Home / Romansa / Sebening Cinta Anne / Part 4. Jatuh Cinta

Share

Part 4. Jatuh Cinta

Author: Ummu Nadin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV Hanzel

 

Siapa pria itu, berani sekali mendekati Anne. Ingin rasanya kuumumkan di sini bahwa wanita itu adalah calon istri Hanzel Adi Wijaya. 

 

Tapi ... dia tadi pagi lari dari rumah karena menolak perjodohan ini. 

 

Diakah pria yang telah melarikan Anne tadi pagi?

 

Huh, aku harus bagaimana?

 

Kesal dihati hanya bisa kutelan sendiri. Bahkan Anne tidak peduli ada aku disini. Harusnya dia tahu aku ada disini, kenapa tidak mencariku. Setidaknya memberi penjelasan kenapa dia harus lari dengan pria lain.

 

Tidak.

 

Tidak boleh begini. Jangan sampai ada seorang gadispun yang berani menolak Hanzel. 

 

Akhirnya tak bisa lagi kutahan, aku berjalan mendekatinya. Oh, shiittt.

 

"Anne."

 

"Hanz."

 

Seolah dunia berhenti berputar, detik waktu juga ikut berhenti. Semua gerakan berhenti. Hanya kami berdua yang saling menatap satu sama lain. Hanya kami berdua yang tetap hidup tak ikut di berhentikan sang waktu. Sepersekian detik.

 

"He emm."

 

Sebuah suara menormalkan kembali, dunia seisinya berputar kembali.

 

"Bapak Hanzel, saya senang sekali bisa hadir dalam konser amal malam ini. Meski hanya bisa menyumbang sedikit. Tapi semoga berguna untuk Anne dan teman-temannya."

 

"Baik, ini dengan Bapak siapa ya?" tanya Hanzel mencoba ramah pada pria itu. Basa-basi.

 

"Kenalkan saya Alex." 

 

Hanzel menyambut uluran tangan Alex. 

 

"Baik, saya pamit dulu. Senang berbincang denganmu, Ann. Lain kali saya akan mampir di yayasan boleh, kan?"

 

Pria itu tersenyum pada Anne, dari senyum buayanya aku tahu dia sedang berusaha menarik perhatian Anne. 

 

Dasar pria genit.

 

"Dengan senang hati, Pak Alex," jawab Anne membalas senyum pria itu.

 

Aduh, Ann. Kamu jangan tersenyum dengan pria lain. Melihatnya aku sungguh ga rela.

 

Kami berdua terjebak dalam kebisuan untuk beberapa waktu, sepeninggal Alex. Aku bingung memulai perbincangan.

 

"Hanz, aku minta maaf ya atas kejadian semalam. Semua kacau karena aku," Anne menunduk.

 

"Kamu berhasil membuat Papa kesal, Ann," gumamku.

 

Anne semakin menunduk malu.

 

"Pastinya aku semalam seperti badut sirkus," cicitnya pelan.

 

Aku menatap Anne dingin.

 

"Aku sungguh menyesal, Hanz."

 

"Apa kau dipaksa untuk perjodohan ini?" aku ingin sekali menumpahkan kekesalanku. 

 

Anne menggeleng. 

 

Kalau tidak dipaksa, kenapa harus lari dengan pria lain, Ann? Kenapa?

 

Entahlah, mendengar dia melarikan diri bersama pria lain sungguh melukai harga diriku. Selama ini para wanita mengantri hanya untuk bisa dekat denganku. Ini pertama kali aku merasakan ditolak. Ternyata rasanya membuat dadaku sesak.

 

"Maaf mengganggu," seorang wanita menghampiri kami berdua.

 

"Pak Hanzel, maaf ada yang harus saya selesaikan dengan Anne," ucap wanita itu.

 

"Baik, silahkan. kami sudah selesai bicara," aku mencoba tersenyum ramah padanya.

