Finn melangkah meninggalkan restoran dengan geram. Nafsu makannya mendadak hilang saat melihat Hanzel sedang memeluk Anne di restoran tadi.Langkahnya tergesa menuju mobilnya, tak butuh waktu lama kemudian meluncur meninggalkan restoran itu secepat kilat. Finn memukul setir mobil geram."Gue udah bilang sama elo, kalo Anne spesial banget buat gue, Hanz," gumam Finn.Kemudian Finn melajukan mobilnya menuju rumahnya dengan mood yang sangat buruk. Sesampai rumah, dia melihat Mama Merry sedang membaca novel kesukaannya di sofa ruang keluarga. Merry menghentikan aktivitasnya saat melihat Finn tampak kesal."Ada apa, Finn?" tanyanya."Finn lagi kesel, Mam," jawabnya sambil menyandarkan punggungnya di kursi."Mama juga tahu kalo kamu kesel, wajahnya aja ditekuk-tekuk gitu. Maksudnya ada masalah apa?" tanya Merry."Han
Alex kembali ke kantor dengan kemarahan yang memuncak. Hanzel secara terang-terangan sudah melarangnya untuk menemui Anne, dan itu membuat hatinya kesal. Betapa tidak, karena semenjak pertemuan pertama dengan Anne di malam konser amal itu. Alex telah benar-benar jatuh cinta pada gadis itu.Awalnya Alex hanya iseng saja datang malam itu. Hanya penasaran dengan gadis yang bernama Anne. Saat Raka bercerita padanya bahwa Miska begitu benci pada gadis bernama Anne itu, Alex ingin tau seberapa menyebalkan dia. Kenapa Miska ingin menyingkirkan gadis itu.Tapi tidak di sangka Alex malah terpesona dengan Anne. Anne tidak hanya cantik, bakat dan kesederhanaan Anne telah begitu memikat hatinya. Meskipun Anne memiliki satu kekurangan yaitu pendengarannya. Akan tetapi kekurangannya itu telah tereliminasi, terganti dengan kelebihannya.Alex belum pernah merasakan hatinya berdesir pada wanita manapun, hanya An
Tangan Hanzel mengepal penuh kemarahan menyaksikan dua orang yang paling dekat dengannya berbincang hangat penuh keakraban. Dia merasa begitu cemburu, karena Anne bisa ngobrol seakrab itu dengan Finn. Padahal kalau sama Hanzel Anne pasang mode jaim, kadang aja bisa becanda.Kemudian Hanzel masuk mobil yang segera melesat membelah jalanan."Hanz, kenapa sih?" tanya Elena melihat Hanzel kembali dengan mood yang buruk.Padahal tadi dia turun dari mobil dengan riang gembira, kenapa hanya dalam hitungan menit berubah. Elena yang menunggu di dalam mobil jadi keheranan. Hanzel memukul stir mobilnya dengan kasar. Membuat Elena kaget."Hanz!" teriak Elena. Hanzel masih membisu, membuat Elena kesal."Hanzel Adi Wijaya!" panggil Elena.Hanzel sangat hafal jika mamanya itu memanggil namanya dengan lengkap, artinya mama sedang marah."Maaf, Ma. Ha
Miska beranjak menuju kamarnya, meninggalkan ruang makan dengan derai airmata. Wajahnya mengisyaratkan syok dan kecewa yang dalam dengan kenyataan hidup yang di terimanya.Dia tidak pernah menyangka, jika pernikahan mamanya dengan papa Erick hanya untuk menutupi aib karena mamanya hamil di luar nikah. Bahkan dia selama ini juga tidak menyadari kenyataan bahwa mamanya hanya anak angkat keluarga Atmaja.Semua bukan tanpa alasan, itu semua karena Sandra terlalu memanjakannya. Sandra tidak mengijinkan seorangpun membuka suara tentang semua itu. Pelayan-pelayan di mansion itu tidak ada yang berani menggunjing hal itu atau mereka akan kehilangan pekerjaannya.Bagi keluarga kaya, melakukan tindakan demikian tentunya mudah. Mereka bisa membungkam mulut orang-orang supaya tidak membicarakan hal buruk tentang mereka, dengan uang atau kekuasaan.Ketika Erick m
