Pagi terasa sangat dingin akibat hujan yang mengguyur semalaman, tetapi hal itu tidak mengganggu kenyaman dua orang yang sedang tidur bergelung saling berpelukan dan berbagi kehangatan.Ceysa bersembunyi di balik selimut tebal dalam dekapan hangat suaminya, tubuh telanjang keduanya saling berimpit tanpa sekat.Olsen terbangun ketika tubuh Ceysa menggeliat di dalam pelukannya, hidung wanita itu mengusap dadanya menggelitik dan menggoda. Saat membuka mata, dia langsung dihadapkan pada pemandangan yang indah, bukan pemandangan hutan yang biasa dilihat dari balik dinding kaca rumah, namun wajah cantik Ceysa yang masih tertidur dan tampak polos.Tubuh Olsen meremang mengingat kembali bagaimana percintaan panas mereka semalam. Dia tidak menyangka jika malam yang diimpikan selama ini bersama Ceysa akhirnya terwujud, bahkan di luar ekspektasi.Semalam dia sudah berusaha untuk berhati-hati agar Ceysa merasa nyaman, namun kenyataannya wanita itu lebih berani dari dugaan.Wanita itu bisa mengimb
Olsen segera menutup telepon dan mencengkeram kuat ponsel di tangannya. Dulu dia berpacaran dengan Fania hanya sekedar iseng, mengingat dia artis cantik yang paling disukai oleh kebanyakan pria di dunia ini. Setelah menjalin hubungan dengan wanita itu, dia baru sadar jika Fania hanyalah sekedar sampah.Namun keisengannya ternyata berbuntut panjang. Wanita itu berulang kali mengganggu kebahagiaannya. “Sudah saatnya aku mengakhiri permainanmu, Fania. Aku sudah tidak bermain-main dengan kehidupan dan masa depanku lagi. Kini aku sudah tahu tujuan hidupku,” gumam Olsen pada dirinya sendiri.Pikirannya langsung melayang mengingat Ceysa. Wanita itulah yang kini menjadi tujuan hidupnya. Dia ingin membangun rumah tangga bersama wanita itu. Sedikit demi sedikit dia berniat untuk membicarakan soal kehadiran anak dalam pernikahan mereka.Meski tidak dalam waktu dekat karena kehidupan Ceysa sedang dalam masa peralihan yang mungkin membingungkan, dari yang awalnya terkekang menjadi bisa sebebas yan
Sepeninggalan Olsen, air mata Ceysa menetes tanpa bisa ditahan. Bukan pernikahan seperti ini yang dia mau, tidak ada kehangatan dan rasanya begitu hambar, berbeda jauh ketika mereka tinggal di White Forest.Di sana fokus utama Olsen adalah dirinya. Kini pria itu memperlakukannya seperti wanita jalang dengan melimpahi dirinya dengan uang setelah pria itu mendapatkan apa yang dia inginkan.Pikiran Ceysa kemudian melayang ke tempat di mana dia mendapatkan kehangatan dan penerimaan yaitu saat dia tinggal di keluarga Nelson.Dia tidak butuh kemewahan seperti yang Olsen dan papanya berikan, dia rela bersusah payah hidup di peternakan dengan tubuh bau keringat dan kotoran sapi, namun saat pulang disambut dengan tawa hangat orang tua Calvin.“Tidak, aku tidak boleh berpikir untuk kembali ke sana. Olsen adalah suamiku dan aku akan tinggal dimanapun suamiku tinggal,” gumamnya sambil menggelengkan kepala berusaha membuang pikiran akan keluarga Nelson yang membuatnya merindukannya.Ceysa kemudian