 

Bisa kulihat sekilas Anne tersenyum tipis, mengangguk padaku sebelum akhirnya berjalan menjauh.

 

Oh, shittt. Kacau. 

 

 

***

 

 

"Bagaimana acaranya malam ini, Hanz?" Papa sudah menyambutku di ruang keluarga begitu aku masuk rumah.

 

"Tentang apa nih?" 

 

Papa tersenyum. Papa-papa, pandai sekali dia memancing pendapatku. Aku tahu Papa sudah melihat rekaman video acara malam dari orang suruhannya.

 

"Penggalangan dananya sukses besar. Selamat, Hanz. Usulmu tentang konsep acara malam ini luar biasa," Papa memberi komentar.

 

"Alhamdulillah, semua juga karena dukungan Papa," balasku sembari merebahkan diri di sofa.

 

"Kau bertemu dengannya?" pertanyaan Papa cukup membuatku terhenyak.

 

"Siapa?"

 

Papa tertawa. Entah apa yang dipikirkan pria separuh baya di hadapanku ini. 

 

"Tentu saja Anne. Siapa lagi?" aku hanya membuang nafas kasar mendengar jawaban Papa.

 

"Memangnya ada yang menarik hatimu selain Anne di sepanjang acara konser amal tadi, hmm?" Papa tertawa melihatku. 

 

Mukaku sepertinya sudah seperti udang rebus. Merah.

 

"Sejak kapan Papa jadi genit begini?"

 

"Sejak Papa sadar, anak Papa sedang jatuh cinta, hahaha ...."

 

"Udah ah. Hanzel mau mandi. Gerah."

 

Lama-lama aku bisa mati kutu. Bicara dengan Papa kadang menyebalkan. Huh ...

 

"Kau harus gerak cepat, Hanz. Papa lihat si Alex tadi berniat merebutnya darimu. Hahaha ...." Papa tergelak melihatku melotot.

 

"Papa genit ...." Kataku sambil berdiri dari sofa.

 

"Hahaha, Kau harus belajar pada Papamu ini, bagaimana caranya menakhlukkan hati mamamu dulu, Hanz. Hahahah ...."

 

Dasar orang tua jaman sekarang. Seenaknya sendiri. Aku segera masuk ke kamarku sebelum Papa semakin berbuat onar. Menyebalkan.

 

"Hanz, siapa cepat dia dapat. Hahahaha ...."

 

Aku memutar bola mata malas.

 

Dikiranya lagi jualan barang. Mentang-mentang pengusaha. Mikirnya gerak cepat terus. Dasar Papa.

 

Tapi aku jadi heran sejak kapan orang tua ini memasang CCTV. Kenapa hal sekecil itu juga tidak luput dari pantauannya. Papa bikin aku mati gaya aja sih. Duh papa, anakmu ini sudah dewasa, kenapa masih harus diikuti mata-mata sih. Hiks ....

 

 

***

 

 

Gawai yang tergelatak di nakas nyaring berdering. Rupanya ada panggilan masuk.

 

"Hallo, Bro. Gimana?"

 

"Oh, datang aja ke rumah gue. Hari ini gue libur."

 

"Hmmm, baiklah gue tunggu ya."

 

Pagi-pagi udah ngajak jalan aja si pengacara ini. Padahal aku pengen rebahan di kamar aja hari ini. Mumpung libur.

 

Tak berapa lama kemudian Finn sudah menyembul dari balik pintu kamar Hanzel.

 

"Selamat Pagi, Hanzel Si Pangeran Kodok," Finn dengan wajah menyebalkan menyapaku sambil merebahkan tubuhnya di ranjang ku.

 

"Sialan Lo, sembarangan aja nyebut gue pangeran kodok," umpat Hanzel

 

"Hahahaha, habisnya pagi ini elo aneh banget deh, Hanz."

 

"Aneh gimana? Gue berubah jadi kodok gitu?" Jawabku yang refleks membuat Finn tergelak.

