Home / Young Adult / Sebatas PERMAINAN Pacarku / 1. Pacar Tak Dianggap

Share

Sebatas PERMAINAN Pacarku
Sebatas PERMAINAN Pacarku
Author: Kyna

1. Pacar Tak Dianggap

Author: Kyna
last update Last Updated: 2021-04-27 06:04:50

#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku

1. Pacar Tak Dianggap

"Hai angin malam, 

Tolong sampaikan rinduku kepadanya, 

Yang berada di sana, 

Sosok yang amat kucinta, 

Hai sinar rembulan, 

Sampaikan rasa cintaku padanya, 

Untuk dia seorang, 

Yang selama ini kugenggam erat, 

Untuk kamu yang tengah kuperjuangkan, 

Tolong jaga hubungan kita, 

Tolong hargai aku sekali saja, 

Karena aku tak mau kita berpisah."

Ayana Salsabila Khoirunnisa. Gadis itu menghela napas setelah mencoretkan tinta penanya di buku diary miliknya. Diliriknya handphone miliknya. Dihidupkan benda itu, lalu masuk ke dalam applikasi WhatsApp. Dia tersenyum masam, ketika spam chatting-nya masih tak direspon oleh kekasihnya. Ayana memutuskan menutup buku diary-nya. Menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan waktu yang sudah larut malam. Dengan segera gadis itu merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya. Memejamkan mata, bersiap menuju ke alam mimpi. 

***

"Kak Marsel! Kak! Tunggu!"

Pekikan itu berasal dari bibir Ayana. Gadis itu tengah berlari mencoba menyusul pemuda bertubuh jangkung dengan mata lebar nan tajam. Pemuda yang selama ini sudah menjalin hubungan dengannya selama satu bulan. Marsel yang namanya terus-menerus dipanggil, berdecak sebelum membalikkan tubuhnya. Menatap malas ke arah gadis di depannya yang kini tengah mengatur napasnya yang terengah-engah. Ayana kembali menegakkan tubuhnya setelah dicukup teratur pernapasannya. Dia tersenyum manis, menatap lekat wajah tampan milik kekasihnya. Pacarnya memang tampan! Tak heran jika banyak siswi yang terang-terangan mengatakan 'cinta' atau bahkan memperjuangkannya. 

"Kak Marsel kenapa cuma read chat aku doang? Kan aku khawatir sama keadaan Kakak," ucap Ayana kental dengan nada khawatir. 

Marsel tak langsung menjawab. Pemuda itu terlebih dahulu menatap tajam gadisnya. Oh, ayolah. Dia muak dengan gadis itu. Jika saja bukan karena perintah sang papa, dia tidak akan mau berdekatan dengan Ayana bahkan untuk menjalin hubungan dengannya. Marsel melipat kedua tangannya, angkuh. 

"Gak penting!" ketusnya. 

Ayana melongo. Bahkan dia sampai membenarkan kacamata bulatnya. Kaca mata itu hanya sebagai aksesoris semata, bukan kacamata khusus pengidap mata kabur. Gadis itu masih menatap tak percaya kepergian kekasihnya. Marsel meninggalkannya setelah mengatakan itu? Ayana mengerjap ketika dia mulai tersadar bahwa dirinya menjadi topik pembicaraan di pagi hari ini. Ck, dasar mulut-mulut kurang kerjaan. 

Ayana kembali melangkah. Langkahnya begitu cepat. Bukan karena dia kesal atau sakit hati mendengar cibiran mereka. Tetapi, dia akan menuju ke kelas Marsel terlebih dahulu sebelum pergi ke kelasnya yang jaraknya cukup jauh. Bukan tanpa alasan dia pergi ke sana. Dia akan meletakkan bekal yang dia bawa untuk Marsel di laci meja pemuda itu. Ayana tersenyum ketika mendapati sapaan dari seorang pemuda yang duduk di samping bangku kekasihnya. Aleron, salah satu sahabat Marsel. Pemuda itu juga menjadi ketua kelas di kelas Xll IPS 3. Pintar, baik hati, lembut, romantis. Ah, bukankah dia berbeda sekali dengan pacarnya yang angkuh, kasar, dan tentunya tidak romantis. Andai saja hatinya mencintai pemuda di depannya, sudah dipastikan dia akan bahagia bersama Ale. Tapi, sekali lagi. Siapa yang bisa mengatur sebuah cinta yang datang tanpa aba-aba? 

