Home / Romansa / Scarred Hearts / Keputusasaan

Share

Keputusasaan

Author: bittermelon
last update Last Updated: 2021-09-15 10:26:30

Pikiran Aria kusut.

Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan lagi. Pesan dari Arion muncul di ponselnya siang tadi. Memberitahu Aria bahwa ia sudah menemukan tempat dan orang yang cocok untuk menggugurkan kandungan. Tinggal menunggu kapan Aria siap. Lebih cepat, lebih baik.

Kalau saja pesan dari Arion tiba dua atau tiga hari lebih awal, ini semua tidak akan terjadi. Kandungan Aria pasti sudah digugurkan sebelum ia ketahuan.

Aria ingin tertawa, lalu menangis. Betapa kejamnya takdir yang mempermainkannya ini!

Aria tidak pernah keluar rumah untuk pergi ke bar seumur hidup. Ia hanya pergi sekali dan ia berakhir tidur dengan seorang yang tidak diinginkan. Ia hanya pernah berhubungan intim sekali, dan ia berakhir hamil. Sekarang, ketika ia sudah memutuskan untuk menggugurkan kandungannya, ia hanya terlambat satu langkah!

Permainan apa yang sedang Tuhan berikan untuknya ini?

Wajah marah dan kecewa sang ayah membayang di matanya. Wajah sedih da

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Scarred Hearts   Tuduhan yang Salah

    Andra menarik kerah kemejanya hingga ia kembali bangkit. "Brengsek lo!" teriak Andra sambil mengguncang Niko. Niko bisa mengecap rasa darah di lidahnya akibat pukulan Andra. Rasa marah mulai menguasainya. Ia tidak punya waktu untuk ini. Ia harus segera pergi ke tempat Aria. "Lepaskan! Kak Andra apa-apaan?!" Bukannya dilepas, cengkeraman Andra malah semakin erat. "Lo yang apa-apaan! Kenapa lo tega lakuin itu?!" Lakuin apa? Niko tidak merasa punya masalah dengan orang ini. Ia merenggut tangan Andra dari pakaiannya hingga terlepas. Niko merasa kesabarannya mulai terkikis. "Lakuin apa? Apa maksud Kak Andra? Aku enggak ngelakuin apa-apa!" "Lo masih bisa berpura-pura seperti ini?!" Andra melayangkan pukulan kembali, namun kali ini Niko menangkap tangannya. Ia tidak bersedia dipukuli tanpa alasan yang jelas. "Aku enggak punya waktu meladeni kegilaan Kak Andra!" Andra tertawa marah, "Oh gitu? Terus lo punya wakt

    Last Updated : 2021-09-15
  • Scarred Hearts   Tanpa Daya

    "Saya tidak mengerti-" "Kita akan melewatkan sesi elak mengelak, Niko," potong wanita paruh baya itu sembari menautkan kesepuluh jemainya di atas meja. Seperti sedang berdoa. "Terlepas dari apakah kamu sungguh melakukannya atau tidak, hal ini sudah terjadi." Kata-kata yang blak-blakan seperti itu terasa seperti bogem mentah yang dilayangkan ke tulang rusuk Niko. Kepanikan mulai merambati pikirannya. Ia dituduh menghamili Aria hingga sang kakak kelas bunuh diri. Tuduhan itu dipajang di media massa. Diperlihatkan kepada semua orang bahwa Niko adalah seorang pemerkosa dan pembunuh. Niko bahkan belum sempat membiarkan dirinya berduka atas kematian Aria. Pikirannya semata-mata menolak untuk memikirkan hal itu. "Kenyataan bahwa ini adalah inisial namamu," lanjut Bu Elina. Kukunya yang dimanikur dan dicat merah darah mengetuk-ngetuk surat kabar. "adalah apa yang sebenarnya kita hadapi." Niko bungkam. Ia ingin membela diri. Ia ingin berteriak dan meng

