Satu minggu sebelum melahirkan.
Crystal membaca sebuah artikel yang ada di ponselnya. Artikel tentang beberapa perempuan yang sudah berpengalaman melahirkan. Beberapa di antaranya, menceritakan saat-saat melahirkan yang baginya sangat-sangat menyiksa.
@taurus_gurl
Aku melahirkan di usia 19 tahun dan normal. Itu benar-benar menyiksaku. Seperti hidup dan mati. Mempertaruhkan 2 nyawa. Aku sempat tidak sadarkan diri setelah melahirkan selama tiga hari. Aku benar-benar menyesal, karena telah melakukan sex tanpa memikirkan konsekuensinya. Hamil. Itu di luar perkiraan. Apalagi aku yang masih muda, benar-benar telah kehilangan masa mudaku. Masa-masa yang seharusnya aku bersenang-senang, ini malah menjadi ibu untuk satu orang anak.
Crystal terdiam, hampir sama dengan dirinya. Di usia 20 tahun Crystal hamil dan sebentar lagi akan melahirkan. Tentunya juga
Sudah dua hari, Crystal tidur. Ya, sejak pingsan setelah melahirkan, istri kecilnya itu belum membuka mata. Austin diam sejenak, lalu menatap wajah Crystal yang terlihat tenang. Tangannya bergerak, mengusap-usap kepala Crystal. “Baby, apa kau tidak ingin melihat putra kita? Dia sangat tampan sepertiku. Cepatlah bangun, dia juga ingin melihat Mommynya ini.”Seperti biasa, tidak ada jawaban. Austin menghembuskan napasnya. “Nak, pulanglah dulu sebentar. Kau perlu istirahat.” Izzy datang, dengan membawa beberapa totebag.Austin menggeleng lemah. “Aku akan tetap di sini, Mom.”Izzy menghembuskan napasnya dengan kasar, Austin sama persis dengan Xander. “Mom membawakan makanan dan beberapa baju untukmu. Mandi lalu sarapanlah. Setelah itu, istirahat dulu di sofa. Biar Mom yang menjaga Crystal.”Austin menuruti kalimat Izzy. Selagi itu tidak membuatnya jauh dengan Crystal, tidak apa.🍑Sudah malam, dan belum ada tanda-tanda Crystal untuk bangun dari tidur nyenyaknya. Aslan berada di ruangan,
Crystal kembali memejamkan matanya, menunggu semua orang berada di ruangan, barulah saat itu ia akan pura-pura siuman. Sebenarnya Crystal sudah siuman sejak sore. Tapi ia hanya terlalu malas, dan ingin tidur saja. Crystal menggerakkan jemari-jemarinya, samar-samar ia mendengar suara Izzy. “Jari-jarinya bergerak.”Perlahan Crystal membuka mata, dengan pandangan yang sedikit kabur, ia dapat melihat Austin, Izzy, Xander, Autumn, dan Calvin berkeliling di ranjangnya. “Akhirnya, kau sudah siuman, baby.” Austin langsung memeluk Crystal, dan membuatnya terdiam.“Sayang, syukurlah kau bangun. Kita menunggumu sejak kemarin,” kata Izzy tersenyum penuh haru. Melihat mata Crystal yang juga menatapnya. Crystal menitihkan air mata, saat matanya berpautan dengan Izzy. Ada sesuatu yang ia bicarakan lewat mata itu. Izzy sangat paham arti tatapan itu, penuh kekecewaan dan kesedihan. Sepertinya, Austin menceritakan semuanya di saat Crystal pura-pura dari tidurnya.
Terhitung sudah tiga hari sejak Crystal siuman, wanita itu terlihat sangat lelah. Tampak jelas sekali, wajah segarnya yang selalu cerita tidak lagi terlihat. Sejak Crystal diperbolehkan pulang, lalu mulai merawat Aslan, wanita itu jarang sekali istirahat. Bahkan tubuhnya terlihat kurus, pipinya yang semakin tirus, lalu kantung mata yang terlihat lebih cekung dan sedikit gelap. Jika Crystal akan berkaca, ia memilih untuk memejamkan matanya daripada harus melihat bentuknya yang sekarang.Rasanya juga Crystal ingin sekali menangis, saat malam tiba, ia masih berusaha untuk istirahat, tiba-tiba saja Aslan menangis. Entah itu haus atau pipis dan buang air besar. Seperti sekarang ini, Crystal baru saja berhasil memejamkan matanya sekitar lima menit yang lalu. Dan sekarang sudah menunjukkan pukul dua pagi. Dengan pelan, Crystal mengganti popok Aslan, dan membersihkan pantat bayi itu dengan penuh kehati-hatian.Crystal melirik ke arah Austin yang terlihat sangat tidur denga
Sejak tadi Crystal tidak henti-hentinya menghebuskan napasnya lelah, baru saja ia selesai memandikan Aslan, dan akan memakaian baju tapi putranya ini tidak berhenti menangis. Mungkin dia haus. Batin Crystal. Tentu saja ia akan menyusui putranya, tapi setelah semuanya selesai dan beres. Barulah ia akan menidurkan Aslan.“Bisakah kau diam, kau sangat berisik.” Crystal bergumam, meskipun kedua tangannya sibuk memakaikan baju untuk Aslan. Tapi, ia merasa kesal dan marah karena Aslan terus menangis.“Astaga, Crys. Apa yang terjadi, kenapa Aslan menangis terus-menerus.” Tiba-tiba saja Izzy datang, langsung menghampiri Crystal dan mengambil alih aktivitas yang telah Crystal lakukan saat ini.Bibir Crystal bergetar, matanya berkaca-kaca. “Dia terus menangis, Mom. Berisik sekali. Kenapa dia tidak bisa diam.”Izzy terdiam, melihat sikap Crystal. Tidak terkejut karena Izzy sudah menduganya sejak Aiden mengatakannya kemarin malam. Izzy menghembuskan napasnya.