 

"Hahaha, mungkin lama-lama wujud elo bisa berubah tuh, Hanz."

 

"Sembarangan elo nyumpahin gue berubah wujud," bantal melayang mengenai kepala Finn.

 

"Aduh, jangan mukul kepala gue dong. Tar kalau gegar otak begimane nih?" Finn ngedumel.

 

"Biarin jadi somplak sekalian," jawabku sambil ketawa puas melihatnya manyun.

 

"Sejak kapan elo berubah jadi melow gini sih, Hanz. Kenapa coba muter lagu roman picisan gini, biasanya bukannya suka musik metal," 

 

Finn mengeluarkan jurus introgasi tingkat tinggi. Apes memang punya temen lawyer gini.

 

"Kenapa? Apa gara-gara Cewek yang lari sama pria lain itu?" tanyanya lagi.

 

Sejak semalem gue jadi muter lagu Bidadari tak bersayapnya Hanin Dhiya. Gara-gara Anne semalem bernyanyi lagu itu. Duh, kok jadi gini banget sih gue. Bucin.

 

"Suka-suka gue dong, emang selera ga boleh berubah," kesel banget aku sama Finn. Kalau nebak suka bener. Hahaha

 

Kenapa coba harus nanya kenapa gue muter lagu Bidadari Tak Bersayap coba. Kan gue jadi inget Anne lagi. Ish ish ish, kesel banget kan.

 

"Biasanya sih, jika ada yang sanggup mengubah selera orang, itu pasti karena orang itu sedang jatuh cinta,"

 

"Jatuh cinta apaan, sok sok an kayak elo udah pernah jatuh cinta aja," jawabku 

 

"Hahaha, jadi bener nih, elo jatuh cinta sama cewek itu, duh gue jadi pengen kenal deh sama dia,"

 

Tatap mata Finn tajem banget bikin aku jadi bergidik ngeri. Emang bener sih, orang ini punya bakat buat bikin introgasi orang. Buktinya aku aja sampai klepek-klepek, ga bisa mangkir. Ga salah dia pilih jurusan hukum di Harvard University.

 

"Udah ah, ngapain sih ngomongin itu. Males gue, jadi pergi ga, nih?"

 

"Jadi dong."

 

Tapi baru saja kami mau beranjak, gawai Finn berdering.

 

"Ya, Mam."

 

"Baik, Finn segera pulang."

 

Finn menutup panggilannya. Sepertinya ada hal yang penting, akhirnya dia memilih untuk pulang.

 

"Sorry, Bro. Gue harus anter mama gue. Mau ketemuan sama sepupu gue."

 

"Its okay, Bro. Tar kapan-kapan kita bisa hang out bareng."

 

Sepeninggal Finn. Aku benar-benar berubah menjadi kaum rebahan. Guling sana guling sini, sambil muter Bidadari Tak Bersayap berulang-ulang. Untung aja suaranya Hanin Dhiya ga serak aku puter berulang-ulang. Hehehe ....

 

 

***

 

 

Hari menjelang sore, aku baru berniat keluar kamar. Merasa sudah bosan sendiri muter satu lagu berulang-ulang, kuputuskan untuk datang ke Yayasan Tuna Rungu tempat Anne bekerja.

 

Kulakukan mobilku sesuai alamat yang diberikan Papa. Ga tau kenapa Papa seperti sengaja menyuruhku datang kesana.

 

Alamat Yayasannya cukup mudah dicari. Iyalah, kan sekarang ada aplikasi G-maps. Hehehe.

 

'Tempat yang anda tuju ada disebelah kanan,'

 

Akhirnya sampai juga, ku parkirkan mobilku dengan riang gembira.

 

Tapi ketika aku mau keluar dari mobil, tak sengaja aku melihat Finn mau masuk mobil. Sepertinya dia barusan juga datang di Yayasan ini. 