“Apa kamu sudah mendapatkan semua bukti kebohongan Fania? Aku sudah tidak sabar untuk menghancurkan wanita itu,” ucap Olsen pada Tony.Pria yang diajak bicara oleh Olsen berjalan mendekat dan menyerahkan sebuah amplop coklat tebal ke hadapan tuannya.“Semua buktinya sudah ada di dalam. Bukti CCTV, foto-foto Fania dengan kekasihnya dan bukti pernyataan dokter tentang kehamilan Fania. Semua bukti itu sudah sangat kuat untuk membuktikan jika Fania tidak pernah mengandung anak Anda. Ada juga bukti pemerasan yang Fania lakukan.”“Bagus. Kirim semua bukti itu ke media dan polisi! Aku ingin mempermalukan sekaligus menuntutnya atas semua tindakan jahat wanita jalang itu. Tidak ada ampun lagi baginya sekarang, aku pastikan dia akan kehilangan karir dan segala yang dimiliki. Aku sudah memberinya kesempatan untuk diam, tetapi dia mengajakku terus berperang hanya demi uang,” ucap Olsen tanpa keraguan.“Apakah Anda yakin dengan keputusan Anda? skandal ini mungkin akan berpengaruh terhadap perusaha
Ceysa duduk di sebuah restoran sambil menikmati secangkir kopi. Dia butuh udara segar sekaligus kafein untuk meredam kekesalan dan kemarahannya terhadap Olsen. Perhatiannya teralihkan ketika mendengar sebuah berita di TV yang terpasang besar di hadapannya.Dia terkejut melihat Fania digelandang ke kantor polisi bersama seorang pria yang diberitakan adalah kekasihnya.“Bisakah besarkan suaranya?” pinta Ceysa pada karyawan restoran yang ada di dekatnya.“Apakah kamu menyukai artis itu? aku tadinya juga sangat menyukainya, tetapi tidak ku sangka ternyata dia seorang wanita munafik, terlihat baik di layar kaca tetapi tak lebih dari seorang wanita jalang,” ujar karyawan itu pada Ceysa sambil membesarkan volume TV, lalu pergi memberi privasi pada Ceysa.Ceysa menanggapinya dengan senyum tipis tanpa berniat untuk menjelaskan apa yang dilakukan Fania terhadap suaminya. Suara pembawa berita itu pun semakin jelas terdengar menyita perhatiannya.“Fania yang selama ini dikenal sebagai artis papan
“Aku merindukanmu, Calvin. Kenangan hangat kita di Greenland akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.”Terdengar perkataan Ceysa yang seketika menghancurkan hari Olsen.“Aku tidak bisa mencintai Olsen, pria itu sangat menakutkan bagiku,” ucap Ceysa dengan isak tangis yang membuat Olsen melangkah mundur menjauh dari tempat istrinya berdiri.Wajahnya berubah menjadi sendu, tangannya mencengkeram buket bunga yang dipegangnya dengan sangat kuat hingga merusak beberapa tangkai bunga indah yang terangkai di sana.Dia tak menyangka jika Ceysa masih menyimpan perasaan pada Calvin, padahal dia sudah berharap banyak dengan kebersamaan mereka selama ini.Dengan perasaan kalut dan emosi yang bercampur aduk, Olsen memutuskan untuk pergi menjauh dari istrinya. Dia tidak ingin melukai Ceysa dengan perkataannya karena rasa marah yang membakar dirinya saat ini.Olsen membuang buket bunga indah itu ke tempat sampah, lalu pergi lagi mengendarai mobilnya mencari tempat untuk menenangkan diri.“Kenapa k
Menyadari keadaan Olsen yang mabuk berat, dengan cepat Ceysa berlari untuk membantu suaminya yang berjalan sempoyongan.“Apa yang terjadi? Kenapa kamu pulang dengan keadaan seperti ini?” tanya Ceysa sambil berusaha meraih tubuh suaminya namun Olsen menyingkirkannya dengan kasar.“Jangan sok baik padaku! Aku tahu hatimu tidak seperti apa yang terlihat di depanku,” ujar Olsen yang membuat Ceysa heran dengan sikap kasar suaminya.“Ada apa denganmu? Apakah ada masalah dengan perusahaan?” Ceysa berusaha menggali masalah suaminya yang membuatnya mabuk.“Memangnya ada apa dengan perusahaan? Apakah kamu berharap perusahaanku bermasalah? Perusahaanku baik-baik saja, aku bisa menangani semua masalah pekerjaan dengan baik, sayangnya aku tidak pernah bisa menanganimu dengan baik.”“Kenapa kamu harus menanganiku? Aku bukan wanita yang harus kamu tangani.”Olsen mendorong tubuh Ceysa menjauh, lalu tersenyum sinis. “Menurutmu untuk apa kita menikah? Kenapa hatimu sangat sulit untuk aku raih? Kenapa
