“Rama, jangan ganggu ibu. Ayo sini sama ayah aja.”Jaima bisa mendengar suara itu dari sampingnya, matanya masih begitu rapat untuk terbuka namun dia bisa mendengar celotehan Rama dan Hasbi.Semalam, tidak ada yang terjadi diantara mereka. Hasbi meminta dia dan Rama untuk tidur bersama. Sepanjang malam Jaima berusaha untuk waspada, namun Hasbi tidur dengan begitu nyenyak sampai dia ketiduran juga.“Selamat pagi..” Jaima menggerakkan badannya, menggeliat di dalam selimut, dia menoleh dan mendapati Hasbi tengah menatapnya bersamaan dengan Rama.Melihat itu wajah Jaima memerah karena malu, sudah dipastikan rupanya ketika bangun terlihat begitu buruk sekarang.“Ibu sudah bangun, Rama..Selamat pagi ibu..” Ucap Hasbi sambil menciumi pipi Rama dengan lembut dan melambaikan tangan kecilnya pada Jaima, bayi itu terkekeh geli. “Maaf kami membangunkanmu.” Katanya lagi.Jaima menggeleng pelan, dia menarik selimut untuk menutupi setengah wajahnya.“Tidak, aku memang terbangun saja..” Ucapnya pelan
Tanaya menatap ponselnya dengan marah.Dia baru saja mendapatkan kabar dari Nuri kalau Hasbi kehilangan proyek besar yang setahu Tanaya sudah pria itu persiapkan sejak lama.“Dia tidak mengangkat telepon..” Tanaya mengigit kuku ibu jarinya dengan gelisah.“Setahu saya tuan Hasbi masih berada di kantor.” Nuri berkata, melongok jam tangan di pergelangan tangan kirinya.Masih pukul delapan malam.Tanaya segera meminta Nuri memanggil supir untuk mengantarnya ke kantor Hasbi, dia tidak bisa membiarkan hal ini. Hasbi kehilangan kesempatan itu hanya karena membela Jaima di depan keluarga besarnya.Hal sepele yang berdampak begitu besar.Perjalanan dari kantor Tanaya menuju kantor Hasbi tidak begitu jauh, begitu lift terbuka dia berlari menuju ruang kantor Hasbi. Pria itu mendongak dan wajahnya terkejut ketika melihat Tanaya berdiri dengan napas terengah di depan pintu ruang kerjanya.“Naya?”“Apa-apaan ini?! Aku dengar dari Nuri kamu kehilangan proyek pembangunan pabrik baru PT. Mahatma Ban
“Kamu harus segera melakukan sesuatu.” Tanaya menatap Noah yang tengah menyuapkan sepotong daging panggang ke mulutnya.Pria itu mengunyah makanan dengan perlahan, menelannya sebelum akhirnya menjawab.“Kita tidak perlu terburu-buru, apa yang kau takutkan?”“Kau masih bertanya apa yang aku takutkan? Aku sudah menceritakan semuanya padamu!” Tanaya menaikkan nada suaranya, dia menaruh garpu dengan sedikit kencang keatas meja hingga menimbulkan suara.Noah melihat sekitar, untungnya di restoran ini pengunjung hanya ada beberapa. Dia menatap Tanaya dan menggeleng pelan, emosi wanita ini tidak pernah berubah sejak dulu.“Aku tahu Naya, aku mengerti ketakutanmu. Aku mengerti kenapa kamu merasa kita harus terburu-buru memisahkan keduanya. Tapi menurutku, semuanya perlu kita rencanakan.”“Hasbi kehilangan proyek besar yang selama ini dia inginkan hanya karena wanita itu. Lalu, apa yang akan dia lepaskan lagi nantinya kalau kita tidak secepat mungkin memisahkan keduanya?”Noah menyimpan alat m
Hasbi menatap ponselnya, ini hari ketiga setelah pertengkarannya dengan Tanaya di kantor. Pagi setelah pertengkaran malam itu, dia menghabiskan waktunya bersama Jaima serta Rama untuk menghilangkan memori tidak mengenakkan tersebut.Dilain sisi, dia juga merasa bersalah pada Tanaya karena sempat merasa pertanyaannya tepat sasaran.“Kamu menyukainya?”Hasbi menghela napas panjang. Hanya karena pertanyaan itu hatinya berdetak tidak karuan. Seharusnya, dia bereaksi biasa saja. Dia sendiri tidak yakin apakah dia memang menyukai Jaima atau tidak, dia tidak tahu apakah perasaannya mengarah ke hal romantis atau bukan.Hanya saja, sejak terakhir mereka bersama-sama ada perasaan yang memang tumbuh disana.Dia menghela napas sekali lagi, jari jemarinya menyusuri rambutnya, tengah menimbang apakah dia harus menelepon Tanaya untuk meminta maaf. Bagaimanapun, wajar saja jika Tanaya marah. Wanita itu tahu benar bagaimana perjuangannya demi mewujudkan proyek itu.Tanaya hanya khawatir.Baru saja Has
