Shelby Perempuan itu masih mencoba meretas berbagai jaringan untuk mencari tahu siapa pembunuh George Kelton. Dia tidak begitu saja mempercayai berita yang gencar ditayangkan selama beberapa hari terakhir. Ketika dia mendengarkan rekaman dari alat penyadapnya di markas Jimmy, Shelby mendengar pria itu akan menjemput Joe. Entah kemana dan dengan apa, itu yang tidak Shelby ketahui. Jika saja dia mengetahui, maka Shelby akan memastikan Joe baik-baik saja. Betapa cinta bisa membuat seseorang begitu buta dan sanggup melakukan hal konyol demi perasaan tersebut, walau cinta itu tidak mendapat tanggapan yang sama. Joe bahkan mungkin tidak peduli akan perasaan yang Shelby miliki untuknya. Dengan gundah, Shelby masih berharap mendapatkan sesuatu dari akses kumpulan rekaman kamera lalu lintas. Namun, beberapa kali ia mencoba menembus, dirinya selalu mental dan gagal. Dengan putus asa, Shelby menghubungi Wolf, hacker yang selalu Joe percayai untuk menyediakan berbagai data untuknya. Pria it
Malam baru saja bergulir meninggalkan sore. Ketiga pria itu harus puas dengan dua kaleng kacang asap dan beberapa lembar ham yang sebetulnya tidak cukup mengisi perut. Maddox mengeluh dalam hati dan akhirnya memilih untuk memenuhi rongga lambungnya dengan anggur merah. Jimmy terlihat tidak masalah dengan makanan porsi kecil, sementara Joe melakukan hal yang sama dengan Maddox. Masing-masing sibuk dengan pikiran, hingga Maddox berdiri dan melangkah menuju ke arah pintu. “Aku akan mengunjungi supermarket terdekat.” Tangan Maddox sibuk mencari kunci motor yang biasa dipakai untuk melewati medan salju. Begitu menemukan dalam kotak kayu kecil, ia segera menarik gagang pintu. “Jangan meminta bantuan jika pihak kepolisian mengejarmu!” seru Joe dengan sebal. Baru saja Maddox melangkah kaki keluar, tanpa menghiraukan seruan Joe, mendadak ia berhenti. Wanita yang Joe pernah tunjukkan sebagai penyerangnya sedang berdiri di anak tangga dengan sikap kikuk. Shelby, muncul dengan dua boks pl
Shelby menumpangkan kaki sembari menggoyangkan gelas whiskey, yang menghasilkan suara es batu membentur gelas kaca kristal. Wanita itu menikmati bercerita dengan minuman yang tepat. “Aku memang mengiyakan permintaan Russel untuk memburu kalian berdua. Tapi, itu kulakukan demi menjaga kepala kalian tidak terlepas dari badan. Akan ada begitu banyak manusia yang berlomba-lomba berburu demi satu juta dollar. Menariknya, hadiah akan digandakan, ketika para pejabat tahu, bahwa kalian telah bersekutu dan Foxy ada dalam rengkuhan Russel. Tahu kenapa?” Tidak ada yang menjawab, karena sepertinya informasi ini hanya Shelby dan Tuhan saja yang tahu. “Karena ada tujuh gubernur terlibat dan satu senator parlemen yang menjadi dalang dari pembunuhan Kelton, mungkin juga Josh. Merekalah yang akan memberontak dari pengaruh Russel dan memastikan Joe akan lenyap bersama bosnya. Untuk kau, Mad ....” Shelby mengerling pada Maddox. “Kau mungkin telah menyimpan sebagian rahasia yang Foxy ungkapkan kepada
