Di kamarnya, Vira menahan isak tangisnya seorang diri. Dia masih mengingat sebuah percakapan antara Kiano dengan Kahfi. Bahkan kehadirannya tidak akan pernah bisa diterima oleh mereka berdua. Dia hanya sebatas bayangan di antara mereka berdua. Vira mengambil sebuah obat penenang dari laci kamarnya. Dia setiap hari harus meminum obat itu. Karena jika tidak pikirannya bisa sangat kacau. Dia juga merasa insecure terhadap dirinya sendiri sebagai seorang wanita. Dia bahkan tidak akan pernah bisa untuk menjadi wanita yang sempurna dan dicintai oleh suaminya. Vira berusaha untuk meredam amarahnya. Dia menelan beberapa pil obat penenang yang telah diresepkan oleh dokter. Lalu tubuhnya pun mulai meringkuk di atas ranjang kamarnya. Dia merasa dunianya sangat hancur sejak Dia memutuskan menikah dengan Kiano. “Ya Tuhan Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini? Tapi aku tidak ingin menyerah begitu saja atau membiarkan wanita lain menghancurkan rumah tanggaku.” Vira menggumam dalam hatinya. Ai
“Pak Kiano?!” Kedua mata Karen pun langsung terbelalak melihat sosok lelaki yang ada di hadapannya itu. Dia hanya bisa menggigit ujung bibirnya. Detak jantungnya berdebar begitu sangat kencang. Rasa gugupnya terlihat begitu sangat jelas. Keringat dingin pun keluar dari ujung kepala hingga ke kaki. "Saya ada urusan sama kamu, ayo ikut saya!” “Tapi saya...” Kiano langsung menarik tangan Karen. “Pak, lepasin saya. Karena saya ada urusan lain. " Karen berusaha untuk melepaskan lengan tangan. "Kamu hutang penjelasan sama aku Karen! Kamu harus beritahu aku di mana Danilla!” "Sampai kapanpun aku nggak akan pernah beritahu Pak Kiano tentang keberadaan Danilla! Karena saya tidak mau sahabat saya terkena masalah lagi dengan keluarga bapak!” Tegas Karen. “Tapi saya berhak untuk mengetahui keberadaan dari Danilla. Sampai kapanpun dia masih istriku!” “Hah? Istri?!” Karen tersenyum kecut menatap Kiano. “Danilla cuman istri rahim sewaan bapak! Jadi kontrak dia dengan bapak itu sudah selesai,
Kiano masih menunggu Danilla keluar dari persembunyiannya. “Sampai kapanpun, aku nggak akan pergi dari sini Danilla! Aku akan nunggu kamu di sini! Walaupun kamu menolakku sekalipun! Dan aku tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama seperti dulu!” Danilla berusaha untuk memikirkan cara agar Kiano pergi dari sana. Dia tidak ingin sama sekali terlibat dengan masa lalunya kembali. “Aku nggak boleh begini terus! Aku nggak boleh ngebiarin dia untuk di sini menungguku! Aku tidak mau merusak rumah tangganya dengan wanita itu! Karena tugasku sudah selesai menjadi seorang wanita rahim sewaan!” Gumam Danilla. Danilla mulai memikirkan sebuah cara untuk keluar dari sana. “Aku nggak mungkin di sini terus! Aku harus segera pergi dari sini! Ya Allah bagaimana caranya aku bisa terbebaskan dari pria semacam dia?!” Pikir Danilla. * Di ruang tamu apartemen, Karen yang merasa sangat khawatir dan cemas memikirkan sahabatnya yang belum pulang. Dia berusaha menghubungi sahabatnya namun ponselnya