 

Bersamanya ada seorang wanita yang ketika aku melihatnya, aku jadi ingat seseorang. Siapa dia ....

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ovie Maria
kan kan kaaannn...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sebening Cinta Anne   Part 5. Persekongkolan

    Mata Hanzel menyipit memandang wanita yang berjalan disamping Finn. Siapa dia? "Finn," "Hanz," "Elo disini?" Tanya Hanz " Iya, gue nganter mama gue," "Mam, kenalin. Ini Hanzel teman Finn kuliah di Harvard," Finn mengenalkan wanita tadi dengan sebutan mama. "Hanzel, Tante," Hanzel mengenalkan diri pada mamanya Finn. Wanita di depannya ini yang tadi membuat Hanzel sedikit tergetar hatinya. Wajahnya seperti mirip seseorang. "Sesama Lawyer ya kalian?" Tanya mama Finn. "Bukan, Tante. Kami beda jurusan. Hanzel kuliah jurusan Managemen Bisnis," jawab Hanz. "Oh, Finn ga mau jad

  • Sebening Cinta Anne   Part 6. Kecurigaan

    Miska membisikkan sesuatu di telinga Alex. Kemudian mata Alex membelalak sempurna. "What!" "Gimana, bagus kan rencana gue?" Miska tersenyum jahat. "Elo gila? Ogah, gue ga mau," tolak Alex. "Heleh, Cemen Lo," Miska memberengut. "Bukan gitu, ini tindakan kriminal," protes Alex. "Kriminal apaan, prank doang. Seru tauk," Miska terus membujuk. "Gue jamin, Anne dan Hanzel batal nikah," Miska berusaha membujuk Alex. "Tar deh, gue pikirin lagi," jawab Alex lemah. "Kalau Lo nyerah sih ya udah, gue ga akan maksa juga. Gue bakal cari orang lain yang mau jalanin rencana gue. Tapi elo jangan nyesel kalau ga bisa dapetin Anne," M

  • Sebening Cinta Anne   Part 7. Makna Kebahagiaan

    Miska telah sampai di mansion ketika rembulan menggantung sendirian di langit. Entah kenapa malam ini bintang-bintang enggan menampakkan diri. Mungkin sedang malas melihat kehidupan di dunia yang semakin porak poranda karena ambisi dan kerakusan manusia. Mansion tampak sepi, memang biasanya juga sepi. Bayangkan saja Mansion ini luasnya lebih dari 8000 meter persegi, tapi hanya di huni oleh lima orang manusia, belum termasuk dengan para pelayan, tukang kebun dan Security. Betapa sepinya. Mansion ini di bangun oleh Kakek Atmaja dengan fasilitas yang lengkap. Sejak anaknya Darren Atmaja menikah dan memiliki anak, Darren membangun taman bunga, di persembahkan spesial untuk Sherly istrinya dan Anne putri kesayangannya. Tapi semua kemewahan yang tampak indah di pelupuk mata ini, tidak mengisyaratkan makna sebuah kebahagiaan.

  • Sebening Cinta Anne   Part 8. Kemunculan Hardiman

    Ketika Anne melangkah keluar dari ruang depan asrama tuna rungu, dia berpapasan dengan dua orang pria yang salah satunya Anne kenal. Beliau adalah Om Federick papanya Hanzel. Sedang pria satunya kemungkinan relasi bisnis Om Federick, jika dilihat dari penampilannya yang masih mengenakan Jaz dan kemeja kantoran. Senyum dibibir Anne terbit, kemudian dengan ramah Anne menyapa mereka. Karena sekarang Anne adalah tuan rumah di Yayasan ini. "Selamat datang, Om Federick. Ada yang bisa Anne bantu?" sapa Anne ramah. Sebenarnya ada rasa sungkan dan rasa bersalah dalam diri Anne pada Om Federick, perihal malam itu saat makan malam. Tapi karena hari ini beliau adalah tamu maka sebisa mungkin Anne harus bersikap profesional. "Ann, kenalin ini teman Om, namanya Pak Ardian. Beliau ingin menj