Seperti yang sudah Hasbi dengar dari Arianti, ibunya kembali beberapa hari kemudian. Tidak perlu butuh waktu lama sampai Jaima tertekan karena kembalinya wanita paruh baya itu, hari pertama ketika ibunya kembali dia meminta Jaima menemuinya.Entah apa yang mereka bicarakan karena Hasbi tidak mendapatkan informasi apapun, bahkan Jaima tidak membicarakannya pada Imas. Namun, jelas sekali kalau hal itu membuat Jaima merasa sedih.Beberapa hari lalu, pagi-pagi sekali suara Lisa sudah terdengar melengking karena Parama menangis. Ruang kamar kedap itu seperti hanya terbuat dari triplek murahan bagi Lisa, entah kenapa dia bisa mendengar suara Parama menangis dan memarahi Jaima habis-habisan.Hasbi buru-buru keluar kamar, dia bahkan belum membuka suara untuk bertanya apa yang terjadi dan ibunya hanya pergi meninggalkannya dengan tatapan sinis.Pria itu tidak mengerti, tapi apa yang ibunya lakukan membuatnya ingin membawa jauh Jaima dan Parama. Dia tidak ingin kedua orang yang ingin dia lindun
Jaima membuka matanya, kepalanya terasa berat dan matanya terasa sakit. Dia mengedarkan pandangan, ini kamarnya. Dia yakin semalam setelah menangis di kamar Rama, Hasbi membawanya kembali ke kamarnya sendiri. Pria itu memintanya untuk istirahat sementara dia akan menjaga Rama.Dia menoleh kearah nakas, jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi.Semenjak kembalinya si ibu mertua, Jaima merasa dirinya ditarik lagi ke titik awal. Rasa takut selalu menghampirinya tanpa permisi, beberapa hari lalu Lisa Sarkara memanggil ke ruangannya hanya untuk mengatakan hal-hal yang menakutkan.Jaima berusaha untuk tidak memprovokasi, dia berusaha untuk diam dan menelan semuanya.“Kamu tahu kalau kamu sedang dalam masalah besar sekarang?”
Jaima duduk menatap orang berlalu lalang, dari kejauhan dia bisa melihat Rama dalam gendongan Imas. Dia tengah berada di sebuah acara donasi yang diselenggarakan oleh Mahatma Group, mereka pergi ke panti jompo dimana ibunya berada.Pagi-pagi sekali dia sudah bersemangat untuk mengikuti acara ini meskipun ibu mertuanya menegurnya dengan berbagai macam hal, dari mulai parfume yang baunya menyengat, dan hal-hal lain yang tidak masuk diakal.Seperti biasa dia hanya menelan semuanya, menekan semua perasaannya dan hanya mengiyakan wanita itu bicara hal buruk padanya.Dia hanya ingin segera bertemu dengan ibunya.Namun, acara donasi diikuti oleh lansia selain penderita demensia. Panitia meminimalisir terjadinya kejadian tidak terduga. Sudah dua jam Jaima berada disini dan dia s
Jaima baru saja kembali ke rumah di malam hari, Rama sudah tidur di dalam pelukannya. Sejujurnya, dia merasa bersalah harus membawa Rama untuk pergi ke sebuah acara terlebih lagi jarak yang lumayan jauh. Namun sekali lagi, dia tidak ingin berpisah dengan anak itu.Terlebih karena Lisa mengatakan akan membawa anak itu bahkan sebelum pernikahan mereka memasuki kelima tahun.Jika ingat hal itu lagi, rasa takut seperti menggerogoti Jaima. Perasaan cemasnya menjadi-jadi dan dia jadi tidak bisa berpikir rasional.Dia memeluk Rama masuk dalam dekapannya sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah begitu hening seperti biasa, namun dia masih saja was-was karena takut tiba-tiba ibu mertuanya yang galak datang dan memarahinya.Jaima benar-benar seperti berjalan diatas cang