    Last Updated : 2021-09-15
  • Scarred Hearts   Hati yang Koyak dan Berdarah

    Niko sangat menyegani ayahnya. Mereka memang tidak sering menghabiskan waktu bersama. Namun, pembawaan sang ayah yang penuh wibawa dan karisma membuat Niko mengaguminya sejak kecil. Ayahnya, Deni Hendratta, tidak sekaku dan sekeras ayah teman-temannya. Ia selalu membiarkan Niko untuk menggeluti berbagai macam hobi yang ia inginkan dan selalu mendukung hobi tersebut. Entah itu panahan, piano, klub sastra, teater, apapun itu, sang ayah tidak pernah melarang. Ia juga selalu bangga tiap kali Niko menunjukkan hasil ulangan. Tidak peduli jika Niko berada di peringkat atas atau tidak, selama nilainya tidak merah, ayah akan tersenyum dan memujinya. Ia juga sangat memercayai Niko untuk bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan perbuatannya. Dibandingkan dengan sang ayah, Niko tidak begitu dekat dengan ibunya. Sang ibu, Wulan Anggraeni, memiliki watak tegas dan tidak banyak bicara. Membuat Niko kadang-kadang merasa takut karena ia tidak bisa memba

    Last Updated : 2021-09-15
  • Scarred Hearts   Gugatan Cerai Mas Arya

    Niko mengelus topibaseballputih di pangkuannya. Hadiah ulang tahun yang kedelapan dari sang ayah. Dulu, menurutnya topi itu keren sekali sewaktu ia pakai untuk latihanbaseball. Niko tersenyum kecil mengingat ia pernah dengan bangga memamerkan topi itu pada teman-temannya. Seketika ia ingat kejadian hari ini. Niko melempar topi itu ke sudut paling bawah lemari yang sengaja ia buka. Remaja itu lanjut mengepaki barang-barangnya. Hanya butuh beberapa menit sampai ia selesai. Niko memutuskan untuk tidak membawa terlalu banyak barang. Ia berpikir hal itu hanya akan membuatnya lebih banyak teringat akan kejadian hari ini daripada kenangan indah. Niko mengedarkan pandangan sekali lagi ke seisi ruangan. Kamar ini ia pakai lebih dari sepuluh tahun. Tempat ini adalah saksi bisu tentang bagaimana Niko tumbuh dan berubah seiring pertambahan umurnya. Ia mungkin tidak akan melihat kamar ini lagi dalam waktu yang lama. Mungkin sela

    Last Updated : 2021-09-15
  • Scarred Hearts   Awal Perpisahan

    Alyasha menatap nanar surat yang disodorkan sang suami di atas meja. Arion dan Annanda sudah kembali ke kamar masing-masing. Hanya ia dan Mas Arya yang masih duduk berdua di ruang tengah. Mereka tidak mengucapkan apa-apa. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Alyasha mengangkat wajah untuk menatap Mas Arya. "Mas...." Mas Arya menoleh padanya. Ada gurat lelah dan luka di dalam matanya dan Alyasha tidak tahu kenapa. Ia tidak mengerti kenapa Mas Arya masih bisa menunjukkan wajah bersedih di saat ia yang mengajukan gugatan perceraian. "Kita hentikan saja semua ini, Alya," ujarnya pelan. Nadanya terkesan berat dan penuh beban. Seolah-olah ia sudah tidak sanggup untuk melanjutkan permainan rumah tangga yang sedang mereka lakoni. Atau mungkin memang sebenarnya seperti itu. Alyasha sendiri juga merasa lelah. Ia masih mencintai Mas Arya. Perasaannya masih tidak berubah bahkan setelah semua yang Mas Arya lakukan. Alyasha masih tetap mencintainy

    Last Updated : 2021-09-15
  • Scarred Hearts   Rumah?

