Share

20. Putus

Author: Fit
last update Last Updated: 2021-07-26 20:22:58

"Kalau lo ga bisa jaga hati, lebih baik lo putus sama Gilang!"

Teriakan cewek di hadapannya itu terdengar menggema di dalam toilet. Belum genap jam 10, tapi harinya sudah seburuk ini. Kepalanya terhuyung saat rambutnya di tarik dari segala arah. Bahkan kepalanya berulang kali di tampar. Walau kepalanya terasa sakit,  tapi ia menyempatkan waktu untuk melirik badge nama cewek itu.

Rena Anggraeni.

Kana sangat mengenal cewek ini. Rena satu-satunya cewek yang bisa dekat dengan Gilang untuk waktu yang lama. Mereka berteman sejak taman kanak-kanak. Maka dari itu banyak rumor yang sempat mengatakan bahwa mereka berpacaran. Padahal mereka hanya bersahabat.

Di belakang Rena berdiri 2 cewek yang seperti bodyguardnya. Sedangkan 1 cewek lagi berjaga di depan pintu toilet, memastikan tak ada yang masuk ke sana.

"Lo ga pantas sama Gilang, Na!" seru Rena.

Rena tersenyum kecut menatap wajah Kana. "Gue sudah terlalu la
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • School Diary   21. Pengakuan

    Sudah dua hari sejak pertemuan terakhirnya dengan Kana. Sampai saat ini Gilang hanya bisa memandangi cewek itu dari kejauhan. Cewek itu terlihat tak sehat, bahkan terlihat lebih kurus dari biasanya. Apa mungkin cewek itu tak makan martabak sejak pertemuan terakhirnya?Kini Gilang sudah tak punya alasan untuk bertanya tentang keadaan Kana. Ia juga sudah tak punya alasan untuk mendatangi cewek itu lagi, apalagi menariknya keluar dari kantin. Padahal sebelumnya rutinitas itu selalu ia lakukan. Memaksa Kana sudah menjadi kebiasaan baginya.Kana mengalihkan tatapannya ke meja Gilang. Tatapan mereka tanpa sengaja bertemu. Mereka bisa saling merasakan luka mendalam lewat tatapan tersebut."Na, lo besok datang kan?" tanya Ilham.Kana segera mengalihkan tatapannya ke arah Ilham, lalu mengangguk. "Gue bareng sama Mirna."Ilham bertepuk tangan sekali dengan senyum lebar. "Oke berarti cukup orang ya. Kalau ada yang berhalangan bis

    Last Updated : 2021-07-28
  • School Diary   22. Basah Kuyup

    Kana dengan malas membuka matanya saat merasakan tubuhnya diguncang. Walau terpaksa, tapi ia tetap membuka kedua matanya. Ia melihat sosok Gilang sedang berdiri di sampingnya."Ayo pulang, Na."Kana tersenyum tipis dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih. Lalu ia menganggukkan kepalanya. Ia bangun dari ranjang tersebut, tapi kepalanya terasa sangat nyeri. Apa mungkin karena ia terlalu banyak tidur?"Aduh ... kepala gue sakit," rintihnya.Gilang berbalik lalu membungkuk. "Naik, kita harus segera pergi dari sini sebelum ada yang lihat."Kana menatap punggung Gilang dengan ragu. "Lo yakin? Gue berat loh."Gilang mendengus sebal. "Cepat naik."Mendengar Gilang yang sudah mulai tak ramah, akhirnya Kana memberanikan naik ke punggung cowok tersebut. Lalu dengan perlahan cowok itu mulai berjalan meninggalkan ruang UKS."Tas--""Di motor gue."Kana tersenyum

    Last Updated : 2021-07-30
  • School Diary   23. Opsi pertama dan terakhir

    Kana menggeliat di atas tempat tidurnya. Dering ponsel begitu mengganggu tidurnya. Ia pun dengan malas membuka kedua matanya. Pandangannya masih terasa samar, ia menggunakan tangan kanannya untuk meraih ponsel di meja. Setelah mendapatkan apa yang dicari, ia pun menggeser layar ponselnya. "Halo," ucap Kana dengan suara lemah. "Na, lo ga lupa kan kalau gue ada pertandingan basket?" Kana mengernyitkan dahinya saat mendengar suara cowok. Ia belum sempat melihat siapa yang meneleponnya sepagi ini. "Hah?" ujar Kana. "Lo masih tidur?" "Ini siapa?" tanya Kana. "Lo jawab telepon ga lihat namanya dulu?" Kana pun menjauhkan ponselnya. Ia memicingkan matanya menatap layar ponsel, walau samar ia bisa melihat nama Gilang penuh dengan huruf kapital di layar ponselnya. Kana mendeham pelan lalu mendekatkan kembali ponsel ke telinganya. "Pertandingan apa?" tanya Kana.

