Beranda / Romansa / Second Marriage / 02. Kenyataan Pahit

Share

02. Kenyataan Pahit

Penulis: Indri Antika
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-15 03:07:15

Nadin berjongkok di depan pemakaman suaminya dengan tangan yang terus menabur kelopak mawar. Tangisnya masih tidak kunjung reda.

“Kenapa harus secepat ini?” batin Nadin bertanya. Lidahnya terlampau kelu untuk mengeluarkan suara.

“Maaf mas, kalau saja aku tidak egois dan mencegahmu untuk kembali malam itu pasti ini semua tidak akan terjadi.”

“Dirimu ini pasti sekarang sedang berada di sisiku dan kita saling melepaskan rindu.”

“Jujur, hatiku sakit melepas mu, bagaimana bisa kamu meninggalkan ku?”

Isakan Nadin semakin terdengar kencang hingga sesegukan. Ia benar-benar merasakan kehancuran. Keluarga kecil yang baru saja dibangunnya hancur dalam sekejap mata.

Raka yang berada disebelah Nadin menarik bahu perempuan itu untuk menyandar pada bahunya. “Rafa akan sangat sedih melihat kamu seperti ini,” bisiknya lembut berharap hal itu bisa sedikit melegakan hati Nadin dan mengikhlaskan suaminya itu.

***

Mobil yang membawa Nadin dan Raka kini berhenti tepat pada pelataran rumah besar miliknya dan Rafa. Nadin berlalu turun, kehadirannya itu disambut puluhan lelaki berbadan kekar dengan pakaian serba hitam serta kacamata yang menutupi kelopak matanya. Orang-orang itu membungkuk memberi hormat kala Nadin melangkah memasuki rumahnya, wanita itu menyapu seluruh isi dalam rumahnya yang terasa sepi.

Dada Nadin kembali merasakan sesak, begitu banyak kenangan manis yang sudah ia lewati bersama Rafa, begitu banyak foto mesra dirinya dengan Rafa yang terpajang disana.

“Mas, Nadin, kalian sudah kembali,” seoranng wanita cantik menyapa dengan seorang lelaki kecil dalam gendongannya.

Raka dan Nadin mengehentikan langkahnya, menatap wanita cantik yang adalah Aurel kakak iparnya.

“Mas Raka, Mbak Aurel, Nadin ke atas dulu,” pamitnya kemudian melangkahkan kakinya menuju anak tangga, menapaki satu persatu undakan kecil yang akan membawanya menuju kamarnya dan suaminya—Rafa.

“Aurel,” suara Raka mengintrupsi membuat atensi Aurel terista untuk menatap suaminya.

“Ada yang ingin aku sampaikan kepadamu,” ujarnya. Ia kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Aurel yang menatap punggungnya menuju sebuah kamar yang berada di lantai dasar.

Aurel tahu suaminya sekarang masih dalam keadaan duka, pun dengan adik iparnya. “Rika!”

Seorang ART yang kebetulan melintasi dirinya seketika menghentikan langkahnya kala suara Aurel terdengar memanggil namanya. “Iya, Nyonya?”

“Tolong kamu jaga Reiki sebentar ya!” pintanya seraya menyrahkan bayi kecil berusia dua tahun itu kepada Rika.

“Baik, Nyonya,” Rika menerima Reiki untuk digendongnya sementara Aurel bergegas menemui Raka yang sudah terlebih dahulu memasuki sebuah kamar yang tidak jauh dari posisinya.

“Mas,” suara Aurel menyapa lembut indera pendengaran Raka yang sednag mendudukkan dirinya di tepi ranjang.

Reiki menatap istrinya yang berjalan mendekatinya, ia kemudian menepuk sisi tempat tidur meminta Aurel untuk duduk disebelahnya.

“Ada apa, Mas?” tanya Aurel lembut kala ia sudah mendudukkan dirinya. Ia mengusap lembut bahu kekar suaminya.

Raka menatap dalam manik teduh Aurel, bibirnya terasa berat untuk diangkat, lidahnya sangat kelu untuk mengeluarkan suara. Ia tidak ingin menyakiti hati istrinya tapi mau bagaimanapun juga ini adalah amanat dari adik satu-satunya, Raka tidak mungkin mengingkarinya.