Ini sudah seminggu semenjak terakhir Jaima melihat Hasbi. Entah kenapa pria itu selalu tidak pernah ada di rumah setelah kepulangannya terakhir bersama Tanaya.Jaima bertanya pada Imas apakah Hasbi mendatangi kamar Rama ketika dia tidak ada, tapi Imas bilang pria itu sama sekali tidak menghampirinya. Foto yang diunggah di sosial media Hasbi semuanya stok foto lama mereka. Jaima jadi bertanya-tanya apakah pria itu akan kembali fokus pada Tanaya?Jaima tidak masalah jika tidak diperhatikan, tapi, bukankah Rama perlu perhatiannya?Dia tidak mengerti dengan perubahan Hasbi yang terlalu mendadak.Jaima berjalan dari dalam kamarnya menuju kamar Rama, suasana rumah seperti biasa heningnya. Beberapa hari lalu ibu mertuanya pergi ke Guam untuk menghadiri sebuah acara, mertuanya a
“Semua yang harus aku tanda tangani sudah kulakukan, untuk pemberkasan pinjaman kemungkinan besar selain permintaan Mahatma yang lainnya akan kuserahkan pada bawahan lain.” Noah menatap layar laptopnya, dia tengah berada di hotel untuk beberapa hari ke depan karena Piacevole tengah membuka toko baru.Toko perhiasan yang sudah ditunggu oleh orang-orang Indonesia itu akhirnya menandatangani kesepakatan dengan Piacevole.Dia melakukan rapat daring dengan beberapa bawahan serta sang kakek.Permasalahan di dalam BMG benar-benar membuat seluruh orang fokus pada BANK terlebih dahulu, rayap-rayap yang diduga ada di dalam lebih dari lima orang di beberapa cabang. Mereka tengah mengumpulkan bukti apakah Mahatma terkait dengan hal itu atau tidak.“Bagaimana dengan
Hasbi menatap ponselnya sekali lagi, siang ini ketika dia keluar dari kamar bersama Tanaya dia tidak menemukan Jaima dimanapun. Arianti memberitahunya kalau wanita itu tengah menghadiri acara sosial di Piacevole.Tidak ada pesan dari Jaima yang memberitahukan kalau wanita itu membawa Rama bersamanya. Biasanya wanita itu akan menghubunginya untuk meminta bantuan menjaga si kecil karena dia harus menghadiri acara sosial.Hasbi menghela napas.Wanita itu mungkin sudah tahu kalau malam tadi Hasbi menghabiskannya bersama Tanaya.Dia memijat keningnya sekarang, rasa bersalah kembali menjalar di dalam dadanya.Apakah dia seharusnya meminta maaf?“Ah, sialan.. Kenapa juga aku harus minta maaf?” Tanpa sadar dia menggumamkan kalimat itu, membuat Arianti menoleh.“Maksud tuan muda?”Hasbi menggeleng pelan, mengalihkan wajahnya karena merasa sudah melakukan hal bodoh. Dia terlalu khawatir sampai semua yang dia pikirkan tidak sengaja keluar dari mulutnya begitu saja.“Apa…” Hasbi menjeda kalimatny
Jaima tidak keluar dari kamar semenjak pagi, Imas memberitahunya kalau kedua orang tersebut belum keluar sama sekali dari dalam kamar sampai tengah hari. Untungnya Jaima sudah pergi untuk menghadiri beberapa acara sosial, dia membawa Rama bersamanya.Biasanya, dia menitipkan Rama pada Hasbi untuk menghadiri acara sosial yang ramai.Dia tidak ingin bertemu dengan Hasbi atau berpura-pura semuanya baik-baik saja karena dia sedang merasa tidak baik-baik saja.“Nyonya bisa berdiri di sebelah sana..” Imas memberikan arahan pada Jaima.Hari ini acara sosial diselenggarakan di sebuah Mall bernama, Peacevole. Jaima mengenakkan gaun pendek yang warnanya serupa dengan jas lucu yang dipakai oleh Rama, secara dadakan Rama juga dikenakan jas karena tiba-tiba diajak olehnya