    Last Updated : 2021-08-01
  • School Diary   24. Tamu

    Gilang tiba di depan rumahnya tepat pukul 1 siang. Ia tak pulang sendirian, di belakangnya sudah berdiri 4 anggota tim basketnya. Ada Faiz, Kevin, Fahri, dan Ilham. Mereka berencana untuk merayakan kemenangan timnya.Gilang mempersilahkan mereka untuk duduk di kursi yang sudah tersedia. Lalu ia pun pamit untuk mengganti pakaiannya. Setibanya di dalam kamar, ia teringat dengan Kana. Cewek itu lagi-lagi berhasil membuatnya merasa resah, pikirannya menjadi tak tenang. Ia mengusap wajahnya dengan kasar."Gue ga bisa biarkan lo dekat sama Edo," gumam Gilang pelan.Gilang teringat dengan kedua sahabat Kana yang ada di rumahnya. Ia bisa saja mencari informasi tentang cewek itu melalui kedua orang tersebut. Ia pun segera keluar dari kamarnya."Gue lagi di rumah Gilang. Kenapa, Na?"Gilang langsung menoleh ke sumber suara tersebut. Ia melihat Ilham yang berdiri di bibir pintu utama. Nampaknya cowok itu sedang mengobrol dengan K

    Last Updated : 2021-08-03
  • School Diary   25. Pergi

    Matahari sudah kembali menyapa semua orang. Kana sedang duduk di ruang tamu. Sesekali ia menatap wajahnya di layar ponsel. Ia sudah bangun sejak matahari belum menunjukkan sinarnya. Ia merasa semuanya seperti deja vu. Ia sudah pernah menunggu Edo, namun hasilnya cukup menyedihkan. Ia berharap kejadian itu tak akan terulang kembali.Waktu terus berjalan, sudah lebih dari 30 menit ia menunggu kedatangan Edo. Tapi nampaknya cowok itu tak kunjung datang. Lagi dan lagi, penantiannya menjadi sia-sia. Ia pun memutuskan untuk menghubungi cowok itu agar dapat mengetahui alasannya tak kunjung datang. Panggilan langsung di jawab, ia memilih untuk diam tanpa mengatakan apapun."Na," sapa Edo terlebih dahulu."Kak Edo dimana?" tanya Kana.Edo terdiam sejenak, lalu terdengar helaan nafas pelan. "Maaf, Na. Gue ga bisa ke sana."Kana terkekeh pelan. "Santai, Kak. Gue sudah biasa.""Jangan begitu--""Gue tutup

    Last Updated : 2021-08-04
  • School Diary   26. Peninggalan Edo

    Kana menolehkan kepalanya ke segala arah. Ia sudah tiba di sekolah saat gerbang masih terkunci. Tujuannya hanya satu, mencari Edo yang dari semalam tak bisa dihubungi. Waktu terus berjalan, sudah banyak murid yang tiba di sekolah. Tapi orang yang dicari olehnya belum juga menunjukkan batang hidungnya.Tak lama ia melihat Gilang yang datang bersama Mirna. Ia sudah biasa saja melihat kedekatan dua orang itu. Sahabatnya pun sudah mengatakan bahwa hubungan mereka hanya teman dekat. Maka dari itu ia sudah tak mengambil pusing hubungan keduanya."Tumben lo sudah datang, gantiin satpam?" ledek Gilang."Lo lihat Kak Edo ga?" tanya Kana tanpa menjawab pertanyaan cowok itu.Gilang menggelengkan kepalanya. "Emangnya kenapa? Lo ada urusan apa sama dia?"Kana menggelengkan kepalanya. Ia mengambil langkah seribu menuju kelas, lalu menyambar tasnya. Setelah itu ia berlari keluar dari lingkungan sekolah. Ia bahkan tak memperdulikan se