  • Sebening Cinta Anne   Part 9. Sesal yang Datang di Akhir

    "Tolong ... siapapun, tolong kami .... " Di tengah malam buta, saat cahaya rembulan sedang bersembunyi di balik awan gelap. Sedangkan bintang-bintang juga sedang begitu malas menampakkan diri. Sebuah mobil yang meluncur membelah jalan raya menuju puncak Bogor, tiba-tiba tak terkendali dan menghantam marka pembatas jalan. Mobil itu berguling beberapa kali hingga kemudian terbalik. Suara minta tolong itu terdengar menyayat hati. Tapi apa hendak dikata, malam ini tak ada satupun kendaraan yang lewat di tempat itu. Bahkan rintik hujan mulai turun mengguyur bumi, seolah meredam gejolak panas angkara murka. "Tolong, tolong kami," suara minta tolong itu terdengar semakin lirih. Dalam keadaan setengah sekarat, suara itu tak berputus asa meminta pertolongan.

  • Sebening Cinta Anne   Part 10. Maukah Kau Melahirkan Anak-anakku?

    Federick membaca berkas laporan yang dikirim seseorang di email-nya. Dari ekspresi wajahnya menampakkan keseriusan, seolah sedang memeriksa laporan penting."Hmmm, jadi begini, dasar licik," desisnya geram.Dia masih begitu serius membaca email itu, ketika terdengar dering panggilan telepon di Smartphone nya."Ya.""Teruskan saja, jangan ada yang terlewat!""Okay, kutunggu laporannya."Demikian instruksi yang dia perintahkan pada orang di seberang sana. Setelah dia menutup telepon, Federick kembali sibuk dengan laptopnya."Gue akan membongkar semua misteri ini untuk elo, semoga elo tenang di sana, Sher," gumamnya pelan.Federick Adi Wijaya menghembuskan nafas panjang. Dia terkenang dengan masa sekian puluh tahun yang lalu. Ketika dia masih memakai seragam putih abu."Sher

  • Sebening Cinta Anne   Part 11. Handoko

    Finn melangkah meninggalkan restoran dengan geram. Nafsu makannya mendadak hilang saat melihat Hanzel sedang memeluk Anne di restoran tadi.Langkahnya tergesa menuju mobilnya, tak butuh waktu lama kemudian meluncur meninggalkan restoran itu secepat kilat. Finn memukul setir mobil geram."Gue udah bilang sama elo, kalo Anne spesial banget buat gue, Hanz," gumam Finn.Kemudian Finn melajukan mobilnya menuju rumahnya dengan mood yang sangat buruk. Sesampai rumah, dia melihat Mama Merry sedang membaca novel kesukaannya di sofa ruang keluarga. Merry menghentikan aktivitasnya saat melihat Finn tampak kesal."Ada apa, Finn?" tanyanya."Finn lagi kesel, Mam," jawabnya sambil menyandarkan punggungnya di kursi."Mama juga tahu kalo kamu kesel, wajahnya aja ditekuk-tekuk gitu. Maksudnya ada masalah apa?" tanya Merry."Han

  • Sebening Cinta Anne   Part 12. Kesalahpahaman

    Alex kembali ke kantor dengan kemarahan yang memuncak. Hanzel secara terang-terangan sudah melarangnya untuk menemui Anne, dan itu membuat hatinya kesal. Betapa tidak, karena semenjak pertemuan pertama dengan Anne di malam konser amal itu. Alex telah benar-benar jatuh cinta pada gadis itu.Awalnya Alex hanya iseng saja datang malam itu. Hanya penasaran dengan gadis yang bernama Anne. Saat Raka bercerita padanya bahwa Miska begitu benci pada gadis bernama Anne itu, Alex ingin tau seberapa menyebalkan dia. Kenapa Miska ingin menyingkirkan gadis itu.Tapi tidak di sangka Alex malah terpesona dengan Anne. Anne tidak hanya cantik, bakat dan kesederhanaan Anne telah begitu memikat hatinya. Meskipun Anne memiliki satu kekurangan yaitu pendengarannya. Akan tetapi kekurangannya itu telah tereliminasi, terganti dengan kelebihannya.Alex belum pernah merasakan hatinya berdesir pada wanita manapun, hanya An