Raka menarik nafas dalam, menyiapkan diri untuk membuka suara. “Sebelum Rafa meninggal dunia, Rafa berpesan kepada Mas untuk menikahi Nadin.”

Nafas Aurel terkcekat, tubuhnya menegang di tempat, bibirnya bungkam terasa sulit untuk digerakkan.

“Itu adalah permintaan terakhirnya dan mas tidak bisa mengingkarinya,” sambung Raka.

Lolos sudah berlian bening dari mata indah aurel yang sudah sembab. “Mas Raka mau menikah lagi?” lirih Aurel. Dadanya terasa sesak hatinya berdenyut nyeri, sakit sekali.

Dengan berat hati Raka mengangguk. “Aku minta maaf,” cicit Raka.

Aurel menggelengkan kepalanya, ia tidak rela, ia tidak ikhlas berbagi suami dengan adik iparnya. Ia tidak rela melihat suaminya memberikan perhatian, cinta dan kasih sayang kepada perempuan lain terlebih itu adalah Nadin, sungguh ia tidak bisa akan hal itu.

Dengan air mata yang berderai, Aurel menatap Raka. “Jika aku menolak berbagi suami, jika aku melarangmu menikah lagi, apakah kamu akan menurutiku, Mas?” kata Aurel bertanya.

Raka membisu namun ia menggeleng, Aurel semakin menangis. “Maka ceraikan saja aku!”

***

Nadin berjalan perlahan dengan mata yang menyapu lembut kamarnya, kamar yang menjadi tempatnya berbagi ranjang dengan suaminya tercinta, kamar yang menjadi tempat beristirahat kala ia dan Rafa lelah, kamar yang menjadi tempat berbagi cinta dan segala keluh kesah, kamar yang menjadi saksi bisu bagaimana mereka berdua menjalani kehidupan pernikahannya yang baru satu tahun lamanya.

“Kenapa sesingkat ini, Mas?” tangan Nadin tergerak untuk mengusap lembut bingakai foto yang terpasang di dinding kamarnya. “Kenapa secepat ini kamu pergi?” Nadin masih terus menangis, air matanya seakan tidak pernah ada habisnya untuk membasahi pipinya.

Nadin menatap tempat tidurnya, di atas ranjang king sizenya terdapat pakaian Rafa yang terlipat rapi. Nadin berjalan perlahan menghampiri ranjangnya, ia mendudukkan diri disana dengan tangan yang terulur untuk mengambil pakian itu.

“Aku rindu, Mas,” Nadin memejamkan matanya, dipeluknya erat pakaian milik suaminya. “Aku rindu,” Nadin mencium pakaian Rafa sangat lama seakan ia dapat merasakan kehadiran sosok suaminya.

***

“Bagaimana aku bisa menjalni hari-hariku tanpa kamu?” Nadin terus menangis pilu. Ia lantas membaringkan tubuhnya, tidur dengan posisi meruingkuk seraya memeluk erat baju Rafa berkhayal kalau itu adalah tubuh tinggi suaminya.

“Dari banyaknya orang di dunia, kenapa harus kamu? Kenapa Tuhan harus mengambilmu?” lirih Nadin sebelum akhirnya kelopak mata bengkaknya itu terpejam sempurna. Nadin lelah, tubuhnya lemas, menangis membuat tenanganya terkuras hingga kantuk pun mulai menyerangnya. Perlahan, Nadin mulai memasuki alam mimpinya.

Raka berjalan perlahan memasuki kamar Nadin dan Rafa. Disana, di atas tempat tidur Raka mendapati Nadin yang tidur dengan posisi meringkuk memeluk baju Rafa. Jujur saja Raka merasa tidak tega dengan kondisi adik iparnya yang sebentar lagi akan berganti status menjadi istrinya.

Dengan langkah pelan, Raka menghampiri Nadin, mendaratkan tubuhnya di tepi tempat tidur, menatap dalam Nadin yang sedang terlelap. Tangan besarnya terulur, mengusap lembut surai Nadin yang tergerai. Ia tidak memiliki rasa kepada adik iparnya hanya saja ia merasa iba. Ia tidak mencintai Nadin karena sampai detik ini ia masih sangat mencintai istrinya—Aurel. Tapi, ia sudah berjanji kepada Rafa akan menikahi Nadin, memberikan cinta dan kasih sayang maka dari itu ia tidak akan mengingkarinya.