    Last Updated : 2021-08-06
  • School Diary   27. Lo hebat

    Edo tiba di rumahnya setelah memaksa sopir kepercayaan ayahnya. Namun kondisi rumahnya sudah sepi dan gerbang sudah terkunci. Ia yakin Kana dan Faiz sudah pergi. Ia pun menyuruh sopir itu untuk kembali melanjutkan perjalanan.Saat di tengah perjalanan, mata Edo menangkap sosok Kana yang sedang berjalan dengan langkah gontai. Ia pun menyuruh sopir itu untuk menghentikan mobil. Setelah itu ia berlari ke arah cewek yang menarik perhatiannya tersebut."Na!" panggilnya dengan suara lantang.Kana menoleh hingga memperlihatkan mata sembabnya. Melihat kondisi cewek itu membuat Edo merasa sangat bersalah dan menyesal dengan pilihannya.Edo berlari kecil menghampiri Kana yang terus bergeming di tempatnya. Ia pun segera memeluk tubuh mungil cewek itu. Walau pun jalan cukup ramai, tapi itu sama sekali tak membuatnya malu. Rasa rindunya sudah berhasil mengalahkan semua rasa malunya."Kak Edo," gumam Kana pelan.Edo men

    Last Updated : 2021-08-07
  • School Diary   28. Angkot

    Dua hari sejak kepergian Edo membuat Kana merasa kehilangan. Ia mengingat moment kebersamaan dengan cowok itu. Tapi semuanya kini sudah menghilang. Bahkan Gilang juga perlahan sudah mulai menjauhinya. Mungkin ini buah dari keserakahannya.Kana menatap malas papan tulis di depan kelas itu. Ia enggan mencatat semua huruf yang ada disana, tapi dengan terpaksa ia mencatatnya. Tatapan elang Bu Endang seakan siap menerkam siapa pun yang tidak mencatat tugasnya."Kana!"Kana sontak bangun dari kursinya. "Iya, Bu.""Tumben kamu mencatat," ujar Bu Endang.Kana tersenyum tipis. "Iya, Bu. Sebentar lagi kan mau kelas 3."Bu Endang tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya. Namun hal itu justru mengingatkan kesan terakhir yang ditinggalkan oleh Gilang. Setelah memberi pujian semacam hinaan, cowok itu menghilang entah kemana. Kana kembali duduk di kursinya dan kembali mencatat sebelum bu Endang berubah pikiran.

    Last Updated : 2021-08-08

Latest chapter

  • School Diary   Info Terbaru!

    Halo semuanya.Author Fit menerbitkan beberapa karya baru loh. Kalian lebih suka cerita romance atau thriller guys? Jujur aja, sebenarnya saya lebih handal menulis cerita horor/thriller. Setiap harinya saya merasa tidak pernah mengalami writer block. Tapi jika saya hanya mengikuti keinginan pribadi,cerita saya tidak akan laku di pasarannya. Hampir semua platform mengedepankan cerita romance.Oh iya, saya juga menulis di beberapa platform lainnya. mohon dukungannya untuk para pembaca ^^Sekian, untuk School Diary season 2 akan rilis bulan depan. Sedikit bocoran, judulnya akan berubah karena di season 2 lebih membahas tentang kehidupan setelah sekolah.Terima kasih atas perhatiannya ^^Terima kasih.Salam author Fit.

  • School Diary   52. Takdir (END)

    Kini 6 bulan berlalu usai pertemuan terakhirnya dengan Gilang, kini Kana sedikit demi sedikit sudah bisa melupakan cowo itu. Rasa yang dahulu menumpuk hingga setinggi gunung, kini mulai sirna. Buktinya, ia bisa duduk tenang walau nama Gilang terpampang di layar ponselnya. Cowo itu sudah berkali-kali menghubunginya, namun ia enggan untuk menjawab panggilan tersebut."Kana, ponselnya tolong dimatikan."Kana menatap ponselnya sebentar, lalu ia mengangguk. Ia langsung mematikan ponselnya tanpa memikirkan bagaimana perasaan Gilang saat ini. Dewi yang duduk di sebelah Kana hanya bisa tersenyum tipis. Ia sudah mengetahui cukup banyak terkait cowo bernama Gilang.Masa lalu Kana yang cukup menyakitkan."Nanti pulang sekolah kita belajar bareng, 'kan?" kata Dewi setengah berbisik.Kana menoleh ke arah Dewi, lalu ia mengangguk mantap. "Jelas.""Gapapa tuh teleponmu dimatiin? Gilang engga akan datang ke sini, 'kan?" tanya Dewi.Kana mengedikkan b