Latest chapter

  • Sebening Cinta Anne   Part 50. Akhir Sebuah Kisah

    Suasana tenang melingkupi area pemakaman Al Azhar memorial garden. Sepeninggal Dewangga pulang bersama polisi, Atmaja-pun pulang dianter Federick, sementara Anne ditemani Hanzel melanjutkan sekalian ziarah di makam orang tuanya. Apalagi besok adalah hari pernikahan mereka.Keduanya tampak khusyuk bersimpuh di depan dua makam di depan mereka. Di batu nisannya, bertuliskan Darren Atmaja, sementara yang satunya Sherly Putri Sudjatmiko. Ya, mereka adalah mama dan papa Anne."Ma, Pa, dia adalah pria yang mama pilihkan untuk Anne, namanya Hanzel," gumamnya di atas pusara orang tuanya.Dua netra bening telah dipenuhi dengan kaca-kaca yang hanya dengan sekali kedipan mata, akan luruh menjadi hujan."Om, Tante, terima kasih telah mempercayai saya untuk menjadi penjaga wanita ini, saya akan berusaha keras untuk menjaganya. Besok kami akan menikah, tenanglah di sana, semoga Allah menempatkan kalian di syurga-Nya," gumam Hanzel di depan pusara kedua orang tua Anne.

  • Sebening Cinta Anne   Part 49. Atmaja dan Dewangga

    Dua orang pria tua duduk saling berhadapan dan saling membisu, tatapan mata keduanya bertemu akhirnya saling membuang wajah. Puluhan menit berlalu, tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibir keduanya."Kau ga ingin menghajarku?" tanya pria tua yang memakai baju Oren bertuliskan tahanan di punggungnya."Kau meledekku, hah? berdiri saja aku tidak mampu," jawab pria tua yang duduk di kursi roda."Tak kusangka Andini memilih pria lemah sepertimu," ejek pria berbaju oren.Keduanya tertawa miris. Ya, mereka adalah Atmaja dan Dewangga. Setelah sekian puluh tahun tak saling bertemu, tak saling menyapa, dan tak saling memberi kabar, akhirnya kini Tuhan mempertemukan mereka, di tempat yang tidak seharusnya.Ya, kini Dewangga ada di dalam penjara. Di tempat yang sama dengan Raka ditahan.Pagi ini Atmaja menjenguknya, menjenguk pria yang telah menghabisi anak semata wayangnya, Darren Atmaja."Apa tempatnya nyaman untukmu?" tanya At

  • Sebening Cinta Anne   Part 48. Cintamu telah Kembali

    Anne melangkah turun dari mobil dengan terburu-buru, sementara Hanzel mengawalnya di belakang. Mereka kini telah berada di kantor polisi, untuk menemui kakek Dewangga. Ada banyak pertanyaan yang berputar-putar dalam benaknya tentang alasan Dewangga menembak Raka. Anne menangkap keanehan tentang sikap Dewangga padanya. Mestinya pria tua itu tidak perlu mengorbankan dirinya meringkuk di penjara untuk orang yang baru sehari dia kenal, bukankah ini sangat aneh?Akan tetapi gadis itu sangat bersyukur pria tua yang baru dia kenal kemarin, telah melakukan sesuatu untuk mereka di saat yang tepat. Anne tidak bisa membayangkan jika Dewangga datang terlambat satu menit saja, akan lain ceritanya. Pasti saat itu kepala Hanzel yang harus terluka terkena pukulan Raka. Bagaimanapun semua pertanyaan itu harus terjawab hari ini.Finn yang sudah lebih dulu di kantor polisi, menyambut mereka dengan wajah penuh tanya."Kenapa, Hanz?" tanya Finn."Kakek Dewangga," jawab Hanzel

