“Sha, tolong kamu datang ke restoran star besok. Temui pria bernama Finn Kalandra. Bilang padanya jika aku tidak bisa datang dan tidak akan menemuinya.”
Myesha yang mendapatkan perintah dari anak dari pemilik wedding organizer tempatnya bekerja hanya bisa mengangguk. Gadis bernama Myesha Adia itu hanya bisa pasrah, mengingat dia tinggal di rumah pemilik wedding organizer tempatnya bekerja. Jadi tentu saja dia harus melakukan perintah yang diberikan padanya.“Baik, Nona.” Myesha mengangguk. Tangannya masih bergerak mengelap meja yang tak jauh dari meja makan.“Nanti malam kamu akan ada acara wedding ‘kan?” Zelda menatap Myesha yang sedang sibuk mengelap meja. Dia tahu jika selain bekerja di rumah, Myesha juga bekerja di tempat sang mama.“Iya, nanti malam saya akan ke wedding.” Myesha menjawab sambil terus mengelap meja.Selama ini memang selain bekerja di bagian wedding organizer, dia bekerja di rumah pemilik wedding organizer tersebut sebagai asisten rumah tangga. Hal itu dilakukan agar dapat menghemat uang gajinya. Hitung-hitung untuk membayar uang sewa kamar yang selama ini dia tempati.“Tapi, ingat jangan bilang mama. Aku tidak mau sampai mama tahu.” Zelda memberikan peringatan pada Myesha. Kemarin sang mama memberitahu jika dia harus kencan buta dengan pria bernama Finn Kalandra. Seorang pemilik perusahaan konstruksi. Sang mama mengatakan jika pria itu sangat tampan dan sangat sukses. Namun, tetap saja tidak membuat Zelda tergoda. Zelda sudah memiliki kekasih. Jadi setampan apa pria itu, tidak akan menggoyahkan keinginannya. Padahal Zelda pulang hanya untuk berlibur, tetapi sang mama justru memintanya untuk berkencan. Sungguh hal yang sangat menyebalkan sekali.“Baik, Nona.” Myesha mengangguk pasti. Mana berani dia melawan perintah. Dia masih ingin tinggal di rumah ini dan bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi uang.“Ini alamat restoran. Datang jam sepuluh.” Zelda memberikan secarik kertas pada Myesha.Myesha segera mengambil kertas yang diberikan oleh Zelda. Dia membaca alamat yang diberikan Zelda. Restoran berada di daerah barat. Artinya dia harus naik angkutan cukup jauh jika dari selatan. Myesha merasa jika begitu berat sekali nasib mereka orang rendahan. Hanya bisa disuruh-suruh saja.“Pria macam apa yang membuat janji pagi-pagi dengan wanita.” Sambil berjalan meraih tasnya yang berada di sofa samping Zelda bergumam.Zelda langsung mengambil dompet di dalam tasnya. Dia mengambil satu lembar uang berwarna merah. Dengan segera dia memberikan uang tersebut pada Myesha. “Ini, gunakan untuk besok kamu pergi.”Myesha menerima uang yang diberikan oleh Zelda. Kemudian melanjutkan mengelap meja.Zelda berlalu pergi. Myesha yang melihat Zelda pergi hanya bisa melirik saja. Dia melihat Zelda yang begitu anggun sekali. Entakkan sepatu hak tinggi miliknya terdengar begitu nyaring sekali. Gerakan jalan Zelda yang anggun pun juga membuat Myesha begitu iri. Bagaimana tidak iri.Myesha hanyalah setitik cahaya yang berada di tengah gemerlapannya ibu kota. Sungguh dia tak akan tampak sama sekali. Mana ada pria yang akan melirik padanya.Myesha hanya bisa mengembuskan napasnya. Berusaha untuk tetap bersabar. Dia harus banyak-banyak bersyukur karena masih diberikan hidup oleh Tuhan sampai detik ini. Masih syukur dia bisa makan dan menikmati setiap harinya.