Beranda / Romansa / Scarred Hearts / Kekhawatiran Annanda

Share

Kekhawatiran Annanda

Penulis: bittermelon
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-10 19:15:37

Pas bunga di tangan Raven terlepas dan tejatuh. Suaranya teredam permadani yang terhampar di lantai. Raven mundur dengan panik, menolak memercayai apa yang telah ia lihat.

Anak laki-laki itu berbalik dan berlari keluar rumah dengan kalut.

Arion melangkah dengan pikiran seperti benang kusut. Ia bahkan tidak sadar ke mana tepatnya ia melangkah. Namun ketika ia mengangkat wajah, ia melihat bahwa jalan yang sedang ia lalui adalah jalan menuju sekolah Annanda.

Ia pergi menjemput adiknya dengan berjalan kaki. Sekali itu, Arion tidak keberatan. Ia butuh menjernihkan pikirannya.

Begitu banyak pertanyaan yang mencul dan mengambang di benak Arion.

Kenapa ibunya sudah pulang padahal Arion diber tahu bahwa ia akan pulang sekitar tiga hari lagi? Siapa laki-laki itu? Kenapa ibunya melakukan itu dengan laki-laki lain? Apa yang terjadi? Apa yang akan terjadi pada keluarganya?

Lalu, Arion mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan must

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Scarred Hearts   Perselingkuhan Ayah

    Malam itu, Arion duduk di meja makan dengan punggung tegak karena tegang. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi saat ayah dan ibunya bergabung dengan mereka di ruang makan. Arion menelan ludah gugup. Ia melirik sang adik yang tengah asyik membaca buku sambil menunggu orang tua mereka. Namun yang Arion takutkan tidak terjadi. Tidak ada tindak-tanduk janggal maupunawkwarddari sang ibu. Ia bersikap hangat dan lembut seperti biasa dan diam-diam Arion merasa lega. Arion tahu apa yang telah dilakukan ibunya bukanlah hal yang benar. Dan ia takut akan konsekuensinya terhadap keluarga mereka. Karena itulah Arion tidak mengatakan apa-apa. Melihat kedua orang tuanya bersikap biasa saja, Arion merasa lega karena yang ia tak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Scarred Hearts   Kehangatan yang Perlahan Hilang

    Lift berdenting terbuka dan Annanda melangkah riang menuju ruangan sang ayah. Ia begitu bersemangat dan tidak sabar karena ini adalah kejutan untuk ayahnya. Annanda sudah bisa membayangkan ayahnya akan tertawa senang sambil memeluknya, lalu mereka akan makan kue bersama. Mungkin Annanda bisa membujuk ayahnya untuk merayakan kembali ulang tahunnya di rumah ketika keluarga mereka berkumpul. Saking bersemangatnya ia, Annanda sampai lupa untuk mengetuk pintu kantor dan membukanya begitu saja. "Ayah!" serunya gembira bahkan sebelum ia sempat melihat sosok sang ayah. Namun, langkah Annanda mendadak berhenti ketika melihat ayahnya tidak sedang sendirian di ruang kerja. Seorang wanita tengah duduk di pangkuan sang ayah. Rambut cokelatnya tergerai berantakan di punggung. Tangan ayahnya memeluk pinggang wanita itu. Mereka tengah berciuman. Ketika mereka mendengar suara Annanda, kedua orang itu mematung. Si wanita buru-buru melepaskan diri dari a

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Scarred Hearts   Sebagai Tempat Pelampiasan