  • School Diary   51. Balikan

    "Menggambar itu harus pakai perasaan, Do. Biar orang yang lihat gambar kamu, bisa tau gimana perasaanmu."Begitu kata bibi selama proses pembelajaran awal. Edo menggambar garis yang tak beraturan dengan perasaan yang masih abu-abu. Ia tersenyum lebar saat melihat hasil gambarnya. Ia menunjukkannya pada sang bibi. Wajah bibinya sangat terkejut melihat gambar yang ada di kertas tersebut."Kamu kelas berapa sih, Do?" tanya bibinya yang langsung merampas kertas itu dari tangan Edo.Edo menggaruk tengkuknya. "Sudah lulus SMA, Bi.""Terus kenapa gambar kamu kayak anak SD?" tanya bibinya dengan kesal.Edo tersenyum tipis sambil mengangkat bahunya. Ia memang sama sekali tidak memiliki bakat dalam hal seni seperti itu. Bibinya memberikan kertas baru yang masih kosong pada keponakannya itu. Edo menyambar kertas itu dengan semangat yang membara. Ia tidak boleh gagal lagi. Kegagalannya itu pasti karena perasaannya belum tertuang k

  • School Diary   50. Menggambar

    Melihat Kana yang memejamkan matanya membuat Ferdi tak bisa menahan tawa. Ia langsung menjauh dan mundur dua langkah. Setelah itu Kana membuka matanya. Ia menatap Ferdi dengan kesal. Ia bergegas pergi, namun dengan cepat Ferdi menahan tangannya."Mau ke mana cantik?" goda Ferdi.Kana mendecak sebal. "Diam lo!"Dalam satu tarikan, Kana sudah ada di samping Ferdi."Apa sih?" tanya Kana dengan marah.Ferdi menghela napasnya pelan. Ia menggenggam kedua lengan Kana dengan lembut."Sebenarnya ada yang mau gue omongin sama lo, Na. Udah ya jangan marah lagi," kata Ferdi.Kana menjawabnya hanya dengan anggukan pelan. Setelah itu Ferdi melepas sebelah tangannya. Ia mengambil sesuatu dari sakunya. Ia meletakkannya di telapak tangan Kana. Ternyata sebuah kalung perak dengan lambang hati. Kana menatap Ferdi dengan bingung."Ini apa?" tanya Kana.Ferdi tersenyum tipis. "Ini bakwan,

  • School Diary   49. Karena cinta

    Hari ini Gilang sudah berangkat ke Yogyakarta. Ia akan mengurus pendaftaran kuliahnya di salah satu universitas yang cukup ternama. Alasan utamanya memilih Yogyakarta adalah untuk bisa lebih dekat dengan Kana. Walaupun teman-temannya sudah bersikeras untuk memaksanya agar tetap ke Kanada, tapi cinta sudah membutakannya. Ia lebih memilih Kana."Hubungi papa kalau sudah selesai," kata papanya ketika sudah tiba di depan gerbang kampus.Gilang mendesis pelan. "Aku sudah besar pa, aku bisa pulang sendiri."Papanya mengangguk pelan. Apa yang dikatakan oleh putranya itu memang benar. Setelah kepergian papanya, Gilang segera memasuki universitas pilihannya tersebut. Deretan gedung yang besar langsung memanjakan kedua matanya. Ia menyusuri kawasan itu dan mencari tempat pembayaran. Setelah ditemukan, ia sangat terkejut saat melihat sosok Ren yang sudah lebih dahulu mengantri di loket pembayaran. Cewek itu menoleh, lalu terkejut saat melihat kehadiran Gi

