Beranda / Romansa / Second Woman / Bab 37 : Bertahan atau Mundur?

Share

Bab 37 : Bertahan atau Mundur?

Penulis: Riska Vianka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Mendadak hujan pun turun, Danilla segera berlari mencari tempat berteduh. Dia menunggu di sebuah supermarket. Dia melihat jam yang ada di tangannya sudah menunjukkan pukul 03.00 sore.

Hujan yang semakin deras membasahi Kota Jakarta. Cuaca yang cukup begitu sangat dingin. Bahkan terdengar suara petir yang saling menyambar satu sama lain.

"Ternyata cuaca nggak pernah ketebak sama sekali!” Danilla menggumam dalam hatinya.

Sebuah mobil sedan berwarna hitam melintas di depan Danilla. Tanpa sengaja di dalam mobil itu ada Kiano. Namun Kiano tidak menyadari bahwa dia telah berpapasan dengan Danilla yang berdiri di depan supermarket.

Terdengar suara musik di dalam mobil sedan. Musik favorit dari Kiano. Dia seperti ditarik mundur oleh sebuah mesin waktu kala itu.

"Ya Tuhan, kenapa aku sangat merindukan dia begitu sangat dalam? Dan aku berharap dia kembali dalam kehidupanku lagi. Karena aku hanya jatuh cinta kepada dia. Bahkan aku tidak bisa untuk mencintai yang lain hingga detik ini. Cuman
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Second Woman   Bab 38 : Firasat Buruk

    Danilla mulai merupakan tubuhnya diatas ranjang kamarnya. Dia merasakan begitu sangat lelah sekali, setelah melakukan perjalanan yang begitu sangat jauh dari kota Jogja menuju kota Jakarta. Dia menghirup udara Jakarta yang sudah lama dia tinggalkan. Namun sebuah luka itu kembali menganga. Senyuman itu begitu sangat hilang. Ketika mengingat sebuah masa lalu yang menyayat hatinya. Bahkan tuduhan-tuduhan itu selalu melekat dalam dirinya. “Apa kabar dirimu? Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu juga merindukan aku?” Air mata itu pun segera turun membasahi kedua pipi Danilla. Selama tujuh bulan bersama dengan Kiano, membuat dirinya merasakan arti dicintai. Bahkan dia sudah bisa melupakan sosok lelaki yang meninggalkan dia tanpa alasan. Kenangan dan beberapa perjalanan selama 7 bulan bersama dalam status pernikahan kontrak saat itu. Dia juga merasakan bahwa Kiano adalah lelaki terbaik. Meskipun dia tidak ingin menyalahi sebuah takdir dalam kehidupannya. Dia memilih untuk pergi meningga

  • Second Woman   Bab 39 : Tak Ingin Berbagi Suami

    Di ruang tunggu, Kiano dan Vira yang terlihat begitu sangat frustasi. Mereka berdua memikirkan kondisi dari Kahfi. “Kamu harus tenang, Mas, kalau Kahfi itu pasti akan baik-baik saja. Dia anak yang kuat.” Kiano yang terlihat begitu sangat frustasi. Dia tidak bisa melihat kondisi dari putranya yang harus terbaring lemah di ruang UGD. Bahkan dokter belum memberikan kabar mengenai kondisi putranya. “Bagaimana aku bisa tenang, sementara kondisinya yang terlihat begitu sangat buruk. Aku tidak bisa untuk melihat anakku dalam kondisi seperti itu.” "Semoga aja tidak terjadi sesuatu yang buruk terhadap anakmu. Dia akan baik-baik saja. Dokter pasti akan melakukan yang terbaik untuk anakmu.” Vira pun menggenggam erat tangan Kiano. Dia berusaha untuk menenangkan pria itu. * Pikiran Danilla yang tidak tenang sama sekali. Dia mengalami kegelisahan. Mendadak dia pun teringat sosok putranya. Dia seperti merasa ada sesuatu yang buruk menimpa putranya selama ini. "Apakah ini ada hubungannya dengan

