Myesha yang sampai di rumah, segera mengerjakan pekerjaan rumah. Saat hendak pergi ke kamar Nyonya besar, dia melihat Zelda yang sedang menikmati menonton televisi. Hal itu seketika membuat Myesha sedikit takut. Apalagi yang membuatnya takut jika bukan karena dia tidak menyampaikan pesan Zelda itu pada Finn.
Myesha pun memilih menghindar dari Zelda. Berjalan pelan-pelan ke kamar yang berada di lantai atas.“Sha, kamu sudah pulang?” Zelda yang melihat Myesha segera bertanya.Nasib buruk memang sedang menghampiri Myesha. Zelda mengetahui dirinya yang hendak ke lantai atas. Karena itu, dia segera menghampiri Zelda.“Sudah, Non.” Myesha mengangguk pasti.“Kamu sudah bilang jika aku tidak datang? Lalu tanggapannya bagaimana?” Zelda begitu penasaran sekali dengan yang terjadi di pertemuan antara Myesha dan Finn.Myesha memilih kalimat yang tepat untuknya diberikan pada Zelda. Alasan yang membuat Zelda tidak curiga jika dirinya tidak melakukan seperti yang diperintahkan. “Sudah, Non. Saya sudah mengatakan seperti yang Nona Zelda minta. Tanggapannya, dia tampak biasa saja.” Dia terpaksa berbohong karena takut ketahuan jika dia tidak mengatakan apa yang diminta Zelda padanya.Zelda memikirkan apa yang diucapkan Myesha. “Kenapa dia biasa saja?” Dia penasaran. Karena yang dipikirkan Zelda adalah Finn akan kecewa.Myesha merutuki kesalahannya yang salah menjelaskan, dan membuat Zelda bertanya-tanya. “Mungkin karena dia tidak berniat juga bertemu dengan Nona Zelda.” Dia pun memberikan alasan sekenanya. Berharap Zelda percaya.Zelda kembali memikirkan ucapan Myesha. “Benar juga.” Dia membenarkan apa yang dikatakan Myesha. Dirinya juga sering seperti itu ketika tidak minat akan sesuatu hal.Myesha merasa beruntung, ternyata Zelda percaya dengan ucapannya. Karena Zelda sudah tidak bertanya lagi, dia pun segera berbalik. Melanjutkan niatnya untuk menuju ke kamar Nyonya besar.“Sha.” Zelda kembali memanggil.Myesha benar-benar terkejut, Zelda memanggil kembali. Tubuh Myesha lemas ketika namanya dipanggil. Jantungnya begitu berdebar. Takut jika Zelda menyadari kebohongannya itu. Namun, karena Zelda sudah memanggil, jadi dia pun segera berbalik kembali. Tak mau membuat Zelda semakin curiga.“Iya, Nona.” Ragu-ragu Myesha bertanya.“Tolong fotokopi kartu tanda penduduk dan kartu keluarga itu.” Zelda memberitahu sambil menunjuk ke arah meja.Myesha bernapas lega, karena ternyata Zelda sedang memerintahnya, bukan sedang mencurigainya. Padahal tadi Myesha sudah begitu takut sekali.“Baik, Nona.” Zelda langsung bergegas mengayunkan langkahnya ke meja. Mengambil kartu tanda penduduk dan kartu keluarga milik Zelda. “Saya kerjakan setelah membersihkan kamar Nyonya, Non.” Dia memberitahu Zelda agar tidak menunggu.“Iya.” Zelda mengangguk.Myesha melanjutkan kembali langkahnya ke kamar atas untuk merapikan kamar.***Myesha sampai di rumah setelah fotokopi berkas yang diminta Zelda. Namun, saat dia sampai di rumah dia disambut dengan suara ramai. Myesha segera mencari asisten rumah tangga.“Bi, ada apa?” tanya Myesha. Dia benar-benar takut sekali karena mendengar suara pertengkaran.