Danilla keluar dari unit apartemennya pukul 08.00 pagi. Dia akan pergi ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa kebutuhan hidupnya. Danilla berjalan kaki, tiba-tiba sebuah mobil jeep berwarna hitam itu ke arahnya. Seketika dia pun langsung reflek. Dia langsung saja untuk melompat ke bahu jalan. Beruntungnya dia tidak tertabrak oleh mobil Jeep berwarna hitam itu. “AH!” Danilla meringis kesakitan. Mobil jeep berwarna hitam itu pun sudah pergi melesat begitu sangat cepat. Mobil itu tidak terlepas dari pandangan Danilla. * "Sial! Hampir saja aku bisa membunuhnya! Aku nggak akan pernah rela sama sekali! Jika wanita itu kembali ke dalam kehidupan suamiku! Aku akan habis dia!” Vira mengendarai sebuah mobil Jeep berwarna hitam itu. Dia hampir saja menyalahi Danilla. Namun sayangnya gagal. Vira mengeram dengan kesal. Kedua tangannya mencengkeram ke arah setir mobil. Kedua matanya terlihat merah menyala. Bibirnya yang terlihat komat-kamit dengan kesal. * Danilla mengurungkan niat
"Danilla?"“AZKA?!”Kedua mata Danilla terbelalak melihat sosok pria yang ada di hadapannya itu. Pria yang sudah lama ini dia temui. Namun sayangnya pria itu pergi meninggalkannya tanpa adanya Satu Alasan.Kedua mata Danilla mulai berkaca-kaca. Dia masih mengingat beberapa tahun yang lalu.Danilla mematung. Dia seakan tidak bisa untuk berkata apapun. Hanya terdiam dan tidak bergeming sama sekali. Suasana yang mendadak menjadi sunyi dan sepi. Hanya kedua mata yang saling menatap satu sama lain. Sebuah api kerinduan itu pun mulai terpancar di kedua mata mereka berdua.“Azka, Siapa dia?”Seorang wanita itu menghampiri Azka. Dia yang terlihat begitu sangat cantik sekali. Dia menggunakan pakaian yang begitu sangat seksi. Gaun yang berwarna merah. Serta make up yang begitu sangat lengkap.Sementara penampilan dari Danilla seperti gembel. Danilla hanya menggunakan kaos oblong berwarna hitam dan celana pendek kotak-kotak.“Dia adalah mantanku,” ucap Azka.Danilla mulai tersentak dalam sebuah l
PT Rayn Konstruksi, mengalami penurunan nilai saham. Semenjak terdengarnya sebuah kasus skandal Kiano dengan Danilla. Beberapa Paparazzi sudah menangkap basah foto-foto mereka saat pertemuan itu. Rayn menerobos masuk pintu ruangan kerja Kiano. Lalu dia langsung melemparkan beberapa lembar foto di wajah Kiano. Kiano hanya bengong menatap wajah Rayn yang terlihat marah. “Sudah aku peringatkan kepada kamu! Jangan pernah kamu menemui perempuan jalang itu lagi!” “Pa, Tapi aku mencintainya. Bahkan aku akan berjuang demi wanita itu. Karena dia masih istriku!” “Persetan dengan semua itu! Jika kamu masih nekat menemui wanita itu, maka lebih baik kamu mengundurkan diri dari jabatanmu sebagai CEO di perusahaan ini! Karena keluarga ini tidak akan pernah menerima wanita jalang itu sebagai menantu atau anggota keluarga!” Kiano tersenyum kecut. “Baiklah kalau gitu. Mulai detik ini aku akan mengundurkan diri dari perusahaan ini! Dan aku akan menceraikan Vira!” Balas Kiano. "Menantu idaman kelua
Perasaan gelisah yang telah dihadapi oleh Danilla selama berada di Unit apartemen Kiano. Mendadak perutnya terasa begitu sangat lapar. Seketika Danilla pun pergi ke dapur. Dia mencari beberapa bahan-bahan yang bisa diolah menjadi makanan. Dia membuka lemari es. Dia langsung mengambil daging yang disimpan di freezer dan beberapa bahan bumbu sebagai pelengkap lainnya. “Nasib!” Gumam Danilla. Danilla segera untuk memotong daging tipis-tipis. Dia membuat olahan serundeng daging. Dia ingat masakan buatan dari ibunya di kampung halaman. Kerinduan itu terasa begitu sangat dalam. “Kangen ibu,” kedua mata Danilla mulai berkaca-kaca, ketika dia mengiris tipis-tipis daging itu. Seketika air mata itu pun berlinang jatuh membasahi kedua pipinya. Setelah selesai membuat serundeng daging. Dia segera untuk menanak nasi di Magic Jar. Setelah semuanya matang, lalu Danilla menyajikannya di atas meja makan. Danilla langsung menikmati masakannya sendiri. Dia menghabiskan hampir dua piring karena dia