  • Second Woman   BAB 40 : Hanya Rindu

    "Kamu udah cari tahu kondisi dari putramu sekarang?” Danilla hanya menggelengkan kepalanya sambil menatap Karen. “La, mau bagaimanapun bocah laki-laki itu tetaplah anakmu. Darah yang mengalir dari tubuh bocah laki-laki itu ada darah kental dari kamu. Jadi walaupun kalian berpisah sekalipun, ikatan di antara kalian tidak akan pernah bisa terpisahkan.” “Aku sudah ikhlas melakukan semua itu Karen. Bahkan aku tidak ingin melanggar perjanjian itu. Lebih baik aku menjauh dari kehidupan anakku. Asalkan anakku bahagia dengan keluarganya.” “La, Apa kamu yakin tidak pernah merindukan anakmu itu? Apakah kamu juga tidak penasaran dengan pertumbuhan dan perkembangan anakmu itu?” Kedua mata Danilla hanya berkaca-kaca. Dia sangat merindukan putranya. Namun sebuah takdir tidak pernah menyetujuinya. Kemudian Karen pun menunjukkan sebuah akun I*******m milik Kiano. Dia menunjukkan beberapa galeri foto koleksi tentang Kiano bersama dengan anaknya. Danilla yang terlihat begitu sangat lemah sekali,

  • Second Woman   Bab 41 : Bertahan dalam Luka

    Semalaman Danilla mulai merenung. Bahkan dia tidak bisa tidur. Dia masih teringat-ingat tentang sosok putranya. Dia sangat merindukan putranya yang selama ini dia tinggalkan. "Maafkan ibumu ini, Nak.” Danilla mulai berlinang air mata. Senyuman itu pun telah pudar selama beberapa tahun terakhir ini. Dia menahan sebuah kerinduan yang mendalam. Hingga semalaman dia tertidur di atas sajadah panjangnya. Dia merasa dunianya begitu sangat sunyi dan dingin. Bahkan penuh dengan kegelapan malam yang menyelimutinya saat itu. Bibirnya terasa membeku. Dia tidak bisa memungkiri bahwa rasa rindunya begitu dalam terhadap putranya. Namun dia terjebak dalam sebuah ikatan perjanjian yang tidak bisa dia patahkan. * Di ruang rawat inap VVIP, Kiano tidak pernah meninggalkan sama sekali putranya. Dia menjaga putranya dengan baik. Dia takut terjadi sesuatu yang terhadap putranya. Sementara Vira terus menemani Kiano hingga tertidur pulas di atas sofa ruang rawat inap. Sementara Joanna dan suaminya, mereka

  • Second Woman   Bab 42 : Harapan Kahfi

    "Kamu yakin nggak penasaran sama anakmu?" Danilla langsung menoleh ke Karen. “Lebih baik begini sih, Ren.” Kedua mata Karen melotot ketika lihat instastory dari Kiano. “La, kamu harus lihat. Putramu masuk rumah sakit. Katanya sih menderita penyakit tipes.” Kemudian Danilla langsung merebut ponsel milik Karen. Dia melihat kondisi anaknya yang terbaring lemah di ruang rawat inap. Kedua mata Danilla mulai berkaca-kaca. Dia melihat kondisi putranya lemah tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Dia ingin sekali untuk melihat putranya secara langsung dan memeluknya. Namun dia berusaha untuk menahan rasa itu. Karen memegang pundak kanan Danilla. Lalu dia mulai menatap kedua mata Danilla yang terlihat begitu sangat cemas menatap foto bocah laki-laki itu. "Aku ingin sekali berada di sampingnya! Tapi aku tidak bisa untuk melakukannya.” Kesedihan menyelimuti hati Danilla. Dia tidak ingin menyakiti wanita lain dengan kehadiran dirinya. Dia hanya ingin hidup berdamai dengan masa lalunya. M

