Crystal kembali memejamkan matanya, menunggu semua orang berada di ruangan, barulah saat itu ia akan pura-pura siuman. Sebenarnya Crystal sudah siuman sejak sore. Tapi ia hanya terlalu malas, dan ingin tidur saja. Crystal menggerakkan jemari-jemarinya, samar-samar ia mendengar suara Izzy. “Jari-jarinya bergerak.”Perlahan Crystal membuka mata, dengan pandangan yang sedikit kabur, ia dapat melihat Austin, Izzy, Xander, Autumn, dan Calvin berkeliling di ranjangnya. “Akhirnya, kau sudah siuman, baby.” Austin langsung memeluk Crystal, dan membuatnya terdiam.“Sayang, syukurlah kau bangun. Kita menunggumu sejak kemarin,” kata Izzy tersenyum penuh haru. Melihat mata Crystal yang juga menatapnya. Crystal menitihkan air mata, saat matanya berpautan dengan Izzy. Ada sesuatu yang ia bicarakan lewat mata itu. Izzy sangat paham arti tatapan itu, penuh kekecewaan dan kesedihan. Sepertinya, Austin menceritakan semuanya di saat Crystal pura-pura dari tidurnya.
Terhitung sudah tiga hari sejak Crystal siuman, wanita itu terlihat sangat lelah. Tampak jelas sekali, wajah segarnya yang selalu cerita tidak lagi terlihat. Sejak Crystal diperbolehkan pulang, lalu mulai merawat Aslan, wanita itu jarang sekali istirahat. Bahkan tubuhnya terlihat kurus, pipinya yang semakin tirus, lalu kantung mata yang terlihat lebih cekung dan sedikit gelap. Jika Crystal akan berkaca, ia memilih untuk memejamkan matanya daripada harus melihat bentuknya yang sekarang.Rasanya juga Crystal ingin sekali menangis, saat malam tiba, ia masih berusaha untuk istirahat, tiba-tiba saja Aslan menangis. Entah itu haus atau pipis dan buang air besar. Seperti sekarang ini, Crystal baru saja berhasil memejamkan matanya sekitar lima menit yang lalu. Dan sekarang sudah menunjukkan pukul dua pagi. Dengan pelan, Crystal mengganti popok Aslan, dan membersihkan pantat bayi itu dengan penuh kehati-hatian.Crystal melirik ke arah Austin yang terlihat sangat tidur denga
Sejak tadi Crystal tidak henti-hentinya menghebuskan napasnya lelah, baru saja ia selesai memandikan Aslan, dan akan memakaian baju tapi putranya ini tidak berhenti menangis. Mungkin dia haus. Batin Crystal. Tentu saja ia akan menyusui putranya, tapi setelah semuanya selesai dan beres. Barulah ia akan menidurkan Aslan.“Bisakah kau diam, kau sangat berisik.” Crystal bergumam, meskipun kedua tangannya sibuk memakaikan baju untuk Aslan. Tapi, ia merasa kesal dan marah karena Aslan terus menangis.“Astaga, Crys. Apa yang terjadi, kenapa Aslan menangis terus-menerus.” Tiba-tiba saja Izzy datang, langsung menghampiri Crystal dan mengambil alih aktivitas yang telah Crystal lakukan saat ini.Bibir Crystal bergetar, matanya berkaca-kaca. “Dia terus menangis, Mom. Berisik sekali. Kenapa dia tidak bisa diam.”Izzy terdiam, melihat sikap Crystal. Tidak terkejut karena Izzy sudah menduganya sejak Aiden mengatakannya kemarin malam. Izzy menghembuskan napasnya.
