Share

Pangeran Kodok Sialan!

Penulis: Naomi Fa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-20 18:00:29

"Apakah tadi itu tidak terlalu gegabah? Kita masih belum mencari seorang pria yang cocok untuk Anda." Sekretarisnya mencoba mengingatkannya ketika semua prosesi pemakaman kakeknya selesai.

"Tenang saja, aku tidak membutuhkan seorang suami yang cocok." ujarnya santai sambil berjalan memasuki ruang duka yang sudah mulai kosong. "Aku hanya membutuhkan seorang pria dengan beberapa kriteria."

Anna adalah sekretaris yang andal. Hingga dengan kalimatnya singkatnya saja, dia langsung membuka buku dan bersiap menulis catatannya. "Aku akan mencarikannya untuk Anda. Mungkin kita bisa menemukan satu orang yang sesuai kriteria Anda, di antara para putra direktur perusahaan lain."

"Tidak, tidak. Aku tidak mau menikahi satu orang pun pria mata duitan itu. Sebaliknya, aku akan menikahi seorang pria dari latar belakang miskin." ucap gila Elsie yang membuat Anna menatapnya dengan mata terbelalak. "Ide bagus. Aku seharusnya memikirkan ini dari awal!"

"Eh?!"

"Tulis secepatnya, sebelum aku lupa." perintahnya pada Anna yang langsung sigap memegang buku jurnalnya, meskipun terlihat agak ragu-ragu. "Satu, usianya harus berkisar antara dua puluh dua tahun sampai tiga puluh tahun. Aku benci pria yang lebih muda dariku, tapi aku tidak mau dia terlalu tua untukku. Jadi dia harus seumuran denganku atau di atasku."

"Dua puluh dua tahun sampai tiga puluh tahun." Sekretarisnya mengulang kembali ucapannya selagi dia menulisnya di dalam buku.

"Yang kedua, aku ingin dia seorang pria yang miskin dan belatar belakang keluarga melarat. Aku benci pria angkuh. Walaupun itu tidak akan menjamin, tapi aku pasti akan mendapatkan seorang pria rendah hati di antara mereka."

Baru dia menaruh mata pulpennya pada permukaan kertas, mendadak Anna menatapnya lagi dan meragukannya, "Anda yakin? Menurutku, syaratnya sedikit ...,"

"Ya." jawabnya cepat. "Cepat tulis."

Setelah selesai dengan poin kedua. Ia memberi kriteria tambahan lagi.

"Aku tidak suka jika dia pintar. Aku mau pria itu bodoh. Sehingga dia tidak akan memiliki ide untuk merebut harta keluargaku." Belum cukup dengan tiga tipe pilihannya yang aneh, ia memparahnya dengan pilihan yang lainnya. "Aku harap dia juga tidak tampan. Intinya aku hanya ingin seorang pria yang tidak bisa aku cintai. Itu saja."

"Dengan tipe seperti ini, sepertinya Anda dapat menemukannya di jalanan sekaligus." gerutu Anna karena tidak setuju dengan pemikiran unik bosnya.

Elsie menyunggingkan senyum dan terkekeh geli, "Benarkah? Apakah akan semudah itu mencari pria yang kuinginkan? Itu kabar bagus. Kalau begitu, Aku bisa segera menikah lalu aku langsung akan mengklaim warisanku."

"Direktur." rengek Anna atas keputusannya.

Di saat ia sibuk berbicara dengan sekretarisnya, seseorang memanggil namanya dan memeluknya erat. "Elsie."

Tanpa perlu memastikannya dua kali, ia bisa tahu kalau sahabat dekatnya-lah yang saat ini mendekapnya dari belakang. "Astaga, aku kira siapa. Ternyata yang datang adalah seorang dosen yang cengeng."

"Kau mengejekku?" ucap Nia sambil melepaskan dirinya dari pelukannya. "Maafkan aku, aku tidak bisa datang tepat waktu. Aku memiliki beberapa jadwal yan tidak bisa kubatalkan."