  • Second Woman   Bab 43 : Kesialan Karen

    Di kamarnya, Vira menahan isak tangisnya seorang diri. Dia masih mengingat sebuah percakapan antara Kiano dengan Kahfi. Bahkan kehadirannya tidak akan pernah bisa diterima oleh mereka berdua. Dia hanya sebatas bayangan di antara mereka berdua. Vira mengambil sebuah obat penenang dari laci kamarnya. Dia setiap hari harus meminum obat itu. Karena jika tidak pikirannya bisa sangat kacau. Dia juga merasa insecure terhadap dirinya sendiri sebagai seorang wanita. Dia bahkan tidak akan pernah bisa untuk menjadi wanita yang sempurna dan dicintai oleh suaminya. Vira berusaha untuk meredam amarahnya. Dia menelan beberapa pil obat penenang yang telah diresepkan oleh dokter. Lalu tubuhnya pun mulai meringkuk di atas ranjang kamarnya. Dia merasa dunianya sangat hancur sejak Dia memutuskan menikah dengan Kiano. “Ya Tuhan Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini? Tapi aku tidak ingin menyerah begitu saja atau membiarkan wanita lain menghancurkan rumah tanggaku.” Vira menggumam dalam hatinya. Ai

  • Second Woman   Bab 44 : Aku Mencintaimu, La!

    “Pak Kiano?!” Kedua mata Karen pun langsung terbelalak melihat sosok lelaki yang ada di hadapannya itu. Dia hanya bisa menggigit ujung bibirnya. Detak jantungnya berdebar begitu sangat kencang. Rasa gugupnya terlihat begitu sangat jelas. Keringat dingin pun keluar dari ujung kepala hingga ke kaki. "Saya ada urusan sama kamu, ayo ikut saya!” “Tapi saya...” Kiano langsung menarik tangan Karen. “Pak, lepasin saya. Karena saya ada urusan lain. " Karen berusaha untuk melepaskan lengan tangan. "Kamu hutang penjelasan sama aku Karen! Kamu harus beritahu aku di mana Danilla!” "Sampai kapanpun aku nggak akan pernah beritahu Pak Kiano tentang keberadaan Danilla! Karena saya tidak mau sahabat saya terkena masalah lagi dengan keluarga bapak!” Tegas Karen. “Tapi saya berhak untuk mengetahui keberadaan dari Danilla. Sampai kapanpun dia masih istriku!” “Hah? Istri?!” Karen tersenyum kecut menatap Kiano. “Danilla cuman istri rahim sewaan bapak! Jadi kontrak dia dengan bapak itu sudah selesai,

  • Second Woman   Bab 45 : Lenyapkan Wanita Itu!

    Kiano masih menunggu Danilla keluar dari persembunyiannya. “Sampai kapanpun, aku nggak akan pergi dari sini Danilla! Aku akan nunggu kamu di sini! Walaupun kamu menolakku sekalipun! Dan aku tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama seperti dulu!” Danilla berusaha untuk memikirkan cara agar Kiano pergi dari sana. Dia tidak ingin sama sekali terlibat dengan masa lalunya kembali. “Aku nggak boleh begini terus! Aku nggak boleh ngebiarin dia untuk di sini menungguku! Aku tidak mau merusak rumah tangganya dengan wanita itu! Karena tugasku sudah selesai menjadi seorang wanita rahim sewaan!” Gumam Danilla. Danilla mulai memikirkan sebuah cara untuk keluar dari sana. “Aku nggak mungkin di sini terus! Aku harus segera pergi dari sini! Ya Allah bagaimana caranya aku bisa terbebaskan dari pria semacam dia?!” Pikir Danilla. * Di ruang tamu apartemen, Karen yang merasa sangat khawatir dan cemas memikirkan sahabatnya yang belum pulang. Dia berusaha menghubungi sahabatnya namun ponselnya

Bab terbaru

  • Second Woman   Bab 57 : Kahfi Hilang?