"Nganterin makan lagi, Ay?" tanya Ale berbasa-basi. Tentu saja pemuda itu hapal akan aktivitas sehari-hari gadis sahabatnya itu. Selalu membawakan bekal untuk Marsel, walau tak pernah disentuh oleh pemuda itu. 

"Iya, Kak Ale." Ayana tersenyum. Gadis itu yang tak sengaja melihat setumpuk kertas yang digenggam oleh Ale pun mengernyit. 

"Itu apa, Kak?" tanya Ayana sopan. 

Ale menunduk. Mengikuti arah pandang Ayana yang rupanya tertuju pada beberapa lembar kertas yang dia genggam. Pemuda itu tersenyum lalu menjawab, "Tugas yang akan akan dikumpulkan nanti, Ay."

Ayana mengangguk paham. Dia meletakkan bekal yang masih dia genggam ke dalam laci meja Marsel. Tak lupa, sebotol air mineral juga dia masukkan ke dalamnya. Bukankah gadis itu sangat pengertian? Ale hanya bisa menggeleng pelan. Dia sebenarnya cukup prihatin akan gadis itu. Dia tahu bagaimana sikap sahabatnya terhadap Ayana yang jauh dari kata baik. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, sahabatnya juga sering kali melemparkan kalimat pedas kepada gadisnya dan berujung dengan senyuman miris yang terbit di bibir Ayana. Melihat Ayana yang berbalik, Ale segera melemparkan arah pandangnya. Kembali menatap satu persatu selembar kertas di depannya. 

"Um, Kak. Kak Marsel udah ngerjain belum?"

Ale mengernyit. "Kayaknya sih belum," jawabnya. 

Tampak Ayana menghela napas. "Tugas apa, Kak? Halaman?" tanyanya bertubi-tubi. 

"Lo mau ngerjain buat dia, Ay?" tanya Ale cukup terkejut. 

Ayana mengangguk mantap. Dia akan mencoba menjadi pacar yang baik dan pengertian. Dengan melakukan ini, siapa tahu Marsel akan menganggapnya ada bukan? Atau, bisa saja pemuda itu akan mulai lembut dengannya. Tidak masalah bukan jika dia berusaha? 

"Iya, Kak."

"Tapi, lo kan anak IPA bukan IPS," celetuk Ale. 

Ayana tersenyum tipis. "InsyaAllah, bisa," balasnya. 

Ale hanya menganggukkan kepala saja. Dia memberitahukan tugas apa yang harus dikerjakan. Ayana tersenyum lega, setidaknya dia sedikit paham tentang sosiologi. Dengan cekatan, gadis itu mulai menjawab satu persatu soal yang cukup sulit. Walau tingkatan kelasnya dengan Marsel berbeda satu tingkat, tetapi gadis itu terlihat tak keberatan dalam menjawab soal-soal kelas yang lebih tinggi darinya. Zewa yang masuk ke kelas pun dibuat bungkam dengan aksi tersebut. Pemuda itu baru saja dari kantin untuk mengganjal perutnya. Dia juga merupakan sahabat dekat Marsel selama ini. 

Zewa dan Ale saling pandang sebelum dengan bersamaan keduanya mengembuskan napas panjang. Heran dengan pemikiran sahabat mereka. Seharusnya Marsel bersyukur memiliki gadis seperti Ayana. Perhatian, baik, pintar, cantik. Kurang apa coba? Zewa duduk di depan Ayana. Membuat gadis itu mendongak sesaat dan menyapa pemuda itu dengan senyuman manisnya. Ayana memang sudah dekat dengan keduanya, jadi tidak heran jika gadis itu tak merasa gugup lagi. 

"Rajinnya pacar sahabat aing," puji Zewa membuat Ayana tersenyum simpul. 

Ale mencebik, "Gak kek lo. Nyontek terus."

Zewa yang mendengar itu melotot. Dia cukup tidak terima dengan ucapan sahabatnya yang satu itu. Ya, walaupun memang benar dia mencontek tadi pagi. Tetapi, setidaknya dia sudah berusaha! Ya, berusaha mencari contekan maksudnya! 