“Nyonya besar kena tipu investasi bodong. Semua tabungannya habis.” Bibi asisten rumah tangga memberitahu.Myesha cukup terkejut. Jika majikannya bangkrut, tentu saja itu berdampak pada dirinya. Tentu saja dia akan kehilangan pekerjaannya.Myesha yang tidak percaya begitu saja, segera berlalu ke dalam. Dia mencoba mendengarkan pembicaraan tersebut. Kebetulan Zelda dan mamanya masih asyik berdebat.“Sebenarnya seberapa banyak uang yang mama gunakan untuk investasi itu?” Zelda benar-benar tidak habis pikir dengan sang mama yang melakukan investasi tanpa mengecek terlebih dahulu.“Mama sudah gunakan semua uang yang kita punya. Rumah ini pun juga sudah Mama gadaikan.” Nyonya Zoya mengembuskan napasnya sambil mengusap wajahnya. Dia benar-benar ketakutan. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana.Zelda bener-benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa sang mama melakukan hal gila ini. Padahal ini adalah rumah peninggalan sang papa satu-satunya. Usaha ini juga sudah dirintis sejak lama pun harus hancur karena sang mama yang melakukan investasi bodong.“Lalu kita harus apa?” tanya Zelda.“Mama tidak tahu.” Nyonya Zoya memikirkan banyak hal. Bisnisnya benar-benar hancur jika seperti ini jadinya.Myesha yang mendengar akan hal ini pun merasa kecewa. Dia yang merasa bingung. Bagaimana nasibnya nanti setelah ini. Tidak bekerja lagi di Almeta Wedding tentu saja membuat Myesha harus kehilangan pundi-pundi uang.Pikiran Myesha benar-benar berkecamuk. Dia tidak tahu harus ke mana setelah ini nanti. Dia tidak akan pulang ke kampung halaman. Yang ada orang tuanya akan sangat khawatir.Myesha yang baru saja mendengarkan pembicaraan Nyonya Zoya dan Zelda itu pun memilih untuk segera pergi ke kamarnya. Dia harus menyiapkan diri jika sampai keluarga majikannya itu benar-benar bangkrut.Di ruang keluarga dua orang itu pun kebingungan. Mereka sudah tidak tahu harus melakukan apa lagi. Terlebih lagi sudah tidak ada uang yang dimiliki. Zelda yang melihat sang mama diam pun, hanya memilih diam juga. Takut berkomentar apa-apa.“Apa kamu tadi sudah bertemu dengan pria yang mama suruh tadi?” Nyonya Zoya langsung berpikir untuk menjodohkan dengan pria yang ditemuinya di situs pencarian jodoh. Dia tahu jika pria bernama Finn itu adalah seorang pengusaha.“Aku-aku-aku datang tadi.” Zelda memilih berbohong. Dia benar- benar takut pada sang mama jika berkata jujur yang ada mamanya akan murka. Apalagi, sang mama sedang dalam masalah seperti ini.“Lalu apa tanggapan dia tentangmu?” Nyonya Zelda langsung mencecar Zelda dengan pertanyaan itu.Zelda sendiri bingung. Dia tadi menyuruh Myesha untuk bertemu. Jadi tentu saja membuatnya tidak tahu reaksi Finn saat bertemu dengannya. Sejenak Zelda berpikir mencari jawaban yang pas. Akhirnya Zelda mengingat cerita yang didapatkan dari Myesha tadi. Tadi Myesha menceritakan jika pria itu tampak biasa saja ketika Myesha memberitahu jika dirinya tidak bisa datang.“Biasa saja.” Zelda menjawab sesuai dengan yang dikatakan oleh Myesha.“Biasa bagaimana maksudmu?” Nyonya Zelda tidak mengerti yang dijelaskan anaknya.“Iya, biasa. Sepertinya dia tidak tertarik padaku.” Zelda benar-benar gugup ketika mendapati diri harus berbohong pada sang mama. “Sudah aku mau ke kamar.” Zelda langsung berdiri. Dia segera berlalu pergi. Takut sampai mamanya menanyakan yang tidak-tidak.Nyonya Zoya mengembuskan napasnya. Merasa kesal saat mendapati cerita jika pria itu biasa saja ketika bertemu dengan anaknya. Padahal pria itu masuk kriteria pas untuk Zelda, karena pria itu seorang pengusaha muda. CEO sebuah perusahaan konstruksi terbaik di negeri ini.