    Annanda menatap kosong langit-langit kamarnya. Beberapa hari terakhir ia dan ibu diantar dan dijemput oleh Arion. Suasana di dalam mobil terasa sangat canggung dan menyesakkan sampai-sampai Annanda berpikir akan lebih mendingan jika ia pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Kalau bisa memilih, Annanda lebih suka diantar oleh Mang Tito. Setidaknya supir mereka yang setia tidak akan menyindir dan mencemooh Annanda di setiap kesempatan. Mang Tito selalu tersenyum ketika menyapa Annanda dan selalu mengajak berbincang di sepanjang perjalanan. Gadis yang beranjak remaja itu menutup mata dengan sebelah tangan. Sialnya, ingatan tentang seorang kakak yang dulu sangat menyayanginya malah kembali terputar dalam benaknya. Dulu, Arion sering sekali mengajaknya untuk membeli buku, kemudian, mereka akan mampir ke kedai es boba. Kini, koleksi buku Annanda sudah lama sekali tidak bertambah. Koleksi buku-bukunya yang lama berada di dalam lemari di sudut kamar, terkunci

    Last Updated : 2021-09-15
  • Scarred Hearts   Kecelakaan

    Arion mengisap rokokcannabis-nya dalam-dalam dan menahan asap itu selama mungkin di paru-paru sampai dadanya terasa sakit. Ia mendongak, mengembuskan napas pelan-pelan dan memerhatikan gulungan asap yang keluar dari bibirnya. Sebentar lagi ia harus menjemput ibu dan adiknya. Arion butuh menenangkan diri sebelum bertemu dengan dua orang yang paling ia benci. Hanya dengan merokok ia bisa mendapat ketenangan ituuc. Ia tahucannabisakan membuatnya ketergantungan. Merusak tubuh dan pikirannya. Tapi, memangnya apa yang masih belum rusak dari dirinya? Tidak ada bedanya jika ia memakai narkoba atau tidak. Ia memang sudah rusak. Apa boleh buat. Arion beranjak, dan merasa dunia ikut berputar. Ia berpegangan pada punggung sofa, menggelengkan kepala untuk menjernihkan pikiran. Ketika sudah bisa mengendalikan diri, Arion mengendarai mobilnya keluar dari rumah. *** Annanda menunggu lama sekali di depan sekolah hing

    Last Updated : 2021-09-15
  • Scarred Hearts   Kekalutan Aryadi

    Kota Berlin hari itu membeku. Suhu dingin bulan Nopember membuat Aryadi harus mengenakan berlapis-lapis pakaian ketika keluar dari hotel tempatnya menginap untuk menuju ke tempat meeting. Hanya tinggal selangkah lagi dengan sejumlah penandatanganan berkas-berkas, maka ia bisa mulai pembangunan cabang perusahaannya di sini. Ini salah satu langkah besar untuk perkembangan bisnisnya. Aryadi baru melepaskan mantel dan hendak menaruhnya di ruang yang disediakan ketika ia ponselnya berdering. Ada panggilan masuk dari salah satu anak buah kepercayaannya. Aryadi memutuskan untuk mengangkat telepon itu karena ia tahu bawahannya tidak akan menghubungi jika tidak ada masalah mendesak. "Ya, Arman?" tanya Aryadi tanpa basa-basi. "Pak Arya." Suara gugup Arman terdengar tidak seperti biasa. Pria itu selalu berbicara dengan tegas dan to the point, yang merupakan salah satu hal yang disukai Aryadi dari cara kerjanya. Aryadi mengerutkan kening mendengarkan kata

    Last Updated : 2021-09-15

Latest chapter

  • Scarred Hearts   Breakdown

    Apa yang kau inginkan, Annanda.Jika pertanyaan itu diucapkan padanya ketika ia masih kecil, Annanda akan memiliki banyak sekali jawaban. Banyak sekali hal di yang ia inginkan di dunia ini.Namun Annada yang sekarang bukan lagi anak kecil naif yang masih menatap dunia di sekitarnya dengan mata berbinar-binar penuh harap dan kebahagiaan. Banyak sekali hal yang telah disaksikan oleh kedua pasang mata itu, dan hal-hal tersebut telah membuat Annada berubah jauh dari ia yang dulu.Annanda menatap anak lelaki yang berdiri demikian dekat darinya. Wajah mereka demikian dekat hingga ia bisa mencium aroma mint napas Arga. Sepasang mata kelam yang tajam itu tampak seperti danau gelap tanpa dasar. Annanda ingin tenggelam di dalamnya, namun juga takut.Apa yang ia inginkan?Tidak ada banyak hal di dunia ini yang masih bisa ia sebut sebagai miliknya. Annanda yang sekarang tidak memiliki keberanian untuk untuk mengakui apakah ia diijinkan untuk meng-klaim sesuatu yang berharga seperti Arga sebagai m

