Suara bel yang terdengar di tengah keheningan. Myesha yang sedang berada di ruang keluarga segera bergegas untuk membuka pintu. Mengecek siapa gerangan yang datang ke rumahnya pagi-pagi.Saat membuka pintu tampak Nyonya Zoya berada di balik pintu. Myesha tampak terkejut ketika Nyonya Zoya datang pagi-pagi seperti ini. Beberapa hari ini memang Myesha tidak ke rumah Nyonya Zoya. Selama Finn pergi, dia memilih merapikan rumah, dan sibuk di rumah saja.“Nyonya.” Myesha menyapa majikannya itu.“Kamu beberapa hari tidak ke rumah.” Nyonya Zoya langsung melemparkan sedikit protesnya.“Iya, saya sibuk merapikan rumah. Kebetulan Finn sedang tidak ada di rumah.” Myesha mencoba menjelaskan. Beberapa hari ini Myesha memang sedang semangat-semangatnya untuk mendekorasi rumahnya. Jadi tentu saja dia tidak bisa datang ke rumah.“Finn ke mana?” tanya Nyonya Zoya yang begitu penasaran.“Finn sedang ke luar kota.” Myesha menjelaskan.Nyonya Zoya mengangguk-anggukkan kepalanya.“Ayo, silakan masuk.” Myes
Finn sampai di lokasi. Beberapa orang dari badan nasional pencarian dan pertolongan berusaha untuk membantu orang-orang keluar dari reruntuhan. Finn dilarang masuk mengingat keadaan bahaya. Dia memilih untuk menunggu saja.Para korban di bawa ke rumah sakit. Finn pun ikut serta ke rumah sakit. Dia mengurus semuanya sendiri. Memastikan jika karyawannya mendapatkan perawatan yang benar.“Kami akan bertanggungjawab atas semua perawatan yang terjadi. Jadi ibu dan bapak tidak perlu khawatir.” Finn menatap keluarga korban. Banyaknya korban membuat Finn harus mengecek satu per satu dari mereka. Menenangkan keluarga mereka yang datang. Beruntung tidak ada korban meninggal. Yang ada hanya korban luka-luka. Jadi paling tidak Finn tidak harus bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak dibuatnya.“Terima kasih, Pak. Ini adalah musibah. Pak Finn mau membantu anak-anak kami pun itu sudah sangat berarti.” Salah satu orang tua korban merasa apa yang dilakukan Finn sudah sangat membantu.“Sama-sama.
Finn langsung menghubungi Sean ketika selesai menghubungi mama dan papanya. Dia mengabari keadaan proyek saat ini. Finn sadar jika Sean pasti sudah mendengar berita. Jadi dia harus menjelaskan.Di dalam telepon, Finn menjelaskan bagaimana kejadian di proyek terjadi. Semua benar-benar di luar kendali Finn.Sean yang mendengar cerita tersebut pun tidak mempermasalahkan. Dia sadar betul jika pastinya Finn sudah berusaha yang terbaik. Dia pun menyerahkan semua pada Finn. Lagi pula kontrak kerja sama pembangunan itu masih cukup lama. Jadi Finn punya waktu untuk menyelesaikan.Setelah menghubungi Sean, Finn langsung menghubungi sang istri. Tadi dia belum puas berbicara dengan sang istri.“Kamu belum tidur?” Saat menghubungi sang istri, tak butuh waktu lama. Sambungan telepon langsung terhubung. Finn pikir akan butuh waktu lama mengingat ini sudah malam dan sang istri pasti sudah mengantuk.“Tentu saja aku belum tidur. Aku menunggumu.” Sedari tadi Myesha memang menunggu telepon dari Finn. Ja
