***"Tidur aja, Lu. Udah malam.""Enggak, Ma. Lula mau nemenin Mama."Tak mengganggu Aludra dan Arka sama sekali, malam ini Aurora mengambil penuh kendali untuk menjaga Regan maupun Raiden. Awalnya, dia akan menjaga kedua cucunya bersama sang suami. Namun, Alula dengan senang hati menawarkan diri untuk menemani sang mama tidur di kamar si kembar.Dan kini ketika Raiden terbangun karena ingin menyusu, Alula ikut bangun menemani Aurora yang duduk di sofa sambil menggendang cucunya dan memberikan susu di botol."Kamu baru sembuh, harus banyak istirahat," ucap Aurora."Lula udah lama sembuh, enggak perlu lagi istirahat.""Lagian tega banget kamu, sadar hampir dua bulan enggak ngabarin Mama sama Papa," ucap Aurora dengan suara sepelan mungkin agar tak mengganggu Raiden yang mulai terlelap kembali sambil menyusu."Lula cuman mau kasih kejutan buat semuanya," kata Alula. "Eh ternyata Lula juga dikasih kejutan sama kalian, dengan kabar pernikahan Rara sama Arka.""Enggak pake Mas lagi manggi
***"Sip, udah sampe."Damar melepaskan kedua tangannya dari kemudi ketika sedan hitam yang dia kendarai akhirnya sampai di depan gerbang rumah Arsya.Rutinitas setiap hari. Pulang kantor, Damar selalu ke rumah sakit untuk menjemput dan mengantarkan Arsya pulang. Kadang malam, kadang sore, waktu pulang dokter cantik itu tak menentu—tergantung kesibukan di rumah sakit.Dan malam ini kebetulan Arsya bisa pulang lebih awal. Tak menunggu gelap, pukul lima sore dia sudah sampai di rumah."Mampir dulu enggak?" tanya Arsya.Tak langsung menjawab, Damar memandang tunangannya itu. "Kalau enggak mampir, kamu marah enggak?" tanyanya."Kenapa enggak mau mampir?""Capek, pengen rebahan," kata Damar. "Siang ini hectic banget di kantor."Bukan remaja lagi, Arsya tak merengek sama sekali. Dia mengangguk—menyetujui keputusan calon suaminya untuk tak mampir dulu ke rumahnya."Oh, oke enggak apa-apa," kata Arsya. "Langsung pulang aja. Mandi, terus istirahat.""Enggak marah?""Enggaklah," kata Arsya tanp
***"Seriusan mau pindahan minggu ini?"Memasang wajah terkejut, Dewa melontarkan pertanyaan tersebut pada Aludra dan Arka ketika keduanya mengungkapkan rencana mereka untuk segera pindah ke Bandung dalam waktu dekat.Bagaimanapun juga, Arka memiliki rumah di sana. Sayang rasanya jika rumah tersebut terlalu lama dibiarkan, karena membelinya pun tak cukup dengan uang sedikit.Uang untuk membeli rumah di kawasan Dago tersebut adalah tabungan Arka selama beberapa tahun."Iya, Pa. Nanti rencananya hari sabtu," kata Arka."Sabtu?" Dewa menaikkan sebelah alis lalu setelahnya dia melirik Aurora yang duduk di samping kanan bersama Alula.Saat ini mereka memang sedang makan malam bersama—memanfaatkan waktu santai Aludra karena Regan dan Raiden tidur di waktu yang bersamaan."Sekarang hari apa, Ra?" tanya Dewa pada sang istri."Kamis," kata Aurora."Dua malam lagi dong kalian di sini?" tanya Dewa."Iya, Pa," ucap Aludra. "Nanti hari sabtu Mama Manda sama Papa Dirga ke sini buat jemput.""Enggak
***"Tumben banget si kembar enggak bangun. Padahal tidurnya tadi habis maghrib.""Mungkin mereka lagi ngantuk banget."Aludra yang berdiri diantara kedua box bayinya langsung menoleh lalu memandang Arka yang saat ini tengah duduk di sofa.Pergi dari ruang makan, Aludra dan Arka sudah berdiam diri di kamar bayi selama hampir setengah jam untuk menjaga Regan maupun Raiden.Sebenarnya bukan hanya menjaga, tapi juga tidur di sana. Tak mau merepotkan orang lain, Aludra maupun Arka sepakat mengerem keinginan mereka demi anak-anak."Gitu ya?""Iya," jawab Arka. Dia kemudian mengulurkan tangannya—menepuk bagian kosong sofa di sampingnya. "Sini duduk, enggak pegel apa berdiri terus?"Aludra tersenyum lalu duduk di samping Arka dan menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. "Seneng banget aku, Mas," ucapnya. "Kamu sama anak-anak buat hidup aku sempurna."Arka merangkul Aludra lalu mendaratkan sebuah kecupan di kening istrinya. "Sayang kamu," ucapnya."Sayang kamu juga.""Mau tidur sekarang?""