  • School Diary   48. Perpisahan

    Waktu berlalu begitu cepat, Kana sedang bersiap pergi menghadiri acara perpisahan di sekolahnya. Sebentar lagi ia akan berpisah dengan Ferdi. Sebenarnya ia tak ingin berpisah, tapi cowok itu harus segera pergi ke Kanada. Ia berhasil mendapat beasiswa yang diinginkannya selama ini. Kana tidak bisa lagi menghalangi langkah Ferdi. Ia melihat gerbang sekolah yang terbuka lebar. Suasana begitu meriah, terutama saat kumpulan balon terikat di dekat tiang bendera. Balon itu nantinya akan terbangkan setelah wisuda selesai.Kana berlari kecil saat melihat Dewi yang melambaikan tangan ke arahnya. Cewek itu mengenakan seragam putih abu-abu dilengkapi almamater. Sahabatnya itu bertugas untuk menjaga pintu masuk bersama anggota osis lainnya. Kana tersenyum lebar lalu merangkul bahu Dewi. Walau mereka saling mengenal kurang dari satu tahun, tapi kedekatan mereka tidak diragukan lagi."Kamu udah ketemu sama Kak Ferdi?" tanya Kana.Dewi menggelengkan kepalanya.

  • School Diary   47. Pelaku sebenarnya

    Kana dan Ferdi sudah berada di dalam travel. Mereka memutuskan untuk langsung pulang walau hari sudah sangat larut. Selain karena tidak memiliki tempat tujuan, Kana juga sudah tidak ingin berada di sana. Ia lebih suka berada di rumah barunya. Hanya di rumah itulah ia bisa merasakan ketenangan walau tanpa harus diusik orang Gilang. Kana melirik Ferdi yang duduk di sampingnya, cowok itu nampak sudah memejamkan matanya. Kini menyisakan Kana seorang diri yang masih terjaga. Ia mengambil ponselnya, lalu membuka sosial media. Tiba-tiba ada permintaan pesan, ia pun langsung membukanya. Kana mendengus pelan, hidupnya sudah tidak lagi tenang. Cowok itu kembali akan menghantui kesehariannya seperti dahulu. Tanpa membuang waktu, Kana langsung memblokir akun tersebut."Siapa?"Kana menoleh ke arah Ferdi yang baru membuka matanya. Lalu ia menggeleng sambil tersenyum lebar. Kana kembali memasukkan ponsel ke tasnya. Namun Ferdi dengan cepat menahan ponsel itu sebelum masu

  • School Diary   46. Benci dan rindu

    Kana tiba di depan rumah sakit yang berada tak cukup jauh dari SMA Permata Putri. Ia dan Ferdi langsung menuju ruang rawat Gilang yang sudah diberitahukan oleh Mirna. Ia setengah berlari memasuki lift yang sebentar lagi tertutup. Untungnya, orang di dalam lift membiarkannya masuk terlebih dahulu. Kana melirik Ferdi yang sedari tadi hanya diam. Cowok itu menundukkan kepalanya."Terima kasih, Kak," gumam Kana.Ferdi beralih menatap Kana dengan senyum lebarnya. "Kesurupan hantu lift lo? Tumben manggil gue gitu."Kana terkekeh pelan. "Kayaknya iya."Ferdi melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Kita ga bisa pulang hari ini, Na. Sudah hampir jam 10 malam."Kana mengangguk pelan. "Kita bisa tidur di rumah sakit.""Apa ga sebaiknya lo tidur di rumah Mirna? Biar gue yang di rumah sakit," ujar Ferdi.Kana tersenyum lebar lalu menepuk bahu Ferdi cukup keras. Ia benar-benar tidak berpiki

  • School Diary   45. Batas antara sahabat

    Gilang membuka matanya dengan perlahan. Pandangannya terasa memburam, semuanya abu-abu. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, barulah pengelihatannya berwarna. Ia melihat Faiz yang sedang menatapnya dengan cemas. Ada juga Kevin yang terus menundukkan kepalanya memandang ponsel. Gilang memaksa tubuhnya untuk bangkit, tapi ternyata sangat sulit."Jangan gerak dulu, Lang!" ucap Faiz.Gilang menghela napasnya pelan, ia kembali merebahkan tubuhnya di posisi yang paling nyaman. Ia memejamkan kedua matanya. Kejadian beberapa jam yang lalu kembali terlintas di otaknya. Ia sempat melihat mobil yang menabraknya tersebut. Honda Jazz berwarna merah terang. Tapi ia sama sekali tak ingat plat mobil tersebut. Jika mencarinya hanya berbekal nama dan warna mobil itu, pasti akan sangat sulit. Tak hanya ada satu atau dua orang yang memiliki mobil seperti itu."Lo ingat?" tanya Faiz.Gilang menggelengkan kepalanya. "Gue cuma ingat warna mobilnya."

DMCA.com Protection Status