***Myesha sampai di pesta yang diadakan di hotel bintang lima. Dia yang bekerja di wedding organizer di sebuah pesta pernikahan. Membantu memperlancar jalanannya sebuah acara pernikahan. Myesha mendapatkan bagian membantu pihak keluarga pengantin untuk menuju ke tempat acara. Memastikan semua keluarga dan pengantin hadir di tempat acara tepat waktu.Saat menunggu pengganti yang tegah bersiap, Myesha melihat pengantin wanita yang begitu cantik. Hal itu tentu saja membuatnya mengagumi. Sudah sering dia melihat pengantin. Namun, kali ini pengantin memang lebih cantik dibanding yang lain.Suara HT yang dipegang Myesha terdengar memberikan perintah untuk pengantin segera bersiap ke ballroom hotel. Myesha dengan segera menuju ke kamar di mana pengantin tengah bersiap. Namun, tepat di depan kamar, pengantin pria menghentikannya. Meminta agar dia yang memberitahu pengantin wanita. Myesha pun mempersilakan pengantin pria.Myesha memilih mengatur keluarga untuk bersiap ke ballroom hotel, karena acara akan segera dimulai.Acara pesta dimulai. Myesha terus berkoordinasi dengan team untuk membuat jalannya pernikahan lancar. Tak mau ada kesalahan sama sekali di dalam pernikahan tersebut.Satu per satu acara berjalan dengan lancar. Pengantin tampak begitu bahagia sekali.Ketika pelemparan bunga, tampak pengantin tidak melemparkannya. Namun, langsung memberikan pada seorang pria. Hal itu membuat Myesha begitu tertarik. Jarang-jarang bunga diberikan secara langsung.Bunga yang didapatkan dari pengantin, konon katanya membuat orang yang mendapatkannya akan segera menikah. Jika boleh meminta, Myesha pun juga ingin sekali mendapatkan bunga itu. Berharap bisa segera menikah dan bisa melepas kesengsaraan yang dihadapinya.Myesha melanjutkan kembali pekerjaannya. Memastikan acara berjalan sesuai urutan acara yang ada.Saat sedang melakukan pekerjaannya, Myesha melihat pria yang mendapatkan bunga dari pengantin wanita. Entah keberanian apa yang membuat Myesha mendekat. Dia ingin sekali memiliki bunga itu. Siapa tahu dia bisa segera menikah.“Apa boleh bunga itu untukku?” tanya Myesha dengan polos.Pria itu menatap Myesha, dan kemudian menatap bunga yang dibawanya. Karena merasa tidak membutuhkan bunga itu, dia pun memberikannya. “Ini untukmu.” Dia memberikan pada Myesha.“Terima kasih.” Myesha tersenyum seraya menerima bunga itu. Dia segera membawa bunga itu pergi. Myesha menyimpan bunga di sudut ruangan. Nanti dia akan membawanya ketika pulang.***Acara pesta baru saja usai. Para tamu undangan mulai pergi satu per satu meninggalkan ballroom hotel. Di saat orang-orang meninggalkan ballroom hotel, para pekerja mulai merapikan dekorasi yang ada. Semua mulai melakukan pekerjaannya masing-masing.Myesha memastikan tamu undangan untuk pulang. Sehingga bisa meminta staf lain membersihkan ballroom hotel. Agar tidak ada barang-barang yang tersisa di ballroom hotel.Peluh sudah menetes di dahi Myesha. Pekerjaan ini cukup melelahkan untuknya. Namun, dia melakukannya dengan segenap hati. Tinggal di ibu kota bukan perkara mudah. Jadi tentu saja dia harus bekerja keras.Sebagai lulusan sekolah atas kejuruan, pekerjaan ini yang bisa dilakukan. Dulu Myesha mengambil jurusan perhotelan. Dia