  • Scarred Hearts   Perasaan yang Tidak Menentu

    Annanda menciumnya.Ulangi.Annanda menciumnya.Roger that!Arga sampai sama sekali tidak bergerak saking kagetnya ia. Ia hanya berdiri mematung di sana seperti orang bodoh, dengan bibir sedikit membuka karena syok. Jangan salah paham. Ini tentu saja bukan kali pertama ia ciuman, oke?! Walaupun bersetubuh lebih sering ia lakukan daripada berciuman, tetap saja ia bukannya orang yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hal ini!Reaksinya yang hanya terpaku diam semata-mata dikarenakan syok! Sama sekali bukan karena ia tidak tahu harus melakukan apa dengan tangan, bibir, dan anggota tubuhnya yang lain. Otaknya benar-benar blank. Seperti kartu memori yang tidak sengaja ter-format dan kini kosong melompong. Ia tidak bisa memikirkan apapun selain tubuh Annanda yang lebih pendek darinya berjinjit untuk meraih Arga yang tidak kepikiran untuk menunduk. Harumnya yang manis dan terkecap sampai ke belakang tenggorokan Arga. Hangat bibirnya...Annanda mengeluarkan suara pelan yang teredam

  • Scarred Hearts   Susah Dijelaskan, Mending Ciuman

    Hari sudah sore. Matahari sudah sangat condong di ufuk barat, hampir sepenuhnya tenggelam. Waktu berlalu dengan cepat ketika kau mendongkol sepanjang hari.Arga bermaksud untuk pulang. Sungguh. Ia bahkan telah mengambil jalan memutar untuk keluar lewat gerbang belakang karena Mahesa memberitahu bahwa Anna menunggunya di gerbang depan. Ia tidak ingin melihat wajah anak itu untuk sementara ini.Ia tidak ingin...."...."Anna mendongak ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya. Mata cokelat hangat itu bertemu dengan obsidian gelap milik Arga. Anak lelaki itu menahan keinginannya untuk segera berpaling dan lari. Atau berjalan mendekat untuk menghampiri gadis itu. Tidak, tidak. Coret kalimat yang terakhir. Arga tidak ingin menghampiri Annanda. Sama sekali tidak.Sepertinya ada sesuatu yang tercermin dalam ekspresi Arga, karena setelah beberapa saat berdiri diam dan memandangnya tanpa ekspresi, Annanda akhirnya memalingkan pandangan sedikit, sebelum membuka mulut untuk bicara.

  • Scarred Hearts   Friends with Benefit

    Ren sesungguhnya tidak benar-benar serius ketika ia menawarkan diri untuk berbicara pada Annanda.Annanda, meski ia adalah seorang gadis dan tubuhnya jauh lebih kerempeng daripada Ren, tetap saja menakutkan bagi anak laki-laki tersebut mengingat Ren pernah melihat sendiri bagaimana ia menyeret seorang kakak kelas dengan begitu brutalnya hingga hair extention kakak kelas tersebut lepas semua.Annanda sangat ganas. Muka juteknya sama sekali tidak menolong kesan pertama yang Ren miliki tentangnya.Namun Ren sudah terlanjur berkata pada Mahesa bahwa ia akan menemui Annanda. Ia tidak suka berbohong pada orang lain, terlebih pada sahabatnya sendiri.Maka, ketika Bastian dan Mahesa membereskan bola-bola basket yang mereka gunakan untuk latihan sebelumnya, Ren menyandang tas punggung di sebelah bahunya dan melangkah menuju gerbang depan sekolah.Ren melihat seseorang sedang berdiri di depan gerbang, memunggunginya. Namun orang tersebut jelas bukan Annanda.Dilihat sekilas pun, walau Ren hany