    Arion tidak lagi bisa memandang ibunya dengan tatapan yang sama seperti dulu. Semenjak ia melihat apa yang dilakukan sang ibu di kamar orang tua mereka bersama lelaki lain, Arion merasakan api amarah kecil perlahan meletup dan semakin membesar di dalam hatinya. Mengapa ibu melakukan itu? Mengapa mengkhianati ayah seperti itu? Apakah ia tidak bahagia memiliki keluarga ini? Apa yang ia rasa kurang dari keluarga ini? Semakin tumbuh remaja, pertanyaan-pertanyaan itu semakin mengganggu Arion. Semakin labil emosi yang ada dalam hatinya. Padahal selama ini Arion selalu yakin orang tuanya saling mencintai. Pengkhianatan sang ibu membuat rasa hormat Arion terhadap wanita yang telah melahirkannya terkikis sedikit demi sedikit. Ayah sangat mencintainya. Arion dan Annanda juga sangat mencintainya. Lalu, apa yang kurang?! Kadang-kadang, ketika Ibu menatapnya dengan raut wajah lemah lembut dan pengertian yang selalu ia berikan, Arion merasa muak.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Scarred Hearts   Mabuk

    Jesselyn mengalungkan lengannya di sekitar leher Aryadi. Wanita itu tersenyum menggoda dan mendekatkan wajah hingga napas mereka beradu. Aryadi mengacuhkannya. Tidak mendorong, maupun memberik apa yang jelas diinginkan wanita itu. Pikirannya terasa seperti benang kusut yang tidak bisa diurai. Ia memilih untuk meneguk gelas minuman yang entah keberapa malam itu. "Jangan minum terlalu banyak, Pak," bisik Jesselyn di telinganya. "Nanti kita tidak bisa menikmati sisa malam bersama." Pria berwajah tampan itu memilih untuk memakukan pandangan pada lantai bar yang gelap dan hanya diterangi cahaya lampu warna-warni yang berselang-seling. Musik DJ berdentam-dentam menggetarkan lantai. Tubuh-tubuh orang yang menari berdesakan. Hanya di tengah hiruk pikuk seperti itu Aryadi bisa menemukan ketenangan. Pikirannya teralihkan dari segala masalah yang tengah ia hadapi. "Pak," desah Jesselyn lagi. Bibirnya demikian dekat dengan telinga Aryadi hingga ia

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • Scarred Hearts   Pertengkaran Besar

    Aryadimenelan ludah pahit. Tidak pernah terpikirkan olehnya untuk menyakiti Alyasha. Mengapa sang istri terlihat seolah Aryadi berniat untuk menyakitinya? Kenapa Alyasha berpikir seperti itu? Aryadi sangat mencintainya. Dalam pikiran yang sedang dipengaruhi alkohol, Aryadi tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang sudah terjadi. Ia hanya ingat bahwa mereka saling mencintai. Keluarga mereka penuh penuh kehangatan dan kebahagiaan. "Alya," panggilnya lagi. Kali ini Alyasha mengerjap, dan seketika seluruh ketakutan seolah menguap dari tubuhnya. "Mas Arya," ujarnya dengan senyum yang tidak mencapai mata. Aryadi tidak terlalu memikirkannya. Ia menendang sepatunya hingga terlepas, dan mendekati Alyasha di atas ranjang. Sang istri tidak bergerak menjauhinya lagi. Ketika ia mempertemukan bibir mereka lembut, Aryadi merasa tubuh Alyasha sedikit menegang, namun tidak menolaknya. Aryadi beringsut hingga ia menindih tubuh san

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • Scarred Hearts   Hancur Perlahan

    Saking marahnya ia, Alyasha sampai tertawa. "Aku? Aku yang memulai? Aku meminta Mas Arya untuk memberhentikan wanita penggoda itu, tapi Mas Arya menolak! Kenapa?! Mas Arya tidak ingin kehilangan selingkuhan?! Dan Mas Arya masih punya kepercayaan diri untuk mengatakan aku yang memulai semua ini?!" Aryadi meraih gelas dari atas meja dan melemparnya ke dinding hingga pecah berantakan. Suaranya demikian nyaring menggema dalam rumah itu. "Kamu yang terlebih dahulu membohongiku! Kamu berkata sedang menginap di rumah Sashya, namun sebenarnya kamu sedang bersama pria itu di hotel! Kamu kira aku tidak tahu?! Berapa lama kamu sudah membohongiku seperti itu, Alyasha!" Alyasha menatapnya dengan mata melebar terkejut. Kejadian beberapa bulan yang lalu ketika ia mabuk dalam gathering yang diadakan Agency-nya berputar di dalam benak. Mas Arya tahu bahwa ia berbohong? Tapi tidak ada apapun yang terjadi antara ia dan Juan hari itu! "Itu tidak benar!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • Scarred Hearts   Ikatan yang Terurai

