dia mengambil handuk tersebut dan hendak bangun, tetapi seketika kepalanya berputar serta berdenyut sakit.Pintu kamar terbuka dan Calvin terkejut melihat istrinya berusaha bangun dengan menahan rasa sakit. Dia segera meletakkan nampan berisi makanan lalu menopang tubuh Kenny, membantunya untuk bangun.“Tidurlah kembali, kamu masih sakit,” ujarnya.“Apa yang terjadi?” tanya Kenny dengan suara lirih.“Semalam kamu demam, beruntung menjelang pagi suhu tubuhmu sudah normal kembali,” jawab Calvin.“Apakah semalam kamu tidak tidur karena aku?” Kenny merasa tidak enak hati.“Sudah kewajibanku merawatmu dan memastikan keadaanmu baik-baik saja.” Calvin tidak merasa terbebani dengan hal tersebut.“Maaf jika aku selalu merepotkanmu. Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu?” Kenny bertekad untuk tidak merepotkan Calvin lagi dengan semua masalahnya.“Makan dan minumlah obatmu sehingga cepat sembuh,” balas Calvin ya
“Lepaskan tanganmu! Aku mertuamu. Ingat?” seru Fortin menghentakkan tangan Calvin.Dengan tatapan membunuh, Calvin menjauh dari mertuanya. “Kamu tidak pantas berbuat kasar pada putrimu, sekarang dia adalah istriku jadi aku memiliki hak untuk melindunginya dari siapapun yang ingin menyakitinya termasuk dirimu.”Tawa Fortin menggema di dinding rumah merespon sikap posesif menantunya terhadap putrinya. “Apa yang telah putriku lakukan terhadapmu sehingga kamu memiliki perasaan padanya? Apakah dia membuatmu kasihan, dia memang ahli melakukannya.”“Papa cukup!” tegur Kenny dengan suara bergetar, tak menyangka jika papanya tega mempermalukannya di depan Calvin.“Apa yang kamu inginkan?” tanya Calvin pada Fortin.Tak ingin papanya menimbulkan masalah lebih besar, Kenny langsung menahan perkataan papanya agar tetap bungkam.“Dia tidak menginginkan apa pun, dia hanya datang menjengukku dan tanpa sengaja aku membuatnya marah.” Kenny mewakili papanya menjawab pertanyaan Calvin.“Marah hingga tega
Kenny duduk di depan jendela dengan laptop di depannya. Dia menghabiskan waktu untuk mencari banyak referensi tentang masakan, mencatat setiap bahan dan tahapan yang dibutuhkan.Selain itu dia mendapat ide untuk membuat video pendek tentang bagaimana dia membuat masakan tersebut dan meng-upload di internet. Kegiatan itu dilakukan secara konsisten dan tanpa disangka dia mendapatkan uang dari hal tersebut.Saat menceritakan apa yang didapatkan, Calvin ikut merasa senang dan mendukung kegiatan tersebut. Ini adalah kebahagiaan pertama dalam hidupnya ketika setelah puluhan tahun akhirnya mengetahui apa yang disuka dan menjadikannya sebagai sumber penghasilan.Kebahagiaan Kenny bertambah karena Calvin membimbingnya menemukan bakat dan potensi yang selama ini tidak disadari.“Kenapa kamu tidak melakukannya dari dulu?” tanya Calvin melihat kesibukan istrinya.“Karena selama ini aku merasa tidak berguna dan tidak memiliki kelebihan apapun,” jawab Kenny lugas. Papanya yang selalu merendahkan, m
“Apakah keadaanmu tidak memungkinkan untuk itu?” tanya Cameron menyinggung kondisi kesehatan menantunya.Kenny merasa tidak nyaman dengan pertanyaan mertuanya. “Maaf, tapi aku rasa terlalu aneh jika mama membicarakan urusan ranjangku dengan Calvin. Ini membuatku canggung,” jawabnya tak ingin membahas urusan rumah tangga yang seharusnya hanya dirinya dan Calvin yang tahu.“Kamu benar, maaf jika aku terlihat selalu menekanmu dengan hal ini, mulut tuaku ini kadang tidak bisa dikendalikan,” ujar Cameron menyadari batasan.“Apa yang sedang kalian bicarakan? Sepertinya terlihat serius.” Suara Calvin mengagetkan Kenny dan Cameron membuat mereka saling menjauh dengan ekspresi seperti pencuri yang ketangkap basah.“Mama hanya membawakan kue kesukaanmu dan mencicipi masakan istrimu yang ternyata sangat lezat,” balas Cameron menyembunyikan apa yang dibicarakan dengan menantunya.Calvin mendekat lalu mengambil kue yang mamanya bawa dan memakannya dengan ekspresi yang memperlihatkan jika kue terse
Kenny tak berhenti tersenyum melihat bagaimana Calvin begitu perhatian padanya, lebih dari itu suaminya memberi dia kepercayaan untuk memakai dapur dan menggunakan semua perlengkapan yang ada di sana.“Bahan apa lagi yang kamu butuhkan karena aku harus meninggalkanmu untuk ke peternakan?” tanya Calvin memastikan keperluan Kenny.“Apakah kamu tidak bisa makan bersamaku?” Kenny berharap mereka bisa makan bersama untuk pertama kali.“Aku akan makan bersamamu setelah memberi pekerjaan pada para pekerjaku,” ucap Calvin mengembalikan suasana hati Kenny yang sempat kecewa.“Pergilah! Semua sudah cukup, aku bisa melanjutkan masakan ini. Aku akan menunggumu pulang.”Tangan Calvin yang tadinya sibuk menata bahan makanan, terhenti untuk beberapa saat merasa ada yang aneh karena sekarang ada seseorang yang membuatkannya makanan dan menunggunya pulang.Untuk sesaat mata mereka saling menatap dan terkunci, membuat suasana mendadak hening.Calvin kemudian berdehem seolah membersihkan sesuatu yang me