"Hanzel Adi Wijaya, tunggulah kejutan dariku ...." ucap pria ini sambil tersenyum jahat.Pria ini adalah Alex, tanpa sengaja dia melihat Hanzel sedang berbincang dengan rekan bisnisnya di kafe ini.Alexpun berniat akan pergi, tapi hal itu diurungkannya. Saat dia melihat ada seorang gadis cantik dan seksi mendekati Hanzel.Sisi jahatnya membisikkan kepada Alex, bahwa ini adalah kesempatan untuk Alex melakukan permainan yang menarik.Dari sudut dia duduk, dia bisa dengan leluasa memfoto Hanzel dan gadis itu. Apalagi saat momen tiba-tiba gadis itu mendaratkan bibirnya di pipi Hanzel. Di detik yang sama kejadian itu telah terabadikan dengan sangat sempurna di kameranya.Alex tersenyum puas."Ini akan menjadi kejutan yang menarik, Hanz," seringai Alex.Alex segera mengemasi barang-barangnya dan melangkah pergi menin
"Siapa kalian?" tanya Hanzel pada beberapa pria yang sedang menghadang di depannya."Kau tak perlu tahu," jawab pria itu.Mereka bertiga kemudian mengeroyok Hanzel dan menyerang bersamaan. Sementara dua pria yang membekap Anne tadi menunggu di dalam mobil.Hanzel bukanlah orang yang ahli beladiri, kemampuan beladiri ya pas-pasan. Tidak bisa mengimbangi tiga orang itu yang tampaknya terlatih, alhasil Hanzel dibuat babak belur oleh mereka."Sudah, target kita hanya menculik wanita itu, ayo sekarang pergi," ucap salah satu dari mereka.Akhirnya mereka segera bergegas meninggalkan Hanzel yang telah jatuh tersungkur karena di hajar tiga orang pria.Mobil mereka segera melesat meninggalkan Hanzel sendiri. Diantara kepanikannya, karena mereka telah membawa Anne pergi, Hanzel mengeluarkan handphone nya untuk memfoto mobil itu segera serta nomor plat mob
Kali ini pria yang turun dari mobil tampak berantakan, ada luka memar di wajahnya dan juga bibirnya."Maaf, Pak. Ijin bertanya, di daerah sini apakah ada penginapan?" tanya pria itu yang tak lain adalah Hanzel.Handoko tampak berpikir, sebelum kemudian dia menjawab pertanyaan pemuda itu."Kalo di sini ga ada penginapan, Nak," jawab Handoko.Hanzel tampak menghembuskan napas pasrah. Mungkin memang sebaiknya dia putar balik, dirinya juga tidak tahu kenapa tadi Hanzel ingin belok ke arah sini. Padahal jauh dari jalan utama.Dia hanya mengikuti perasaannya saja, berharap jika mobil yang membawa Anne memang ke arah sini."Huft.""Baiklah, terima kasih, Pak. Mungkin saya kembali ke arah jalan utama saja," pamit Hanzel, kemudian melangkah menuju mobilnya."Nak, jika berkenan dengan rumah Abah yang sederhana
"Carol, aku akan ke puncak Bogor, setelah mengantarmu pulang," ucap Alex."Aku ikut," jawab Caroline.Alex bimbang, antara mengajak serta Caroline atau tidak.Tapi saat melihat tatapan mata memelas milik Caroline, tatapan permohonan. Alex seolah luluh, mau tidak mau dia harus mengabulkan permintaan gadis itu."Baiklah, tapi besok saat aku ketemu mereka, kamu tetap di dalam mobil, jika keadaan berbahaya, langsung pergi. Mengerti!" ucap Alex.Caroline mengangguk mengerti.Alex belum tahu siapa mereka, sebengis dan sejahat apa orang yang telah menculik Anne.Sebenarnya Alex merasa heran, kenapa si penculik mencoba memeras dia. Bukankah keluarga Atmaja lebih kaya, dari keluarga Alex.Atau, kenapa tidak memeras keluarga Hanzel saja, kenapa harus Alex?
Suasana tenang melingkupi area pemakaman Al Azhar memorial garden. Sepeninggal Dewangga pulang bersama polisi, Atmaja-pun pulang dianter Federick, sementara Anne ditemani Hanzel melanjutkan sekalian ziarah di makam orang tuanya. Apalagi besok adalah hari pernikahan mereka.Keduanya tampak khusyuk bersimpuh di depan dua makam di depan mereka. Di batu nisannya, bertuliskan Darren Atmaja, sementara yang satunya Sherly Putri Sudjatmiko. Ya, mereka adalah mama dan papa Anne."Ma, Pa, dia adalah pria yang mama pilihkan untuk Anne, namanya Hanzel," gumamnya di atas pusara orang tuanya.Dua netra bening telah dipenuhi dengan kaca-kaca yang hanya dengan sekali kedipan mata, akan luruh menjadi hujan."Om, Tante, terima kasih telah mempercayai saya untuk menjadi penjaga wanita ini, saya akan berusaha keras untuk menjaganya. Besok kami akan menikah, tenanglah di sana, semoga Allah menempatkan kalian di syurga-Nya," gumam Hanzel di depan pusara kedua orang tua Anne.