***

Raka mendudukkan dirinya pada sofa besar yang berada di ruang keluarga rumah Rafa. Ditatapnya dua lelaki dengan pakaian serba hitam yang kini berdiri dihadapannya. “Bagaimana hasil dari penyelidikan kalian?”

“Seperti yang anda duga Tuan kecelakaan itu bukan tanpa sengaja terjadi. Mobil yang menabrak mobil Tuan Rafa memang dengan sengaja diputus seseorang remnya sehingga hilang kendali. Kita sudah mengamankan pengemudi dari mobil tersebut, apakah Tuan Raka ingin menemuinya segera?”

“Hem,” Raka bergumam dingin. Ia kemudian bangkit dari duduknya lantaran bergegas menuju garasi untuk mengambil mobilnya.

Kematian adiknya sudah membuat menderita iparnya yang sebentar lagi akan menjadi istrinya maka dari itu ia tidak bisa tinggal diam. Setidaknya orang itu harus menanggung akibat dari perbuatannya yang sudah berani bermain-main dengan keluarga Argantara.

Bab terkait

  • Second Marriage    03. Canggung

    Nadin memasuki rumah Raka yang sekarang menjadi rumah barunya. Sekarang ini statusnya sudah sah menjadi nyonya Raka Argantara maka dari itu ia harus mengikuti kemana suaminya akan membawanya termasuk ke rumahnya dan tinggal satu atap bersama dengan Aurel—kakak ipar yang menjadi madunya. “Selamat datang, Nyonya,” seorang pelayan menyapa hangat kehadiran Nadin—nyonya barunya yang tentu saja sudah mereka kenal sebelumnya. Nadin tersenyum tipis lantaran mengangguk. “Mas,” panggil Nadin kepada Raka yang berjalan di depannya. “Ada apa?” Raka mengentikan langkahnya, memutar tubuhnya menatap Nadin yang sekarang mengatainya. “Nadin mau ketemu sama mbak Aurel, apakah boleh?” katanya bertanya guba meminta ijin. Bagaimanapun juga ia harus meminta maaf kepada istri pertama suaminya itu. Raka sejenak terdiam. “Mungkin sekarang dia berada di dalam kamarnya,” balas Raka akhirnya. Nadin mengangguk. “Aku akan merapikan pakaianku nanti. Sekarang aku ingi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Second Marriage    04. Pengalihan Nama

    Raka terlihat berjalan menuju meja makan. Disana sudah ada Aurel yang terlihat sedang menyuapi putranya, Reiki. “Pagi,” sapa Raka sepert biasanya. Ia mencium singkat puncak kepala Aurel seperti pagi-pagi yang sudah berlalu. Tatapan Raka kemudian tertuju pada Reiki yang sedang tiduran di atas trolinya. “Pagi jagoan papa,” serunya kepada putranya kecilnya. “Pagi, papa,” balas Reiki dengan suara cadelnya. Raka kemudian mendudukan dirinya di kursi utama yang biasa menjadi singgasananya membuat Aurel sejenak mengentikan aktivitasnya. “Mas mau sarapan pakai nasi goreng atau roti?” katanya bertanya. “Roti saja,” balas Raka. Aurel mengangguk, perempuan itu kemudian mulai mengambil roti dan memberinya nutela seperti biasanya. Di tengah-tengan aktivitasnya, Nadin tiba sudah rapi dan tampak lebih segar. “Selamat pagi,” sapa Nadin kepada Aurel dan Raka. Sejujurnya ia masih merasa sangat canggung dengan keadaan ini. “Pagi,” hanya Raka yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Second Marriage    05. Merasa Gagal

    Nadin menyusuri seluruh ruangan yang ada di rumahnya dan mendiang suaminya Rafa. Usai menandatangi surat pengalihan nama tadi, dirinya memutuskan untuk menjenguk rumah lamanya yang baru ditinggalkan dua hari ini. Semua masih sama, tidak ada yang berubah meskipun rumah ini sudah tidak lagi ia huni. Yang membedakan adalah jika dulu rumah ini berisikan cintanya dengan Rafa maka sekarang rumah ini sepi menyisakan sunyi dan kenangan yang ababila diingat terasa menyesakkan. “Nyonya, apakah anda mau saya seduhkan teh?” Rika—yang merupakan maid disana menyapa majikan untuk menawarkan minum. Nadin menggeleng sebagai jawaban. “Aku kesini hanya sedang rindu sama mas Rafa, bik. Hanya sebentar karena sekarang sudah sore dan sebentar lagi suami Mas Raka akan pulang dari kantor jadi aku harus segera pulang,” tutur Nadin seraya menatap maid di rumahnya itu. Rika bisa melihat sorot kesedihan di mata majikannya itu. Pasti majikannya itu merindukan hati-hari dimana ia menyambut