Ayana ikut terkekeh. Gadis itu menatap sekali lagi jawabannya. Setelah dirasa cukup, diserahkannya jawabannya kepada Ale. Ale menerimanya, sesekali pemuda itu menatap ke jawaban gadis itu. Dia cukup terkesima dengan itu. Bahkan, soal yang cukup sulit menurutnya, gadis itu bisa menjawabnya tanpa merasa kesulitan. Sungguh luar biasa. 

"Pinter banget sih lo, Ay," puji Zewa yang juga mengintip melihat jawaban gadis itu. Ayana hanya terkekeh pelan. 

Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Membuat gadis itu harus segera pergi ke kelasnya. Setelah berpamitan dengan kedua sahabat kekasihnya, dia segera berlari kecil untuk segera sampai di ruang kelasnya. Sedangkan, Marsel. Pemuda itu berlari kencang ketika menyadari bahwa dirinya belum mengerjakan tugas rumahnya. Di koridor kelas, tanpa sengaja dia melihat Ale yang tengah berjalan dengan membawa setumpuk kertas. 

"Ale! Woi!" teriaknya. 

Ale mendongak, menatap sahabatnya yang tengah berlari ke arahnya. Baju keluar, rambut berantakan, dasi terikat di dahi. Memang sudah menjadi penampilan sehari-hari dari seorang Marsel Anggara Saputra. 

"Gue nyontek dong!" pinta Marsel. 

Ale memutar bola matanya jengah. "Udah dikerjain," ketusnya. 

Jawaban dari Ale membuat Marsel tersenyum lega. "Thanks ya!" ujarnya seraya menepuk bahu pemuda itu. 

"Makasihnya ke pacar lo sono," sungut Ale. 

Marsel mengernyit. "Maksud lo?" tanyanya kurang paham. 

"Bego! Makanya kalau punya otak dipake. Ayana tadi yang ngerjain tugas lo!" kesal Ale. Setelah mengatakan itu, Ale segera melangkah menjauh. Dia jadi cukup kesal dengan sikap sahabatnya itu, yang menurutnya cukup bodoh! Sedangkan, Marsel? Pemuda itu hanya mengedikkan bahunya acuh. 

Comments (12)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
ceritanya menarik padahal baru awal2.. pengen aku share ke sosmed trs tag akun author tp akunnya ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
goodnovel comment avatar
Krisna Azahra
Yokk semangat terus ya kak!!
goodnovel comment avatar
Krisna Azahra
Semangat cerita nya bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   2. Mesin Otak

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku2. Mesin OtakPagi ini, Marsel datang lebih awal. Bukan tanpa alasan, pemuda itu berniat ingin numpang tidur sejenak sebelum mengikuti jam pelajaran nantinya. Semalaman dia tak bisa tidur dikarenakan Keyla-sang adik terus saja menangis meminta mainan. Setelah memarkirkan sepeda motornya, pemuda itu melangkah dengan gontai. Sesekali, dia menguap lebar. Tetapi, langkahnya harus berhenti ketika seorang gadis menghadang jalannya. Siapa lagi kalau bukan, Ayana?"Minggir!" ketus Marsel.Ayana tak menyerah. Dia terus menghadang jalan sang kekasih. Dengan senyumannya dia mengulurkan sebuah kotak makan kepada Marsel. Marsel hanya menatap malas bekal itu. Dengan kasar, ditepisnya kotak makan itu. Membuatnya berserakan di lantai. Ayana hanya menunduk. Senyumannya pun hilang tergantikan dengan bibir yang tertutup rapat."Jangan mimpi gue mau makan makanan

    Last Updated : 2021-04-27
  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   3. Flashback

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku3. FlashbackSatu bulan yang lalu. Saat itu kehidupan Marsel masih dapat dikatakan baik-baik saja. Pemuda itu pun terkenal akan keramahannya. Murah senyum, suka menolong, baik. Hanya satu saja kekurangannya. Dia tidak cukup terlalu unggul dalam kemampuan otak. Hampir tiap hari semua pekerjaan dia kerjakan dari hasil menyontek. Jikalau tidak, maka nilainya akan kurang dari angka enam puluh.Saat itu, dia tengah duduk bersama kedua sahabatnya, Ale dan Zewa di kelasnya. Mereka bertiga tertawa bersama saat mendengarkan cerita yang Zewa ceritakan. Ya, humor mereka sangat recjeh. Tetapi, semua sikap Marsel berubah seratus delapan puluh derajat ketika Ayana, si gadis pandai-kebanggaan SMA Merdeka ini, tiba-tiba masuk ke dalam kehidupannya. Masih asik-asiknya mengobrol, panggilan yang ditujukan untuk Marsel terdengar nyaring di alat pemberitahuan yang terhubung di ruang kantor."Untuk Marsel Angg