tak mau membebani orang tuanya. Karena setelah lulus, dia bisa langsung bekerja. Alih-alih bekerja di hotel, dia bekerja di wedding organizer. Wanita dua puluh dua tahun itu sudah menekuni pekerjaannya itu selama tiga tahun. Bersyukur bagi Myesha. Karena dari awalnya hanya membantu saja, kini dia bisa dapat kesempatan untuk menghandle jalannya acara. Jadi paling tidak, ini jauh lebih baik dibanding tiga tahun yang lalu.Pekerjaan berat kali ini dilakukannya hingga jam dua belas malam. Saat memastikan semua aman, barulah dia bisa pulang.Sebelum pulang, Myesha mengingat jika tadi dia menyimpan bunga di sudut ruangan. Jadi dengan segera dia kembali masuk untuk mengambil bunga tersebut. Beruntung sekali, bunga masih ada. Jadi dia bisa membawanya pulang.Di jam seperti ini, sudah tidak ada lagi angkutan untuk mencapai rumah, hingga jalan satu-satunya adalah menumpang di mobil catering. Kebetulan mobil menuju tempat yang sama. Jadi tentu saja Myesha bisa menumpang.Myesha masuk ke mobil catering. Duduk di sebelah sopir yang memang sudah dikenalnya sudah lama. Dia menikmati perjalanan malam yang begitu sunyi. Maklum. Sudah hampir dini hari, jadi orang-orang pastinya sudah terlelap di rumah.Mobil sampai di rumah. Myesha segera turun dari mobil dan berpamitan dengan sopir yang mengantarkannya. Dia masuk ke kamarnya melewati pintu belakang. Jalanan menuju ke kamarnya tampak sepi. Maklum, itu karena orang-orang sudah tidur.Kamar Myesha berada bersebelahan dengan kamar pembantu. Di rumah yang ditempatinya memang hanya ada dua kamar pembantu. Salah satunya dipakai olehnya.Myesha sampai di kamar. Tubuhnya begitu lelah sekali. Bekerja seharian membuatnya kehilangan hanya energi. Segera dia meletakkan tas dan bunga yang dibawanya. Tempat yang harus ditujunya segera adalah kamar mandi. Dia harus segera membersihkan tubuhnya.Seusai membersihkan diri, Myesha segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Myesha melihat langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang memikirkan rutinitasnya setiap hari.Saat memikirkan itu, tiba-tiba Myesha teringat dengan bunga yang dibawanya tadi. Dengan segera dia bangun. Mengambil bunga tersebut. Kebetulan di kamarnya ada vas bunga, jadi dia pun segera memindahkan bunga itu ke vas bunga tersebut. Myesha tersenyum ketika melihat bunga yang tersusun rapi.“Aku harus segera tidur. Besok aku harus bertemu pria yang diminta Nona Zelda.” Myesha segera merebahkan tubuhnya lagi. Besok dia harus bangun pagi untuk bertemu dengan pria yang diminta Zelda. Jadi dia harus segera tidur.Myesha segera bangun dari tidurnya. Sekalipun Myesha baru tidur dini hari, tetapi pagi-pagi dia harus tetap bangun. Dia tidak enak dengan pemilik rumah karena seenaknya saja bangun siang. Begitulah nasib Myesha. Melakukan dua pekerjaan sekaligus memang memiliki tanggung jawab yang begitu besar.Bukan tanpa alasan dia melakukan dua pekerjaan sekaligus. Dia harus mendapatkan uang yang cukup. Uang yang didapatkan Myesha dikirimkan untuk sang ibu di kampungnya. Uang tersebut dipakai menghidupi adiknya yang masih sekolah.Setelah bangun, Myesha segera membersihkan rumah. Melakukan rutinitasnya seperti biasanya. Mulai dari menyapu, mengepel, dan mengelap meja-meja. Di rumah Zelda memang ada dua asisten rumah tangga yang ada. Salah satunya adalah dirinya.Sekitar jam delapan akhirnya Myesha selesai juga. Saat pekerjaannya sudah selesai, akhirnya dia memilih untuk segera bersiap. Tak mau sampai datang dan membuat orang yang akan bertemu Zelda menunggu.Myesha yang usai mandi, mengambil pakaia