    Aryadi tiba di kantornya hari itu dengan wajah muram. Semua karyawan yang berpapasan dengannya menundukkan kepala dan menggumamkan salam mereka, yang sama sekali tidak ditanggapi olehnya. Hubungan gelap sang CEO perusahaan dengan asisten pribadinya telah menjadi rahasia umum di perusahaan itu. Karyawan yang baru bergabung selalu bergosip tentang itu di setiap kesempatan. Sementara karyawan lama yang masih bertahan hanya bisa menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepala. Mereka ingat betapa harmonisnya keluarga Pak Arya dulu. Istri dari bos mereka sering kali datang berkunjung membawakan bekal. Semua orang mengenalnya karena selain sangat cantik dan terkenal sebagai mantan model, Alyasha sangat ramah kepada siapapun. Tidak ada yang mengerti kenapa Pak Arya mau mengkhianati sang istri demi wanita seperti Jesselyn. Tak seorangpun di perusahaan yang menyukai Jesselyn. Wanita itu terlalu angkuh, terlalu glamour, dan tidak segan-segan menggoda siapapun

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Scarred Hearts   Kebencian

    Arion menatap keluar jendela bus yang meluncur mulus di jalanan beraspal yang akan mengantarnya ke sekolah pagi itu. Ada sebagian kecil hatinya yang merasa bersalah kalau teringat suara sedih Annanda saat bicara padanya pagi itu. Namun, perasaan bersalah itu segera saja digulung rasa marah dan jijik mengingat pembicaraannya dengan sang ayah dua minggu yang lalu. Beberapa hari setelah pertengkaran kedua orang tuanya, Arion menemui sang ayah. Ia ingin bicara dengan ayahnya mengenai keadaan kelurga mereka. Juga mengenai kata-kata ayah yang keterlaluan menyebut Annanda sebagai anak haram. Arion memutuskan untuk pergi ke kantor ayahnya karena semenjak pertengkaran itu, baik ayah maupun ibu belum sekalipun pulang ke rumah. Yang tidak diperkirakan Arion adalah, ayahnya yang tertidur kelelahan di atas meja kerja di kantornya. Arion wajah ayahnya yang jelas sekali tampak lebih kurus. Lingkaran hitam di bawah matanya tampak sangat jelas. Dalam t

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13

Bab terbaru

  • Scarred Hearts   Breakdown

    Apa yang kau inginkan, Annanda.Jika pertanyaan itu diucapkan padanya ketika ia masih kecil, Annanda akan memiliki banyak sekali jawaban. Banyak sekali hal di yang ia inginkan di dunia ini.Namun Annada yang sekarang bukan lagi anak kecil naif yang masih menatap dunia di sekitarnya dengan mata berbinar-binar penuh harap dan kebahagiaan. Banyak sekali hal yang telah disaksikan oleh kedua pasang mata itu, dan hal-hal tersebut telah membuat Annada berubah jauh dari ia yang dulu.Annanda menatap anak lelaki yang berdiri demikian dekat darinya. Wajah mereka demikian dekat hingga ia bisa mencium aroma mint napas Arga. Sepasang mata kelam yang tajam itu tampak seperti danau gelap tanpa dasar. Annanda ingin tenggelam di dalamnya, namun juga takut.Apa yang ia inginkan?Tidak ada banyak hal di dunia ini yang masih bisa ia sebut sebagai miliknya. Annanda yang sekarang tidak memiliki keberanian untuk untuk mengakui apakah ia diijinkan untuk meng-klaim sesuatu yang berharga seperti Arga sebagai m