PLAK! Sebuah tamparan itu pun melesat begitu sangat kencang sekali hingga membuat pipi kanan Kiano merah dan panas. “Mama nggak nyangka kalau kamu bisa berbuat seperti ini kepada istrimu sendiri! Mama sudah peringatkan ke kamu, jauhi wanita jalang itu! Karena Mama nggak mau harga diri dari keluarga ini hancur gara-gara sikap kamu!” “Ma, tapi aku sangat mencintainya. Aku nggak bisa hidup tanpa dia. Karena dia juga Ibu dari anakku!” Joanna tersenyum kecut. “Mama nggak pernah peduli sama sekali, walaupun dia adalah ibu dari anakmu. Karena Mama tidak akan pernah sudi memiliki menantu wanita murahan seperti dia!” Joanna menekankan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya. “Mama benar-benar sangat egois! Kenapa Mama ngebelain Vira terus dibandingkan dengan aku yang merupakan anak kandung mama?” Kiano tersenyum miris. "Kurang ajar kamu! Apa ini cara kamu berbicara dengan orang tua? Aku adalah ibumu yang mengandung selama 9 bulan dan melahirkanmu! Tapi kamu bersikap seolah-olah tidak me
Tubuh Vira mulai kejang-kejang. Seorang perawat pun langsung berlari meminta bantuan. Dokter pun datang langsung melakukan tindakan terhadap Vira.Detak jantung Vira berhenti seketika. Tekanan darahnya pun sudah menurun. Terlihat beberapa kali dokter melakukan tindakan untuk menstabilkan kondisi Vira."Pukul 05.00 sore. Tolong dicatat suster!” Ucap seorang dokter itu yang hanya bisa menghela nafas begitu berat. Bahkan dia berulang kali melakukan tindakan terhadap Vira.Perawat pun segera menutup dari kepala hingga ujung kaki menggunakan kain putih. Salah satu perawat pun keluar dari ruang ICU.“Bagaimana kondisi pasien?”Beberapa saat kemudian dokter pun datang. Wajahnya yang tampak begitu sangat kusam. Dokter itu mulai melepas kacamatanya sejenak. Dokter hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tatapan yang begitu nanar.“Dok, apa yang terjadi dengan Vira?” Reihan menatap kedua sorot mata dokter yang menangani Vira.Dokter pun langsung memegang p
Pelukan hangat dari Kiano membuat Danilla semakin tenang. Dia merasakan kenyamanan dari sosok pria seperti Kiano.“Ya Allah. Kenapa hatiku terasa begitu sangat tenang ketika di dekatnya? Tapi aku tidak akan pernah mungkin untuk menyakiti wanita lain demi egoku kali ini. Ya Allah aku harus bagaimana? Apakah aku harus kembali pergi meninggalkan sosok pria seperti dia?” Danilla menggumam dalam hatinya."Aku tidak akan pernah bisa untuk melepaskan kamu kembali dalam kehidupanku. Bagiku kamu adalah bagian dari hidupku yang tidak akan pernah bisa mampu tergantikan oleh waktu.” Kiano menelan salivanya sendiri. Dia menggumam dalam hatinya sambil menepuk-nepuk punggung belakang Danilla. Dia juga sudah tidak mendengar isak tangis dari wanita itu.Danilla tertidur dalam pelukan kiano. Lalu Kiano membawa Danilla keranjang tempat tidur.Kiano langsung mengecup kening Danilla.“Selamat tidur bidadari hatiku. Aku akan terus mencintaimu setiap detik dan embusan nafasku. Bahkan aku tidak akan pernah m