Austin memijit pangkal hidung, kepalanya terasa pening. Apalagi berkas-berkas yang menupuk di atas meja membuat kepalanya semakin berat. Beranjak dari duduk, Austin memutuskan untuk beristirahat sebentar di kamar. Karena di dalam ruangan Austin ini, ia menyediakan ruangan lain untuk menjadi kamarnya. Jadi, sewaktu-waktu Austin merasa lelah, ia akan langsung beristirahat.Baru saja akan membuka pintu ruangan di mana Austin akan beristirahat, ketukan pintu membuatnya menghentikan pergerakan. "Masuk," kata Austin.Pintu terbuka, sekertarisnya masuk ke dalam. "Sir, ada seorang wanita yang mencari Anda. Dia mengatakan jika namanya Silly," ujar sang sekertaris menjelaskan.Austin tertegun di tempatnya. Tentu ia ingat siapa Silly. Wanita itu, kembali? Batinnya bertanya. Austin berdeham, membasahi kerongkongannya. "Suruh dia masuk," titahnya memerintah."Baik, Sir," kata sang sekertaris membungkuk hormat, sebelum berlalu keluar.Masih m
Satu minggu berlalu, mood Crystal yang masih suka berubah-ubah. Seperti sekarang, Crystal marah dengan Austin tanpa alasan. “Bisakah kau menjauh dariku, aku benar-benar sedang tidak ingin berdekatan denganmu,” protes Crystal menatap Austin dengan sengit. Entah apa yang sedang terjadi dengan dirinya, Crystal hanya merasa—kesal saja melihat wajah Austin.Austin menatap Crystal tidak paham, menghembuskan napasnya lelah. Ia baru saja pulang dari kantor, tubuhnya terasa lelah dan ingin segera istirahat, tapi sikap Crytsal membuatnya sedikit kesal. Padahal Austin hanya ingin mengecup istrinya saja. “Kau ini. Ada apa denganmu!” serunya sedikit membentak, membuat Crystal terkejut. Bahkan ia sampai terlonjak kaget dan mengusap dadanya.“Kenapa membentakku!” kata Crystal tidak terima. “Aku hanya berkata, menjauhlah dariku. Melihatmu membuatku kesal dan muak.”Tanpa memperdulikan Crystal, Austin memilih untuk pergi ke kamar mandi, membersihkan diri. Berdekatan dengan Crystal lama, sepertinya aka
“Tiga hari sejak aku di sini, kau menghubungiku juga. Ada apa?” Silly melipatkan kedua tangannya—bersedekap dada. Austin berdiri dari duduknya, berjalan perlahan menghampiri Silly dengan senyum miringnya. Kedua tangannya menjatuhkan lengan dress—bermodelkan tali spageti. Silly diam, membiarkan Austin menjalankan permainannya. Dalam hati tersenyum miring, heran dengan pemikiran Austin. Sudah memiliki istri yang begitu cantik—bahkan baru saja menjadi orangtua, sudah berani bermain lagi di belakang istri kecilnya itu. Austin mendorong tubuh Silly, menjatuhkannya perlahan di atas ranjang dengan posisinya yang berada di atas wanita itu. Ia mulai memberikan kecupan-kecupan basah pada dada Silly, tangan kanannya tidak berhenti bermain—memilih untuk menarik dress Silly ke bawah. Hingga dressnya terlepas, hanya menyisakan sebuah bikini berwarna hitam.“Ahhh, faster Mark... faster Mark....” Austin mempercepat ritme permainannya saat Silly menyebutkan nama tengahnya, keduanya semakin menggila,
Setelah sampai di mansion, Izzy langsung mencari keberadaan Crystal. Putrinya itu sudah tertidur pulas dengan Aslan yang berada di sampingnya. Tanpa bisa dicegah, air matanya menetes, Izzy dengan cepat mengusap sudut mata. Kembali menutup pintu dengan pelan, Izzy berniat untuk ke ruang kerja pribadi Xander. Karena malam ini juga, mereka akan menyelesaikan semua. Meminta penjelasan pada Austin tentang hubungannya dengan Silly di belakang Crystal. Tentu saja Xander juga tidak terima, bagaimanapun Crystal sudah seperti putri kandungnya sejak bayi itu lahir. Lalu, bagaimana bisa Austin menyakitinya? Meskipun Austin adalah darah dagingnya, Xander tidak akan mengampuninya. Karena bagi Xander, perselingkuhan adalah pengkhianatan besar. Dan itu adalah dosa. Bahkan Tuhan sudah memperingati manusia di dalam kitab-Nya. “Kau sudah menghubungi Austin, X?” tanya Izzy—ikut bergabung duduk di sofa. Xander membalas dengan anggukan. Sepertinya pria tua itu terlalu lelah untuk menanggapi dengan sebua