***"Ish, kenapa enggak diangkat sih?!"Sekali lagi Aurora mendesah ketika panggilannya untuk Dewa tak kunjung dijawab. Padahal, sudah dua kali dia berusaha menghubungi suaminya itu.Usai ngambek seperti anak kecil karena masalah sepele, Aurora memang memilih pergi ke kamar Alula untuk membawakan putri sulungnya itu sarapan.Setengah jam di kamar Alula, Amanda turun kembali ke dapur dan dia cukup dikejutkan karena di lantai bawah ternyata sudah tak ada siapa-siapa selain pelayan.Bertanya pada Mbak Tita, Aurora tak mendapat jawaban spesifik karena pelayan kesayangan Aludra itu hanya berkata jika Aludra dan yang lainnya ternyata pergi lima belas menit yang lalu."Mas Dewa, kamu kenapa sih?" tanya Aurora. Tak di kamar Alula, Aurora memilih untuk menelepon suaminya di kamar sendiri karena memang setelah sarapan Alula meminum obat lalu beristirahat.Sekali lagi, Aurora kembali menghubungi nomor Dewa. Cukup lama menunggu, panggilannya kali ini akhirnya dijawab dan yang pertama didengar Au
***"Ra, kita udah sampai."Menghentikan mobilnya tepat di depan garasi, Arka melepas seat belt lalu menepuk pipi Aludra yang sejak tadi tertidur sambil memeluk Raiden.Menempuh perjalanan selama tiga jam setelah beberapa kali sempat terjebak macet, akhirnya Arka dan yang lainnya kembali sampai di Dago Village—perumahan tempat Aksa dan Arka tinggal."Ra, Sayang. Bangun, udah sampai."Merasa terganggu, Aludra membuka matanya lalu mengerjap beberapa kali. Setelah itu dia baru melirik Arka yang saat ini menatapnya."Mas," sapa Aludra."Kenyang tidurnya?" tanya Arka."Udah sampe?""Ud-"Ucapan Arka terpotong ketika Aksa mengetuk kaca mobil mereka sambil berkata, "Turun kalian, udah sampai. Nanti mesra-mesraannya di rumah.""Ck."Tak mau Aksa semakin rempong, Arka akhirnya membuka pintu mobil lalu turun. Mengitari Range Rovernya, dia membukakan pintu bagian kiri agar Aludra bisa turun."Pegel enggak?" tanya Arka. "Kalau pegel biar aku yang gendong Raiden.""Dikit sih, tapi enggak apa-apa.
***"Ra, kamu di mana?"Masuk ke dalam kamar, pertanyaan tersebut langsung dilontarkan Arka ketika di sana dia tak mendapati Aludra. Padahal, menurut informasi Bi Minah istrinya itu harusnya berada di kamar.Minggu pagi, Arka bersama Aksa pergi jogging bersama tanpa istri mereka karena Ananta yang sibuk dengan si kembar sementara Aludra merasa tak enak badan.Regan dan Raiden? Kedua bayi tersebut seperti biasa sudah diboyong ke rumah Amanda tadi pagi. Karena kondisi Aludra yang kurang fit sejak kedatangannya ke Bandung jumat lalu, si kembar memang lebih sering menghabiskan waktu bersama Amanda.Memanfaatkan rumah yang sekarang dekat, Amanda dengan senang hati merawat kedua cucunya—sesuai janji dia pada Aludra.Tentunya apa yang dilakukan Amanda tak lantas membuat Ananta cemburu, karena dulu pun ketika Danial dan Azura lahir, Amanda melakukan hal serupa."Di sini, Mas. Sebentar," kata Aludra.Tak menunggu terlalu lama, pintu kamar mandi terbuka dan Aludra datang dari sana dengan penamp
***"Yakin enggak mau ke rumah sakit buat periksa?"Aludra yang sedang berjalan menuju balkon di pinggir kolam seketika langsung berhenti ketika pertanyaan itu kembali diucapkan Arka untuk yang kesekian kalinya pasca membaca hasil test tadi pagi."Enggak usah, Mas," kata Aludra. Melanjutkan langkahnya, dia berjongkok di atas karpet yang sudah disiapkan di sana lalu menyimpan dua toples camilan di karpet tersebut.Mendapat telepon dari Dewa yang ternyata sudah di jalan menuju Bandung, Aludra dan Arka memang langsung bersiap-siap.Tak di ruang tamu ataupun ruang tengah, keduanya memutuskan untuk mengajak anggota keluarga mereka nanti untuk berkumpul di pinggir kolam karena diantara semua bagian rumah, balkon di pinggir kolam memang tempat paling nyaman untuk berkumpul."Tapi kamu muntah lho tadi, Ra," kata Arka—ikut meletakkan dua piring cake di karpet. "Kalau bukan hamil, kenapa coba? Pasti ada sesuatu, kan?""Masuk angin kali."Belum beruntung, kedua testpack yang digunakan Aludra sam