Austin memijit pangkal hidung, kepalanya terasa pening. Apalagi berkas-berkas yang menupuk di atas meja membuat kepalanya semakin berat. Beranjak dari duduk, Austin memutuskan untuk beristirahat sebentar di kamar. Karena di dalam ruangan Austin ini, ia menyediakan ruangan lain untuk menjadi kamarnya. Jadi, sewaktu-waktu Austin merasa lelah, ia akan langsung beristirahat.Baru saja akan membuka pintu ruangan di mana Austin akan beristirahat, ketukan pintu membuatnya menghentikan pergerakan. "Masuk," kata Austin.Pintu terbuka, sekertarisnya masuk ke dalam. "Sir, ada seorang wanita yang mencari Anda. Dia mengatakan jika namanya Silly," ujar sang sekertaris menjelaskan.Austin tertegun di tempatnya. Tentu ia ingat siapa Silly. Wanita itu, kembali? Batinnya bertanya. Austin berdeham, membasahi kerongkongannya. "Suruh dia masuk," titahnya memerintah."Baik, Sir," kata sang sekertaris membungkuk hormat, sebelum berlalu keluar.Masih m
Satu minggu berlalu, mood Crystal yang masih suka berubah-ubah. Seperti sekarang, Crystal marah dengan Austin tanpa alasan. “Bisakah kau menjauh dariku, aku benar-benar sedang tidak ingin berdekatan denganmu,” protes Crystal menatap Austin dengan sengit. Entah apa yang sedang terjadi dengan dirinya, Crystal hanya merasa—kesal saja melihat wajah Austin.Austin menatap Crystal tidak paham, menghembuskan napasnya lelah. Ia baru saja pulang dari kantor, tubuhnya terasa lelah dan ingin segera istirahat, tapi sikap Crytsal membuatnya sedikit kesal. Padahal Austin hanya ingin mengecup istrinya saja. “Kau ini. Ada apa denganmu!” serunya sedikit membentak, membuat Crystal terkejut. Bahkan ia sampai terlonjak kaget dan mengusap dadanya.“Kenapa membentakku!” kata Crystal tidak terima. “Aku hanya berkata, menjauhlah dariku. Melihatmu membuatku kesal dan muak.”Tanpa memperdulikan Crystal, Austin memilih untuk pergi ke kamar mandi, membersihkan diri. Berdekatan dengan Crystal lama, sepertinya aka
“Tiga hari sejak aku di sini, kau menghubungiku juga. Ada apa?” Silly melipatkan kedua tangannya—bersedekap dada. Austin berdiri dari duduknya, berjalan perlahan menghampiri Silly dengan senyum miringnya. Kedua tangannya menjatuhkan lengan dress—bermodelkan tali spageti. Silly diam, membiarkan Austin menjalankan permainannya. Dalam hati tersenyum miring, heran dengan pemikiran Austin. Sudah memiliki istri yang begitu cantik—bahkan baru saja menjadi orangtua, sudah berani bermain lagi di belakang istri kecilnya itu. Austin mendorong tubuh Silly, menjatuhkannya perlahan di atas ranjang dengan posisinya yang berada di atas wanita itu. Ia mulai memberikan kecupan-kecupan basah pada dada Silly, tangan kanannya tidak berhenti bermain—memilih untuk menarik dress Silly ke bawah. Hingga dressnya terlepas, hanya menyisakan sebuah bikini berwarna hitam.“Ahhh, faster Mark... faster Mark....” Austin mempercepat ritme permainannya saat Silly menyebutkan nama tengahnya, keduanya semakin menggila,