"Tidak masalah. Tidak perlu merasa tertekan, apalagi aku memang tidak berencana membuat acara ini terlalu besar dan megah." Di tengah pembicaraan yang hangat itu, ia merasakan ada kehadiran sosok asing yang cukup mengganggu dirinya. "Kau tidak datang sendiri. Siapa dia?"

"Ah! perkenalkan, dia asistenku. Aku tadinya hendak datang kemari sendiri, tapi karena kemarin aku lembur semalaman, dia pun akhirnya membantuku menyetir mobilku sampai di sini."

Matanya yang tajam memindai pria itu dari atas ke bawah dan ia pun di buat ngeri dengan keadaan pria ini. Dia memakai pakaian yang hampir tak layak pakai, lantaran sudah nyaris sobek sana-sini oleh sebab pemakaian berturut-turut yang mungkin tak terhitung jumlahnya. Lalu celana jeans yang di pakainya sudah lusuh dan warnanya benar-benar luntur tak berbekas. Terakhir, yang paling parah adalah sepatunya. Dia memiliki sepatu yang sudah sangat buruk, lapisan bawah sepatunya hanya bersisa sangat tipis dan pria itu tampaknya akan menggunakan —barang rongsokan— itu lebih lama lagi.

Ironisnya, asisten Nia memiliki wajah yang dinilai cukup tampan. Namun apa gunanya ketampanannya? Wanita gila mana yang akan mengejarnya, jika kondisinya seperti ini.

"Oh ya, aku bisa menumpang kamar mandi di sini? Di mana letak kamar mandinya?" tanya Nia sambil menatap ke sekeliling.

"Anna, tunjukkan padanya kamar mandi yang ada di ruang tunggu keluarga. Di sana lebih bersih."

"Baiklah. Silakan ikuti saya."

Lalu keduanya pergi, meninggalkan dirinya —seorang diri— dengan pria yang mengganggu kenyamananya itu.

Elsie akui, dirinya adalah orang yang hebat dalam melobi. Namun itu bukan berarti dirinya masuk dalam kategori orang ramah, yang akan berbicara basa-basi pada semua orang. Sebaliknya, ia biasanya akan bersikap cuek, bahkan dia akan berlaku dingin, jika orang yang ada di depannya bukanlah orang yang bisa menguntungkannya. Itu merupakan sikap yang dipelajarinya sejak kecil, yang dulu diajarkan oleh mendiang kakeknya. Namun diakhir hidupnya, sepertinya dia mulai menyesal karena telah mengajarkan sikap itu padanya.

"Maaf, aku pulang tanpa mengabari." Kini ia tak memiliki tempat lagi untuk merasa nyaman. Ia tak tahu kapan pria itu datang, tapi tiba-tiba saja ketika dirinya baru menoleh ke arah lain sejenak, Eizel tahu-tahu sudah berdiri di depannya.

"Lupakan saja, lagipula aku tak tertarik. Namun biar kuperingatkan dari awal, jangan berani-berani berpikir untuk mencuri harta keluargaku dariku. Bukankah diangkat sebagai cucu oleh kakekku, itu sudah cukup untukmu. Jadi jangan melewati batas." ucapnya sambil mendesis kesal.

"Haruskah kau berkata sedingin itu, setelah kita lama tak berjumpa?"

"Lantas apakah kau berharap aku akan menyambutmu dengan tangan terbuka dan pelukan hangat?"

Aneh sekali, ia tak sedang melucu, tapi pria ini bisa terkekeh mendengar sindirannya. Hanya saja, senyumannya itu tak bertahan lama. Seperti dirinya, kini Eizel juga menangkap kehadiran sosok asisten Nia, yang tampak mengusik keingintahuannya. "Siapa dia? Apakah kau mengenalnya?"

Melihatnya terganggu oleh asisten Nia, Elsie menjadi tertantang untuk membuatnya semakin resah,

Tanpa meminta ijin, ia mengaitkan tangannya di lengan pria itu dan tersenyum lebar, "Tentu. Bukankah aku sudah mengumumkannya tadi kalau aku akan menikah. Perkenalkan, dia calon pengantin pria-ku."

Dalam sekejap, ada aura bingung dan tak percaya di wajah Eizel, yang membuatnya sangat puas. Namun ia lupa, ia belum meminta persetujuan pria ini.