  • Scarred Hearts   Perasaan yang Tidak Menentu

    Annanda menciumnya.Ulangi.Annanda menciumnya.Roger that!Arga sampai sama sekali tidak bergerak saking kagetnya ia. Ia hanya berdiri mematung di sana seperti orang bodoh, dengan bibir sedikit membuka karena syok. Jangan salah paham. Ini tentu saja bukan kali pertama ia ciuman, oke?! Walaupun bersetubuh lebih sering ia lakukan daripada berciuman, tetap saja ia bukannya orang yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hal ini!Reaksinya yang hanya terpaku diam semata-mata dikarenakan syok! Sama sekali bukan karena ia tidak tahu harus melakukan apa dengan tangan, bibir, dan anggota tubuhnya yang lain. Otaknya benar-benar blank. Seperti kartu memori yang tidak sengaja ter-format dan kini kosong melompong. Ia tidak bisa memikirkan apapun selain tubuh Annanda yang lebih pendek darinya berjinjit untuk meraih Arga yang tidak kepikiran untuk menunduk. Harumnya yang manis dan terkecap sampai ke belakang tenggorokan Arga. Hangat bibirnya...Annanda mengeluarkan suara pelan yang teredam

  • Scarred Hearts   Susah Dijelaskan, Mending Ciuman

    Hari sudah sore. Matahari sudah sangat condong di ufuk barat, hampir sepenuhnya tenggelam. Waktu berlalu dengan cepat ketika kau mendongkol sepanjang hari.Arga bermaksud untuk pulang. Sungguh. Ia bahkan telah mengambil jalan memutar untuk keluar lewat gerbang belakang karena Mahesa memberitahu bahwa Anna menunggunya di gerbang depan. Ia tidak ingin melihat wajah anak itu untuk sementara ini.Ia tidak ingin...."...."Anna mendongak ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya. Mata cokelat hangat itu bertemu dengan obsidian gelap milik Arga. Anak lelaki itu menahan keinginannya untuk segera berpaling dan lari. Atau berjalan mendekat untuk menghampiri gadis itu. Tidak, tidak. Coret kalimat yang terakhir. Arga tidak ingin menghampiri Annanda. Sama sekali tidak.Sepertinya ada sesuatu yang tercermin dalam ekspresi Arga, karena setelah beberapa saat berdiri diam dan memandangnya tanpa ekspresi, Annanda akhirnya memalingkan pandangan sedikit, sebelum membuka mulut untuk bicara.

  • Scarred Hearts   Friends with Benefit

    Ren sesungguhnya tidak benar-benar serius ketika ia menawarkan diri untuk berbicara pada Annanda.Annanda, meski ia adalah seorang gadis dan tubuhnya jauh lebih kerempeng daripada Ren, tetap saja menakutkan bagi anak laki-laki tersebut mengingat Ren pernah melihat sendiri bagaimana ia menyeret seorang kakak kelas dengan begitu brutalnya hingga hair extention kakak kelas tersebut lepas semua.Annanda sangat ganas. Muka juteknya sama sekali tidak menolong kesan pertama yang Ren miliki tentangnya.Namun Ren sudah terlanjur berkata pada Mahesa bahwa ia akan menemui Annanda. Ia tidak suka berbohong pada orang lain, terlebih pada sahabatnya sendiri.Maka, ketika Bastian dan Mahesa membereskan bola-bola basket yang mereka gunakan untuk latihan sebelumnya, Ren menyandang tas punggung di sebelah bahunya dan melangkah menuju gerbang depan sekolah.Ren melihat seseorang sedang berdiri di depan gerbang, memunggunginya. Namun orang tersebut jelas bukan Annanda.Dilihat sekilas pun, walau Ren hany