***Finn sampai di rumah setelah seharian bekerja. Tubuhnya begitu lelah sekali. Saat sampai di kamarnya, dia buru-buru menuju ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya yang begitu lengket.Seusai membersihkan diri dia segera keluar dari kamarnya. Hal pertama yang dicarinya adalah sang mama. Dia ingin minta nomor wanita yang bernama Zelda yang ditemuinya tadi.“Ma ....” Suara Finn menggema di rumah. Dia mencari sang mama di setiap sudut rumah. Namun, sang mama tidak ada. Finn sudah seperti anak ayam yang kehilangan induknya. “Ma ....” Dia kembali memanggil sang mama.“Iya, Finn, Mama di belakang.” Suara Mam Risha terdengar ketika putranya mencarinya.Finn segera menuju ke taman belakang. Dilihatnya sang papa dan mamanya berada di sana sedang menikmati secangkir teh dan kopi.“Kamu sudah pulang ternyata.” Papa Adrian yang melihat putranya tersenyum.“Iya, aku baru pulang dan hari ini begitu lelah.” Sayangnya apa yang dikatakan Finn tidak sinkron. Mengatakan lelah, tetapi dengan wajah yang ceria.“Sepertinya kamu sedang senang?” Mama Risha yang melihat sang putra tersenyum pun langsung bertanya. Dia penasaran apa yang membuat anaknya bahagia.“Iya, aku sedang bahagia.” Finn melebarkan senyumannya.“Apa kamu bahagia karena bertemu dengan wanita yang Mama minta?” Mama Risha menembak.“Bagaimana mama bisa tahu?” Finn begitu terkejut ketika sang mama bisa menebaknya.“Mama yang mengandungmu dan merawatmu selama dua puluh lima tahun. Tentu saja tahu.”Mama Risha tersenyum. “Bagaimana? Apa wanita tadi cantik?” Dia begitu penasaran sekali.Bayangan Finn langsung terlintas wajah Myesha. Wajah cantik itu memang sedari tadi siang menghiasi pikirannya.“Dia cantik dan begitu lembut.” Finn menjawab dengan diiringi senyuman di wajahnya.Mama Risha begitu senang. Akhirnya anaknya mau bertemu dengan wanita itu. Paling tidak, itu bisa membuat Finn lupa dengan Stela-wanita yang disukainya itu.“Apa mama punya nomor teleponnya?” Finn langsung meminta nomor telepon Zelda pada mamanya. Dia ingin menghubungi gadis itu. Paling tidak, hal itu bisa membuatnya bertemu kembali dengan Zelda.Mama Risha begitu senang sekali. Karena akhirnya anaknya bisa move on. Tentu saja dia akan memberikan nomor tersebut dengan suka rela.“Mama ada nomor teleponnya.” Mama Risha segera mengambil ponselnya. “08×××××××××.” Mama Risha menyebut nomor tersebut.Finn yang mendapatkan nomor tersebut begitu berbinar. Tak sabar bisa bertemu kembali dengan Zelda.Satu tahun berlalu dengan cepat. Almeta wedding akhirnya berjuang di tengah kebangkrutan yang menimpa pemilikinya. Myesha masih beruntung, dari ratusan orang, dia masih bisa bekerja. Walaupun tugasnya kini menjadi berlipat ganda.Satu asisten rumah tangga sudah dipecat. Nyonya Zoya sengaja menyisakan Myesha karena dia bisa bekerja di rumah dan wedding organizer. Jadi Nyonya Zoya bisa berhemat.Jika ditanya lelah, Myesha tentu saja lelah sekali. Karena dua pekerjaan cukup berat baginya. Dia membantu Nyonya Zoya di rumah mau pun di wedding organizer milik Nyonya Zoya, dan itu menguras tenaga.Hanya ini yang bisa dilakukan Myesha. Jika dia nekad keluar, dia tidak yakin jika dia akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Karena itu dia memilih bertahan.Setahun ini Zelda pergi dari rumah dan tidak pernah kembali. Sejak mamanya kesulitan, wanita itu justru pergi meninggalkan sang mama.“Sha, nanti kita akan pergi ke swalayan. Jadi bersiaplah.” Nyonya Zoya memberitahu Myesha.Myesha meng