Siapa yang pernah menyangka, jika status buron yang kini melekat pada Joe dan Maddox ternyata menyatukan mereka semua? Meski demi kepentingan yang berbeda, tapi keempatnya berharap bisa membuat rencana melepaskan diri yang tersusun dengan baik. Shelby adalah perempuan yang tidak menyukai memasak. Dia memilih untuk berburu dengan Jimmy sejak pagi, sementara Maddox membelah kayu bakar untuk perapian. Suasana pagi cukup sibuk hingga siang hari. Joe mengeluarkan pie daging dari oven dan aroma harum menguar hingga ke ruang tengah, tempat mereka sedang berkumpul melepas lelah. Jimmy dan Shelby berhasil membawa angsa liar pulang dan telah tersimpan rapi dalam kulkas, setelah Joe bumbui untuk nanti makan malam. Teriakan dari dapur, yang mengajak semuanya untuk makan siang, membuat tiga orang bergegas dengan tidak sabar. Shelby menuangkan salad tuna macaroni ke piringnya dan mengambil satu irisan pie daging. Wajahnya bersinar ketika suapan pertama menyentuh lidah. “Aku akan menikahimu,
Foxy menutup laptop dan membereskan semua dokumen yang telah ia susun dengan rapi dalam table yang memiliki indeks. Secara hukum, beberapa investasi Russel adalah legal. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Akan tetapi, aset yang Russel minta pada Foxy untuk ubah dari nama Josh menjadi nama pria itu, tidak akan semudah mengetik dan mengirimkan formulir saja. Saat ini, Daniel adalah pewaris sah semua harta peninggalan Josh. Foxy hanya berperan sebagai wali yang mengawasi, tanpa hak menjual atau mengubah. Bisa saja dia melakukan itu, namun dengan persetujuan Daniel yang sepertinya mustahil. Sepupunya membenci Foxy, karena menuduh terlibat dengan pembunuhan dan konspirasi di balik kematian ayahnya. Dengan tubuh dan wajah lelah, Foxy merebahkan tubuh di kasur. Ini adalah bulan yang keempat semenjak Josh meninggal. Tidak ada kabar berita lagi, semenjak FBI mengambil alih kasus tersebut. Wanita itu tidak peduli. Baginya, yang membuat Foxy merasa kesepian adalah natal hampir tiba d
Masing-masing membaca isi pesan dari Tim dan tampak syok. Kematian Peter membuat gempar dan media menayangkaan di televisi. Joe menarik kabel televisi dan mereka menonton sementara bersantap. “Ini adalah kematian yang kesekian kali dalam beberapa minggu terakhir. Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang melakukan pembunuhan berantai, yang mengincar pada pejabat tinggi dan pelaku bisnis di Las Vegas ….” Reporter terus memberitakan sekitar informasi dan kondisi korban yang mengalami tusukan sebanyak lima belas kali. Sebuah kematian yang sangat menyakitkan untuk seseorang seperti Peter. “Foxy akan sangat terpukul jika mengetahui hal ini,” gumam Maddox, menyebut nama gadis itu. Masih teringat dengan baik, perbincangannya terakhir dengan undersheriff tersebut. Siapa yang menduga, jika itu akan menjadi obrolan terakhir mereka? “Rupanya ada tidak sabar menunggu hingga Russel membuat gebrakan. Pertanyaannya, kenapa harus Peter yang mereka bunuh? Dia tidak memiliki kaitan dengan Russel
Arthur baru selesai menyampaikan kabar kematian Peter pada Foxy. Wanita itu menjatuhkan pulpen yang dipegang dan ekspresinya benar-benar menyedihkan. Selama beberapa menit Foxy tertegun, pandangannya tampak kosong dan hampa. Arthur menghela napas pelan dan masih berdiri dengan raut bersimpati. “Ka-kapan itu terjadi, Artie?” tanya Foxy terbata-bata, setelah berhasil menguasai diri. Pria itu berdehem dan mengangkat wajahnya. “Tadi, pukul delapan lebih sedikit. Berita telah disiarkan secara nasional.” Foxy menutup mulut dan air matanya menggantung di batas pelupuk bawah. Perasaannya menjadi kebas dan ia tidak percaya bahwa Peter telah pergi untuk selamanya. Semakin terasa menyesakkan, karena ini terjadi pada malam natal! Pukul enam sore tadi, Foxy baru menerima pesan dari Peter. Pria yang seperti ayahnya itu membujuk Foxy untuk meninggalkan Russel. Peter berjanji akan menyediakan perlindungan sepenuhnya, bahkan tempat yang tidak akan terjangkau oleh siapa pun. Foxy hanya mengata