"Maaf." Entah karena tidak peka, atau pria ini ingin mempermalukannya. Asisten Nia melepaskan tangannya dan menatapnya serta Eizel secara bergantian. "Jika kalian ingin saling bertengkar, silakan saja. Namun jangan sangkut-pautkan orang lain dalam masalah kalian. Aku pergi."

Elsie yang merasa dipermalukan, hanya dapat melotot melihat pria itu dan kini ia menjadi tak bisa berkata-kata oleh tindakan pria itu, "Apa yang ...?!"

...****************...

Bab terkait

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Lamaran di Depan Meja Kasir

    "Dasar pria kurang ajar!" pekik keras Elsie selagi terperanjat dari tidurnya.Sontak karena lengkingan suaranya itu, semua orang mendelik ke arahnya, terlebih Anna yang duduk tepat di sampingnya."Direktur, Anda baik-baik saja? Apakah Anda bermimpi buruk?"Sambil memegang kepalanya yang terasa pusing, ia mengangguk malu. "Aku baik-baik saja. Tenggorokanku kering, ambilkan aku minum."Sementara Anna sibuk mengambilkan dan membukakan minum untuknya. Elsie mencoba untuk mengatur kembali perasaannya yang mulai memburuk.'Semua ini karena pria itu!'Sudah beberapa hari berlalu sejak insiden memalukan itu. Meskipun begitu, Elsie masih tetap menyimpan dendam untuk asisten Nia. Bukannya karena ia tak mau melupakan kejadian itu, tapi karena ia tak bisa menghapus kenangan buruk itu dari kepalanya. Hingga dari hari ke hari ia hanya dapat terus merasa kesal, dan pada puncaknya ia mulai mengumpatnya di tengah tidur seperti yang terjadi barusan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-21
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kebencian yang Nahas

    Semenjak kejadian di pemakaman itu, Nia merasa takut untuk bertemu dengan Elsie. Meskipun hubungannya dengan sangat dekat sedari kecil ..., tidak, justru karena hubungannya dekat sejak kecil, Nia menjadi tahu —dengan sangat jelas— seperti apa sifat pemarah Elsie.Tak perlu Elsie, Nia pun juga akan kesal jika berada di posisi temannya saat itu. Terlebih temannya memiliki harga diri yang cukup tinggi, dan ketika dia menjadikan Alvan sebagai kekasih palsunya, sebenarnya dia sedang melindungi harga dirinya dari Eizel yang merupakan pesaingnya. Namun sayang sekali, Alvan mengacaukan segalanya. Bahkan Nia —yang melihat kejadian itu secara langsung— tidak berhenti-hentinya mengangakan mulutnya, lantaran peristiwa itu lebih menyerupai tragedi, alih-alih hanya kesalahan semata."Bagaimana ini? Haruskah aku menghubunginya? Namun bagaimana jika dia meneriakiku sebagai gantinya?" gumamnya.Lalu selagi matanya melirik ke arah meja asistennya, ia

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-21
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Tumbal Pernikahan

    Semenjak pertemuannya dengan wanita itu, Alvan merasa ada yang janggal dalam kehidupannya.Manajer toko yang sebelumnya berjanji hendak memperpanjang kontrak kerjanya, mendadak berubah pikiran dan membatalkan perpanjangannya.Lalu ditengah persoalan itu, Profesor Nia memperlakukannya dengan baik, bahkan sangat baik. Seolah dia hendak memberikan kesan baik sebelum mengucapkan salam perpisahan dan memecatnya.Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa mendadak kehidupannya yang stabil berubah menjadi seperti ini?Alvan yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, pada akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada Profesor Nia yang mungkin mengetahui penyebab kondisi ini melebihi dirinya."Profesor, apakah aku akan segera dipecat?" tanyanya di tengah mereka menyantap makan siang bersama.Profesor Nia nyaris tersedak ketika mendengar pertanyaannya, lalu menatap makanannya dan bergumam, "Maaf.""Kenapa? Apakah kinerja saya kurang bai

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-23
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Budak yang Terpilih