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Second Marriage    06. Perasaan Bersalah

    Sejak insiden sore tadi, Nadin lebih memilih untuk mengurung diri di dalam kamarnya, ia tidak memiliki nyali untuk keluar dan bertatap muka dengan Aurel. Dirinya merasa bersalah dan menyesali pernikahan keduanya ini tapi semua sudah terjadi. Nadin meremas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, ia lapar karena sejak tadi siang belum makan tapi rasa laparnya itu seakan dikalahkan oleh rasa bersalah yang besar.Suara pintu terbuka membuat Nadin buru-buru memejamkan matanya, mencoba menipu Raka dengan berpura-pura tidur. Ia tidak sanggup jika harus bersitatap dengan suaminya itu.“Kenapa tidak turun untuk makan malam?” suara dingin nan datar Eaka menyentak telinga Nadin membuat jantungnya berdetak kencang tiba-tiba.Nadin tidak merespon, ia semakin mengeratkan memejam eratkan matanya mencoba menormalkan detak jantungnya namun yang ia rasa sebaliknya. Jantungnya itu semakin berdetak kencang kala Nadin merasa Raka mendekatinya.DegMendadak

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Second Marriage    07. Bertemu Teman

    “Tante Nadin!” pekik Reiki dengan suara cadelnya. Lelaki berumur 2 tahun itu berlari menghampiri Nadin yang sedang menuruni anak tangga.“Jangan lari-larian, Reiki, nanti jatuh,” seru Nadin seraya kala Reiki sudah memeluk erat pinggangnya menggunakan tangan kecilnya.“Reiki, sarapan dulu, nak!” seru Aurel yang terlihat mengejar Reiki dengan sebuah mangkuk plastik ditangannya.Nadin mengangkat wajahnya, menatap Aurel yang sekarang melangkah lambat ke arahnya. “Pagi, mbak Aurel,” sapa Nadin. Ia mengembangkan senyum manisnya menatap Aurel yang hanya meleparkan tatapan datar ke arahnya. “Pagi,” balas Aurel dingin.“Tante sekarang tinggal sama di rumah Reiki ya?” kata Reiki bertanya. Suara khas balitanya dengan pipi gembulnya membuat Nadin tidak tahan untuk tidak mencubit gemas pipi balita itu.“Iya, tante sekarang tinggal disini sama Reiki, sama mama dan sama papa,” ter

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Second Marriage    08. Perhatian

    Senyum Nadin memudar melihat sosok yang baru saja datang. Ia mengalihkan atensinya menatap Serra tetapi perempuan itu hanya mengerlingkan mata.“Duduk, Lex,” ujar Serra mempersilahkan.Lelaki yang disapa Lex a.k.a Alex mengangguk lantaran mendudukkan dirinya diikuti dengan Nadin.“Kalian udah lama datengnya?” kata Alex bertanya.“Gue lumayan sih, kalau Nadin baru,” jelas Serra yang dibalas anggukan oleh Alex. Lelaki itu kemudian beralih untuk menatap Nadin yang terus memalingkan muka darinya.“Nad,” panggil Alex.“Eh, guys gue ka toilet bentar, ya,” Serra bangkit dari kursi yang didudukinya, tanpa mendengarkan jawaban persetujuan dari Nadin perempuan itu berlalu begitu saja.“Gue turut berdukacita ya atas musibah yang sekarang menimpa lo.”Kali ini, Nadin mengalihkan atensinya untuk menatap Alex yang berada di seberangnya. Senyum tipis terukir di kedua sudu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Second Marriage    09. Menghadiri Pesta