“Membebaskan Foxy? Kalian berdua gila?! Yang terpenting saat ini adalah membersihkan nama kalian! Shelby pergi untuk mendapatkan bukti dari rumah Kelton!” pekik Jimmy yang tidak terima terhadap rencana kedua pria, yang ia anggap sebagai anak tersebut. “Jim, dengarkan dulu ….” “Kau yang harus mendengarkan aku, Joe! Sekian belas tahun kau mencari adikmu, dan sekarang kau ingin menghancurkan hidupnya dengan mengejar perempuanmu?!” potong Jimmy dengan wajah memerah. Joe spontan urung bicara dan tutup mulut. “Aku akan jauh lebih bisa menerima keputusan kalian untuk mencari Heather Voller, dari pada menyelamatkan Foxy! Bagiku itu tidak masuk akal!” teriak Jimmy, masih terdengar kesal. “Tapi dari mana kita harus memulai?” tanya Maddox. “Aku tidak punya petunjuk dan kau pikir dalam situasi seperti sekarang, memungkinkan untuk berkeliaran mencari kakakku?” Jimmy menghempaskan diri di sofa dan mengepalkan tangan dengan geram. Dirinya juga tidak tahu titik awal untuk memulai pencarian terse
Suara tangis bayi terdengar menambah kemeriahan pesta di halaman belakang kediaman Maddox. Apple dan April sibuk bergantian menggendong bayi mungil yang terbalut kain lampin ungu. Dia sangat cantik, mewarisi kejelitaan Shelby. “Jadi kau benar-benar pensiun dari semuanya?” tanya Tim Muller, sembari membalik steak di panggangan. Shelby tertawa tanpa suara, mengerling pada Joe yang tak berhenti menatapnya dengan mesra. Dia menjadi ayah yang bahagia, saat Shelby memberikan bayi mungil cantik dalam pernikahan mereka. “Entahlah, tawaran Nick sangat menggiurkan. Tapi, kupikir aku akan sedikit rehat untuk sementara waktu, sampai Bow besar nanti.” Wanita itu mengarahkan pandangan pada putrinya yang berada dalam dekapan Apple. “Aku bisa menjaganya, Shelby! Jangan khawatir, aku adalah pengasuh terhebat di kompleks rumahku!” tawar Apple dengan cepat. “Kuliahmu, Ape! Kau pikir bisa sekolah sambil mengasuh bayi?!” tukas April. “Aku kandidat yang sempurna, karena sebentar lagi akan lulus dan pu
Chapter 109. End of the Game Seiring matahari tenggelam, keesokan harinya, semua yang Jimmy kumpulkan merapat di pulau tersebut. Joe dan Shelby tampak kaget, sebab dia juga melihat Maddox serta Foxy. Satu sama lain saling menyapa, sementara Joe menggelengkan kepala tidak percaya. “Apa-apaan ini, Jim?!” Jimmy tertawa, merapatkan kapal dan melompat turun dengan gesit. Gibs di belakangnya tampak tidak kalah tangkas. Sepertinya Jimmy-Gibs telah menjadi sahabat dekat yang tak terpisahkan. “Kita akan menyudahi dengan pertempuran terepik, Joe!” Jimmy mengatakan bagaimana rencana ini telah dia rancang sedemikian rupa. “Memancing dalang sesungguhnya?” ulang Shelby kaget. “Apa maksudnya?” Maddox dan Foxy mendekat, mereka menambahkan apa yang telah didapatkan sejauh ini. Mendengar bagaimana semua sudah diperhitungkan, benar-benar mengejutkan Joe dan Shelby. “Aku menembak Josh sendiri dan itu bukan hanya sekali. Analisa kalian yang mencurigai dia masih hidup rasanya mustahil,” tangkis Joe.