    Tanpa diduga, ternyata peristiwa meninggalnya kakeknya tidak membawa dampak yang sangat besar seperti perkiraannya selama ini. Rupanya minimnya tugas direktur utamalah yang menjadi salah satu alasan mengapa kondisi perusahaan tak banyak berubah sepeninggalannya.Namun meskipun begitu, Elsie tidak menyangkal kalau topik 'penerus' saat ini masih gencar terdengar di antara karyawannya. Bahkan di antara para petinggi, ia bisa merasakan kebimbangan mereka yang terus merubah suara dukungan mereka. Hingga Elsie tidak bisa lagi menghitung seberapa banyak pendukungnya."Jika begini, warisan itu akan jatuh ke tangan Eizel." ucapnya dengan menyebutkan nama, lantaran ia tak ingin menganggapnya sebagai saudaranya. Baginya pria itu hanyalah lintah penghisap."Tak perlu khawatir. Kita bisa masih bisa menahan rapat pemegang saham, hingga pria itu menghubungi Anda." Sekretarisnya mencoba meyakinkannya."Sudah berapa lama? Sudah berapa lama sejak ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-26
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Pangeran yang Pria Itu Akan Nikahi

    Setelah kedua pihak menyetujui perjanjian mereka dan bersumpah akan menepatinya, Elsie langsung memboyong Alvan ke sebuah butik pakaian yang tampak megah. Di sana, seperti anak hilang, tiba-tiba saja Alvan diarahkan ke ruangan ganti yang besar dan di sodorkan dengan banyak setelan pakaian, hingga ia tak ingat berapa banyak pakaian yang ia coba. Hanya kata "tidak", yang menjadi satu-satunya ingatannya, lantaran terus-menerus diucapkan Elsie sebagai tanda ia harus kembali ke ruang ganti."Bagaimana jika kita pilih saja satu dari semua yang sudah kita coba?" bantah Alvan ketika ia sudah merasa teralu lelah untuk harus bolak-balik dari ruang ganti ke ruang tunggu.Namun dengan wajah yang dingin, Elsie menunjukkan ketidaksetujuannya. "Sepanjang aku melihat, aku belum menemukan satu pun yang bagus."Alvan mengambil satu setelan berwarna merah tua yang berada di gantungan, lalu menunjukkannya pada Elsie. "Ini bagus.""Tidak. Menurutku itu kurang terlihat menonjol."

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-27
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Haruskah Kunikahi Saja Saudara Angkatku?!

    Akhirnya tujuannya tercapai. Setelah menghabiskan tenaganya untuk berkeliling dan menyambut para tamu undangar, Elsie berhasil menyebarkan kabar pernikahannya.Banyak dari para pemegang saham yang mulai memihaknya, bahkan tak sedikit dari pihak saingannya yang mulai bersatu dengannya. Semua ini harus ia lakukan demi warisan itu. Ia akan segera menikahi Alvan dan mendapatkan semua harta warisan keluarganya."Kau senang?" tanya Alvan padanya setelah menyadari wajahnya tampak berseri-seri, meskipun kakinya menjerit kelelahan. "Kau tersenyum begitu lebar."Elsie menatap Alvan cukup lama dan melihat bagaimana pria itu mulai memperlakukannya tidak formal."Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya bingung."Kau berbicara dengan informal."Mendadak air muka Alvan berubah dan kini dia terlihat lebih sopan seperti dirinya ketika pertama kali menyetujui perjanjian ini. "Maafkan aku.""Tidak. Tidak masalah." Elsie menggeleng dan men

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-28
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Sesama Pendosa

    Begitu tiba di rumahnya, Eizel langsung menghancurkan semua benda yang ada di hadapannya. Dimulai dengan vas bunga, lalu hiasan meja yang terbuat dari kaca, hingga pajangan fotonya, semua mulai hancur satu per satu.Meskipun ia mencoba melampiaskan kemarahannya pada benda-benda di rumah tersebut, api di dalam dirinya tak juga kunjung pudar. Justru emosinya semakin membesar, seolah ia menuangkan bensin ke atasnya.Ddrrtt ..., drrrtt ...Ponselnya berbunyi di saat yang tidak diinginkannya."Halo.""Halo." Suara Direktur Johan terdengar begitu sangat jelas di telepon. "Kau baik-baik saja? Kenapa pulang sebelum pestanya selesai?"Eizel melepaskan jasnya yang masih melekat pada tubuhnya, lalu melonggarkan dasinya yang terasa menekik dirinya. "Aku sedang tidak enak badan.""Ah, begitu. Sayang sekali. Padahal ini saat yang tepat untuk memperlihatkan diri ke dewan direksi."Dewan direksi, pemegang saham, warisan, masa