Unit apartemen Kalibata pukul 05.00 sore, Kiano datang dengan wajah yang cukup lelah. Dia seharian mencari lowongan pekerjaan. Bahkan dia meminjam ke beberapa temannya sebagai modal membangun usaha.Kiano masuk ke dalam unit apartemennya. Lalu dia segera duduk di sofa ruang tamu. Dia menyandarkan punggungnya yang sedikit lelah. Kedua matanya yang terlihat begitu sangat redup. Dia mulai mengerutkan dahinya. Wajahnya yang terlihat begitu sangat masam.“Ternyata benar apa kata orang. Kalau lagi kere kayak gini, nggak ada temen pun yang mau minjemin duit sekalipun. Mereka bahkan pura-pura budek sekalipun!” Kesal Kiano dalam hati.Suara isak tangis yang terdengar samar-samar di telinga Kiano. Lalu dia segera untuk mencari sumber suara itu. Dia melangkahkan kedua kakinya ke ruang kamar. Dia melihat Danilla yang sedang menangis tersedu-sedu di balik pintu kamarnya.“Danilla?!”Kiano begitu sangat sigap sekali langsung memeluk Danilla begitu sangat erat. Lalu dia berusaha untuk menenangk
Mobil melesat begitu sangat cepat sekali menyapu jalanan Kota Jakarta. Wanita paruh baya itu yang terlihat begitu sangat bengis. Wajahnya yang terlihat penuh dengan amarah dan dendam.“Aku tidak akan pernah membiarkan cucuku jatuh ke tangan wanita murahan itu! Walaupun dia terlahir dari wanita murahan itu, tapi aku tidak akan pernah rela jika cucuku harus dididik dengan wanita seperti dia!”Di samping wanita itu terlihat bocah laki-laki yang sedang tertidur pulas. Semuanya itu berkat efek dari obat bius yang diberikan oleh beberapa bodyguard-nya.“Kamu tidak akan pernah bisa masuk ke keluargaku! Sampai kapanpun! Kamu bukan level dari keluarga Rayn!”Suasana yang terlihat begitu sangat tegang sekali. Wajah simetris dan tegang terlihat di wajah wanita itu. Dia mulai mengepalkan kedua tangannya. Kedua matanya mulai merah menyala.*Di unit apartemen, Danilla yang merasa sangat bersalah sekali. Dia tidak bisa mencegah kepergian dari putranya sendiri. Dia hanya bisa meratapi nasibnya
Danilla pun berjalan menuju ke ruang tamu. Lalu dia mulai menghampiri Kiano.“Mas, Aku mau ngobrol sama kamu.”“Soal?”“Mas, aku cuma mau ponselku kembali. Karena sudah dua hari ini aku tidak pulang ke apartemen Karen. Dia pasti khawatir dengan keadaanku. Aku janji nggak akan pergi lagi dari kamu.”Kedua mata Kiano membenci ke Danilla."Aku janji nggak bakalan pergi. Aku cuman ingin memberikan kabar kepada sahabatku. Mau bagaimanapun juga aku harus kasih tahu tentang keberadaanku. Aku mohon kali ini aja,” lanjut Danilla.Wajah datar Kiano. Lalu dia segera untuk menyodorkan ponsel milik Danilla. Dia mengambilnya dari laci dekat ruang tamu.“Makasih,” ucap Danilla.Danilla pun langsung pergi menuju ke kamarnya. Dia langsung segera menghubungi Karen.*Di unit apartemen, Karen yang merasa cemas dan sangat gelisah sekali. Dia bahkan belum mendapatkan balasan pesan dari Danilla.Drrrt...Ponsel Karen pun mulai berdering. Dia segera bergegas untuk mengambil ponselnya di atas mej
Vira tumbuhnya mulai kejang-kejang di rumah sakit. Dokter mulai melakukan pertolongan. Dibantu oleh tim medis lainnya.Di ruang tunggu terlihat Reihan yang cukup gelisah melihat kondisi Vira.“Kamu harus bertahan, Vir,” ucap Reihan.“Kamu harus bisa bertahan Vira. Karena aku yakin kamu bisa." Reihan mengucap kalimat itu sekali lagi. Dia berulang kali meyakinkan dirinya bahwa Vira akan baik-baik saja.Dokter di ruang ICU mulai melakukan tindakan terhadap Vira. Bahkan kedua mata Vira yang terlihat melotot ke atas. Tubuhnya yang masih kejang-kejang. Bahkan suhu tubuhnya demam tinggi. Detak jantungnya semakin melemah. Tekanan darahnya semakin menurun.Kegelisahan menyelimuti hati Reihan di luar. "Aku tidak akan pernah bisa diam saja begini. Dan aku akan membuat kalian membayarnya dengan tuntas!”*BRAK!Rayn terlihat begitu sangat marah sekali. Kedua matanya melotot ketika mengetahui nilai sahamnya merosot turun. Bahkan beberapa proyek-proyek dibatalkan oleh klien.“Dasar anak du