Suara telepon berdering. Nyonya melihat ponselnya berdering dan melihat jika yang masuk ke ponselnya hanya nomor saja. Dia yakin sekali jika itu adalah nomor Finn.“Myesha.” Nyonya Zoya memanggil Myesha.Myesha yang sedang merapikan belanjaan langsung menghampiri Nyonya Myesha. Nyonya Zoya langsung menyodorkan ponsel milikinya ketika dirinya datang. Hal itu membuat Myesha bingung.“Pria itu menghubungi. Angkat dan nyalakan loudspeaker.” Nyonya Zoya memberikan perintah pada Myesha.Myesha mengangkat sambungan telepon tersebut sesuai dengan perintah. Dia berharap Finn tidak akan mengatakan apa-apa yang membuat Nyonya Zoya marah.“Halo.” Myesha menyapa seseorang di seberang sana.“Halo, Zelda.” Finn terdengar menyapa di seberang sana. Nama itu yang dia sebut karena memang nama itulah yang dikenalnya.Myesha menatap ke arah Nyonya Zoya. Nyonya Zoya menganggukkan kepalanya. Meminta Myesha untuk mengikuti drama nama Zelda itu.“Iya, Finn.” Myesha menjawab ucapan Finn.“Aku senang bisa mende
“Apa yang Nyonya Zoya katakan? Ini tidak mungkin. Terlebih lagi ini melanggar hukum.” Myesha berusaha untuk menjelaskan pada majikannya itu. Tidak mau sampai hal buruk terjadi di belakang. Ini pasti akan jadi masalah.“Dengar, Sha. Kamu tahu wedding organizer sedang tidak baik-baik saja. Setahun ini aku sudah berjuang. Aku tidak tahu bisa bertahan sampai berapa lama. Karena memang aku sudah tidak punya dana lagi. Jika wedding organizer tidak berjalan, artinya kamu tidak akan kehilangan pekerjaan.” Nyonya Zoya berusaha untuk meyakinkan Myesha.Myesha bimbang. Jika dia kehilangan pekerjaan, artinya dia akan kehilangan sumber penghasilan. Sungguh ini adalah hal yang sulit. Tidak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pilihan yang sulit.“Dengar, saat kamu menikah, kamu bisa meminta bantuan pada Finn untuk membantu wedding organizer. Aku akan bagi saham menjadi dua jika kamu bersedia.” Nyonya Zoya menarik tangan Myesha. Berusaha untuk meyakinkan Myesha.Sungguh Myesha berada dalam dilema. Dia
Finn keluar dari kamarnya seusai mandi. Tangannya bergerak mengusap rambutnya yang basah. Dengan segera mengganti bajunya. Sejak kemarin, dia menunggu kabar dari Zelda, tetapi sayangnya, tidak kunjung datang kabar itu.Tepat saat sedang berada di depan kaca untuk memasak dasinya, suara pesan masuk terdengar. Finn segera meraih ponselnya di atas meja. Memastikan siapa gerangan orang yang menghubunginya. Alangkah terkejutnya ketika nama Zelda tertera di pesan masuk miliknya. Tak butuh waktu lama, dia segera membuka pesan tersebut. Finn berbinar ketika melihat pesan singkat dari Zelda. Akhirnya gadis itu memberikan alamatnya. Kali ini, dia tidak akan melepaskan gadis itu begitu saja. Dia merasa jika ini adalah kesempatannya. Tidak akan pernah terulang kembali dan tidak akan datang kembali.Finn segera membalas pesan singkat Zelda. Mengatakan jika dia akan datang ke rumah Zelda. Dia benar-benar tak sabar menunggu sore nanti untuk datang ke rumah Zelda.Finn segera keluar dari kamarnya set