Dua orang pria tua duduk saling berhadapan dan saling membisu, tatapan mata keduanya bertemu akhirnya saling membuang wajah. Puluhan menit berlalu, tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibir keduanya."Kau ga ingin menghajarku?" tanya pria tua yang memakai baju Oren bertuliskan tahanan di punggungnya."Kau meledekku, hah? berdiri saja aku tidak mampu," jawab pria tua yang duduk di kursi roda."Tak kusangka Andini memilih pria lemah sepertimu," ejek pria berbaju oren.Keduanya tertawa miris. Ya, mereka adalah Atmaja dan Dewangga. Setelah sekian puluh tahun tak saling bertemu, tak saling menyapa, dan tak saling memberi kabar, akhirnya kini Tuhan mempertemukan mereka, di tempat yang tidak seharusnya.Ya, kini Dewangga ada di dalam penjara. Di tempat yang sama dengan Raka ditahan.Pagi ini Atmaja menjenguknya, menjenguk pria yang telah menghabisi anak semata wayangnya, Darren Atmaja."Apa tempatnya nyaman untukmu?" tanya At
Anne melangkah turun dari mobil dengan terburu-buru, sementara Hanzel mengawalnya di belakang. Mereka kini telah berada di kantor polisi, untuk menemui kakek Dewangga. Ada banyak pertanyaan yang berputar-putar dalam benaknya tentang alasan Dewangga menembak Raka. Anne menangkap keanehan tentang sikap Dewangga padanya. Mestinya pria tua itu tidak perlu mengorbankan dirinya meringkuk di penjara untuk orang yang baru sehari dia kenal, bukankah ini sangat aneh?Akan tetapi gadis itu sangat bersyukur pria tua yang baru dia kenal kemarin, telah melakukan sesuatu untuk mereka di saat yang tepat. Anne tidak bisa membayangkan jika Dewangga datang terlambat satu menit saja, akan lain ceritanya. Pasti saat itu kepala Hanzel yang harus terluka terkena pukulan Raka. Bagaimanapun semua pertanyaan itu harus terjawab hari ini.Finn yang sudah lebih dulu di kantor polisi, menyambut mereka dengan wajah penuh tanya."Kenapa, Hanz?" tanya Finn."Kakek Dewangga," jawab Hanzel
"Bunuh aku sekarang, Ka, aku ikhlas jika harus mati sekarang," jawab Anne lemah.Raka tertawa melihat Anne meringkuk di sudut kamar sambil ketakutan. Kemudian pria itu berjalan mendekatinya dengan bertelanjang dada, sementara Anne tampak semakin panik dan ketakutan tidak tahu harus berbuat apa. Hiks ..."Hahaha ... kemari, Ann!" ujar Raka di sela tawanya."Jangan mendekat, Ka!" pekik Anne."Hey, jangan teriak-teriak, Ann," ujar Raka menahan tawa."Pergi, Ka, pergi!" jerit Anne, mulai terisak.Raka geli melihat ekspresi Anne yang ketakutan. Padahal dia sebenarnya hanya bermaksud mengerjainya saja, supaya Anne berkata bersedia menjadi istrinya, tidak di sangka Anne benar-benar ketakutan melihatnya melepaskan kaosnya. Gadis itu mengira Raka akan melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya, hingga membuatnya ketakutan. Baginya ini lebih menakutkan daripada dibunuh."Ann, udah, aku cuma becanda, ya ampun," hibur Raka, tapi Anne terlan
Hari ini Anne masih di Senggigi, semalam mereka menginap di resto milik Raka di tepian Senggigi. Karena setelah usai menikmati sunset, Anne tampak sudah terlalu lelah jika harus diajak pulang ke villa yang telah mereka sewa.Sementara Dewangga juga menginap di tempat yang sama atas permintaan Anne. Meskipun Raka keberatan, tapi akhirnya mengalah karena Anne bersikeras memberi tumpangan pada dewangga untuk menginap tadi malam.Siang ini Raka berniat mengajak Anne kembali ke villa, tapi Anne memaksa untuk membawa serta Dewangga bersama mereka. Raka tidak habis pikir dengan Anne, kenapa gadis itu begitu memaksa untuk memberi tumpangan pada Dewangga, padahal dia adalah orang asing.Kini mereka berdebat di tepi pantai."Ann, dia hanya orang asing, jangan terlalu baik," protes Raka ketika Anne memintanya untuk mengajak Dewangga sementara tinggal bersama mereka di villa."Ka, dia seusia kakek Atmaja, apa kamu ga kasihan?" bujuk Anne.Raka mem