Shelby mencapai pulau dengan kapal sewa yang dia kemudikan sendiri. Tidak segera menuju kediaman Russel yang masih berjarak setengah jam lagi, wanita itu justru menghabiskan beberapa saat di dermaga hingga helikopter Joe Black mendarat di sana. Terkejut melihat pria yang dia cintai menyusul, Shelby menolak permintaan Joe yang meminta untuk mengurungkan niatnya. “Aku harus menanyakan, kenapa Russel membiarkan aku dan mama seperti manusia sampah selama ini!” Joe menghela napas berat, merebut botol minuman yang ada di tangan wanita itu. “Kita tidak akan datang tanpa persiapan, Shelby!” cetusnya. “Tunggu sampai bantuan datang!” Akhirnya, wanita itu mengalah. Mereka menanti di kapal, yang sebenarnya bisa saja terdeteksi oleh Russel. “Mustahil dia mengetahui kedatangan kita. Pelayan setianya sudah mati, ayahmu bisa jadi ada di rumahnya tanpa siapa pun.” Analisa Joe sepertinya benar, sebab selama mereka menunggu di kapal hingga menjelang tengah malam, tak ada satu pun yang datang mengus
Joe terhenyak, panggilan baru saja berakhir dan adiknya mengatakan jika Shelby adalah putri dari Russel Brown! Bagaimana mereka baru mengetahuinya sekarang? Jika rencana membunuh anak mafia itu masih dia dan Maddox lanjutkan, itu berarti dirinya akan siap kehilangan wanita yang sudah menjadi teman kencan tersebut. Sanggupkah dia berhadapan dengan Shelby, jika benar itu terjadi? Entahlah, Joe benar-benar kebingungan, terlalu syok dengan fakta yang terkuak beberapa menit lalu. Masih meraba-raba dengan situasi saat ini, Joe harus menenggak minuman yang dia beli di minimarket pom bensin lebih dulu untuk kembali menguasai diri. Dia duduk selama beberapa belas menit, mengatakan pada diri sendiri untuk cepat berpikir dan mengambil keputusan. Dirinya butuh menempuh tiga jam lebih untuk mencapai kediaman Russel, dan itu pun jika ada transportasi yang bisa membawanya lewat udara. Melalui jalan darat akan sangat panjang dan mustahil bisa mengejar Shelby. Tempat Russel tinggal adalah sebu
Maddox menegakkan tubuh, melatih pelan-pelan fisiknya yang terhajar selama lima hari terakhir dengan vonis keracunan makanan. Foxy membantunya, memastikan dia tidak terlalu lemah melanjutkan proses tersebut. Bagaimanapun juga, Maddox perlu diingatkan untuk istirahat yang banyak demi pemulihan diri. Bobotnya tampak berkurang, walau baru lima hari dia terkapar. “Jangan terlalu memaksakan, kau masih butuh untuk mengembalikan energi,” ucap Foxy, penuh kelembutan mengingatkan. Maddox mengatur napas, meletakkan tubuhnya di salah satu kursi tanpa bantahan. Wanita yang saat ini mendampinginya mendekat, memberikan botol minuman untuk dia. Sambil meneguk, Maddox membiarkan Foxy mengusap keringat di leher juga pundaknya. Ia melirik pada wanita yang begitu setia berada di sisi, tak peduli akan urusannya sendiri. “Aku bisa keluar besok, bisakah kau mencari hotel untuk kita? Aku tidak mau kembali ke rumah yang Titus sediakan,” pinta Maddox. Foxy mengangguk. “Jangan khawatir,” sahutnya pelan.