  • Sebening Cinta Anne   Part 47. Karena Aku Mencintaimu

    "Bunuh aku sekarang, Ka, aku ikhlas jika harus mati sekarang," jawab Anne lemah.Raka tertawa melihat Anne meringkuk di sudut kamar sambil ketakutan. Kemudian pria itu berjalan mendekatinya dengan bertelanjang dada, sementara Anne tampak semakin panik dan ketakutan tidak tahu harus berbuat apa. Hiks ..."Hahaha ... kemari, Ann!" ujar Raka di sela tawanya."Jangan mendekat, Ka!" pekik Anne."Hey, jangan teriak-teriak, Ann," ujar Raka menahan tawa."Pergi, Ka, pergi!" jerit Anne, mulai terisak.Raka geli melihat ekspresi Anne yang ketakutan. Padahal dia sebenarnya hanya bermaksud mengerjainya saja, supaya Anne berkata bersedia menjadi istrinya, tidak di sangka Anne benar-benar ketakutan melihatnya melepaskan kaosnya. Gadis itu mengira Raka akan melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya, hingga membuatnya ketakutan. Baginya ini lebih menakutkan daripada dibunuh."Ann, udah, aku cuma becanda, ya ampun," hibur Raka, tapi Anne terlan

  • Sebening Cinta Anne   Part 46. Raka Sang Psikopat

    Hari ini Anne masih di Senggigi, semalam mereka menginap di resto milik Raka di tepian Senggigi. Karena setelah usai menikmati sunset, Anne tampak sudah terlalu lelah jika harus diajak pulang ke villa yang telah mereka sewa.Sementara Dewangga juga menginap di tempat yang sama atas permintaan Anne. Meskipun Raka keberatan, tapi akhirnya mengalah karena Anne bersikeras memberi tumpangan pada dewangga untuk menginap tadi malam.Siang ini Raka berniat mengajak Anne kembali ke villa, tapi Anne memaksa untuk membawa serta Dewangga bersama mereka. Raka tidak habis pikir dengan Anne, kenapa gadis itu begitu memaksa untuk memberi tumpangan pada Dewangga, padahal dia adalah orang asing.Kini mereka berdebat di tepi pantai."Ann, dia hanya orang asing, jangan terlalu baik," protes Raka ketika Anne memintanya untuk mengajak Dewangga sementara tinggal bersama mereka di villa."Ka, dia seusia kakek Atmaja, apa kamu ga kasihan?" bujuk Anne.Raka mem

  • Sebening Cinta Anne   Part 45. Harus Menemukanmu

    Pintu kedatangan bandara internasional Zaenudin Abdul Madjid Lombok siang ini sangat padat, di luar tampak beberapa petugas sedang menunggu kedatangan Hanzel dan Finn serta dua polisi Surabaya yang terbang dari bandara Juanda sebelum dhuhur tadi."Kami sudah menunggu di luar, Pak," jawab salah satu polisi yang di dadanya tertulis nama Kompol Zakaria menjawab panggilan dari rombongan Hanzel."Baik, kami tunggu," jawabnya lagi seraya mematikan panggilan.Dia lalu memberikan informasi kepada anak buahnya untuk bersiap karena yang ditunggu sedang menuju di luar."Kalian bersiap, mereka sudah berjalan kemari," titahnya pada anak buah yang mendampingi."Siap, Ndan," jawab mereka serempak.Tak berapa lama kemudian, yang mereka tunggu telah muncul dari pintu keluar bandara, hingga terbit senyuman sang komandan seraya berjalan mendekat."Mari, Pak Finn, Pak Hanzel," sapanya.Mereka saling berjabat tangan, kemudian memberikan infor