Myesha yang sampai di rumah, segera mengerjakan pekerjaan rumah. Saat hendak pergi ke kamar Nyonya besar, dia melihat Zelda yang sedang menikmati menonton televisi. Hal itu seketika membuat Myesha sedikit takut. Apalagi yang membuatnya takut jika bukan karena dia tidak menyampaikan pesan Zelda itu pada Finn.Myesha pun memilih menghindar dari Zelda. Berjalan pelan-pelan ke kamar yang berada di lantai atas.“Sha, kamu sudah pulang?” Zelda yang melihat Myesha segera bertanya.Nasib buruk memang sedang menghampiri Myesha. Zelda mengetahui dirinya yang hendak ke lantai atas. Karena itu, dia segera menghampiri Zelda.“Sudah, Non.” Myesha mengangguk pasti.“Kamu sudah bilang jika aku tidak datang? Lalu tanggapannya bagaimana?” Zelda begitu penasaran sekali dengan yang terjadi di pertemuan antara Myesha dan Finn.Myesha memilih kalimat yang tepat untuknya diberikan pada Zelda. Alasan yang membuat Zelda tidak curiga jika dirinya tidak melakukan seperti yang diperintahkan. “Sudah, Non. Saya su
Satu tahun berlalu dengan cepat. Almeta wedding akhirnya berjuang di tengah kebangkrutan yang menimpa pemilikinya. Myesha masih beruntung, dari ratusan orang, dia masih bisa bekerja. Walaupun tugasnya kini menjadi berlipat ganda.Satu asisten rumah tangga sudah dipecat. Nyonya Zoya sengaja menyisakan Myesha karena dia bisa bekerja di rumah dan wedding organizer. Jadi Nyonya Zoya bisa berhemat.Jika ditanya lelah, Myesha tentu saja lelah sekali. Karena dua pekerjaan cukup berat baginya. Dia membantu Nyonya Zoya di rumah mau pun di wedding organizer milik Nyonya Zoya, dan itu menguras tenaga.Hanya ini yang bisa dilakukan Myesha. Jika dia nekad keluar, dia tidak yakin jika dia akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Karena itu dia memilih bertahan.Setahun ini Zelda pergi dari rumah dan tidak pernah kembali. Sejak mamanya kesulitan, wanita itu justru pergi meninggalkan sang mama.“Sha, nanti kita akan pergi ke swalayan. Jadi bersiaplah.” Nyonya Zoya memberitahu Myesha.Myesha meng
Suara telepon berdering. Nyonya melihat ponselnya berdering dan melihat jika yang masuk ke ponselnya hanya nomor saja. Dia yakin sekali jika itu adalah nomor Finn.“Myesha.” Nyonya Zoya memanggil Myesha.Myesha yang sedang merapikan belanjaan langsung menghampiri Nyonya Myesha. Nyonya Zoya langsung menyodorkan ponsel milikinya ketika dirinya datang. Hal itu membuat Myesha bingung.“Pria itu menghubungi. Angkat dan nyalakan loudspeaker.” Nyonya Zoya memberikan perintah pada Myesha.Myesha mengangkat sambungan telepon tersebut sesuai dengan perintah. Dia berharap Finn tidak akan mengatakan apa-apa yang membuat Nyonya Zoya marah.“Halo.” Myesha menyapa seseorang di seberang sana.“Halo, Zelda.” Finn terdengar menyapa di seberang sana. Nama itu yang dia sebut karena memang nama itulah yang dikenalnya.Myesha menatap ke arah Nyonya Zoya. Nyonya Zoya menganggukkan kepalanya. Meminta Myesha untuk mengikuti drama nama Zelda itu.“Iya, Finn.” Myesha menjawab ucapan Finn.“Aku senang bisa mende