“Myesha.”Suara lirih terdengar di balik pintu. Myesha yang melihat akan hal itu segera membuka pintu. Memastikan siapa gerangan yang memanggil. Walaupun dia tahu siapa yang memanggilnya. Saat pintu dibuka, dia melihat Nyonya Zoya di balik pintu.“Finn sudah datang. Ayo cepat kita kamu keluar.”Mendengar akan hal itu membuat Myesha semakin berdebar-debar. Dia benar-benar takut.“Dengar, jangan gugup. Bersikaplah biasa saja. Anggaplah kamu sebagai Zelda. Lakukan semua dengan baik.” Nyonya Zoya memberitahukan semuanya pada Myesha.“Baik, Nyonya.” Myesha pun mengerti yang dijelaskan oleh Nyonya Zoya.Myesha dan Nyonya Zoya keluar ke ruang keluarga. Dari kejauhan tampak Finn dan keluarganya berada di sana.Finn yang melihat Myesha memakai gaun langsung terpesona. Dia memang tidak salah memilih wanita. Myesha begitu cantik sekali.Mama Risha yang melihat Myesha pun langsung terpesona juga. Tidak menyangka jika ternyata gadis yang dipilih Finn begitu cantik. Pantas saja anaknya tidak mau me
Nyonya Zoya sudah menyiapkan semua dengan matang. Saat ada uang, semua bekerja sesuai keinginan. Nyonya Zoya menyuap semua petugas untuk memuluskan jalannya. Beruntung, pengawasan pemerintah belum ketat jadi dia memanfaatkan celah itu. Masih banyak sekali orang-orang yang memiliki kartu penduduk ganda. Kartu keluarga ganda. Pemerintah memang seolah tutup mata.Nyonya Zoya memanfaatkan keadaan ini. Hingga akhirnya, Myesha mendapatkan identitas atas nama anaknya. Dia benar-benar tidak peduli sama sekali. Yang terpenting, dia bisa aman setelah ini.Mungkin, andai ada anaknya. Tidak mungkin dirinya bersusah payah. Tinggal menyuruh sang anak saja.“Ini kartu tanda pendudukmu yang baru.” Nyonya Zoya yang baru sampai rumah langsung memberikan kartu penduduk pada Myesha. Dia tidak mau sampai ada kesalahan sedikit pun. Jadi dia harus memastikan jika data diri yang dibawa Myesha aman.“Iya, Nyonya.” Myesha mengambil kartu tanda penduduk yang ada di ata meja. Dia melihat foto dirinya yang memaka
“Apa ini tidak terlalu mahal?” Myesha berbisik pada Finn. Dia merasa tidak enak jika diberikan barang yang begitu mahal.“Untuk wanita sepertimu aku belikan lebih mahal saja tidak masalah.” Finn menjawab sambil tersenyum.Melihat Finn yang begitu baiknya, membuat Myesha merasa bersalah sekali karena sudah membohonginya. Dia berjanji, ini tidak akan berlangsung lama. Dia tidak mau terjebak lebih dalam dengan Finn.Finn memasangkan cincin pada jari Myesha. Cincin tampak begitu indah sekali. Hal itu membuat Finn tersenyum.“Sepertinya sedikit kebesaran untukmu. Kita pesan yang lebih kecil saja.”Myesha merasa memang cincin terlalu besar. Jadi jika dipakai, pasti akan jatuh. Bisa-bisa dia akan kehilangan uang Finn sebanyak seratus lima puluh juta. Jadi dia membiarkan Finn untuk memesankan cincin sesuai dengan ukurannya.Finn melepaskan cincin dari tangan Myesha, kemudian memberikan pada pegawai toko. “Tolong ukur jari kami.” Dia meminta pada pegawai toko.Pegawai toko segera mengukur jari