Setelah sampai di mansion, Izzy langsung mencari keberadaan Crystal. Putrinya itu sudah tertidur pulas dengan Aslan yang berada di sampingnya. Tanpa bisa dicegah, air matanya menetes, Izzy dengan cepat mengusap sudut mata. Kembali menutup pintu dengan pelan, Izzy berniat untuk ke ruang kerja pribadi Xander. Karena malam ini juga, mereka akan menyelesaikan semua. Meminta penjelasan pada Austin tentang hubungannya dengan Silly di belakang Crystal. Tentu saja Xander juga tidak terima, bagaimanapun Crystal sudah seperti putri kandungnya sejak bayi itu lahir. Lalu, bagaimana bisa Austin menyakitinya? Meskipun Austin adalah darah dagingnya, Xander tidak akan mengampuninya. Karena bagi Xander, perselingkuhan adalah pengkhianatan besar. Dan itu adalah dosa. Bahkan Tuhan sudah memperingati manusia di dalam kitab-Nya. “Kau sudah menghubungi Austin, X?” tanya Izzy—ikut bergabung duduk di sofa. Xander membalas dengan anggukan. Sepertinya pria tua itu terlalu lelah untuk menanggapi dengan sebua
Saat pagi tiba, dan suasana mansion masih sepi, Crystal langsung pergi ke ladang sampai sore tiba. Entahlah, mungkin para orang-orang di mansion sedang mencarinya. Beberapa kali juga ada panggilan masuk dari Xander, Izzy bahkan Austin pun. Tetapi, Crystal memilih untuk mengabaikannya. Hingga pesan masuk dari nomor tak dikenal, membuat pandangan Crystal fokus menatapnya. Rasa penasarannya semakin tinggi saat melihat notif jika seseorang yang tidak diketahui itu mengirimkan sebuah video. Tangan Crystal bergerak meraih ponsel, lalu membuka pesannya. Video belum terunduh, tapi hanya melihatnya meskipun blur membuat jantungnya berpacu dengan kencang. Hatinya mengatakan, ini bukan sesuatu yang baik. Crystal mulai mengunduh videonya, berulang kali menelan salivanya saat melihat secara keseluruhan. Dengan tangan gemetarnya Crystal memutar video itu. Sebuah video menampilkan adegan panas yang dilakukan Austin dengan wanita itu. Bahkan suara erangan dan suara khas saat ses
Crystal menggenggam kertas yang telah usang itu dengan erat. Sebuah surat yang Austin tulis sendiri di saat detik-detik pria itu menutup mata untuk selamanya. Masih ada bekas-bekas air mata yang menetes di kertas ini. Crystal menutup mata, menangis dalam diamnya. Masih teringat jelas di ingatannya saat Austin menutup mata. Berkata padanya untuk selalu menjadi wanita kuat saat dia sudah pergi nanti. Berpesan pada Crystal untuk jangan menangis begitu Austin pergi. Dan benar, saat detak jantung dan denyut nadi pria itu berhenti. Memejamkan mata selamanya dengan meninggalkan senyum kedamaian untuk Crystal, ia benar-benar tidak menangis. Crystal masih ingat itu dengan baik. Di saat seluruh anggota menangis atas kepergian Austin. Hanya dirinya yang diam dengan kedamaian dan ketenangan hatinya. Tentu juga Crystal tidak akan mengingkari janji Austin untuk tidak menangis saat dia pergi. Tapi setelah itu, tahun pertama, kedua, dan ketiga setelah kepergian Austin—barulah Cr
Crystal menatap Austin yang terbaring di atas ranjang. Selama pria itu sakit, Crystal tidak pernah sekalipun meninggalkan. Jika harus, tidak pernah lama.Tangan Austin yang mengeriput meraih tangan Crystal—mengusapnya. Wajahnya yang terlihat sayu dengan bibirnya yang pitih pucat. Terlihat tidak se-segar dulu, tersenyum menatap belahan jiwanya penuh kekaguman. “Crys...,” panggilnya pelan. Crystal menaikkan sebelah alisnya, balas tersenyum menatap Austin. “Kenapa hm?”“Ada sesuatu yang ingin aku berikan untukmu,” katanya lalu memberi kode Crystal untuk membuka loker nakas dan Crystal menurutinya, “ada sebuah kotak, ambillah.”Crystal meraih kotak beludru saat melihat hanya ada kotak satu-satunya di loker nakas itu. Lalu menunjukkannya pada Austin. “Ini?”Austin mengangguk, “Bukalah.”Crystal membuka kotak itu, dan terkejut melihat isinya. Sebuah perhiasan yang Crystal yakini pasti sangat mahal. “Selamat hari pernikahan ke dua pulu