Pintu kedatangan bandara internasional Zaenudin Abdul Madjid Lombok siang ini sangat padat, di luar tampak beberapa petugas sedang menunggu kedatangan Hanzel dan Finn serta dua polisi Surabaya yang terbang dari bandara Juanda sebelum dhuhur tadi."Kami sudah menunggu di luar, Pak," jawab salah satu polisi yang di dadanya tertulis nama Kompol Zakaria menjawab panggilan dari rombongan Hanzel."Baik, kami tunggu," jawabnya lagi seraya mematikan panggilan.Dia lalu memberikan informasi kepada anak buahnya untuk bersiap karena yang ditunggu sedang menuju di luar."Kalian bersiap, mereka sudah berjalan kemari," titahnya pada anak buah yang mendampingi."Siap, Ndan," jawab mereka serempak.Tak berapa lama kemudian, yang mereka tunggu telah muncul dari pintu keluar bandara, hingga terbit senyuman sang komandan seraya berjalan mendekat."Mari, Pak Finn, Pak Hanzel," sapanya.Mereka saling berjabat tangan, kemudian memberikan infor
Federick mendatangi mansion Atmaja bersama Elena. Mereka berdua merasakan ada kekhawatiran terhadap kondisi Atmaja, sejak beberapa hari lalu dia antar pulang dari kantor polisi, Federick belum sempat menengok ke mansion kakeknya Anne. "Bagaimana kabar anda, Pak Atmaja?" sapa Federick begitu Atmaja muncul didepannya. "Aku harus sehat sampai Anne ditemukan," jawab Atmaja diplomatis. Federick mengangguk membenarkan ucapan Atmaja. "Benar, anda harus sehat, mungkin Dewangga akan menghubungi anda, jika benar orang yang menguntit Anne selama ini adalah dia," saran Federick. Meski Atmaja ragu dengan ucapan Federick, tapi pria tua yang duduk di kursi roda itu yakin satu hal. Jika dulu Dewangga bisa khilaf karena kemarahannya pada Atmaja, hari ini dia pasti akan menyesali tengah membunuh anak dari wanita yang dicintainya. Karena Dewangga hanya terlalu mencintai. "Ada perkembangan informasi dari Surabaya?" tanya Atmaja. "Barusan, se
"Jadi, Kakek, menginap dimana nanti malam?" tanya Anne."Bolehkah, aku ikut bersamamu, Ann?" tanya Dewangga parau.Anne terkesiap, bukan maksud hati menolak, tapi keadaan dirinya saja hari ini sedang ditawan oleh Raka. Mana mungkin Raka mengijinkan ada orang asing bersama mereka. Entah kenapa Anne merasa bisa langsung akrab dengan kakek ini, padahal hari ini adalah pertemuan pertama mereka. Anne terdiam, dia menghela napas panjang."Apa kamu keberatan, Ann?" tanya Dewangga pelan."Bu-bukan begitu, Kakek. Tapi ....""Aku yang keberatan," sahut Raka seraya berjalan mendekat."Sudah kuduga," cibir Dewangga.Dewangga selama ini mengawasi Anne tentu saja sangat tahu detil apa yang sesungguhnya terjadi. Benar, pria tua ini bukan secara kebetulan bertemu dengan Anne di pantai senggigi, melainkan dia sengaja mengikuti Raka dan Anne.Tidak ada satu peristiwa pun yang terlewat dari pengamatan pria tua ini, ketika anak buahnya mengaba
"Mereka sudah ditemukan, Finn?" tanya Hanzel penasaran.Keduanya berjalan ke parkiran dengan terburu-buru karena rasa penasaran telah mendera mereka tentang keberadaan Anne yang sudah 4 hari ini hilang belum di temukan jejak keberadaannya.Finn menarik lengan Hanzel, mengajak berjalan lebih cepat menuju mobilnya ketika mereka sudah sampai di tempat mereka memarkirkan mobil."Ann, hari ini aku akan menemukanmu," gumam Hanzel berharap.Lumpia dan beberapa makanan lain yang tadi dia beli di geletakkan begitu saja di jok belakang. Rasa penasaran telah mengalahkan rasa lapar yang tadi terasa membuncah ingin segera diberi makan."Gue harap setidaknya jejaknya telah ditemukan, Hanz. Mereka jelaskan detilnya di hotel," jawab Finn.Hanzel mengangguk. Mereka meluncur meninggalkan tugu pahlawan Surabaya, kembali menuju hotel. Hanzel begitu berharap jejak Anne telah ditemukan, setidaknya bisa melanjutkan pencarian dengan pasti. Tidak hanya sekedar