    Tubuh Vira mulai kejang-kejang. Seorang perawat pun langsung berlari meminta bantuan. Dokter pun datang langsung melakukan tindakan terhadap Vira.Detak jantung Vira berhenti seketika. Tekanan darahnya pun sudah menurun. Terlihat beberapa kali dokter melakukan tindakan untuk menstabilkan kondisi Vira."Pukul 05.00 sore. Tolong dicatat suster!” Ucap seorang dokter itu yang hanya bisa menghela nafas begitu berat. Bahkan dia berulang kali melakukan tindakan terhadap Vira.Perawat pun segera menutup dari kepala hingga ujung kaki menggunakan kain putih. Salah satu perawat pun keluar dari ruang ICU.“Bagaimana kondisi pasien?”Beberapa saat kemudian dokter pun datang. Wajahnya yang tampak begitu sangat kusam. Dokter itu mulai melepas kacamatanya sejenak. Dokter hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tatapan yang begitu nanar.“Dok, apa yang terjadi dengan Vira?” Reihan menatap kedua sorot mata dokter yang menangani Vira.Dokter pun langsung memegang p

  • Second Woman   Bab 56 : Nenek Jahat!

    Pelukan hangat dari Kiano membuat Danilla semakin tenang. Dia merasakan kenyamanan dari sosok pria seperti Kiano.“Ya Allah. Kenapa hatiku terasa begitu sangat tenang ketika di dekatnya? Tapi aku tidak akan pernah mungkin untuk menyakiti wanita lain demi egoku kali ini. Ya Allah aku harus bagaimana? Apakah aku harus kembali pergi meninggalkan sosok pria seperti dia?” Danilla menggumam dalam hatinya."Aku tidak akan pernah bisa untuk melepaskan kamu kembali dalam kehidupanku. Bagiku kamu adalah bagian dari hidupku yang tidak akan pernah bisa mampu tergantikan oleh waktu.” Kiano menelan salivanya sendiri. Dia menggumam dalam hatinya sambil menepuk-nepuk punggung belakang Danilla. Dia juga sudah tidak mendengar isak tangis dari wanita itu.Danilla tertidur dalam pelukan kiano. Lalu Kiano membawa Danilla keranjang tempat tidur.Kiano langsung mengecup kening Danilla.“Selamat tidur bidadari hatiku. Aku akan terus mencintaimu setiap detik dan embusan nafasku. Bahkan aku tidak akan pernah m

  • Second Woman   Bab 55 : Bukan Level!

    Unit apartemen Kalibata pukul 05.00 sore, Kiano datang dengan wajah yang cukup lelah. Dia seharian mencari lowongan pekerjaan. Bahkan dia meminjam ke beberapa temannya sebagai modal membangun usaha.Kiano masuk ke dalam unit apartemennya. Lalu dia segera duduk di sofa ruang tamu. Dia menyandarkan punggungnya yang sedikit lelah. Kedua matanya yang terlihat begitu sangat redup. Dia mulai mengerutkan dahinya. Wajahnya yang terlihat begitu sangat masam.“Ternyata benar apa kata orang. Kalau lagi kere kayak gini, nggak ada temen pun yang mau minjemin duit sekalipun. Mereka bahkan pura-pura budek sekalipun!” Kesal Kiano dalam hati.Suara isak tangis yang terdengar samar-samar di telinga Kiano. Lalu dia segera untuk mencari sumber suara itu. Dia melangkahkan kedua kakinya ke ruang kamar. Dia melihat Danilla yang sedang menangis tersedu-sedu di balik pintu kamarnya.“Danilla?!”Kiano begitu sangat sigap sekali langsung memeluk Danilla begitu sangat erat. Lalu dia berusaha untuk menenangk