“Apa yang Nyonya Zoya katakan? Ini tidak mungkin. Terlebih lagi ini melanggar hukum.” Myesha berusaha untuk menjelaskan pada majikannya itu. Tidak mau sampai hal buruk terjadi di belakang. Ini pasti akan jadi masalah.“Dengar, Sha. Kamu tahu wedding organizer sedang tidak baik-baik saja. Setahun ini aku sudah berjuang. Aku tidak tahu bisa bertahan sampai berapa lama. Karena memang aku sudah tidak punya dana lagi. Jika wedding organizer tidak berjalan, artinya kamu tidak akan kehilangan pekerjaan.” Nyonya Zoya berusaha untuk meyakinkan Myesha.Myesha bimbang. Jika dia kehilangan pekerjaan, artinya dia akan kehilangan sumber penghasilan. Sungguh ini adalah hal yang sulit. Tidak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pilihan yang sulit.“Dengar, saat kamu menikah, kamu bisa meminta bantuan pada Finn untuk membantu wedding organizer. Aku akan bagi saham menjadi dua jika kamu bersedia.” Nyonya Zoya menarik tangan Myesha. Berusaha untuk meyakinkan Myesha.Sungguh Myesha berada dalam dilema. Dia
Finn keluar dari kamarnya seusai mandi. Tangannya bergerak mengusap rambutnya yang basah. Dengan segera mengganti bajunya. Sejak kemarin, dia menunggu kabar dari Zelda, tetapi sayangnya, tidak kunjung datang kabar itu.Tepat saat sedang berada di depan kaca untuk memasak dasinya, suara pesan masuk terdengar. Finn segera meraih ponselnya di atas meja. Memastikan siapa gerangan orang yang menghubunginya. Alangkah terkejutnya ketika nama Zelda tertera di pesan masuk miliknya. Tak butuh waktu lama, dia segera membuka pesan tersebut. Finn berbinar ketika melihat pesan singkat dari Zelda. Akhirnya gadis itu memberikan alamatnya. Kali ini, dia tidak akan melepaskan gadis itu begitu saja. Dia merasa jika ini adalah kesempatannya. Tidak akan pernah terulang kembali dan tidak akan datang kembali.Finn segera membalas pesan singkat Zelda. Mengatakan jika dia akan datang ke rumah Zelda. Dia benar-benar tak sabar menunggu sore nanti untuk datang ke rumah Zelda.Finn segera keluar dari kamarnya set
“Myesha.”Suara lirih terdengar di balik pintu. Myesha yang melihat akan hal itu segera membuka pintu. Memastikan siapa gerangan yang memanggil. Walaupun dia tahu siapa yang memanggilnya. Saat pintu dibuka, dia melihat Nyonya Zoya di balik pintu.“Finn sudah datang. Ayo cepat kita kamu keluar.”Mendengar akan hal itu membuat Myesha semakin berdebar-debar. Dia benar-benar takut.“Dengar, jangan gugup. Bersikaplah biasa saja. Anggaplah kamu sebagai Zelda. Lakukan semua dengan baik.” Nyonya Zoya memberitahukan semuanya pada Myesha.“Baik, Nyonya.” Myesha pun mengerti yang dijelaskan oleh Nyonya Zoya.Myesha dan Nyonya Zoya keluar ke ruang keluarga. Dari kejauhan tampak Finn dan keluarganya berada di sana.Finn yang melihat Myesha memakai gaun langsung terpesona. Dia memang tidak salah memilih wanita. Myesha begitu cantik sekali.Mama Risha yang melihat Myesha pun langsung terpesona juga. Tidak menyangka jika ternyata gadis yang dipilih Finn begitu cantik. Pantas saja anaknya tidak mau me