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-29
  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Diriku dalam Dunia Kanvas

    Sudah puluhan kali ia bertemu dengan para petinggi pemerintah, sudah ratusan kali ia bertatapan langsung dengan investor besar, dan tak terbilang jumlahnya Elsie bertemu orang terkemuka. Namun untuk pertama kali dalam hidupnya, ia bertemu dengan calon mertuanya. Meskipun pada awalnya ia tak merasa tak perlu menghakhawatirkan kondisi ini, tapi saat ia sudah di depan pintunya, ia merasa gugup juga.Tarik napas, keluarkan.Lalu ia mencengkram erat-erat buket bunganya dan memberanikan diri untuk mengetuk pintu.Tak lama kemudian, pintu pun terbuka, dan meskipun mereka belum pernah bertemu, tapi wanita yang membukakannya pintu itu tidak menanyakan identitasnya. Seakan dia tahu siapa dirinya dan alasannya berada di sana."Silakan masuk." ajaknya sambil menuntun Elsie ke sebuah ruangan kecil yang berisikan ruang makan, ruang tamu dan ruang keluarga, sekaligus."Kau sudah datang?" Seorang wanita berkepala lima muncul dan tersenyum sangat ramah

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-30

Bab terbaru

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Epilog

    Nia, Elsie dan Alvan naik ke panggung untuk foto bersama kedua mempelai.Namun entah hanya perasaanya saja atau memang seperti itu adanya, Nia merasakan ada yang ganjal dengan hubungan Nia dan Alvan. Memang ia tahu kalau mereka berdua berpandangan dengan tidak ramah di ruang pengantin, tapi ia tidak menyangka kalau masalah itu akan bertahan hingga acara pernikahan hampir selesai.Kini acara yang tersisa adalah pelemparan bunga.Semua orang bersiap di posisi dan Nia pun sedikit menyingkir ke sisi panggung untuk memberi Elsie ruang untuk dapat menangkap bunga.Satu. Dua. Tiga.Bunga pun terlempar dengan sangat anggun, tapi semakin dilihat, ada yang aneh dengan arah pelemparan bunga. Hingga tiba-tiba bunga itu mendekatinya dan jatuh di tangannya.Sontak hal tidak terduga itu membuat semua orang gempar dan bingung.Merasa dia bukan seharusnya yang berhak menerima bunga itu, Nia menatap Elsie yang seharusnya m

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kelelahan [Kebahagiaan] Yang Tidak Berakhir

    Ketika matahari mulai bergerak turun dan perlahan berjalan meninggalkan langit yang terang. Elsie duduk seorang diri di salah satu bangku rumah makan yang dibawah naungan perusahaannya, sambil menatap semburat warna jingga yang memenuhi langit. Sudah beberapa hari ia menetapkan untuk lembur beberapa hari di kantornya dan kini ia akhirnya keluar dari persembunyian setelah ia mengurung diri di dalam tembok kantornya. Semua ini karena bunga itu. Sungguh bunga yang sial. Bersamaan dengan kemarahannya yang kembali bangkit dari dalam hatinya, seorang pria yang ia benci selama beberapa hari ini malah muncul di depan wajahnya. Tidak perlu ditanya, Elsie pasti merasa marah. Dia sangat kesal hingga ketika Alvan mengambil duduk di depannya, ia berpaling ke arah lain seperti anak kecil. Namun masalahnya, ia tidak bisa menerima kekalahannya. Terlebih itu lantaran sebuah bunga sial yang malah terbang ke tempat yang salah. "Kenapa tidak pulang se

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Takdir Mereka Yang Melayang Di Udara