Myesha yang mendapatkan kunci kamar segera menuju ke kamar yang tertera di access card yang dibawanya. Untuk mencapai kamar, dia menaiki lift.Tepat di depan kamar, Myesha segera menempelkan access card yang dibawanya untuk membuka pintu kamar. Perlahan, Myesha mendorong pintu kamar tersebut. Lampu masih terlihat gelap, karena lampu belum menyala. Dengan segera, dia pun menempelkan access card yang dibawanya. Saat lampu menyala, dia pun segera masuk ke kamar.Langkah Myesha terus diayunkan ke dalam. Tepat di tempat tidur, dia melihat sebuah gaun yang terbentang di atasnya. Myesha yang melihat hal itu menduga jika Finn yang menyiapkan semuanya.Tadi Finn sudah bilang agar Myesha segera bersiap. Jadi segera Myesha meletakan tasnya dan berlalu ke kamar mandi. Membersihkan dirinya terlebih dahulu.Seharian bekerja membuat tubuh Myesha lengket dan juga rambutnya lepek. Jadi dia butuh waktu lama untuk membersihkan diri.Myesha yang keluar dari kamar, segera mengeringkan rambutnya. Kemudian
Gorden yang tertutup rapat membuat dua orang yang berada di balik selimut masih begitu terlelap. Pasangan yang baru saja merengkuh kenikmatan itu tampak begitu masih tampak nyaman saling berpelukan.Ketika selimut tersingkap, terasa udara dingin pendingin menerpa kulit. Finn yang merasakan hal itu membuka matanya untuk melihat apakah selimut yang dipakai sang istri tersingkap juga. Benar saja, saat membuka matanya, dia melihat jika selimut tersingkap dan membuat bahu sang istri terlihat. Dengan segera, Finn menarik selimut tersebut. Kemudian menutupi tubuh sang istri.Saat sibuk memastikan seluruh tubuh sang istri tertutup rapat. Finn melihat wajah sang istri yang tertidur begitu pulas sekali.Finn terus memandangi sang istri. Rasanya bahagia ketika kini bisa mendapatkan sang istri seutuhnya. Apalagi dia mendapatkan sang istri untuk pertama kalinya. Pria mana yang tidak suka jika mendapati jika dirinya jadi pertama yang menyentuh sang istri.Finn yang terus memandangi sang istri, perl
Mereka berdua menikmati sarapan yang sudah kesiangan. Kegiatan baru mereka memang membuat candu untuk mereka berdua. Di meja makan Myesha malu sekali melihat Finn. Dia memilih menundukkan pandangan. Apalagi ketika Finn terus memandanginya.“Kenapa memandangi aku seperti itu?” Myesha akhirnya melayangkan protesnya setelah sedari tadi Finn memandanginya.“Apa memandangi istri salah?” Finn tersenyum. Merasa jika yang dilakukannya tidak ada yang salah.“Iya, tetapi aku malu.” Myesha seolah melihat Finn seolah sedang mengingat kejadian semalam saat memandanginya. Jadi dia merasa begitu malu sekali.Finn meraih tangan sang istri. Menggenggamnya erat. “Aku benar-benar jatuh cinta padamu.” Finn benar-benar terbuai dengan kehadiran Myesha. Perasaan cintanya begitu mendalam.Myesha tersenyum ketika Finn mendaratkan kecupan di punggung tangannya. Dia merasakan jelas ketulusan cinta Finn. Karena itu, dia merasa jika dirinya begitu dicintai oleh Finn. Perasaannya begitu bahagia ketika dicintai ole
Sebulan penuh Finn sibuk. Setiap hari dia berangkat pagi dan pulang malam. Hal itu karena pekerjaanya di kantor begitu banyak. Masalah proyek ternyata tidak hanya satu, tetapi banyak proyek bermasalah. Dalam keadaan seperti ini Myesha tidak punya celah sama sekali untuk membahas akan kenyataan tentang dirinya. Apalagi Finn sendiri sedang banyak masalah. Myesha tidak bisa berani mengatakannya.Finn pulang dengan keadaan lelah sekali. Sebulan ini memang luar biasa bagi Finn. Dia benar-benar dibuat pusing dengan proyek yang terjadi banyak bermasalah.Finn yang membuka pintu kamar mendapati sang istri sudah tertidur. Maklum saja, ini sudah jam dua belas malam. Jadi pasti istrinya sudah mengantuk. Karena melihat sang istri yang tertidur, Finn memilih untuk segera membersihkan diri. Tubuhnya begitu lengket setelah seharian bekerja.Dengan keadaan yang lebih segar, Finn keluar dari kamar mandi. Tubuhnya sudah jauh lebih baik dibanding tadi saat pulang.Segera Finn ke tempat tidur. Menyusul s