Nyonya Zoya sudah menyiapkan semua dengan matang. Saat ada uang, semua bekerja sesuai keinginan. Nyonya Zoya menyuap semua petugas untuk memuluskan jalannya. Beruntung, pengawasan pemerintah belum ketat jadi dia memanfaatkan celah itu. Masih banyak sekali orang-orang yang memiliki kartu penduduk ganda. Kartu keluarga ganda. Pemerintah memang seolah tutup mata.Nyonya Zoya memanfaatkan keadaan ini. Hingga akhirnya, Myesha mendapatkan identitas atas nama anaknya. Dia benar-benar tidak peduli sama sekali. Yang terpenting, dia bisa aman setelah ini.Mungkin, andai ada anaknya. Tidak mungkin dirinya bersusah payah. Tinggal menyuruh sang anak saja.“Ini kartu tanda pendudukmu yang baru.” Nyonya Zoya yang baru sampai rumah langsung memberikan kartu penduduk pada Myesha. Dia tidak mau sampai ada kesalahan sedikit pun. Jadi dia harus memastikan jika data diri yang dibawa Myesha aman.“Iya, Nyonya.” Myesha mengambil kartu tanda penduduk yang ada di ata meja. Dia melihat foto dirinya yang memaka
Myesha mengembuskan napasnya yang terasa berat. Usia kandungannya sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari kelahiran saja. Bu Mirna setiap hari ke rumah Myesha. Kebetulan, rumah memang berbeda beberapa blok saja. Jadi masih bisa dijangkau oleh Bu Mirna. Tak hanya Bu Mirna, Mama Risha juga bolak-balik ke rumah Finn. Melihat keadaan menantunya.“Finn sebaiknya kamu tidak bekerja dulu. Ini sudah mendekati tanggal perkiraan hari kelahiran.” Mama Risha memberikan peringatan pada sang anak.“Iya, Ma. Aku memang tidak bekerja.” Sejak hari ini, Finn memutuskan untuk mengerjakan pekerjaanya di rumah saja. Mengingat sang istri akan melahirkan.“Bagus. Jadi kamu bisa menunggu istrimu. Takut-takut jika dia tiba-tiba melahirkan.” Mama Risha merasa was-was. Takut jika menantunya melahirkan. Tidak ada suaminya.Finn yang baru saja mengobrol dengan ibunya menyusul sang istri yang berada di kamar. Sang istri sedang merapikan baju-baju untuk dibawa jika tiba-tiba ke rumah sakit.“Sayang.” Finn meman
Finn dan Myesha langsung segera bergegas untuk ke rumah sakit. Mereka ingin menengok anak Stela dan Sean. Setelah mencari nomor kamar, akhirnya mereka masuk ke kamar tersebut. Tampak Stela yang sedang menggendong anaknya di sana. Sang suami-Sean berada di sebelahnya.“Myesha, Finn.” Stela sudah mendengar cerita tentang Finn dan Myesha. Jadi kini dia sudah tahu nama asli Myesha.Myesha menghampiri Stela dan memberikan ucapan selamat. Dia yang melihat sang anak yang cantik sekali. Tampak menggemaskan sekali.“Selamat, Se.” Finn mengulurkan tangan pada Sean.“Terima kasih.” Sean tersenyum sambil menerima uluran tangan dari Finn.“Lihatlah lucu sekali. Boleh aku menggendongnya?” Myesha begitu bersemangat sekali.“Tentu saja.” Stela mengizinkan Myesha untuk menggendongnya.Myesha memindah bayi yang berjenis kelamin perempuan itu ke tangannya. Dia begitu gemas melihat wajah cantik anak Stela.“Siapa namanya?” Myesha menatap Stela. Penasaran sekali.“Auretta Alexandria.” Stela memberitahu na