    Last Updated : 2021-04-28
  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   4. Masalah

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku4. MasalahMarsel menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk miliknya. Menatap langit-langit kamar. Pikirannya berkelana. Sepertinya dia menyesal telah melakukan kurang ajar kepada Ayana tadi pagi. Bahkan, kalimatnya sungguh sangat pedas. Ah, dia jadi memikirkan bagaimana kondisi gadis itu? Dia mengacak rambutnya kesal. Meraih handphone miliknya dan akan berencana menelepon gadis itu. Tetapi, belum sempat dia memencet tombol hijau untuk memulai teleponan mereka. Tubuhnya sudah terlebih dahulu terbentur tembok dengan cukup keras.Marsel meringis ketika merasakan sakit yang teramat di punggungnya. Dia menatap sang ayah yang rupanya pelaku dari itu semua. Mata Putra tampak jelas menampakkan akan kemarahan dan Mars tahu apa alasannya. Sudah dipastikan tidak jauh dari Ayana. Belum sempat Marsel mengeluarkan suaranya. Putra kembali membenturkan tubuh putranya itu dengan keras. Membuat Mars terpekik. Pekikan itu

    Last Updated : 2021-04-29
  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   5. Berubah

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku5. Berubah?"Udah denger belum, kemarin Kak Marsel bilang kalau Ayana cuma permainannya doang lho.""Masa sih?""Iya. Berita itu udah kesebar luas.""Kasihan ya.""Ngapain kasihan, dianya aja yang kepedean."Ayana hanya bisa menunduk dalam. Langkahnya yang gontai membuatnya harus lebih lama mendengarkan kalimat-kalimat pedas itu. Banyak tatapan mata tertuju ke arahnya. Hingga tanpa sengaja dia melihat sepasang sepatu yang berdiri di hadapannya. Dia mendongak dan menemukan Jasmin dan kedua sahabatnya. Ayana semakin menciut ketika melihat seringai dari ketiganya. Tubuhnya pun sudah membunyikan alarm berbahaya kepadanya. Percayalah, sekarang dia tahu apa yang akan mereka lakukan kepadanya."Nah ini dia si gadis menyedihkan itu, Gaes. Iya sih, diangkat jadi pacar. Tapi sayang, cuma dijadiin boneka doang.

    Last Updated : 2021-04-30
  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   6. Kemarahan Vanya

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku6. Kemarahan VanyaAyana terlonjak kaget. Gadis itu mengerjapkan matanya, seraya menatap gadis yang terlihat amat marah di depannya. Gadis itu adalah kakak kelasnya dan juga merupakan teman sekelas kekasihnya, Marsel. Entah mengapa, perasaan menjadi tidak enak, terlebih ketika melihat Vanya menatapnya nyalang penuh kebencian. Semua mata kini menatap ke arah meja Ayana, Zewa, dan Ale."Lo apa-apaan sih! Buat kaget aja," ketus Zewa."PMS kali," gumam Ale.Sedangkan Vanya melotot. Menatap tajam ke arah kedua pemuda di depannya yang hanya dibalas dengan tatapan malas oleh Ale dan Zewa. Keduanya sudah biasa menghadapi tingkah gadis itu. Melupakan semua ucapan kedua teman satu kelasnya, Vanya kini beralih menatap gadis yang tengah menatapnya bingung. Tanpa aba-aba, Vanya menjambak rambut panjang milik Ayana. Membuat sang empu menjerit dan langsung berdiri karena jambakan

    Last Updated : 2021-05-02
  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   7. Jalan Bareng