  • Second Woman   Bab 54 : Bukan Teman Ternyata

    Mobil melesat begitu sangat cepat sekali menyapu jalanan Kota Jakarta. Wanita paruh baya itu yang terlihat begitu sangat bengis. Wajahnya yang terlihat penuh dengan amarah dan dendam.“Aku tidak akan pernah membiarkan cucuku jatuh ke tangan wanita murahan itu! Walaupun dia terlahir dari wanita murahan itu, tapi aku tidak akan pernah rela jika cucuku harus dididik dengan wanita seperti dia!”Di samping wanita itu terlihat bocah laki-laki yang sedang tertidur pulas. Semuanya itu berkat efek dari obat bius yang diberikan oleh beberapa bodyguard-nya.“Kamu tidak akan pernah bisa masuk ke keluargaku! Sampai kapanpun! Kamu bukan level dari keluarga Rayn!”Suasana yang terlihat begitu sangat tegang sekali. Wajah simetris dan tegang terlihat di wajah wanita itu. Dia mulai mengepalkan kedua tangannya. Kedua matanya mulai merah menyala.*Di unit apartemen, Danilla yang merasa sangat bersalah sekali. Dia tidak bisa mencegah kepergian dari putranya sendiri. Dia hanya bisa meratapi nasibnya

  • Second Woman   Bab 53 : Jangan Ambil Anakku!

    Danilla pun berjalan menuju ke ruang tamu. Lalu dia mulai menghampiri Kiano.“Mas, Aku mau ngobrol sama kamu.”“Soal?”“Mas, aku cuma mau ponselku kembali. Karena sudah dua hari ini aku tidak pulang ke apartemen Karen. Dia pasti khawatir dengan keadaanku. Aku janji nggak akan pergi lagi dari kamu.”Kedua mata Kiano membenci ke Danilla."Aku janji nggak bakalan pergi. Aku cuman ingin memberikan kabar kepada sahabatku. Mau bagaimanapun juga aku harus kasih tahu tentang keberadaanku. Aku mohon kali ini aja,” lanjut Danilla.Wajah datar Kiano. Lalu dia segera untuk menyodorkan ponsel milik Danilla. Dia mengambilnya dari laci dekat ruang tamu.“Makasih,” ucap Danilla.Danilla pun langsung pergi menuju ke kamarnya. Dia langsung segera menghubungi Karen.*Di unit apartemen, Karen yang merasa cemas dan sangat gelisah sekali. Dia bahkan belum mendapatkan balasan pesan dari Danilla.Drrrt...Ponsel Karen pun mulai berdering. Dia segera bergegas untuk mengambil ponselnya di atas mej

  • Second Woman   Bab 52 : Rindu Masa Lalu

    Vira tumbuhnya mulai kejang-kejang di rumah sakit. Dokter mulai melakukan pertolongan. Dibantu oleh tim medis lainnya.Di ruang tunggu terlihat Reihan yang cukup gelisah melihat kondisi Vira.“Kamu harus bertahan, Vir,” ucap Reihan.“Kamu harus bisa bertahan Vira. Karena aku yakin kamu bisa." Reihan mengucap kalimat itu sekali lagi. Dia berulang kali meyakinkan dirinya bahwa Vira akan baik-baik saja.Dokter di ruang ICU mulai melakukan tindakan terhadap Vira. Bahkan kedua mata Vira yang terlihat melotot ke atas. Tubuhnya yang masih kejang-kejang. Bahkan suhu tubuhnya demam tinggi. Detak jantungnya semakin melemah. Tekanan darahnya semakin menurun.Kegelisahan menyelimuti hati Reihan di luar. "Aku tidak akan pernah bisa diam saja begini. Dan aku akan membuat kalian membayarnya dengan tuntas!”*BRAK!Rayn terlihat begitu sangat marah sekali. Kedua matanya melotot ketika mengetahui nilai sahamnya merosot turun. Bahkan beberapa proyek-proyek dibatalkan oleh klien.“Dasar anak du

  • Second Woman   Bab 51 : Decline!