Sepuluh tahun setelah kelahiran Arthur. “Arthur Cyrilo Oberoi!” Teriakan dari arah koridor membuat Arthur yang sedang membagikan sebuah undangan ulang tahunnya yang ke-10 pada teman-temannya, membuat langkah kaki kecilnya berhenti. Bocah laki-laki bernama Arthur itu membalikkan badannya. Tidak jauh dari posisinya berdiri, seorang gadis dengan surai pirang yang diikat pony tail itu tersenyum lebar. Arthur berdecak malas. Gadis itu berlari kecil untuk menghampirinya. “Apa tidak ada undangan untukku?” tanyanya dengan kedua tangan yang diulurkan.Arthur menatapnya datar, menggeleng. “Tidak,” jawabnya dengan singkat lalu berbalik pergi meninggalkan gadis bersurai pirang itu. “YA ARTHUR!” Teriaknya yang diabaikan Arthur, bocah laki-laki itu berjalan begitu saja tanpa memperdulikan gadis di belakangnya yang terus meneriaki namanya.Hingga seseorang berdiri di depannya, membuat Arthur hampir saja menabrak. Kepalanya mendongak ke atas karena seseorang yang berdiri
Beberapa tahun sebelum kelahiran Ameera.Kehamilan kedua Crystal cukup menjadi sebuah kabar bahagia untuk seluruh anggota keluarga Oberoi. Tak terlebih Austin dan Crystal—apalagi pria itu terlihat sangat bahagia. Bahkan, Austin terus saja menempel pada Crystal. Cukup lama Austin meyakinkan pada Crystal tentang memberikan adik untuk Aslan. Karena kalian pasti tahu, kan saat Austin berselingkuh itu di saat Crystal sedang hamil. Karena nyatanya kejadian itu membuat Crystal sedikit trauma untuk hamil kembali. Takut jika Austin akan bermain di belakangnya. Kembali mengulang kesalahan.“Austin, lepaskan aku.” Crystal sedikit bergeser, tapi Austin tetap saja memeluknya. Pria itu menggelengkan kepala jika ia menolak. “Kau tahu, aku sangat senang, baby. Karena akhirnya Aslan akan memiliki seorang adik.”“Tapi kau tahu, aku masih—” Austin menempatkan jari telunjuknya tepat di bibir Crystal, tidak ingin mendengar kalimat lebih lanjut istrinya itu.
Benar memang, kehidupan pernikahan jika tidak ada luka dan masalah akan terasa hambar. Seperti sayur tanpa garam. Begitu banyak pelajaran hidup yang Crystal ambil. Menikah di usia muda memang bukan waktu yang tepat, saat kita belum siap untuk menjalaninya. Seperti bagi Crystal. Karena memang ia belum mampu dan siap untuk semua segala sesuatunya. Tapi setelah menjalani, meskipun banyak permasalahan yang datang membuatnya mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Sejak Austin memperjuangkannya lagi, melihat membuktian pria itu bukan hanya sekedar kata. Tapi juga perbuatan, membuat Crystal sekali lagi memberi kesempatan. Tidak mudah memang. Menjalani rumah tangga, hidup bersama seorang pria yang pernah mengkhianatimu. Memberikan luka yang begitu dalam. Karena itu membuat trauma tersendiri bagi Crystal. Hanya saja Austin berkata, untuk berjuang bersama-sama dengan Crystal yang selalu ada di sampingnya saja sudah lebih dari cukup.Dan hari ini, adalah tahun ke