Danilla hanya bisa menatap cahaya senja di sore hari. Dia masih teringat tentang kisah masa lalunya. Senyuman itu masih membekas Di hatinya. Namun seberkas cahaya itu menjadi luka. Terdengar suara pintu yang terbuka. Kemudian Danilla memalingkan pandangannya ke arah pintu. Dia melihat dua orang pria yang berbeda generasi. “Apa itu mama?” Senyuman bocah laki-laki itu terlihat begitu sangat jelas. Bagaikan bunga kuncup yang mekar. Bahkan Danilla fokus ke arah bocah laki-laki itu. “Apakah dia anakku?” Gumam Danilla. Kedua mata Kiano berkaca-kaca, ketika menatap bocah laki-laki itu. Dia hanya mengagukan kepalanya. Kemudian bocah laki-laki itu pun bergegas berlari menghampiri Danilla. “Mama aku merindukanmu!” Seru bocah laki-laki itu sambil memeluk kaki kanan Danilla. Danilla hanya dia mematung. Bibirnya seakan bergetar. Kedua matanya berkaca-kaca. Lalu dia pun menekuk kedua lututnya agar tingginya sejajar. Dia memeluk bocah laki-laki itu dengan perasaan kerinduan yang mendalam berta
PLAK! Sebuah tamparan itu pun melesat begitu sangat kencang sekali hingga membuat pipi kanan Kiano merah dan panas. “Mama nggak nyangka kalau kamu bisa berbuat seperti ini kepada istrimu sendiri! Mama sudah peringatkan ke kamu, jauhi wanita jalang itu! Karena Mama nggak mau harga diri dari keluarga ini hancur gara-gara sikap kamu!” “Ma, tapi aku sangat mencintainya. Aku nggak bisa hidup tanpa dia. Karena dia juga Ibu dari anakku!” Joanna tersenyum kecut. “Mama nggak pernah peduli sama sekali, walaupun dia adalah ibu dari anakmu. Karena Mama tidak akan pernah sudi memiliki menantu wanita murahan seperti dia!” Joanna menekankan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya. “Mama benar-benar sangat egois! Kenapa Mama ngebelain Vira terus dibandingkan dengan aku yang merupakan anak kandung mama?” Kiano tersenyum miris. "Kurang ajar kamu! Apa ini cara kamu berbicara dengan orang tua? Aku adalah ibumu yang mengandung selama 9 bulan dan melahirkanmu! Tapi kamu bersikap seolah-olah tidak me
Perasaan gelisah yang telah dihadapi oleh Danilla selama berada di Unit apartemen Kiano. Mendadak perutnya terasa begitu sangat lapar. Seketika Danilla pun pergi ke dapur. Dia mencari beberapa bahan-bahan yang bisa diolah menjadi makanan. Dia membuka lemari es. Dia langsung mengambil daging yang disimpan di freezer dan beberapa bahan bumbu sebagai pelengkap lainnya. “Nasib!” Gumam Danilla. Danilla segera untuk memotong daging tipis-tipis. Dia membuat olahan serundeng daging. Dia ingat masakan buatan dari ibunya di kampung halaman. Kerinduan itu terasa begitu sangat dalam. “Kangen ibu,” kedua mata Danilla mulai berkaca-kaca, ketika dia mengiris tipis-tipis daging itu. Seketika air mata itu pun berlinang jatuh membasahi kedua pipinya. Setelah selesai membuat serundeng daging. Dia segera untuk menanak nasi di Magic Jar. Setelah semuanya matang, lalu Danilla menyajikannya di atas meja makan. Danilla langsung menikmati masakannya sendiri. Dia menghabiskan hampir dua piring karena dia