    Danilla hanya bisa menatap cahaya senja di sore hari. Dia masih teringat tentang kisah masa lalunya. Senyuman itu masih membekas Di hatinya. Namun seberkas cahaya itu menjadi luka. Terdengar suara pintu yang terbuka. Kemudian Danilla memalingkan pandangannya ke arah pintu. Dia melihat dua orang pria yang berbeda generasi. “Apa itu mama?” Senyuman bocah laki-laki itu terlihat begitu sangat jelas. Bagaikan bunga kuncup yang mekar. Bahkan Danilla fokus ke arah bocah laki-laki itu. “Apakah dia anakku?” Gumam Danilla. Kedua mata Kiano berkaca-kaca, ketika menatap bocah laki-laki itu. Dia hanya mengagukan kepalanya. Kemudian bocah laki-laki itu pun bergegas berlari menghampiri Danilla. “Mama aku merindukanmu!” Seru bocah laki-laki itu sambil memeluk kaki kanan Danilla. Danilla hanya dia mematung. Bibirnya seakan bergetar. Kedua matanya berkaca-kaca. Lalu dia pun menekuk kedua lututnya agar tingginya sejajar. Dia memeluk bocah laki-laki itu dengan perasaan kerinduan yang mendalam berta

  • Second Woman   Bab 50 : Dia Anakku, Ma!

    PLAK! Sebuah tamparan itu pun melesat begitu sangat kencang sekali hingga membuat pipi kanan Kiano merah dan panas. “Mama nggak nyangka kalau kamu bisa berbuat seperti ini kepada istrimu sendiri! Mama sudah peringatkan ke kamu, jauhi wanita jalang itu! Karena Mama nggak mau harga diri dari keluarga ini hancur gara-gara sikap kamu!” “Ma, tapi aku sangat mencintainya. Aku nggak bisa hidup tanpa dia. Karena dia juga Ibu dari anakku!” Joanna tersenyum kecut. “Mama nggak pernah peduli sama sekali, walaupun dia adalah ibu dari anakmu. Karena Mama tidak akan pernah sudi memiliki menantu wanita murahan seperti dia!” Joanna menekankan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya. “Mama benar-benar sangat egois! Kenapa Mama ngebelain Vira terus dibandingkan dengan aku yang merupakan anak kandung mama?” Kiano tersenyum miris. "Kurang ajar kamu! Apa ini cara kamu berbicara dengan orang tua? Aku adalah ibumu yang mengandung selama 9 bulan dan melahirkanmu! Tapi kamu bersikap seolah-olah tidak me

  • Second Woman   Bab 49 : Berita Panas Lambe Gosip

    Perasaan gelisah yang telah dihadapi oleh Danilla selama berada di Unit apartemen Kiano. Mendadak perutnya terasa begitu sangat lapar. Seketika Danilla pun pergi ke dapur. Dia mencari beberapa bahan-bahan yang bisa diolah menjadi makanan. Dia membuka lemari es. Dia langsung mengambil daging yang disimpan di freezer dan beberapa bahan bumbu sebagai pelengkap lainnya. “Nasib!” Gumam Danilla. Danilla segera untuk memotong daging tipis-tipis. Dia membuat olahan serundeng daging. Dia ingat masakan buatan dari ibunya di kampung halaman. Kerinduan itu terasa begitu sangat dalam. “Kangen ibu,” kedua mata Danilla mulai berkaca-kaca, ketika dia mengiris tipis-tipis daging itu. Seketika air mata itu pun berlinang jatuh membasahi kedua pipinya. Setelah selesai membuat serundeng daging. Dia segera untuk menanak nasi di Magic Jar. Setelah semuanya matang, lalu Danilla menyajikannya di atas meja makan. Danilla langsung menikmati masakannya sendiri. Dia menghabiskan hampir dua piring karena dia

DMCA.com Protection Status