    Aurel menutup koper miliknya usai membereskan baju-baju miliknya. Perempuan itu lantas mendudukan dirinya pada tepi tempat tidur, ia tiba-tiba teringat akan suami dan anaknya. “Ekhem,” suara deheman terdengar. Devi—mama Aurel itu terlihat berjalan menghampiri anak perempuannya lantaran mendudukkan dirinya tepat di sebelah Aurel. “Kenapa kamu biarin suami kamu di rumah sama Nadin?” cetus Devi mengintrogasi. Aurel menghela nafas, Ia kemudian menatap penuh sang mama. “Mas Raka masih ada urusan yang harus dikerjakan, Ma. Besok dia ke sini, kok,” balasnya. Devi menghela nafas berat, ia tidak habis fikir dengan putrinya yang bodoh itu. “Harusnya kamu nggak usah ikut mama ke sini hari ini. Harusnya kamu datang bareng suami kamu aja besok, sekarang kamu malah membiarkan mereka berduaan di rumah sana!” marahnya. Aurel tidak merespon, ia teringat jika malam ini Raka akan menghadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • Second Marriage    01. PROLOG

    Suara guntur bersahutan, bertalu-talu memekikkan telinga siapa saja yang mendengarnya. Angin berehmbus kencang mengombang ambingkan pepohonan di tepi jalan. Hujan turun dengan derasnya membasahi jalanan kota malam ini.Sebuah mobil sedan berwarna mewah nampak melaju dengan kecepatan sedang, membalah jalanan malam yang sepi nan sunyi di bawah lebatnya hujan. Di dalamnya, terdapat dua orang lelaki yang berharap akan segera tiba di rumahnya dengan keadaan baik-baik saja.“Tuan, apa tidak sebaiknya kita mencari penginapan di sekitar sini saja? Hujannya kian lebat tidak aman jika kita memaksakan perjalanan pulang,” seorang supir dengan pakian serba hitam itu bersuara. Kini, hatinya diliputi perasaan yang buruk merasa tidak aman jika perjalanan tetap dipaksakan.“Tidak! Aku sudah berjanji kepada istriku akan tiba malam ini. Jika aku sampai menginkarinya maka ia akan kecewa,” balasnya dengan nada dingin sedingin suasana mala ini. Dari jawabannya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09

Bab terbaru

  • Second Marriage    09. Menghadiri Pesta

    Aurel menutup koper miliknya usai membereskan baju-baju miliknya. Perempuan itu lantas mendudukan dirinya pada tepi tempat tidur, ia tiba-tiba teringat akan suami dan anaknya. “Ekhem,” suara deheman terdengar. Devi—mama Aurel itu terlihat berjalan menghampiri anak perempuannya lantaran mendudukkan dirinya tepat di sebelah Aurel. “Kenapa kamu biarin suami kamu di rumah sama Nadin?” cetus Devi mengintrogasi. Aurel menghela nafas, Ia kemudian menatap penuh sang mama. “Mas Raka masih ada urusan yang harus dikerjakan, Ma. Besok dia ke sini, kok,” balasnya. Devi menghela nafas berat, ia tidak habis fikir dengan putrinya yang bodoh itu. “Harusnya kamu nggak usah ikut mama ke sini hari ini. Harusnya kamu datang bareng suami kamu aja besok, sekarang kamu malah membiarkan mereka berduaan di rumah sana!” marahnya. Aurel tidak merespon, ia teringat jika malam ini Raka akan menghadi

  • Second Marriage    08. Perhatian

    Senyum Nadin memudar melihat sosok yang baru saja datang. Ia mengalihkan atensinya menatap Serra tetapi perempuan itu hanya mengerlingkan mata.“Duduk, Lex,” ujar Serra mempersilahkan.Lelaki yang disapa Lex a.k.a Alex mengangguk lantaran mendudukkan dirinya diikuti dengan Nadin.“Kalian udah lama datengnya?” kata Alex bertanya.“Gue lumayan sih, kalau Nadin baru,” jelas Serra yang dibalas anggukan oleh Alex. Lelaki itu kemudian beralih untuk menatap Nadin yang terus memalingkan muka darinya.“Nad,” panggil Alex.“Eh, guys gue ka toilet bentar, ya,” Serra bangkit dari kursi yang didudukinya, tanpa mendengarkan jawaban persetujuan dari Nadin perempuan itu berlalu begitu saja.“Gue turut berdukacita ya atas musibah yang sekarang menimpa lo.”Kali ini, Nadin mengalihkan atensinya untuk menatap Alex yang berada di seberangnya. Senyum tipis terukir di kedua sudu