Myesha sampai di tempat pernikahan. Keluarga dan beberapa teman di sana tampak hadir di pesta pernikahan. Dari tamu yang dilihat Myesha, banyak yang dia tidak kenal. Beberapa orang yang dikenalnya adalah pegawai wedding organizer. Jelas Nyonya Zoya sengaja menggunakan mereka semua untuk menjadi tamu dari pihak keluarga. Nyonya Zoya tidak benar-benar mengundang keluarganya.Dari kejauhan Myesha melihat Finn yang gagah dengan setelah jasnya. Pria itu begitu tampan dan bersinar menyambut kedatangannya. Apalagi senyum menghiasi wajahnya. Melihat senyum Finn, hati Myesha bergetar.Myesha terus mengayunkan langkahnya menghampiri Finn yang sudah menunggunya. Nyonya Zoya mendampinginya menuju tempat akad pernikahan.Finn tersenyum ketika melihat gadis yang akan dinikahinya. Kemarin, dia sudah melihat Myesha memakai gaun yang dipilih, tetapi ketika melihat Myesha dengan riasan di wajahnya membuatnya merasa terpesona. Myesha benar-benar cantik sekali.Langkah Myesha sampai di dekat Finn. Tanpa
Myesha mengembuskan napasnya yang terasa berat. Usia kandungannya sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari kelahiran saja. Bu Mirna setiap hari ke rumah Myesha. Kebetulan, rumah memang berbeda beberapa blok saja. Jadi masih bisa dijangkau oleh Bu Mirna. Tak hanya Bu Mirna, Mama Risha juga bolak-balik ke rumah Finn. Melihat keadaan menantunya.“Finn sebaiknya kamu tidak bekerja dulu. Ini sudah mendekati tanggal perkiraan hari kelahiran.” Mama Risha memberikan peringatan pada sang anak.“Iya, Ma. Aku memang tidak bekerja.” Sejak hari ini, Finn memutuskan untuk mengerjakan pekerjaanya di rumah saja. Mengingat sang istri akan melahirkan.“Bagus. Jadi kamu bisa menunggu istrimu. Takut-takut jika dia tiba-tiba melahirkan.” Mama Risha merasa was-was. Takut jika menantunya melahirkan. Tidak ada suaminya.Finn yang baru saja mengobrol dengan ibunya menyusul sang istri yang berada di kamar. Sang istri sedang merapikan baju-baju untuk dibawa jika tiba-tiba ke rumah sakit.“Sayang.” Finn meman
Finn dan Myesha langsung segera bergegas untuk ke rumah sakit. Mereka ingin menengok anak Stela dan Sean. Setelah mencari nomor kamar, akhirnya mereka masuk ke kamar tersebut. Tampak Stela yang sedang menggendong anaknya di sana. Sang suami-Sean berada di sebelahnya.“Myesha, Finn.” Stela sudah mendengar cerita tentang Finn dan Myesha. Jadi kini dia sudah tahu nama asli Myesha.Myesha menghampiri Stela dan memberikan ucapan selamat. Dia yang melihat sang anak yang cantik sekali. Tampak menggemaskan sekali.“Selamat, Se.” Finn mengulurkan tangan pada Sean.“Terima kasih.” Sean tersenyum sambil menerima uluran tangan dari Finn.“Lihatlah lucu sekali. Boleh aku menggendongnya?” Myesha begitu bersemangat sekali.“Tentu saja.” Stela mengizinkan Myesha untuk menggendongnya.Myesha memindah bayi yang berjenis kelamin perempuan itu ke tangannya. Dia begitu gemas melihat wajah cantik anak Stela.“Siapa namanya?” Myesha menatap Stela. Penasaran sekali.“Auretta Alexandria.” Stela memberitahu na