Joe melangkah dengan cepat, mendatangi kendaraan yang berhasil mereka catat plat dan lokasinya. Mobil yang dipakai oleh pria yang memalsukan diri menjadi tukang masak restoran itu diselubungi terpal dan Joe terpaksa menyingkap semuanya. SUV keluaran lama itu terparkir di depan apartemen kumuh di pinggir kota. Begitu berada di sisi kaca pengemudi, Joe mulai mengayunkan linggis yang ada di tangannya. Praang! Kaca itu hancur dalam sekejap. Ia membuka pintu dari dalam, memeriksa dashboard dan setiap sudut kendaraan. Selama lima belas menit, dirinya mengacak-ngacak isi mobil tersebut hingga gerakannya terhenti. Di bawah jok belakang, Joe menemukan topeng beserta pakaian chef serta sepatu! Dia segera menarik keluar plastik dari saku celana, lalu memasukkan satu persatu ke dalam. Usai mendapatkan semua, Joe meninggalkan mobil dengan santai. Sebentar lagi, sidik jari itu akan menjelaskan, siapa pelaku yang telah membuat Maddox terkapar tak berdaya! ** Jimmy dan Gibs menunggu dengan tid
‘Bangunlah, Mad.’ Foxy memandang pria yang terbaring dengan wajah pucat. Kondisi detektif itu lumayan membaik, akan tetapi masa kritisnya belum berlalu. Menguras lambung yang menyebabkan muntah berkepanjangan terjadi dalam beberapa jam. Foxy harus menyaksikan pria tersebut merintih, meratap dengan tubuh menggigil gemetar karena sakit juga lelah. Tak pernah sedetik pun ia meninggalkan sang detektif. Foxy mendampingi setiap saat, meski ada waktu di mana dia sendiri menangis sambil berharap Maddox tidak akan pernah meninggalkan dirinya. Tersudut dalam situasi yang tidak menyenangkan, Foxy sedang berjuang untuk melupakan duka yang bertubi-tubi menimpa. Belum mampu mengenyahkan kepedihan atas kematian Peter, Arthur menyusul dengan kondisi kematian tidak kalah menggenaskan. Setiap mengingat kilasan masa lalu, Foxy menyalahkan semua atas kiprahnya. Jika dua pria tersebut tidak terlalu peduli terhadap dirinya, mungkin mereka masih hidup dan baik-baik saja. Jauh di lubuk hati Foxy mey
Mereka tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Para dokter dan perawat yang bertugas mengikuti protokol yang Nick tetapkan dengan disiplin. Joe baru selesai melakukan panggilan dengan Titus. Baru saja ia menutup ponsel, dari jauh Raymond Gibs datang bersama Jimmy dengan tergopoh-gopoh. Jean dan Foxy masih berbicara di lorong, sementara Jimmy dan Gibs berlari menuju ke arah Joe. “Dia sudah stabil, tapi hingga sekarang belum sadar. Entah kenapa, tapi Maddox masih belum bisa diajak komunikasi.” Wajah Joe tampak kalut dan gusar. “Sial! Keparat!” Jimmy melontarkan kata umpatan yang ia teriakan dengan keras. “Jika aku tahu bedebah yang melakukannya, jangan harap dia masih bernyawa!” pekik Jimmy. Bekas kepala FBI, Raymond Gibs mencoba meminta Jimmy untuk bertenang. Semua orang kini menatap mereka. “Wah, wah! Maddox tidak hanya mengundang penegak hukum negara untuk turun tangan! Tapi kumpulan manusia dalam bayang-bayang juga keluar dari persembunyiannya!” seru Nick dari ujung lorong. Se
Di sebuah bunker tersembunyi seorang pria bangkit dari kursi makannya dan berjalan menuju ke arah ruangan yang terdapat berbagai monitor dalam jumlah banyak. Ruangan yang didesain dengan sangat canggih tersebut dikendalikan oleh dua orang ahli teknologi yang usianya masih sangat muda. Sembari memegang gelas wine, pria itu mengamati satu persatu layar yang menunjukkan grafik saham. Senyumnya tersungging penuh kepuasan. “Mereka pikir akan bisa melenggang bebas dan melebarkan kekayaan setelah kematianku! Cih! Manusia-manusia itu terlalu merasa diri pintar!” Tidak lama, muncul pria satunya lagi dan berdiri di sebelahnya. “Hingga detik ini kau belum membuat perhitungan dengan pengacara wanita tersebut, Master.” Pria yang dipanggil ‘Master’ kembali tersenyum licik. “Tenang. Dia akan menerima pembalasan yang jauh lebih menyakitkan, Troy. Pembalasan yang paling menyakitkan!” desis Master dengan sinis. “Bagaimana jika CIA mengetahui keberadaanmu? FBI mungkin dengan mudah bisa kau tipu.