  • Second Marriage    07. Bertemu Teman

    “Tante Nadin!” pekik Reiki dengan suara cadelnya. Lelaki berumur 2 tahun itu berlari menghampiri Nadin yang sedang menuruni anak tangga.“Jangan lari-larian, Reiki, nanti jatuh,” seru Nadin seraya kala Reiki sudah memeluk erat pinggangnya menggunakan tangan kecilnya.“Reiki, sarapan dulu, nak!” seru Aurel yang terlihat mengejar Reiki dengan sebuah mangkuk plastik ditangannya.Nadin mengangkat wajahnya, menatap Aurel yang sekarang melangkah lambat ke arahnya. “Pagi, mbak Aurel,” sapa Nadin. Ia mengembangkan senyum manisnya menatap Aurel yang hanya meleparkan tatapan datar ke arahnya. “Pagi,” balas Aurel dingin.“Tante sekarang tinggal sama di rumah Reiki ya?” kata Reiki bertanya. Suara khas balitanya dengan pipi gembulnya membuat Nadin tidak tahan untuk tidak mencubit gemas pipi balita itu.“Iya, tante sekarang tinggal disini sama Reiki, sama mama dan sama papa,” ter

  • Second Marriage    06. Perasaan Bersalah

    Sejak insiden sore tadi, Nadin lebih memilih untuk mengurung diri di dalam kamarnya, ia tidak memiliki nyali untuk keluar dan bertatap muka dengan Aurel. Dirinya merasa bersalah dan menyesali pernikahan keduanya ini tapi semua sudah terjadi. Nadin meremas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, ia lapar karena sejak tadi siang belum makan tapi rasa laparnya itu seakan dikalahkan oleh rasa bersalah yang besar.Suara pintu terbuka membuat Nadin buru-buru memejamkan matanya, mencoba menipu Raka dengan berpura-pura tidur. Ia tidak sanggup jika harus bersitatap dengan suaminya itu.“Kenapa tidak turun untuk makan malam?” suara dingin nan datar Eaka menyentak telinga Nadin membuat jantungnya berdetak kencang tiba-tiba.Nadin tidak merespon, ia semakin mengeratkan memejam eratkan matanya mencoba menormalkan detak jantungnya namun yang ia rasa sebaliknya. Jantungnya itu semakin berdetak kencang kala Nadin merasa Raka mendekatinya.DegMendadak

  • Second Marriage    05. Merasa Gagal

    Nadin menyusuri seluruh ruangan yang ada di rumahnya dan mendiang suaminya Rafa. Usai menandatangi surat pengalihan nama tadi, dirinya memutuskan untuk menjenguk rumah lamanya yang baru ditinggalkan dua hari ini. Semua masih sama, tidak ada yang berubah meskipun rumah ini sudah tidak lagi ia huni. Yang membedakan adalah jika dulu rumah ini berisikan cintanya dengan Rafa maka sekarang rumah ini sepi menyisakan sunyi dan kenangan yang ababila diingat terasa menyesakkan. “Nyonya, apakah anda mau saya seduhkan teh?” Rika—yang merupakan maid disana menyapa majikan untuk menawarkan minum. Nadin menggeleng sebagai jawaban. “Aku kesini hanya sedang rindu sama mas Rafa, bik. Hanya sebentar karena sekarang sudah sore dan sebentar lagi suami Mas Raka akan pulang dari kantor jadi aku harus segera pulang,” tutur Nadin seraya menatap maid di rumahnya itu. Rika bisa melihat sorot kesedihan di mata majikannya itu. Pasti majikannya itu merindukan hati-hari dimana ia menyambut