Myesha dan Finn ke rumah Nyonya Zoya. Mereka ingin memberitahu jika Finn sudah mengirim uang ke rekening WO milik Nyonya Zoya.Myesha benar-benar bahagia sekali. Dia tidak menyangka jika Finn akan memberikan uang untuk WO sekaligus. Padahal waktu itu, dia ingin bertahap memberikannya.Saat sampai di rumah Nyonya Zoya, Myesha dan Finn disambut baik oleh Nyonya Zoya. Nyonya Zoya mempersilakan Finn dan Myesha duduk di ruang keluarga.“Ma, kami ke sini ingin memberitahu jika Finn sudah mengirim uang ke rekening WO kita.” Myesha menatap Nyonya Zoya. Menjelaskan kedatangannya itu.Nyonya Zoya berbinar. Akhirnya yang ditunggu-tunggu dikirim juga. Sejak kemarin, dia memang menunggu hari ini. Di mana Finn mengirimkan uang tersebut.“Maaf, Ma. Jika sampai terlambat.” Finn sedikit merasa tidak enak. Sudah sebulan dia menunda semuanya.“Tidak apa-apa, Finn. Aku tahu kamu sibuk sekali.” Nyonya Zoya tersenyum.“Sekalian kalian di sini. Aku mau memberitahu sesuatu.” Nyonya Zoya langsung bangun. Dia
Myesha mengembuskan napasnya yang terasa berat. Usia kandungannya sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari kelahiran saja. Bu Mirna setiap hari ke rumah Myesha. Kebetulan, rumah memang berbeda beberapa blok saja. Jadi masih bisa dijangkau oleh Bu Mirna. Tak hanya Bu Mirna, Mama Risha juga bolak-balik ke rumah Finn. Melihat keadaan menantunya.“Finn sebaiknya kamu tidak bekerja dulu. Ini sudah mendekati tanggal perkiraan hari kelahiran.” Mama Risha memberikan peringatan pada sang anak.“Iya, Ma. Aku memang tidak bekerja.” Sejak hari ini, Finn memutuskan untuk mengerjakan pekerjaanya di rumah saja. Mengingat sang istri akan melahirkan.“Bagus. Jadi kamu bisa menunggu istrimu. Takut-takut jika dia tiba-tiba melahirkan.” Mama Risha merasa was-was. Takut jika menantunya melahirkan. Tidak ada suaminya.Finn yang baru saja mengobrol dengan ibunya menyusul sang istri yang berada di kamar. Sang istri sedang merapikan baju-baju untuk dibawa jika tiba-tiba ke rumah sakit.“Sayang.” Finn meman
Finn dan Myesha langsung segera bergegas untuk ke rumah sakit. Mereka ingin menengok anak Stela dan Sean. Setelah mencari nomor kamar, akhirnya mereka masuk ke kamar tersebut. Tampak Stela yang sedang menggendong anaknya di sana. Sang suami-Sean berada di sebelahnya.“Myesha, Finn.” Stela sudah mendengar cerita tentang Finn dan Myesha. Jadi kini dia sudah tahu nama asli Myesha.Myesha menghampiri Stela dan memberikan ucapan selamat. Dia yang melihat sang anak yang cantik sekali. Tampak menggemaskan sekali.“Selamat, Se.” Finn mengulurkan tangan pada Sean.“Terima kasih.” Sean tersenyum sambil menerima uluran tangan dari Finn.“Lihatlah lucu sekali. Boleh aku menggendongnya?” Myesha begitu bersemangat sekali.“Tentu saja.” Stela mengizinkan Myesha untuk menggendongnya.Myesha memindah bayi yang berjenis kelamin perempuan itu ke tangannya. Dia begitu gemas melihat wajah cantik anak Stela.“Siapa namanya?” Myesha menatap Stela. Penasaran sekali.“Auretta Alexandria.” Stela memberitahu na