***"Lu bangun, Lu."Mengabaikan badannya yang basah kuyup, Dewa terus menepuk pipi Alula agar putri sulungnya itu terbangun.Entah mengalami kram atau apa, setelah terjatuh ke kolam, Alula tak bisa naik ke permukaan. Kedalaman kolam yang hampir menyentuh dua meter juga membuat Aludra tak berani untuk menolong karena memang kemampuan berenangnya belum sepandai Alula.Beruntung, ketika Aludra panik, Dewa dan Aurora datang dan tentu saja yang dilakukan Dewa adalah turun ke kolam untuk menolong putri sulungnya.Berhasil diselamatkan, Alula sudah terlanjur tak sadarkan diri."Alula sayang, bangun," kata Dewa. Tak lagi menepuk pipi, Dewa mulai menekan dada Alula dengan kedua telapak tangannya."Kasih napas buatan, Mas," ucap Aurora—masih dengan raut wajah yang panik. "Iya."Dewa berusaha melakukan napas buatan. Namun, Alula tak kunjung bangun. Tak mau putrinya semakin kedinginan, dia akhirnya memutuskan untuk menggendong Alula masuk diikuti Aurora juga Aludra."Ganti dulu bajunya," perint
***"Udah masuk semua, Ar?"Arka yang baru saja selesai memasukkan barang-barang ke mobil seketika langsung menoleh pada Dewa yang pagi ini datang menghampiri sambil menggendong Regan."Udah, Pa."Bersikap tegas setelah semalam merasa tersinggung, Arka benar-benar mengajak Aludra pulang ke Bandung pagi ini.Semalaman dia membereskan semua bajunya, Aludra, juga si kembar lalu memasukkan semua ke dalam koper tanpa ada satu pun yang tertinggal."Masuk semua kopernya?" tanya Dewa."Masuk, Pa. Dua di bagasi, dua di jok belakang," kata Arka. Hanya membawa baju tanpa perlengkapan bayi berukuran besar yang dimiliki si kembar, Arka memang hanya membutuhkan empat koper untuk semuanya.Box bayi, stroller, juga perlengkapan yang sulit dibawa sengaja ditinggal karena di Bandung, Amanda dan Dirga sudah membeli semuanya untuk Regan maupun Raiden.Bahkan sudah sejak kemarin Amanda dan Dirga, dibantu Aksa juga Ananta membersihkan rumah Arka di Dago. Tak hanya itu, Amanda dan Ananta juga sudah menata d
***"Ish, kenapa enggak diangkat sih?!"Sekali lagi Aurora mendesah ketika panggilannya untuk Dewa tak kunjung dijawab. Padahal, sudah dua kali dia berusaha menghubungi suaminya itu.Usai ngambek seperti anak kecil karena masalah sepele, Aurora memang memilih pergi ke kamar Alula untuk membawakan putri sulungnya itu sarapan.Setengah jam di kamar Alula, Amanda turun kembali ke dapur dan dia cukup dikejutkan karena di lantai bawah ternyata sudah tak ada siapa-siapa selain pelayan.Bertanya pada Mbak Tita, Aurora tak mendapat jawaban spesifik karena pelayan kesayangan Aludra itu hanya berkata jika Aludra dan yang lainnya ternyata pergi lima belas menit yang lalu."Mas Dewa, kamu kenapa sih?" tanya Aurora. Tak di kamar Alula, Aurora memilih untuk menelepon suaminya di kamar sendiri karena memang setelah sarapan Alula meminum obat lalu beristirahat.Sekali lagi, Aurora kembali menghubungi nomor Dewa. Cukup lama menunggu, panggilannya kali ini akhirnya dijawab dan yang pertama didengar Au
***"Ra, kita udah sampai."Menghentikan mobilnya tepat di depan garasi, Arka melepas seat belt lalu menepuk pipi Aludra yang sejak tadi tertidur sambil memeluk Raiden.Menempuh perjalanan selama tiga jam setelah beberapa kali sempat terjebak macet, akhirnya Arka dan yang lainnya kembali sampai di Dago Village—perumahan tempat Aksa dan Arka tinggal."Ra, Sayang. Bangun, udah sampai."Merasa terganggu, Aludra membuka matanya lalu mengerjap beberapa kali. Setelah itu dia baru melirik Arka yang saat ini menatapnya."Mas," sapa Aludra."Kenyang tidurnya?" tanya Arka."Udah sampe?""Ud-"Ucapan Arka terpotong ketika Aksa mengetuk kaca mobil mereka sambil berkata, "Turun kalian, udah sampai. Nanti mesra-mesraannya di rumah.""Ck."Tak mau Aksa semakin rempong, Arka akhirnya membuka pintu mobil lalu turun. Mengitari Range Rovernya, dia membukakan pintu bagian kiri agar Aludra bisa turun."Pegel enggak?" tanya Arka. "Kalau pegel biar aku yang gendong Raiden.""Dikit sih, tapi enggak apa-apa.