“Apakah Anda sudah bicara dengan Nona Ceysa dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi? saya mendapat tagihan dari toko bunga dari kartu kredit Anda, apakah Anda membeli bunga untuk Nona Ceysa sebagai permintaan maaf?”Tony ingin tahu kelanjutan hubungan Olsen dengan istrinya, berharap dua orang itu berbaikan kembali karena mereka pasangan yang serasi.Olsen melirik Tony dan tidak menanggapi tentang bunga yang dia beli yang akhirnya berakhir di tempat sampah.“Kami sedang mengalami krisis komunikasi. Tiba-tiba saja pembicaraan kami tidak nyambung dan membosankan,” jawab Olsen tanpa menjauh dari pekerjaannya.“Mungkin Anda harus terbuka terlebih dahulu pada Nona Ceysa sehingga dia bisa mengerti perasaan Anda,” Tony memberikan saran.“Bagaimana aku bisa mengungkapkan perasaanku jika hatinya masih menjadi milik orang lain? aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri.”“Apakah menurut Anda, Nona Ceysa menyukai pria bernama Calvin itu? karena yang saya lihat, Nona Ceysa selalu tersipu di
Judy menatap Ceysa dengan keprihatinan, dia tahu jika wanita itu sedang mengalami masalah besar.“Lalu bagaimana kamu hidup? Keuanganku dan suamiku tidak akan mampu membantumu,” ujar Judy dengan jujur.“Jangan khawatir, aku memiliki cukup uang untuk sekedar makan dan tinggal. Aku akan membeli laptop dan menghasilkan uang dari sana,” terang Ceysa.“Bagaimana kamu bisa mendapatkan uang hanya dengan modal laptop saja?”“Sejak dari kuliah, aku suka menganalisis data dan banyak perusahaan yang membutuhkan keahlianku. Aku bisa dengan mudah melamar pekerjaan, namun pekerjaanku tidak perlu keluar rumah,”“Baiklah kalau begitu, besok pagi aku akan membantu membersihkan rumah itu. Sekarang makan lalu istirahatlah! besok kamu butuh energi yang banyak untuk tinggal di tempat barumu.”“Lalu bagaimana denganmu dan Anton? Aku tidak mungkin memakai kamar kalian.”“Kalau tidak keberatan, bolehkah aku tidur bersamamu? Biar Anton tidur di sofa untuk malam ini,” ujar Judy.“Tentu saja aku tidak keberatan
Calvin yang dari tadi hanya bisa mendengarkan pertengkaran mereka, akhirnya mendekati Ceysa dan hendak menolongnya untuk berdiri, namun Ceysa menolak pertolongan Calvin.“Jangan pernah menyentuhku! Apakah kamu sadar jika kamu baru saja menghancurkan hidupku?” geram Ceysa.“Maafkan aku, Ceysa. Aku tidak tahu jika masalahnya akan menjadi seperti ini, tetapi jangan khawatir, aku akan selalu berada disampingmu dan jika keadaan ini sudah membaik, kamu bisa bicara lagi dengan suamimu.”“Aku dan Olsen tidak butuh bicara lagi,” tolak Ceysa.“Baiklah, terserah kamu saja. Sekarang bangunlah dan kembalilah ke ranjang. Kamu masih sakit, kita tunggu dokter datang.”Ceysa kemudian berusaha berdiri tanpa bantuan Calvin. Pria itu mengira jika Ceysa hendak kembali ke kamar, namun ternyata wanita itu melangkah keluar dari rumahnya.“Kamu mau ke mana?” tanya Calvin cemas.“Ke mana saja yang penting jauh dari kalian semua. Jauh darimu, dari Olsen dan dari papa. Kalian semua pria brengsek yang hanya bisa