Usia kandungan Myesha sudah mencapai enam bulan. Semakin kandungan Myesha besar, semakin rasa mual itu hilang. Kini Myesha sudah makan dengan lahap sekali. Apalagi jika mama mertuanya membawa makanan untuknya. Dia akan langsung memakannya.Hari ini rencananya mereka akan memeriksakan kandungannya ke dokter. Mereka selalu mengambil waktu di hari sabtu di mana Finn libur.“Apa hari ini kita bisa lihat jenis kelamin anak kita?” Finn menatap sang istri.“Entah, tidak.” Myesha tersenyum. Dia memang mau ini menjadi kejutan. Namun, mama mertuanya begitu penasaran sekali karena ingin melihat cucunya.“Kenapa kamu tidak mau tahu?” Finn menatap sang istri yang sedang berada di depan kaca. Sang istri sedang sibuk merapikan dress panjang yang dipakainya.Sejak hamil Myesha ebih banyak memakai dress panjang atau dress dibawah lutut. Itu untuk memudahkan dirinya bergerak dan agar perutnya lebih nyaman.“Aku mau ini jadi kejutan.” Myesha merasa akan sangat spesial jika tahu saat anaknya lahir.“Tapi
“Apa rasanya sudah enak?” Mama Risha bertanya pada Bu Mirna.Bu Mirna yang sedang mencicipi masakan merasakan rasa masakan tersebut. Hari ini Bu Mirna dan Mama Risha memasak bersama. Setelah kemarin saling mengobrol tentang masakan, mereka sepakat memasak bersama.“Rasanya sudah enak.” Bu Mirna tersenyum memberikan pendapatnya pada Mama Risha.“Wah … kalau sudah begini, aku bisa membuatnya jika ada arisan.” Mama Risha begitu senang.Hari ini mereka sedang masak rawon. Mama Risha memang tidak bisa membuat masakan itu, alhasil dia meminta Bu Mirna untuk mengajari. Tentu saja Bu Mirna dengan senang hati membantu Mama Risha.Myesha yang sedang duduk menonton televisi mendengar percakapan mama mertuanya dan ibunya. Myesha ikut senang dengan kedekatan dua wanita itu.“Ibu sepertinya bisa buka kelas masak, atau buka jasa catering.” Myeshi mengomentari ibunya yang sedang mengajari Mama Risha memasak.Myesha menoleh pada adiknya. Dia membenarkan ucapan sang adik. Ibunya memang jago memasak. Se
Myesha begitu senang ketika ibunya ada di rumah. Dia bisa meminta sang ibu memasakkan makanan kesukaannya. Ketika hamil seperti ini, tentu saja membuatnya ingin makan masakan sang ibu.“Apa keluarga Finn menerima kamu yang sudah berbohong?” Bu Mirna yang sedang asyik memasak bertanya pada sang anak.“Mereka menerima, Bu. Myesha juga tidak menyangka mereka akan menerima Myesha.” Myesha begitu senang sekali ketika mama mertuanya menerimanya.“Ibu ikut senang. Ibu juga mau meminta maaf juga pada mereka jika nanti bertemu.” Bu Mirna begitu senang mendengar akan hal itu. Namun, sebagai orang tua, tentu saja dia ingin meminta maaf pada orang tua Finn agar.“Nanti jika bertemu dengan mama dan papa, Ibu bisa sampaikan.” Myesha selalu bangga pada ibunya. Dia memang belajar banyak dari sang ibu tentang arti meminta maaf dan juga memaafkan.Mereka berdua memasak bersama. Memang waktu seperti ini selalu dimanfaatkan untuk bersama-sama.***Myesha mengambilkan baju untuk sang suami. Finn sedang ma
“Halo, Bu. Apa kabar?” Myesha menghubungi sang ibu. Sudah lama Myesha tidak menelepon ibunya.“Baik, Sha. Kamu sendiri bagaimana? Bagaimana keadaan kehamilanmu?” Bu Mirna di seberang sana bertanya.“Kehamilan Myesha baik, Bu. Mual sudah mulai berkurang perlahan.” Kandungan Myesha sudah mencapai empat bulan. Jadi perlahan mual yang dirasakan mulai berkurang.“Syukurlah. Ibu ikut senang dengarnya?” Bu Mirna di seberang sana merasa senang ketika anaknya baik-baik saja. Bagi orang tua, mendengar anaknya sehat sudah lebih dari cukup.“Apa Myeshi sudah selesai ujiannya?” Adik Myesha sedang ujian akhir sekolah. Jadi tentu saja membuatnya memikirkan adiknya itu.“Dia sudah ujian. Semua sudah selesai tinggal menunggu saja.” Bu Mirna menjelaskan.“Apa berarti dia libur?” Myesha begitu penasaran sekali. Karena setahunya ada jeda waktu sambil menunggu hasil akhir kelulusan.“Iya, Mbak aku libur. Apa Mbak Myesha mau mengajakku ke sana?” Suara Myeshi terdengar dari sambungan telepon.“Aku akan bica