Hasbi terbangun dengan terkejut saat mendapati Tanaya berada di sampingnya, tertidur. Dia bisa melihat beberapa titik merah dibawah leher Tanaya, keadaan seperti ini seharusnya adalah pemandangan yang biasa untuknya.Dulu.Tapi kali ini dia merasa benar-benar bersalah, dia tidak berpikir akan melakukan hubungan seks lagi dengan Tanaya. Mengurut apa yang terjadi semalam, dia merasa pergi ke apartemen mereka dan bicara.Ya, mereka bicara sambil minum alkohol seperti biasa.Tapi, kenapa?Hasbi mengacak rambutnya sendiri, ketika dia turun dari kasur kondom bekas pakai berserakan di lantai. Entah berapa kali mereka melakukannya, jam sudah menunjukkan pukul tengah hari.“Jaima..&r
Jaima tidak tahu rasanya dicintai.Dia tidak tahu apa itu mencintai.Sepanjang hidupnya, dia hanya berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan dia dan ibunya. Ibunya yang ketika dia beranjak dewasa berubah menjadi orang lain, tidak bisa membuatnya merasa dicintai.Dia tidak tahu bagaimana rasanya seorang ibu memanjakan anaknya, dia tidak tahu rasanya bagaimana dimanjakan seorang ibu. Dia sudah lupa apakah masakan ibunya enak, dia sudah lupa bagaimana ibunya memanggil namanya, bagaimana ibunya menyentuhnya, bagaimana ibunya mengelus puncak kepalanya.Yang dia ingat hanyalah bagaimana ibunya membentak, memarahinya dengan kata-kata kasar dan sesekali memukulnya ketika ibunya sedang dalam episode. Jaima merasa sudah terbiasa diperlakukan tidak baik, bahkan di tempat kerja.
Ada kalanya Jaima ingin bertanya ketika Hasbi bersikap baik padanya. Apakah itu bagian dari sandiwara untuk sosial media atau itu adalah dirinya sendiri? Tapi, dia yakin jawaban paling masuk diakal adalah karena sosial media.Enam bulan setelah kelahiran Rama, publik berbalik menyenangi mereka berdua. Apa yang diusahakan oleh tim legal membuahkan hasil. Sosial media memanglah jalan yang paling tepat untuk memamerkan hal yang tidak mungkin.Hasbi sering mengunggah bagaimana perkembangan Rama, dia juga mengunggah bagaimana ia bergantian mengasuh Rama dengan Jaima. Hal itu mendapatkan respon positif dari publik, mereka semua menyukai sikap Hasbi yang lembut dan perhatian.“Tatapan mata tidak bisa bohong, dia jatuh cinta pada wanita itu.”“Dela
Rentetan Jadwal Jaima yang tidak masuk diakal terus berlanjut bahkan setelah enam bulan kelahiran Rama, ibu mertuanya tidak pernah sekalipun memberikan dia kelonggaran. Setiap pesta harus dia datangi bahkan terkadang sehari dua pesta Jaima datangi.Dia merasa berat melakukan hal itu, tapi sekali lagi Jaima tidak bisa melawan. Ini semua sudah kewajibannya sebagai seorang menantu Mahatma Group.Ketika pertama kali melakukannya, Jaima merasa canggung dan bahkan dia tidak tahu harus bersosialisasi bagaimana. Namun, setelah lama menjalani kehadiran pesta ini dia jadi terbiasa. Dia bertemu dengan banyak orang yang menurutnya hebat dan menginspirasi.Dia tidak segan bertanya banyak hal.Dari situ pula dia tahu kalau Mahatma Group dan Sadawira Group adalah partner kerja juga pes
6 BULAN KEMUDIANTidak ada yang lebih Hasbi inginkan selain memiliki keluarga kecilnya sendiri. Semua itu dia impikan semenjak pertemuan pertamanya dengan Tanaya, semenjak wanita itu akhirnya menerima pertunangan mereka dan menjalin hubungan.Namun nyatanya, Tanaya selalu menolak untuk melangkah lebih jauh lagi. Penolakan demi penolakan selalu didapat Hasbi sehingga dia menyerah, mencoba melupakan impiannya untuk membangun keluarga. Dia merasa kalau Tanaya saja cukup, atau tidak apa-apa untuk menunggu lebih lama lagi.Tidak ketika dia akhirnya bertemu Jaima, meskipun berawal dari hal tidak terduga tapi Jaima memberikan apa yang selalu dia dambakan.“Bha! Bha!” Rama mengeluarkan suaranya lagi.Ini sudah bulan keenam setelah kel