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku7. Jalan BarengDi sebuah kamar yang tidak terlalu besar, seorang gadis berbaring di atas kasurnya seraya menatap langit-langit kamarnya. Senyum terus saja terukir di wajahnya. Kejadian tadi pagi berhasil membuat hatinya uang semula hancur kembali menghangat. Sikap Marsel membuatnya kembali mengurungkan niatnya untuk menyudahi hubungannya dengan kekasihnya itu. Ayana berguling ke kanan, menjadikan posisinya berubah menjadi tengkurap. Dia menggigit bantal gulingnya ketika tidak bisa menahan kebahagiaannya yang terlalu menggebu."Kak Mars romantis banget tadi, ya ampun!" pekik gadis itu tertahan. Dia tidak mau mengganggu ketenangan sang ibu.Sebuah notifikasi pada handphone-nya membuat Ayana menoleh. Menatap layar handphone-nya, yang menunjukkan sebuah pesan dari Mars. Dengan semangat gadis itu membaca pesan itu. Senyumannya semakin mengembang ketika mendapati sang kekasih sudah berad

    Last Updated : 2021-05-07
  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   8. Ingkar Janji

    Sebatas PERMAINAN Pacarku8. Ingkar JanjiDi depan rumah, Ayana tengah menunggu kehadiran Marsel. Kemarin malam, pemuda itu berjanji akan menjemputnya dan berangkat bersama ke sekolah. Senyuman manis setia menghiasi wajah gadis itu. Dengan sabar dia menunggu. Sesekali menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan apakah kekasihnya sudah segera sampai. Tetapi, sudah setengah jam sosok yang ditunggu-tunggu belum juga terlihat.Ayana mulai cemas. Sebab, lima belas menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Dengan segera dia mengambil handphone-nya, mencoba menghubungi Marsel. Sudah berulang kali, tapi tak kunjung mendapat balasan. Bahkan, untuk yang terakhir kalinya, telepon itu sengaja ditutup. Membuat Ayana terdiam. Pikirannya mulai menjelajah. Sibuk. Satu kata yang tiba-tiba datang di pikirannya. Ayana tersadar dari keterdiamannya, ketika melihat dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Terlebih, jarak antara rumahnya dan sekolahnya cukup ja

    Last Updated : 2021-05-11
  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   9. Murahan?

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku9. Murahan?"Cinta memang membodohkan, kepintaran seseorang seketika hilang. Karena memang nyatanya sebuah rasa tidak lagi menggunakan logika melainkan perasaan."_Ayana_Langkah Ayana semakin cepat. Kini tujuannya adalah kantin sekolah. Menemui kekasihnya yang sudah dipastikan berada di sana bersama kedua sahabatnya. Dia ingin segera menyelesaikan kesalahpahaman tadi pagi. Dia tidak mau Marsel memikirkan tentang dirinya yang tidak-tidak. Tidak memperdulikan tatapan tajam dari para kaum hawa, gadis itu terus melangkah. Langkahnya berangsur-angsur pelan, ketika melihat sang kekasih tengah duduk bersama kedua sahabatnya. Marsel tampak sibuk dengan benda pipihnya.Ale yang menyadari kehadiran Ayana sontak menyikut pelan tubuh Marsel. Membuat pemuda yang duduk di sampingnya berdecak dan segera menoleh ke arah Ale. Ale yang melihat itu pun menunj

    Last Updated : 2021-05-18

Latest chapter

  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   85. Endingnya

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku85. Endingnya"Sebenarnya tidak ada kata 'ending' di setiap kisah. Karena hidup terus berlanjut walaupun kematian tengah menunggu."_Author_***Di atas panggung mewah di depan sana, berdiri sepasang suami-istri, yang baru saja resmi. Ayana dan Marsel tampak sangat bahagia. Senyum terus terpatri di wajah mereka. Hari ini, mereka sudah benar-benar resmi memiliki satu sama lain. Tidak berselang lama, Rain, Vanya, Jasmin, Zewa, Ale, dan Farez datang mendekati mereka dengan saling berpasangan dengan pasangan mereka masing-masing."Cie udah nikah!" ujar Rain dan langsung memeluk tubuh Ayana erat."Cepet nyusul," ujar Ayana seraya terkekeh. Mendengar itu Rain mengerucutkan bibirnya. Menatap sinis ke arah Ale."Noh, dianya aja yang gak peka-peka!" sungut Rain seraya menghentak-hentakkan kedua kak

  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   84. Truth or Dare!