  • Sebening Cinta Anne   Part 44. Hati Seluas Samudra

    Federick mendatangi mansion Atmaja bersama Elena. Mereka berdua merasakan ada kekhawatiran terhadap kondisi Atmaja, sejak beberapa hari lalu dia antar pulang dari kantor polisi, Federick belum sempat menengok ke mansion kakeknya Anne. "Bagaimana kabar anda, Pak Atmaja?" sapa Federick begitu Atmaja muncul didepannya. "Aku harus sehat sampai Anne ditemukan," jawab Atmaja diplomatis. Federick mengangguk membenarkan ucapan Atmaja. "Benar, anda harus sehat, mungkin Dewangga akan menghubungi anda, jika benar orang yang menguntit Anne selama ini adalah dia," saran Federick. Meski Atmaja ragu dengan ucapan Federick, tapi pria tua yang duduk di kursi roda itu yakin satu hal. Jika dulu Dewangga bisa khilaf karena kemarahannya pada Atmaja, hari ini dia pasti akan menyesali tengah membunuh anak dari wanita yang dicintainya. Karena Dewangga hanya terlalu mencintai. "Ada perkembangan informasi dari Surabaya?" tanya Atmaja. "Barusan, se

  • Sebening Cinta Anne   Part 43. Sunset di Senggigi

    "Jadi, Kakek, menginap dimana nanti malam?" tanya Anne."Bolehkah, aku ikut bersamamu, Ann?" tanya Dewangga parau.Anne terkesiap, bukan maksud hati menolak, tapi keadaan dirinya saja hari ini sedang ditawan oleh Raka. Mana mungkin Raka mengijinkan ada orang asing bersama mereka. Entah kenapa Anne merasa bisa langsung akrab dengan kakek ini, padahal hari ini adalah pertemuan pertama mereka. Anne terdiam, dia menghela napas panjang."Apa kamu keberatan, Ann?" tanya Dewangga pelan."Bu-bukan begitu, Kakek. Tapi ....""Aku yang keberatan," sahut Raka seraya berjalan mendekat."Sudah kuduga," cibir Dewangga.Dewangga selama ini mengawasi Anne tentu saja sangat tahu detil apa yang sesungguhnya terjadi. Benar, pria tua ini bukan secara kebetulan bertemu dengan Anne di pantai senggigi, melainkan dia sengaja mengikuti Raka dan Anne.Tidak ada satu peristiwa pun yang terlewat dari pengamatan pria tua ini, ketika anak buahnya mengaba

  • Sebening Cinta Anne   Part 42. Menemukan Titik Terang 2

    "Mereka sudah ditemukan, Finn?" tanya Hanzel penasaran.Keduanya berjalan ke parkiran dengan terburu-buru karena rasa penasaran telah mendera mereka tentang keberadaan Anne yang sudah 4 hari ini hilang belum di temukan jejak keberadaannya.Finn menarik lengan Hanzel, mengajak berjalan lebih cepat menuju mobilnya ketika mereka sudah sampai di tempat mereka memarkirkan mobil."Ann, hari ini aku akan menemukanmu," gumam Hanzel berharap.Lumpia dan beberapa makanan lain yang tadi dia beli di geletakkan begitu saja di jok belakang. Rasa penasaran telah mengalahkan rasa lapar yang tadi terasa membuncah ingin segera diberi makan."Gue harap setidaknya jejaknya telah ditemukan, Hanz. Mereka jelaskan detilnya di hotel," jawab Finn.Hanzel mengangguk. Mereka meluncur meninggalkan tugu pahlawan Surabaya, kembali menuju hotel. Hanzel begitu berharap jejak Anne telah ditemukan, setidaknya bisa melanjutkan pencarian dengan pasti. Tidak hanya sekedar

DMCA.com Protection Status