Usia kandungan Myesha sudah mencapai enam bulan. Semakin kandungan Myesha besar, semakin rasa mual itu hilang. Kini Myesha sudah makan dengan lahap sekali. Apalagi jika mama mertuanya membawa makanan untuknya. Dia akan langsung memakannya.Hari ini rencananya mereka akan memeriksakan kandungannya ke dokter. Mereka selalu mengambil waktu di hari sabtu di mana Finn libur.“Apa hari ini kita bisa lihat jenis kelamin anak kita?” Finn menatap sang istri.“Entah, tidak.” Myesha tersenyum. Dia memang mau ini menjadi kejutan. Namun, mama mertuanya begitu penasaran sekali karena ingin melihat cucunya.“Kenapa kamu tidak mau tahu?” Finn menatap sang istri yang sedang berada di depan kaca. Sang istri sedang sibuk merapikan dress panjang yang dipakainya.Sejak hamil Myesha ebih banyak memakai dress panjang atau dress dibawah lutut. Itu untuk memudahkan dirinya bergerak dan agar perutnya lebih nyaman.“Aku mau ini jadi kejutan.” Myesha merasa akan sangat spesial jika tahu saat anaknya lahir.“Tapi
“Apa rasanya sudah enak?” Mama Risha bertanya pada Bu Mirna.Bu Mirna yang sedang mencicipi masakan merasakan rasa masakan tersebut. Hari ini Bu Mirna dan Mama Risha memasak bersama. Setelah kemarin saling mengobrol tentang masakan, mereka sepakat memasak bersama.“Rasanya sudah enak.” Bu Mirna tersenyum memberikan pendapatnya pada Mama Risha.“Wah … kalau sudah begini, aku bisa membuatnya jika ada arisan.” Mama Risha begitu senang.Hari ini mereka sedang masak rawon. Mama Risha memang tidak bisa membuat masakan itu, alhasil dia meminta Bu Mirna untuk mengajari. Tentu saja Bu Mirna dengan senang hati membantu Mama Risha.Myesha yang sedang duduk menonton televisi mendengar percakapan mama mertuanya dan ibunya. Myesha ikut senang dengan kedekatan dua wanita itu.“Ibu sepertinya bisa buka kelas masak, atau buka jasa catering.” Myeshi mengomentari ibunya yang sedang mengajari Mama Risha memasak.Myesha menoleh pada adiknya. Dia membenarkan ucapan sang adik. Ibunya memang jago memasak. Se
Myesha begitu senang ketika ibunya ada di rumah. Dia bisa meminta sang ibu memasakkan makanan kesukaannya. Ketika hamil seperti ini, tentu saja membuatnya ingin makan masakan sang ibu.“Apa keluarga Finn menerima kamu yang sudah berbohong?” Bu Mirna yang sedang asyik memasak bertanya pada sang anak.“Mereka menerima, Bu. Myesha juga tidak menyangka mereka akan menerima Myesha.” Myesha begitu senang sekali ketika mama mertuanya menerimanya.“Ibu ikut senang. Ibu juga mau meminta maaf juga pada mereka jika nanti bertemu.” Bu Mirna begitu senang mendengar akan hal itu. Namun, sebagai orang tua, tentu saja dia ingin meminta maaf pada orang tua Finn agar.“Nanti jika bertemu dengan mama dan papa, Ibu bisa sampaikan.” Myesha selalu bangga pada ibunya. Dia memang belajar banyak dari sang ibu tentang arti meminta maaf dan juga memaafkan.Mereka berdua memasak bersama. Memang waktu seperti ini selalu dimanfaatkan untuk bersama-sama.***Myesha mengambilkan baju untuk sang suami. Finn sedang ma
“Halo, Bu. Apa kabar?” Myesha menghubungi sang ibu. Sudah lama Myesha tidak menelepon ibunya.“Baik, Sha. Kamu sendiri bagaimana? Bagaimana keadaan kehamilanmu?” Bu Mirna di seberang sana bertanya.“Kehamilan Myesha baik, Bu. Mual sudah mulai berkurang perlahan.” Kandungan Myesha sudah mencapai empat bulan. Jadi perlahan mual yang dirasakan mulai berkurang.“Syukurlah. Ibu ikut senang dengarnya?” Bu Mirna di seberang sana merasa senang ketika anaknya baik-baik saja. Bagi orang tua, mendengar anaknya sehat sudah lebih dari cukup.“Apa Myeshi sudah selesai ujiannya?” Adik Myesha sedang ujian akhir sekolah. Jadi tentu saja membuatnya memikirkan adiknya itu.“Dia sudah ujian. Semua sudah selesai tinggal menunggu saja.” Bu Mirna menjelaskan.“Apa berarti dia libur?” Myesha begitu penasaran sekali. Karena setahunya ada jeda waktu sambil menunggu hasil akhir kelulusan.“Iya, Mbak aku libur. Apa Mbak Myesha mau mengajakku ke sana?” Suara Myeshi terdengar dari sambungan telepon.“Aku akan bica