Usia kandungan Myesha sudah mencapai enam bulan. Semakin kandungan Myesha besar, semakin rasa mual itu hilang. Kini Myesha sudah makan dengan lahap sekali. Apalagi jika mama mertuanya membawa makanan untuknya. Dia akan langsung memakannya.Hari ini rencananya mereka akan memeriksakan kandungannya ke dokter. Mereka selalu mengambil waktu di hari sabtu di mana Finn libur.“Apa hari ini kita bisa lihat jenis kelamin anak kita?” Finn menatap sang istri.“Entah, tidak.” Myesha tersenyum. Dia memang mau ini menjadi kejutan. Namun, mama mertuanya begitu penasaran sekali karena ingin melihat cucunya.“Kenapa kamu tidak mau tahu?” Finn menatap sang istri yang sedang berada di depan kaca. Sang istri sedang sibuk merapikan dress panjang yang dipakainya.Sejak hamil Myesha ebih banyak memakai dress panjang atau dress dibawah lutut. Itu untuk memudahkan dirinya bergerak dan agar perutnya lebih nyaman.“Aku mau ini jadi kejutan.” Myesha merasa akan sangat spesial jika tahu saat anaknya lahir.“Tapi
“Apa rasanya sudah enak?” Mama Risha bertanya pada Bu Mirna.Bu Mirna yang sedang mencicipi masakan merasakan rasa masakan tersebut. Hari ini Bu Mirna dan Mama Risha memasak bersama. Setelah kemarin saling mengobrol tentang masakan, mereka sepakat memasak bersama.“Rasanya sudah enak.” Bu Mirna tersenyum memberikan pendapatnya pada Mama Risha.“Wah … kalau sudah begini, aku bisa membuatnya jika ada arisan.” Mama Risha begitu senang.Hari ini mereka sedang masak rawon. Mama Risha memang tidak bisa membuat masakan itu, alhasil dia meminta Bu Mirna untuk mengajari. Tentu saja Bu Mirna dengan senang hati membantu Mama Risha.Myesha yang sedang duduk menonton televisi mendengar percakapan mama mertuanya dan ibunya. Myesha ikut senang dengan kedekatan dua wanita itu.“Ibu sepertinya bisa buka kelas masak, atau buka jasa catering.” Myeshi mengomentari ibunya yang sedang mengajari Mama Risha memasak.Myesha menoleh pada adiknya. Dia membenarkan ucapan sang adik. Ibunya memang jago memasak. Se
Myesha begitu senang ketika ibunya ada di rumah. Dia bisa meminta sang ibu memasakkan makanan kesukaannya. Ketika hamil seperti ini, tentu saja membuatnya ingin makan masakan sang ibu.“Apa keluarga Finn menerima kamu yang sudah berbohong?” Bu Mirna yang sedang asyik memasak bertanya pada sang anak.“Mereka menerima, Bu. Myesha juga tidak menyangka mereka akan menerima Myesha.” Myesha begitu senang sekali ketika mama mertuanya menerimanya.“Ibu ikut senang. Ibu juga mau meminta maaf juga pada mereka jika nanti bertemu.” Bu Mirna begitu senang mendengar akan hal itu. Namun, sebagai orang tua, tentu saja dia ingin meminta maaf pada orang tua Finn agar.“Nanti jika bertemu dengan mama dan papa, Ibu bisa sampaikan.” Myesha selalu bangga pada ibunya. Dia memang belajar banyak dari sang ibu tentang arti meminta maaf dan juga memaafkan.Mereka berdua memasak bersama. Memang waktu seperti ini selalu dimanfaatkan untuk bersama-sama.***Myesha mengambilkan baju untuk sang suami. Finn sedang ma
“Halo, Bu. Apa kabar?” Myesha menghubungi sang ibu. Sudah lama Myesha tidak menelepon ibunya.“Baik, Sha. Kamu sendiri bagaimana? Bagaimana keadaan kehamilanmu?” Bu Mirna di seberang sana bertanya.“Kehamilan Myesha baik, Bu. Mual sudah mulai berkurang perlahan.” Kandungan Myesha sudah mencapai empat bulan. Jadi perlahan mual yang dirasakan mulai berkurang.“Syukurlah. Ibu ikut senang dengarnya?” Bu Mirna di seberang sana merasa senang ketika anaknya baik-baik saja. Bagi orang tua, mendengar anaknya sehat sudah lebih dari cukup.“Apa Myeshi sudah selesai ujiannya?” Adik Myesha sedang ujian akhir sekolah. Jadi tentu saja membuatnya memikirkan adiknya itu.“Dia sudah ujian. Semua sudah selesai tinggal menunggu saja.” Bu Mirna menjelaskan.“Apa berarti dia libur?” Myesha begitu penasaran sekali. Karena setahunya ada jeda waktu sambil menunggu hasil akhir kelulusan.“Iya, Mbak aku libur. Apa Mbak Myesha mau mengajakku ke sana?” Suara Myeshi terdengar dari sambungan telepon.“Aku akan bica