    Di tengah hiruk pikuk pernikahan yang meriah, Alvan dan Elsie duduk berdampingan dengan suasana kesenyapan yang mencekam layaknya yang terjadi pada pasangan yang sedang bertengkar.Hal ini dimulai lantaran Elsie melihat bagaimana Eizel sangat menyukai Anna dan tidak ragu-ragu dalam melangsungkan pernikahannya. Perasaan irinya itu pun ia sampaikan kepada Alvan, yang meskipun tampak tidak tergerak sedikitpun setelah mendengarkannya, tapi sejak mendengar Elsie menceritakannya, perlahan ia mulai mempertimbangkannya hal disebut dengan pernikahan.Namun Elsie yang tidak sabaran, merasa kode halusnya itu tidak akan mempan untu Alvan yang pada pandangannya tidak sensitif, sehingga Elsie dengan memberanikan diri mengatakan secara gamblang pada Alvan tentang keinginannya untuk menikah.Apakah itu salah? Tentu tidak. Terlebih Alvan tahu seberapa sulitnya bagi Elsie untuk memulai pembicaraan tentang pernikahan lebih dulu, dengan posisinya sebagai wanita. Itu adalah ke

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Keuntungan Menjadi Rekan Hidupku

    Alih-alih menunggu Anna di pelaminan dan melihat dari kejauhan calon istrinya yang berjalan seorang diri menghampirinya, Eizel memilih untuk berjalan bersama istrinya menuju ke pelaminan.Dengan menggandeng wanita yang dicintainya, ia mengumbar senyum yang sangat lebar nan bahagia. Lalu dengan mata yang saling berkaitan dengan Anna, ia menunjukkan kepada semua orang kalau dirinya sangat beruntung memiliki wanita ini sebagai teman hidupnya.Hingga setiba mereka di pelaminan, mereka menjalani seluruh prosesi pernikahan dan dipenghujung acara, sang pembawa acara menyatakan bahwa mereka sudah resmi menjadi suami istri.Seketika ruang pernikahan itu menjadi amat riuh. Para tamu bertepuk tangan dan tak sedikit yang memberi sorakan atas status baru mereka.Di tengah kebahagiaan yang bertaburan seperti confetti, Eizel menatap langit-langit dengan tercengang.Hidup itu sebuah misteri...****************...~Du

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Perhatianmu Dan Cinta Dariku

    Dengan gaun yang indah yang Nia kenakan di acara pernikahan, ia berjalan tergopoh-gopoh menuju ruang tunggu pengantin. Semua ini adalah salah dari dirinya yang bangun terlambat.Kemarin malam, usai mengatakan salam tidurnya, Nia lupa menyalakan alarm. Hingga, akibat dari perbuatannya, mereka pun jadi bangun terlambat. Hanya untung saja, pengantin wanita sudah bangun lebih dulu dan langsung pergi ke tempat di mana dia akan di rias.Namun di mana kawannya yang satu lagi, kalau tidak salah dia yang bertanggung jawwab dengan bunga buketnya. Lantaran dia menyekap bunga itu sejak pagi, yang katanya itu dia lakukan untuk dapat terhubung dengan bunga. Sehingga ketika pengantin wanita melemparkan bunganya nanti, dia dapat menangkapnya dan segera menikah.Baru dia pikirkan, suara temannya itu sudah terdengar dari kejauhan, meskipun di lobi itu sudah dipenuhi oleh tamu yang berbicara sendiri layaknya suara lebah."Nia."Dengan gaun merah men

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Malam Bagi Para Pemilik Perut Kosong

    ~Lima bulan Kemudian."Untuk pernikahan besok. Bersulang.""Bersulang.""Bersulang."Tiga wanita itu pun saling menyatukan kaleng soda mereka, hingga berbunyi suara 'ting' dari permukaan kaleng mereka yang saling bersentuhan.Namun ketika mereka hendak meminumnya bersama, Elsie langsung mengurungkan niatnya dan meletakkan soda itu dengan tatapan sia-sia."Kenapa?" tanya Nia pada Elsie yang tampak kesal lantaran tidak dapat meminum sodanya.Selagi melihat tubuhnya, ia pun mengeluhkan lemaknya yang bertumbuh pesat. "Akhir-akhir ini berat badanku banyak naik. Jadi aku tidak bisa meminum ini dan membuat gaunku kekecilan."Mendengar alasan Elsie, membuat Anna dan Nia menghentikan aktivitas mereka. Hingga satu per satu mulai meletakkan kaleng sodanya."Benar juga." gumam Anna dengan menatap sedih minuman soda itu.Seusai kaleng soda, kini mata mereka tertuju pada makanan melimpah yang ditaruh di