Pagi-pagi sekali Mama Risha sudah datang. Myesha dan Finn yang masih tidur pun sampai buru-buru bangun karena kedatangan mamanya itu. Hari ini Finn masih libur. Setelah sabtu kemarin dia ke dokter kandungan. Hari minggu ini, dia berencana bermalas-malasan di rumah. Namun, semua sirna ketika kedatangan sang mama.“Mama mau apa datang pagi-pagi ke sini sudah mengalahkan ayam jago hendak berkokok. Apa Mama sedang mau gantikan ayam jago membangunkan orang-orang?” Finn menyindir sang mama yang datang pagi-pagi sekali.Myesha yang mendengar hal itu langsung menyenggol sang suami. Mengingatkan sang suami yang menegur sang mama mertua.“Sembarangan. Mama itu mau ajak Myesha olahraga sambil ke pasar.” Mana Risha menjelaskan apa alasannya ke sini.“Pasar?” Finn terkejut ketika mamanya ingin mengajak istrinya ke pasar. “Ma, aku susah payah kerja, kenapa istriku diajak ke pasar. Istriku harus ke supermarket, bukan ke mal.” Finn merasa mamanya benar-benar tidak masuk akal karena mengajak istrinya
Pemeriksaan akhirnya berakhir. Myesha, Finn, Mama Risha, dan Papa Adrian keluar dari ruangan pemeriksaan. Mereka menuju ke apotek yang berada di rumah sakit. Mama Risha dan Papa Adrian duduk agak sedikit jauh dari Myesha dan Finn. Banyaknya orang yang juga mengantre obat membuat mereka tidak bisa duduk bersama.“Kamu lihat wajah mama dan papa tadi? Mereka tampak senang ketika melihat baby muffin di layar USG.” Finn berbinar mengingat papa dan mamanya tadi.“Iya, aku lihat. Mereka benar-benar tampak begitu senang sekali. Aku berharap mereka memaafkan aku.” Myesha berharap hal itu. Karena sampai detik ini dia masih belum dapat maaf.“Tenanglah, ini adalah jalan untuk kita. Apalagi, kita tidak berhenti berusaha. Jadi yakinlah jika mama dan papa akan menerima kamu dan anak kita.” Finn tersenyum.“Iya.” Myesha mengangguk. Dia berharap hal yang sama yang diharapkan oleh sang suaminya.Di ujung kursi ruang tunggu berjarak beberapa kursi, Mama Risha dan Papa Adrian duduk, sambil mengobrol.“
Mama Risha mengintip di balik gorden ketika ada mobil yang melintas. Seolah dia sedang menunggu seseorang.Papa Adrian yang sedang menikmati tehnya sambil membaca koran di teras pun menoleh ketika sang istri mengintip di jendela yang berada tepat di depannya.“Sini.” Papa Adrian memberikan isyarat pada sang istri.Mama Risha segera keluar. Ikut duduk di teras bersama sang suami. “Kenapa?”“Kenapa mengintip?” Papa Adrian begitu penasaran sekali karena tumben sekali istrinya melakukan itu. “Apa kamu sedang menunggu seseorang?” Papa Adrian tersenyum.“Tidak.” Mama Risha menggelak.Papa Adrian menerawang ke dalam bola mata Mama Risha. Namun, dia jelas melihat kebohongan di dalam matanya.“Kamu menunggu Finn dan Myesha?” Papa Adrian menebak.Setiap hari libur Finn dan Myesha selalu datang. Walaupun Mama Risha dan Papa Adrian mengabaikan, tetapi mereka tetap datang. Sudah hampir dua bulan Mama Risha dan Papa Adrian tidak menegur Finn dan Myesha. Dibanding Mama Risha, Papa Adrian lebih mau