Ceysa membuka mata dan bingung akan keberadaannya. Dia mengingat kembali apa yang terjadi terakhir kali dan langsung tersentak mengingat kebersamaannya dengan Calvin.Matanya menyapu keadaan di sekitar, dia berbaring di ranjang yang asing dan berada di kamar yang tak dia kenal. Dengan cepat Ceysa turun dari ranjang sambil menahan denyut di kepala dan jantung yang berdetak kencang karena kebingungan yang dia rasakan.Ketika hendak membuka pintu kamar, pintu itu terbuka dari luar dan Calvin masuk membawa nampan berisi makanan yang membuat perutnya mual. “Jauhkan makanan itu dariku!” ucap Ceysa sambil menutup hidung dan mulutnya.“Perutmu kosong dan belum makan apa-apa, itu yang membuatmu sakit dan pingsan. Sebaiknya kamu makan dulu agar perutmu terasa nyaman.”“Di mana ini?” tanya Ceysa tak menanggapi saran pria itu.“Di apartemen yang aku sewa selama aku berada di kota. Biaya hotel sangat mahal sehingga aku memutuskan untuk mencari apartemen,” jawab Calvin.“Kenapa aku ada disini?” Cey
Anehnya setelah hampir seharian tidur, rasa lelah yang Ceysa rasakan tidak menghilang tetapi kepalanya malah terasa berat dan perutnya terasa mual. Rasa mual tersebut semakin parah ketika seorang pelayan masuk ke kamar membawakan makanan.Aroma makanan itu membuatnya ingin muntah, dengan cepat dia terduduk dan menutup hidung. “Apa yang kamu bawa?” tanya Ceysa penuh curiga.“Tuan Olsen meminta saya membuatkan sop daging yang hangat agar membuat tubuh Anda membaik,” jawab pelayan tersebut.“Jauhkan itu dariku, masakanmu membuatku merasa mual.”“Lantas apa yang ingin Nona makan? Saya akan membuatkannya untuk Anda karena sejak pagi Anda belum sarapan.”“Aku ingin potongan buah segar yang dingin,” pinta Ceysa.“Itu tidak akan cukup membuat tubuh Anda mendapatkan energi. Maukah saya buatkan roti gandum panggang dengan isi keju?”“Tidak aku tidak menginginkannya. Buatkan saja apa yang aku minta, aku ...” perkataan Ceysa seketika terhenti ketika dia tidak bisa menahan rasa mual yang menghenta
“Masa lalumu selalu menjadi duri dalam daging, pengganggu pernikahan kita dan menjadi dinding yang memisahkan kita. Aku harap kamu bisa meruntuhkan semuanya itu dan kita kembali hidup seperti saat berada di White Forest karena aku merasa sangat bahagia berada di sana,” jelas Cesya.Olsen terdiam merenungkan perkataan istrinya. Dia berpikir, bagaimana caranya untuk melepaskan masa lalu yang sudah menjadi bagian dari dirinya. Tak bisakah Ceysa hanya memikirkan masa kini, fokus hanya padanya, tanpa terus mengungkit masa lalunya. Bahkan dia sendiri sudah tidak peduli lagi dengan semua wanita yang ada di kehidupan lampaunya.“Baiklah, aku tidak akan lagi berurusan dengan semua wanita yang ada di masa laluku. Aku hanya akan fokus padamu, tetapi aku juga menuntutmu untuk fokus hanya padaku.”Senyum lebar terkembang di bibir Ceysa, dia mengangguk cepat menyetujui kesepakatan antara dirinya dan Olsen. “Aku hanya akan fokus padamu, miliki aku seutuhnya dan aku akan memilikimu seutuhnya.”Olsen
“Apakah kamu menyukainya?” erang Olsen sambil mendekap tubuh istrinya.Ceysa mengangguk cepat beberapa kali menjawab pertanyaan suaminya. Dia membenamkan wajahnya di ceruk leher Olsen dan menghirup aroma maskulin yang menggelitik indra pembaunya.“Aku sangat menyukainya, rasanya sungguh luar biasa.”Mendengar hal tersebut, Olsen mempercepat gerakan pinggulnya, menghentak dan menghujamkannya berkali-kali di dalam milik Ceysa. Suara derit sofa memperlihatkan betapa besar gairah dua orang yang menari di atasnya.Tubuh mereka saling melilit dan bergerak dengan indah. Kaki Ceysa melingkar di pinggang kokoh suaminya dan mengunci penyatuan mereka. Semuanya terasa sangat pas dan berada di tempat seharusnya.Di tengah percintaan mereka, Ceysa merasa bingung ketika Olsen tiba-tiba melepaskan pelukannya dan menjauh dari tubuhnya. Pria itu menggenggam kedua pergelangan kakinya dan menaruhnya di bahu kanan dan kiri.Olsen bersimpuh di depan inti milik Ceysa tanpa melepaskan penyatuan. Setelah mene