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku84. Truth or Dare!Bisa lepas dari bau-bau obat dan juga makanan hambar, Ayana menghirup kembali udara bebas banyak-banyak. Padahal gadis itu sudah pulang sejak tiga hari yang lalu. Marsel yang berdiri di samping gadis itu tersenyum tipis. Rambut panjang Ayana bertebaran tertiup angin. Senyum manis terbit wajah gadis itu. Kedua mata gadis itu tampak terpejam menikmati belaian lembut sang angin. Sinar mentari yang tak terlalu terik membuat suasana semakin membuat suasana semakin sejuk. Kedua tangan gadis itu menggenggam erat pagar pembatas rooftop. Marsel perlahan menggenggam tangan kiri gadis itu, lalu menautkannya dengan tangan kanannya membuat kedua mata cantik Ayana terbuka."Seneng?" tanya Marsel. Ayana mengangguk semangat."Banget!" jawabnya menggebu-gebu. Kini, keduanya tengah menghabiskan waktu bersama di rooftop. Bel masuk beberapa menit yang lalu membuat

  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   83. Dia Kembali

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku83. Dia Kembali"Sang mentari redup, membuat dunia tenggelam dalam kegelapan. Menyisakan rasa kesedihan dan juga kehampaan. Hingga semuanya terobati akan kembali sang mentari."_Marsel_***Kedua manik mata yang sudah sebulan itu tak pernah terbuka perlahan terbuka. Kedua mata indah itu menatap ke sekeliling, dia tahu sekarang dirinya berada di mana. Rumah sakit. Gadis itu menoleh ketika merasakan tangan kanannya berat seakan ada sesuatu yang menimpanya. Seulas senyum terpatri di wajah pucat itu ketika mengetahui seseorang yang amat dia cintai kini tertidur di sampingnya dengan tangan kiri cowok itu menggenggam erat tangan kanan miliknya. Namun, bayangan di mana perlakuan cowok itu, membuat senyum indah itu pudar bergantikan dengan hembusan napas panjang. Perlahan dia melepaskan cengkraman tangan itu dengan sangat amat pelan. Tetapi, rupanya pergerakannya membuat cowok itu t

  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   82. Menanti

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku82. Menanti"Aku tahu Tuhan sedang menghukumku, tapi aku tidak akan lelah untuk menunggumu kembali menyapaku."_Marsel Anggara Saputra_Erin mendesah ketika melihat sosok Marsel masih setia menunggu putrinya yang belum kunjung membuka kedua matanya. Sudah satu minggu, Ayana tidak menampilkan tanda-tanda akan segera sadar dari komanya. Satu minggu itu pula, Marsel setia menunggu gadis itu seraya sesekali mengecup punggung tangan putrinya, atau mengajak mengobrol walau tidak mendapatkan respon, atau tidur di bangku samping brangkar gadis itu. Erin sendiri sudah beberapa kali menyuruh Marsel untuk beristirahat. Bahkan, cowok itu hanya pulang untuk mengisi perut dan mandi. Tetapi, setelah dua hari yang lalu, cowok itu memutuskan untuk menetap di rumah sakit ketika mendapati informasi bahwa gadisnya ngedrop. Membuat semakin cemas. Sekolah? Bahkan cowok itu mengambil izin hanya untuk menjaga gad

  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   81. Keduanya Pergi

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku81. Keduanya Pergi"Gue memang salah, tapi haruskah aku benar-benar ditinggalkan? Sendirian? Aku hanya butuh seseorang yang mau menuntun ke jalan kebenaran!"_Dia yang Ditinggalkan_***Kini Vanya sedang duduk seorang diri di balkon kamarnya. Dia menatap kosong ke langit malam. Berkali-kali terdengar helaan napas dari bibir mungil gadis itu. Hari itu juga, dia kehilangan sosok sahabat kecilnya, Marsel. Dia menoleh ketika mendengar suara dering dari ponselnya. Menatapnya sejenak sebelum mengangkat telepon tersebut. Farez, meneleponnya. Dia menepuk kening ketika baru mengingat bahwa cowok itu pulang ke Indonesia hari ini. Dia lupa tidak menyambut kedatangannya. Dengan segera dia mengangkat telepon. Tapi, sudah sepuluh menit, tidak ada yang bersuara. Vanya pun memilih diam, dia tidak tahu harus mengucapkan apa."Fa–""

  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   80. Si Protagonis Berkedok Antagonis