Pagi-pagi sekali Mama Risha sudah datang. Myesha dan Finn yang masih tidur pun sampai buru-buru bangun karena kedatangan mamanya itu. Hari ini Finn masih libur. Setelah sabtu kemarin dia ke dokter kandungan. Hari minggu ini, dia berencana bermalas-malasan di rumah. Namun, semua sirna ketika kedatangan sang mama.“Mama mau apa datang pagi-pagi ke sini sudah mengalahkan ayam jago hendak berkokok. Apa Mama sedang mau gantikan ayam jago membangunkan orang-orang?” Finn menyindir sang mama yang datang pagi-pagi sekali.Myesha yang mendengar hal itu langsung menyenggol sang suami. Mengingatkan sang suami yang menegur sang mama mertua.“Sembarangan. Mama itu mau ajak Myesha olahraga sambil ke pasar.” Mana Risha menjelaskan apa alasannya ke sini.“Pasar?” Finn terkejut ketika mamanya ingin mengajak istrinya ke pasar. “Ma, aku susah payah kerja, kenapa istriku diajak ke pasar. Istriku harus ke supermarket, bukan ke mal.” Finn merasa mamanya benar-benar tidak masuk akal karena mengajak istrinya
Pemeriksaan akhirnya berakhir. Myesha, Finn, Mama Risha, dan Papa Adrian keluar dari ruangan pemeriksaan. Mereka menuju ke apotek yang berada di rumah sakit. Mama Risha dan Papa Adrian duduk agak sedikit jauh dari Myesha dan Finn. Banyaknya orang yang juga mengantre obat membuat mereka tidak bisa duduk bersama.“Kamu lihat wajah mama dan papa tadi? Mereka tampak senang ketika melihat baby muffin di layar USG.” Finn berbinar mengingat papa dan mamanya tadi.“Iya, aku lihat. Mereka benar-benar tampak begitu senang sekali. Aku berharap mereka memaafkan aku.” Myesha berharap hal itu. Karena sampai detik ini dia masih belum dapat maaf.“Tenanglah, ini adalah jalan untuk kita. Apalagi, kita tidak berhenti berusaha. Jadi yakinlah jika mama dan papa akan menerima kamu dan anak kita.” Finn tersenyum.“Iya.” Myesha mengangguk. Dia berharap hal yang sama yang diharapkan oleh sang suaminya.Di ujung kursi ruang tunggu berjarak beberapa kursi, Mama Risha dan Papa Adrian duduk, sambil mengobrol.“
Mama Risha mengintip di balik gorden ketika ada mobil yang melintas. Seolah dia sedang menunggu seseorang.Papa Adrian yang sedang menikmati tehnya sambil membaca koran di teras pun menoleh ketika sang istri mengintip di jendela yang berada tepat di depannya.“Sini.” Papa Adrian memberikan isyarat pada sang istri.Mama Risha segera keluar. Ikut duduk di teras bersama sang suami. “Kenapa?”“Kenapa mengintip?” Papa Adrian begitu penasaran sekali karena tumben sekali istrinya melakukan itu. “Apa kamu sedang menunggu seseorang?” Papa Adrian tersenyum.“Tidak.” Mama Risha menggelak.Papa Adrian menerawang ke dalam bola mata Mama Risha. Namun, dia jelas melihat kebohongan di dalam matanya.“Kamu menunggu Finn dan Myesha?” Papa Adrian menebak.Setiap hari libur Finn dan Myesha selalu datang. Walaupun Mama Risha dan Papa Adrian mengabaikan, tetapi mereka tetap datang. Sudah hampir dua bulan Mama Risha dan Papa Adrian tidak menegur Finn dan Myesha. Dibanding Mama Risha, Papa Adrian lebih mau