***"Masih sakit enggak?"Memandang wajah Aludra, raut khawatir tercetak jelas di wajah Arka. Bukan ke kamar mandi, Aludra ternyata pergi ke kamarnya setelah izin pada anggota keluarga besar dan ketika ditanya kenapa, perempuan tersebut hanya bilang sakit perut.Sebenarnya Arka sudah berniat untuk segera membawa Aludra ke rumah sakit. Namun, dengan segera perempuan itu menolak dengan alasan tak apa-apa.Aludra bilang sakit perutnya wajar karena mungkin dia akan kembali mengalami datang bulan setelah empat bulan kelahiran si kembar."Sedikit," kata Aludra. Untuk meredakan sakit, dia sengaja tidur dengan posisi telungkup sambil memegangi bagian atas perutnya.Tak sepenuhnya jujur, Aludra berkata sebaliknya pada Arka. Tak bicara jujur tentang bagian perut mana yang sakit, Aludra menunjukkan bagian perut bawah agar suaminya itu yakin jika dirinya memang baik-baik saja.Tentu saja. Bukan hanya Arka, Aludra pun berusaha yakin jika dirinya memang baik-baik saja. Ini hanya sakit biasa dan mem
***"Mas Arka sayang! Sarapannya udah jadi nih! Makan yuk!"Sambil menggendong Regan di depan dengan gendongan m shape, Aludra melangkahkan kakinya menaikki satu-persatu undakkan tangga untuk menghampiri Arka yang sepertinya masih berada di kamar.Hari ini adalah minggu kedua Arka kembali bekerja di kantor Dirga dan semuanya berjalan dengan lancar.Seperti biasa—sebagai istri yang baik, tugas Aludra setiap harinya adalah menyiapkan pakaian juga sarapan untuk Arka karena pekerjaan rumah yang dihandle penuh oleh Bi Minah.Arka ke kantor, yang dilakukan Aludra adalah mengurus si kembar dibantu Amanda yang selalu datang setelah Dirga pergi ke kantor.Dulu, Aludra pikir semua itu merepotkan, tapi ternyata setelah dijalani, menjadi seorang ibu tidak seburuk yang dia pikirkan karena mungkin dari sekian banyak ibu muda, Aludra beruntung.Tak perlu mengurus rumah, dia hanya perlu mengurus anak dan suami.Ah, Aludra kadang takjub sendiri dengan kehebatan para perempuan di dunia yang sudah menja
***"Semoga aku emang enggak apa-apa."Berdiri di depan cermin, Aludra bergumam pelan sambil menyisir rambut coklatnya yang panjang.Siang ini—setelah kejadian mencengangkan tadi pagi, Aludra memutuskan untuk pergi ke dokter tanpa sepengetahuan siapapun.Bukan tak izin, tadi pagi Aludra sudah izin pada Arka untuk keluar siang ini, tapi dia tentunya tak berkata ke mana tujuan sesungguhnya karena ketika Arka bertanya ke mana dan dengan siapa, Aludra menjawab;"Aku mau makan siang doang sama temen SMA yang kebetulan nikah sama orang Bandung juga."Tak hanya pada Arka, jawaban serupa juga dia ucapkan pada Amanda ketika menitipkan Regan dan Raiden untuk beberapa saat.Sekali lagi, Aludra tak mau membuat semua orang khawatir padanya karena belum tentu juga dia mengidap sebuah penyakit."Aludra, kamu pasti baik-baik aja," ujar Aludra pada pantulan wajahnya setelah penampilan dia saat ini sudah rapi. "Demi Mas Arka sama anak-anak, kamu harus baik-baik aja."Menyambar clutch berisi dompet dan
***"Saya sakit apa, Dokter?"Dokter perempuan di depan Aludra menghela napas sebelum menjawab pertanyaan yang diucapkan pasien di depannya ini sementara tatapannya tak berpaling sama sekali dari Aludra yang terlihat sangat tegang menunggu jawaban."Dokter, saya nunggu lho," kata Aludra mengingatkan, agar Dokter tersebut segera menyebutkan penyakit apa yang diderita Aludra sekarang. "Saya sakit apa?""Organ hati Bu Aludra mengalami kerusakan," ucap dokter tersebut pada akhirnya. Dari name tag yang dia pakai, Aludra kini tahu nama dokter itu adalah dokter Mayang."Kerusakan?" tanya Aludra. Masih berusaha bersikap tenang, dia memandang dokter Mayang penuh tanya. "Maksud dokter gimana?""Beberapa sel jaringan pada organ hati Bu Aludra rusak dan sudah tak berfungsi," ucap dokter Mayang. "Itulah sebabnya Bu Aludra sering mengalami mual muntah, nafsu makan berkurang bahkan muntah darah.""Jadi hati saya rusak?" tanya Aludra sambil menyentuh bagian bawah dada sebelah kanan. "Ini.""Iya, Bu,"