Pagi-pagi sekali Mama Risha sudah datang. Myesha dan Finn yang masih tidur pun sampai buru-buru bangun karena kedatangan mamanya itu. Hari ini Finn masih libur. Setelah sabtu kemarin dia ke dokter kandungan. Hari minggu ini, dia berencana bermalas-malasan di rumah. Namun, semua sirna ketika kedatangan sang mama.“Mama mau apa datang pagi-pagi ke sini sudah mengalahkan ayam jago hendak berkokok. Apa Mama sedang mau gantikan ayam jago membangunkan orang-orang?” Finn menyindir sang mama yang datang pagi-pagi sekali.Myesha yang mendengar hal itu langsung menyenggol sang suami. Mengingatkan sang suami yang menegur sang mama mertua.“Sembarangan. Mama itu mau ajak Myesha olahraga sambil ke pasar.” Mana Risha menjelaskan apa alasannya ke sini.“Pasar?” Finn terkejut ketika mamanya ingin mengajak istrinya ke pasar. “Ma, aku susah payah kerja, kenapa istriku diajak ke pasar. Istriku harus ke supermarket, bukan ke mal.” Finn merasa mamanya benar-benar tidak masuk akal karena mengajak istrinya
Pemeriksaan akhirnya berakhir. Myesha, Finn, Mama Risha, dan Papa Adrian keluar dari ruangan pemeriksaan. Mereka menuju ke apotek yang berada di rumah sakit. Mama Risha dan Papa Adrian duduk agak sedikit jauh dari Myesha dan Finn. Banyaknya orang yang juga mengantre obat membuat mereka tidak bisa duduk bersama.“Kamu lihat wajah mama dan papa tadi? Mereka tampak senang ketika melihat baby muffin di layar USG.” Finn berbinar mengingat papa dan mamanya tadi.“Iya, aku lihat. Mereka benar-benar tampak begitu senang sekali. Aku berharap mereka memaafkan aku.” Myesha berharap hal itu. Karena sampai detik ini dia masih belum dapat maaf.“Tenanglah, ini adalah jalan untuk kita. Apalagi, kita tidak berhenti berusaha. Jadi yakinlah jika mama dan papa akan menerima kamu dan anak kita.” Finn tersenyum.“Iya.” Myesha mengangguk. Dia berharap hal yang sama yang diharapkan oleh sang suaminya.Di ujung kursi ruang tunggu berjarak beberapa kursi, Mama Risha dan Papa Adrian duduk, sambil mengobrol.“
Mama Risha mengintip di balik gorden ketika ada mobil yang melintas. Seolah dia sedang menunggu seseorang.Papa Adrian yang sedang menikmati tehnya sambil membaca koran di teras pun menoleh ketika sang istri mengintip di jendela yang berada tepat di depannya.“Sini.” Papa Adrian memberikan isyarat pada sang istri.Mama Risha segera keluar. Ikut duduk di teras bersama sang suami. “Kenapa?”“Kenapa mengintip?” Papa Adrian begitu penasaran sekali karena tumben sekali istrinya melakukan itu. “Apa kamu sedang menunggu seseorang?” Papa Adrian tersenyum.“Tidak.” Mama Risha menggelak.Papa Adrian menerawang ke dalam bola mata Mama Risha. Namun, dia jelas melihat kebohongan di dalam matanya.“Kamu menunggu Finn dan Myesha?” Papa Adrian menebak.Setiap hari libur Finn dan Myesha selalu datang. Walaupun Mama Risha dan Papa Adrian mengabaikan, tetapi mereka tetap datang. Sudah hampir dua bulan Mama Risha dan Papa Adrian tidak menegur Finn dan Myesha. Dibanding Mama Risha, Papa Adrian lebih mau