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku80. Si Protagonis Berkedok Antagonis"Jangan hanya menilai buku dari covernya tapi, lihatlah isinya. Begitu pula dengan manusia."_Author_"Gue gak peduli semua orang melihat gue sebagai penjahat di kisah ini, karena gue hanya mengikuti alur yang mereka bicarakan."_Unknow_***"Gak guna lo, lukain diri sendiri kaya gitu." Ucapan seseorang membuat Marsel menoleh. Dia mengernyit mendapati seorang gadis yang kini berdiri di hadapannya dengan melipat kedua tangannya di depan dada seraya tersenyum remeh ke arahnya."Lo ...."Cewek itu terkekeh, melihat raut wajah cowok di depannya. Mana yang sosok kakak kelasnya yang angkuh? Dia melangkah mendekat, menatap kakak kelasnya dari bawah sampai atas. Kacau, satu kata yang menilai penampilan Marsel. Kini, dia tidak bersama para teman-temannya, dia memilih

  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   79. Kecelakaan

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku79. Kecelakaan"Aku bertanya padamu, aku di matamu adalah sebuah pohon atau bunga? Jika kau menjawab pohon, aku tak terkejut lagi sebab aku memang hanya sebatas sandaran lelah dan juga pelindungmu dari sang mentari. Tapi, jika kau menjawab bunga, aku cukup terkejut. Karena aku indah di matamu."_Ayana_***Ayana berlari dengan kencang, tidak peduli bahwa dia sudah menabrak para murid lain berkali-kali. Dia terus berlari, hatinya sungguh benar-benar sesak, air matanya terus meluncur dengan deras. Dia memilih keluar gerbang, tidak peduli satpam marah karena ulahnya. Tetapi, siapa sangka. Ada sebuah mobil melaju kencang dari arah samping. Suara klakson dari mobil membuat Ayana seketika menoleh. Kedua matanya membola dan pada hitungan detik kecelakaan terjadi. Tubuh Ayana terlempar beberapa meter. Sang pemilik mobil langsung mengerem, lalu berlari keluar. Zewa yang melihat kejad

  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   78. Murka

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku78. Murka"Kukira saat kau kudiamkan, kau akan menyadari kesalahanmu tetapi tetap saja. Cukup, aku melihatmu bahagia di atas keseihanku!"_Ayana_***Ayana mendengus. Dia kembali membuang muka, tidak tahan melihat tawa kedua manusia yang berada di jok depan mobil. Siapa lagi kalau bukan Ayana dan Marsel. Kini, gadis itu kembali menjadi yang kedua, di belakang! Padahal tadi jok depan yang diduduki Vanya adalah tempatnya. Maksudnya, tadi ya sebelum Marsel memutuskan untuk menjemput Vanya juga, membuat Ayana lagi harus mengalah dan duduk di jok belakang. Namun, apa? Sekarang dia seakan obat nyamuk di sana. Marsel bahkan tidak mengajaknya berbicara dan hanya asik dengan sang sahabatnya. Menyebalkan sekali. Ayana berdehem keras, membuat Marsel tersadar bahwa di jok belakang juga ada gadisnya. Kenapa dia mudah sekali melupakan Ayana jika dirinya ada di samping Vanya?

  • Sebatas PERMAINAN Pacarku   77. Satu Arah yang Selalu Sama

    #Sebatas_PERMAINAN_Pacarku77. Satu Arah yang Selalu Sama"Kamu selalu mengatakan bahwa kau akan berlari ke arahku, tetapi nyatanya tidak. Kamu memilih berputar dan berlari ke arahnya. Lalu, aku harus apa?"***Malam sebelumnya, Marsel di rumah Vanya. Keduanya bercanda tawa bersama. Mereka memilih film komedi. Marsel yang memegang bungkus keripik singkong dan duduk di samping Vanya dengan Vanya yang begitu nyaman bersandar di dada bidang cowok itu sesekali mengambil keripik singkong yang Marsel pegang. Vanya tertawa terbahak-bahak ketika melihat adegan yang menurutnya lucu begitu pula dengan Marsel. Keduanya sangat menikmati film itu sampai tak sadar waktu terus berputar dan mulai menunjuk pukul tengah malam. Saat film itu usai, barulah keduanya tergeletak di atas lantai yang dingin seraya memegangi perut mereka yang kram karena tak henti-hentinya tertawa. Bahkan Vanya sampai mengeluarkan air matanya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status