Ceysa seketika terpekik kaget ketika Olsen merobek pakaiannya dengan kasar, belum sempat dia memprotes apa yang dilakukan suaminya, pria itu sudah melumat bibirnya menuntut.Dia tidak bisa menjauh ketika lidah Olsen menyeruak masuk ke dalam mulutnya dan menyapu dinding bibirnya dan mengabsen giginya, mengajak lidahnya menari mengikuti irama pria itu.Kendali diri Ceysa seketika runtuh menerima perlakuan tersebut. Dia tahu Olsen sedang marah padanya, seharusnya dia mendorong pria itu menjauh, namun tubuhnya mengkhianati pikirannya. Tangannya malah melingkar indah di leher pria itu dan menyambut ciuman panas suaminya.Dia memejamkan mata dan memiringkan kepala agar Olsen bisa melumat bibirnya dengan leluasa. Bahkan dia tidak protes ketika Olsen melucuti pakaiannya dengan kasar.“Aku tidak akan melepaskanmu, Ceysa. Kamu adalah milikku,” geram Olsen di sela lumatan bibirnya.Olsen kemudian menekan tubuh Ceysa ke dinding sambil melepaskan penutup dada istrinya lalu membuangnya sembarangan.
“Apakah Anda sudah bicara dengan Nona Ceysa dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi? saya mendapat tagihan dari toko bunga dari kartu kredit Anda, apakah Anda membeli bunga untuk Nona Ceysa sebagai permintaan maaf?”Tony ingin tahu kelanjutan hubungan Olsen dengan istrinya, berharap dua orang itu berbaikan kembali karena mereka pasangan yang serasi.Olsen melirik Tony dan tidak menanggapi tentang bunga yang dia beli yang akhirnya berakhir di tempat sampah.“Kami sedang mengalami krisis komunikasi. Tiba-tiba saja pembicaraan kami tidak nyambung dan membosankan,” jawab Olsen tanpa menjauh dari pekerjaannya.“Mungkin Anda harus terbuka terlebih dahulu pada Nona Ceysa sehingga dia bisa mengerti perasaan Anda,” Tony memberikan saran.“Bagaimana aku bisa mengungkapkan perasaanku jika hatinya masih menjadi milik orang lain? aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri.”“Apakah menurut Anda, Nona Ceysa menyukai pria bernama Calvin itu? karena yang saya lihat, Nona Ceysa selalu tersipu di
Menyadari keadaan Olsen yang mabuk berat, dengan cepat Ceysa berlari untuk membantu suaminya yang berjalan sempoyongan.“Apa yang terjadi? Kenapa kamu pulang dengan keadaan seperti ini?” tanya Ceysa sambil berusaha meraih tubuh suaminya namun Olsen menyingkirkannya dengan kasar.“Jangan sok baik padaku! Aku tahu hatimu tidak seperti apa yang terlihat di depanku,” ujar Olsen yang membuat Ceysa heran dengan sikap kasar suaminya.“Ada apa denganmu? Apakah ada masalah dengan perusahaan?” Ceysa berusaha menggali masalah suaminya yang membuatnya mabuk.“Memangnya ada apa dengan perusahaan? Apakah kamu berharap perusahaanku bermasalah? Perusahaanku baik-baik saja, aku bisa menangani semua masalah pekerjaan dengan baik, sayangnya aku tidak pernah bisa menanganimu dengan baik.”“Kenapa kamu harus menanganiku? Aku bukan wanita yang harus kamu tangani.”Olsen mendorong tubuh Ceysa menjauh, lalu tersenyum sinis. “Menurutmu untuk apa kita menikah? Kenapa hatimu sangat sulit untuk aku raih? Kenapa