  • Scarred Hearts   Menghindar, Mengabaikan

    Saran Niko untuk meminta maaf berputar-putar di benak Annanda seperti lebah yang mendengung mengganggu.Haruskah ia melakukannya? Namun, Annanda tidak pernah memilikiskillyang baik dalam membangun komunikasi dengan orang lain. Ia tidak tahu bagaimana harus mendekati Arga yang terlihat sekali sedang menghindarinya dan masih kesal padanya.Lama-lama, Annanda jadi pusing sendiri. Hatinya terus menerus mendesaknya untuk mendekat dan menyapa, namun, kata-kata tidak mau keluar dari bibirnya.Alhasil, beberapa kali berpapasan dengan Arga, ia selalu terdiam dan membeku di tempat sembari memaku pandangan pada sang pemuda namun ia tidak mengatakan apapun.Arga hanya menatapnya sekilas sembari mengangkat sebelah alis. Meliha

  • Scarred Hearts   Yuk, Pacaran

    "Jadi?"Niko mengangkat kepalanya sedikit. Ia baru sadar Annanda menuntunnya ke sebuah ruangan yang jauh dari keramaian. Tidak ada siapapun di sini. Hanya meja dan kursi yang ditumpuk-tumpuk dan kardus-kardus yang entah berisi apa. Sepertinya ini ruang kelas lama yang dialihfungsikan sebagai gudang.Annanda menunggu jawaban dengan tangan disilangkan di depan dada. Ekspresinya sedatar permukaan meja, namun, Niko hampir bisa melihat api tak kasat mata berkobar di belakang tubuhnya.Niko menelan ludah sembari berpikir alangkah beruntungnya ia karena belum juga dihajar hingga detik itu."Anna," ucap Niko. "Mau jadi pacarku, nggak?"Ia mungkin akan dihajar di detik selanjutnya.

  • Scarred Hearts   Hasrat untuk Melindungi

    "Jadi, Anna." Mahesa bertanya padanya ketika pesanan mereka telah terhidang di meja. "Menurutmu, Arga bagaimana?""Keras kepala dan agak gila," sahut Annanda cepat. "Juga sangat menyebalkan. Bukan kombinasi sifat yang bagus."Sebastian terkekeh senang. "Ini pertama kali aku mendengar pendapat semacam itu tentang Arga. Biasanya, orang akan berkata ia ramah, baik hati, tidak sombong, blablabla.""Ini juga pertama kali Arga mengejar-ngejar seseorang sampaiseperti itu," timpal Ren.Sebastian mengangguk setuju. "Biasanya dia yang dikejar-kejar.""Arga masih dikejar-kejar, kok." Ren mengunyah roti melon miliknya. "Kemarin sekitar empat atau lima kali ke belakang gedung. Pas

  • Scarred Hearts   Overprotektif?

    Orang yang terakhir muncul adalah Mahesa Saputra. Ia membawa duacup cappuchinodi masing-masing tangan. Ia tinggi, tenang dan kalem. Pembawaannya dewasa dan tampak seperti tidak banyak bicara. Ia mengulurkan salah satucuppada Annanda dengan senyum kecil yang teduh. Annanda otomatis menerimanya karena entah kenapa orang ini seperti memiliki aura lembut seperti ia tidak akan mencelakai bahkan seekor nyamuk pun. "Thanks," ucap Annanda pelan. "Sama-sama, Annanda." "Panggil saja Anna," ralat gadis itu. Mahesa mengangkat sebelah alis, namun memutuskan untuk tidak berkomentar. "Anna,

  • Scarred Hearts   Alasan untuk Membela Diri

    "Arga," panggil Ren. "Orang yang kamu kejar-kejar setiap hari itu benar-benar parah." Ren melihat bagaimana Annanda menyeret seorang siswi lain tanpa ampun sepanjang koridor sekolah. Di siang bolong. Gadis liar macam apa yang bisa berlaku seperti itu? "Hm?" Arga menggumam tidak peduli. "Oh, dia pasti punya alasan sendiri, kok." "Meski begitu, tetap saja dia itu barbar sekali," bantah Ren. Arga mengangkat sebelah alisnya. "Ren, apa kamu pernah di-bully?" "Tentu saja enggak! Kalau ada yang berani berpikir begitu, ia bakal menyesal seumur hidup dan-" Kesadaran nampak di wajah remaja berwajah imut itu. "Dia di-bully

DMCA.com Protection Status