  • Second Marriage    04. Pengalihan Nama

    Raka terlihat berjalan menuju meja makan. Disana sudah ada Aurel yang terlihat sedang menyuapi putranya, Reiki. “Pagi,” sapa Raka sepert biasanya. Ia mencium singkat puncak kepala Aurel seperti pagi-pagi yang sudah berlalu. Tatapan Raka kemudian tertuju pada Reiki yang sedang tiduran di atas trolinya. “Pagi jagoan papa,” serunya kepada putranya kecilnya. “Pagi, papa,” balas Reiki dengan suara cadelnya. Raka kemudian mendudukan dirinya di kursi utama yang biasa menjadi singgasananya membuat Aurel sejenak mengentikan aktivitasnya. “Mas mau sarapan pakai nasi goreng atau roti?” katanya bertanya. “Roti saja,” balas Raka. Aurel mengangguk, perempuan itu kemudian mulai mengambil roti dan memberinya nutela seperti biasanya. Di tengah-tengan aktivitasnya, Nadin tiba sudah rapi dan tampak lebih segar. “Selamat pagi,” sapa Nadin kepada Aurel dan Raka. Sejujurnya ia masih merasa sangat canggung dengan keadaan ini. “Pagi,” hanya Raka yang

  • Second Marriage    03. Canggung

    Nadin memasuki rumah Raka yang sekarang menjadi rumah barunya. Sekarang ini statusnya sudah sah menjadi nyonya Raka Argantara maka dari itu ia harus mengikuti kemana suaminya akan membawanya termasuk ke rumahnya dan tinggal satu atap bersama dengan Aurel—kakak ipar yang menjadi madunya. “Selamat datang, Nyonya,” seorang pelayan menyapa hangat kehadiran Nadin—nyonya barunya yang tentu saja sudah mereka kenal sebelumnya. Nadin tersenyum tipis lantaran mengangguk. “Mas,” panggil Nadin kepada Raka yang berjalan di depannya. “Ada apa?” Raka mengentikan langkahnya, memutar tubuhnya menatap Nadin yang sekarang mengatainya. “Nadin mau ketemu sama mbak Aurel, apakah boleh?” katanya bertanya guba meminta ijin. Bagaimanapun juga ia harus meminta maaf kepada istri pertama suaminya itu. Raka sejenak terdiam. “Mungkin sekarang dia berada di dalam kamarnya,” balas Raka akhirnya. Nadin mengangguk. “Aku akan merapikan pakaianku nanti. Sekarang aku ingi

  • Second Marriage    02. Kenyataan Pahit

    Nadin berjongkok di depan pemakaman suaminya dengan tangan yang terus menabur kelopak mawar. Tangisnya masih tidak kunjung reda.“Kenapa harus secepat ini?” batin Nadin bertanya. Lidahnya terlampau kelu untuk mengeluarkan suara.“Maaf mas, kalau saja aku tidak egois dan mencegahmu untuk kembali malam itu pasti ini semua tidak akan terjadi.”“Dirimu ini pasti sekarang sedang berada di sisiku dan kita saling melepaskan rindu.”“Jujur, hatiku sakit melepas mu, bagaimana bisa kamu meninggalkan ku?”Isakan Nadin semakin terdengar kencang hingga sesegukan. Ia benar-benar merasakan kehancuran. Keluarga kecil yang baru saja dibangunnya hancur dalam sekejap mata.Raka yang berada disebelah Nadin menarik bahu perempuan itu untuk menyandar pada bahunya. “Rafa akan sangat sedih melihat kamu seperti ini,” bisiknya lembut berharap hal itu bisa sedikit melegakan hati Nadin dan mengikhlaskan suamin

  • Second Marriage    01. PROLOG

    Suara guntur bersahutan, bertalu-talu memekikkan telinga siapa saja yang mendengarnya. Angin berehmbus kencang mengombang ambingkan pepohonan di tepi jalan. Hujan turun dengan derasnya membasahi jalanan kota malam ini.Sebuah mobil sedan berwarna mewah nampak melaju dengan kecepatan sedang, membalah jalanan malam yang sepi nan sunyi di bawah lebatnya hujan. Di dalamnya, terdapat dua orang lelaki yang berharap akan segera tiba di rumahnya dengan keadaan baik-baik saja.“Tuan, apa tidak sebaiknya kita mencari penginapan di sekitar sini saja? Hujannya kian lebat tidak aman jika kita memaksakan perjalanan pulang,” seorang supir dengan pakian serba hitam itu bersuara. Kini, hatinya diliputi perasaan yang buruk merasa tidak aman jika perjalanan tetap dipaksakan.“Tidak! Aku sudah berjanji kepada istriku akan tiba malam ini. Jika aku sampai menginkarinya maka ia akan kecewa,” balasnya dengan nada dingin sedingin suasana mala ini. Dari jawabannya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status