“Maaf aku pulang terlambat,” ujar Calvin pada Kenny saat sampai rumah setelah jam makan malam telah lewat.“Tadi papa dan mama menemaniku makan, dia memasak untuk kita.” Kenny menyampaikan apa yang terjadi di rumah.“Aku yang meminta mama memasak untuk kita karena aku merasa tidak begitu nyaman jika ada pekerja atau orang asing di sini,” terang Calvin.“Bolehkah aku yang memasak untuk kita? Tidak mungkin mama selalu ke sini untuk mengantar makanan,” pinta Kenny.“Tapi keadaanmu tidak memungkinkan,” sanggah Calvin sambil menatap kaki Kenny, hal itu tanpa sengaja menyinggung perasaan istrinya, seolah Kenny tidak bisa melakukan apa-apa karena kondisinya.“Oh … maafkan aku, bukan itu maksudku.” Dengan cepat dia memperbaiki kesalahan, sadar jika baru saja dia menyepelekan istrinya.“Meski berada di kursi roda, bukan berarti aku tidak bisa melakukan apa-apa,” ujar Kenny dengan nada dingin.“Aku hanya khawatir terjadi sesuatu padamu saat aku sedang tidak berada di rumah, apalagi peternakan s
“Apakah kamu keberatan jika kita satu kamar?” Calvin balik bertanya untuk memastikan kenyamanan Kenny.“Aku …” Kenny menggantung ucapannya karena malu jika mengatakan jika dirinya merasa senang mereka bisa satu kamar, rasanya terlihat dirinya sedang melemparkan diri pada Calvin.Raut ragu di wajah Kenny ditangkap berbeda oleh Calvin, mengira jika istrinya itu merasa keberatan dengan kamar mereka yang menjadi satu.“Kita tidak mungkin tidur di kamar terpisah karena mamaku sering ke sini. Dia akan curiga jika pernikahan kita tidak serius. Aku harap kamu bisa mengerti,” terang Calvin mengira jika itu bisa menenangkan Kenny.Namun untuk kesekian kalinya Kenny harus menelan kekecewaan karena ternyata masalah kamar pun mertuanya masih ikut campur dan Calvin tidak benar-benar berharap mereka berada di dalam satu kamar.“Bagaimana denganmu? Apakah kamu merasa keberatan?” Ganti Kenny memastikan apa mau suaminya sebenarnya.Tak langsung menjawab, Calvin meletakkannya ke atas ranjang dan menjauh
Kenny mengira persiapan yang Calvin katakan adalah persiapan sederhana karena pernikahan mereka hanya dihadiri keluarga inti, namun sungguh mengejutkan ketika orang tua Calvin membawa tim penata rias untuk mengubah penampilannya.“Apakah ini tidak terlalu berlebihan? Bukankah tidak banyak orang yang hadir?” tanya Kenny menatap gaun pengantin yang dikenakan. Dia merasa tidak sempurna mengenakannya karena gaun itu terlipat kusut di antara tubuh dan kursi roda yang menopangnya.“Tentu saja tidak, hari ini adalah momen sakral kalian yang hanya sekali seumur hidup, sudah sepantasnya kamu berdandan cantik dan anggun.” Cameron menjawab protes calon menantunya.Tatapan Kenny berubah menjadi tatapan nanar mendengar jawaban Cameron yang berharap banyak padanya padahal pernikahannya dengan Calvin tidak memiliki masa depan, bahkan mereka sudah sepakat bercerai sebelum pernikahan digelar.Kenny hanya tersenyum masam menanggapi, menahan gejolak di dalam hati karena merasa telah membohongi kedua ora
Keesokan harinya, Jamie datang membuka pintu kamar rawat putrinya dengan kasar. “Kenapa pria brengsek itu tidak menghubungiku untuk membahas pernikahannya denganmu?”“Aku yang menolak pernikahan itu karena aku tahu rencana licik papa,” terang Kenny.“Dasar bodoh! Siapa yang akan merawatmu ketika kamu tidak bisa melakukan apa pun? Siapa yang akan memberimu makan? Apakah kamu tidak sadar jika sekarang sudah menjadi wanita cacat? Tidak akan ada pria yang mau menikahimu. Jangan harap aku akan memberimu uang,” murka Jamie.Mendengar perkataan menyakitkan dari papanya, air mata Kenny langsung meleleh keluar. Di saat keadaannya tidak baik-baik saja seperti sekarang ini, seharusnya papanya memberinya semangat dan tidak merendahkannya, namun yang terjadi malah sebaliknya, mulut pedas papanya berhasil menghancurkan hatinya, membuat rasa percaya dirinya runtuh.Sambil mengumpulkan keberanian, Kenny berkata, “seharusnya aku menjadi tanggung jawabmu bukan tanggung jawab seorang pria asing yang sama