  • Scarred Hearts   Menghindar, Mengabaikan

    Saran Niko untuk meminta maaf berputar-putar di benak Annanda seperti lebah yang mendengung mengganggu.Haruskah ia melakukannya? Namun, Annanda tidak pernah memilikiskillyang baik dalam membangun komunikasi dengan orang lain. Ia tidak tahu bagaimana harus mendekati Arga yang terlihat sekali sedang menghindarinya dan masih kesal padanya.Lama-lama, Annanda jadi pusing sendiri. Hatinya terus menerus mendesaknya untuk mendekat dan menyapa, namun, kata-kata tidak mau keluar dari bibirnya.Alhasil, beberapa kali berpapasan dengan Arga, ia selalu terdiam dan membeku di tempat sembari memaku pandangan pada sang pemuda namun ia tidak mengatakan apapun.Arga hanya menatapnya sekilas sembari mengangkat sebelah alis. Meliha

  • Scarred Hearts   Yuk, Pacaran

    "Jadi?"Niko mengangkat kepalanya sedikit. Ia baru sadar Annanda menuntunnya ke sebuah ruangan yang jauh dari keramaian. Tidak ada siapapun di sini. Hanya meja dan kursi yang ditumpuk-tumpuk dan kardus-kardus yang entah berisi apa. Sepertinya ini ruang kelas lama yang dialihfungsikan sebagai gudang.Annanda menunggu jawaban dengan tangan disilangkan di depan dada. Ekspresinya sedatar permukaan meja, namun, Niko hampir bisa melihat api tak kasat mata berkobar di belakang tubuhnya.Niko menelan ludah sembari berpikir alangkah beruntungnya ia karena belum juga dihajar hingga detik itu."Anna," ucap Niko. "Mau jadi pacarku, nggak?"Ia mungkin akan dihajar di detik selanjutnya.

  • Scarred Hearts   Hasrat untuk Melindungi

    "Jadi, Anna." Mahesa bertanya padanya ketika pesanan mereka telah terhidang di meja. "Menurutmu, Arga bagaimana?""Keras kepala dan agak gila," sahut Annanda cepat. "Juga sangat menyebalkan. Bukan kombinasi sifat yang bagus."Sebastian terkekeh senang. "Ini pertama kali aku mendengar pendapat semacam itu tentang Arga. Biasanya, orang akan berkata ia ramah, baik hati, tidak sombong, blablabla.""Ini juga pertama kali Arga mengejar-ngejar seseorang sampaiseperti itu," timpal Ren.Sebastian mengangguk setuju. "Biasanya dia yang dikejar-kejar.""Arga masih dikejar-kejar, kok." Ren mengunyah roti melon miliknya. "Kemarin sekitar empat atau lima kali ke belakang gedung. Pas

  • Scarred Hearts   Overprotektif?

    Orang yang terakhir muncul adalah Mahesa Saputra. Ia membawa duacup cappuchinodi masing-masing tangan. Ia tinggi, tenang dan kalem. Pembawaannya dewasa dan tampak seperti tidak banyak bicara. Ia mengulurkan salah satucuppada Annanda dengan senyum kecil yang teduh. Annanda otomatis menerimanya karena entah kenapa orang ini seperti memiliki aura lembut seperti ia tidak akan mencelakai bahkan seekor nyamuk pun. "Thanks," ucap Annanda pelan. "Sama-sama, Annanda." "Panggil saja Anna," ralat gadis itu. Mahesa mengangkat sebelah alis, namun memutuskan untuk tidak berkomentar. "Anna,

  • Scarred Hearts   Alasan untuk Membela Diri

    "Arga," panggil Ren. "Orang yang kamu kejar-kejar setiap hari itu benar-benar parah." Ren melihat bagaimana Annanda menyeret seorang siswi lain tanpa ampun sepanjang koridor sekolah. Di siang bolong. Gadis liar macam apa yang bisa berlaku seperti itu? "Hm?" Arga menggumam tidak peduli. "Oh, dia pasti punya alasan sendiri, kok." "Meski begitu, tetap saja dia itu barbar sekali," bantah Ren. Arga mengangkat sebelah alisnya. "Ren, apa kamu pernah di-bully?" "Tentu saja enggak! Kalau ada yang berani berpikir begitu, ia bakal menyesal seumur hidup dan-" Kesadaran nampak di wajah remaja berwajah imut itu. "Dia di-bully

DMCA.com Protection Status