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Hampir Saja Kekasihku Menjadi Kekasih Orang Lain

    "Kau sudah sampai kantor?" tanya Eizel pada Anna, setelah mereka berhasil masuk ke dalam kantor Direktur Eizel yang berdekatan dengan kantor direktur utama. "Kapan? Aku tidak melihat tasmu ketika datang ke kantor Elsie?""Sudah dari tadi." Anna tersenyum getir dan dia mengungkapkan fakta yang terjadi tadi pagi saat ia datang ke kantor. "Sebenarnya aku sudah sampai di kantor satu jam yang lalu."Mendengar kata satu jam, membuat Direktur Eizel mendelik tidak percaya. Namun memang begitulah faktanya, ia sama sekali tidak mengubah kebenaran yang ada. "Jika memang satu jam yang lalu, kenapa aku tidak melihatmu saat datang tadi? Bahkan aku tidak melihat tasmu di meja.""Itu, itu." Dengan terbata-bata Anna mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya tadi terjadi. "Saat aku datang, ternyata di dalam sudah ada Direktur Elsie dan Alvan di ruangan. Lalu karena tak ingin aku mengganggu mereka, Direktur Elsie menyuruhku untuk pergi berjalan-jalan selama beberapa menit. Jadi itul

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Alur Kehidupan

    Kenapa dari semua hal, peribahasa menggambarkan keterkejutan dengan 'sambaran petir'? Dulu Eizel sering mempertanyakannya. Namun pagi ini akhirnya ia pun tahu dengan sendirinya, betapa sangat mengejutkannya petir.Dari awal ke kantor, Eizel tidak mendapatkan firasat apapun. Hingga ketika ia hendak menyerahkan beberapa dokumen untuk di tinjau ulang oleh Elsie, ia merasa baru saja melihat adegan yang tidak pantas di ruangan wanita itu.Eizel melihat sepasang kekasih yang sedang menjalin asmara dengan berbicara manja satu sama lain. Ada kalanya Elsie mendadak mejaruk dan bersikap seolah akan mengakhiri hubungan, tapi dengan sikap yang sama kekanak-kanakannya, Alvan meredakan kekesalannya dan dua orang yang sedang kasmaran itu kembali mesra dengan berpelukan satu sama lain.Hingga karena ia berdiri mematung di depan pintu dalam jangka waktu yang cukup lama, pria dan wanita itu pun menyadari kehadirannya dan tersenyum lebar."Selamat pagi."

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Sekali Lagi Dan Terakhir Kalinya

    Sesuai janjinya, Alvan akan mendatangi Elsie untuk menyatakan perasaannya untuk terakhir kalinya. Namun lantaran selama beberapa hari ini Elsie tidak datang ke kantornya, Eizel —selaku orang yang membantunya—, dia memberikan alamat rumah Elsie padanya.Ternyata lokasi rumah Elsie tidak jauh dari kantor, dan begitu sampai di sana, Alvan tidak melihat tempat tinggal Elsie sebagai sebuah rumah, melainkan sebuah istana. Sangat besar dan megah. Namun apakah wanita itu tidak kesepian, tinggal di rumah sebesar itu untuk dirinya.Setelah membunyikan bel berkali-kali dan tidak mendapat tanggapan, serta menyadari tidak adanya satu mobil kesukaan wanita itu di halaman parkirannya. Alvan pun mengerti kalau wanita itu kini sedang tidak ada di rumah.Jadi dengan sabar dan jantung berdebar, Alvan menunggu wanita itu di depan rumahnya yang ternyata memakan waktu yang cukup lama.Hingga perlahan hari menjadi semakin malam, dan ketika jam menunjukkan bahwa hari

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status