Suara isak tangis terdengar, Crystal kembali menangis. Entah sudah berapa banyak air matanya yang ia keluarkan sejak kemarin-kemarin. Tidak mudah untuk mengatakan sebuah perceraian pada Austin. Sangat sakit rasanya. Tapi, Crystal hanya ingin bebas. Ia ingin tidak lagi merasakan sebuah kekecewaan yang dibuat oleh seseorang yang dicintainya.Crystal menenggelamkan wajah di antara kedua lututnya yang tertekuk. Menangis dalam keheningan.🍑Crystal baru saja selesai untuk berkonsultasi dengan psikiaternya. Sudah tiga minggu, ia menjalani terapi. Lumayan dan sangat membantu Crystal. Perlahan tapi pasti, beban di pundaknya seakan terangkat. “Kau ingin ke mana?” Calvin, pria itu melajukam mobilnya dengan santai. Memang sejak Crystal menjalani terapi, yang mengantarkannya antara Aiden, Calvin, atau Xander dan Izzy. Karena Crystal tidak mau jika Austin yang mengantar.“Bisakah bawa aku ke rumah pohon. Tapi tanpa grandpa tahu.” Calvin m
Austin dengan rasa bersalahnya. Benar memang, penyesalan selalu datang di akhir. Tidak pernah terlintas di benak Austin, saat ia melakukan semua dosa—melakukan sebuah pengkhianatan itu. Bagaimana dengan akibat yang akan diterima nantinya. Dan benar, manusia adalah tempatnya dosa. Austin diam di tempatnya, terus merenungi semua kesalahan yang telah ia perbuat.“Jika kau terus diam, merenungi semua kesalahanmu. Tanpa memikirkan bagaimana caramu memperbaikinya dengan segera maka, semua akan terlambat lagi.” Aiden mengusap bahu Austin, menguatkan kakaknya itu.Crystal juga sudah menjalani terapi dengan seorang psikiater yang Autumn carikan. Sebelumnya, postpartum depression yang dialami sang istri itu terlihat sudah benar-benar ada di tahap yang paling parah. Mengingat, bagaimana perlakuan Crystal pada Aslan setiap harinya. Bahkan saat itu, Izzy pernah mencoba mendekatkan Aslan pada Crystal saat wanita itu tertidur. Berharap, begitu bangun dan melihat Aslan saat bayi i
Dari jauh, Austin memandangi bahu Crystal yang memunggunginya. Gadis kecilnya, yang sekarang menjadi wanitanya. Kelahiran putranya bukanlah kesalahan. Tetapi waktunya yang tidak tepat. Apalagi pengkhianatan yang dilakukannya. Membuat Crystal semakin down. Dan karena itu, Crystal harus melakukan terapi, juga membiarkan Crystal berbuat sesukanya. Dan ini semua salahnya. Seharusnya, Crystal tidak mengalami hal sulit di usianya yang masih begitu muda. Rumah tangga, yaitu menjadi istri dan seorang ibu. Padahal Austin tau, cita-cita Crystal menjadi seorang pelukis sukses adalah impiannya sejak kecil. Lalu sekarang, belum saja Crystal memulai semuanya, Austin sudah menghancurkan impian istri kecilnya itu.Austin menghembuskan napasnya kasar, melangkahkan kakinya menghampiri Crystal yang sedang duduk di balkon dengan menghadap pemandangan berupa kebun di samping mansion mereka. Sejak melahirkan, Crystal memang banyak diam dan lebih sensitif. Tetapi tidak jarang juga, Crys
“Aku pernah merasakan bagaimana seseorang yang aku cintai berselingkuh. Bahkan, dia mengatakan dengan jujur padaku.” Autumn membuka suara, menatap Austin dalam, “itu saja rasanya sangat menyesakkan untukku. Lalu bagaimana yang dirasakan oleh adikku itu. Pasti lebih menyesakkan dan menyiksa. Dia tau melalui semua bukti yang dicurigai, dan juga melihat sebuah video percintaan suaminya dengan wanita lain. Itu menyedihkan,” lanjutnya terkekeh. Bahkan Izzy dan Anastasia yang mendengar kalimat Autumn—tidak bisa membendung tangisannya. Berbeda dengan Arabella yang memilih menahannya. Austin diam, mendengarkan setiap kalimat demi kalimat yang diucapkan sang adik, Autumn. “Kau benar-benar harus memperbaikinya, Kak. Pun jika nanti Crystal meminta cerai, kau harus mempertahankannya. Karena, satu alasan untuk kalian tetap bersama adalah putra kalian, Aslan.”Tanpa banyak bicara lagi, Austin mengambil kunci mobil dan memutuskan untuk mencari Crystal. “Son, kau mau ke