Share

Party

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2021-02-08 13:02:26

 “Baiklah, aku mengerti,” ucap Scarlet singkat lalu segera meninggalkan wanita itu sendirian.

    Selama beberapa hari tidak sadarkan diri membuat tubuh Scarlet semakin berenergi. Dia berjalan memasuki ruangan bosnya untuk melaporkan kembali misinya, karena saat bosnya mengoceh, pendengarannya sedang terganggu. Jadi tidak ada satu pun perkataan bosnya bisa dia mengerti.

    Saat Scarlet masuk ke dalam ruangan itu, bosnya sudah menunggunya dengan duduk bersandar di sandaran kursi.

    “Kau sudah sadar?” 

    “Terima kasih, Bos. Berkat bos aku masih baik-baik saja sampai sekarang,” ucap Scarlet menjatuhkan dirinya di sofa yang empuk.

   Ia menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, membunyikan tulang lehernya yang telah lama tertidur kaku di atas ranjang.

    “Sikap santaimu ini membuatku semakin kesal, Scar. Bagaimana kau bisa bersantai sedangkan aku yang kena imbasnya dari bos besar,” ucap bosnya melihat Scarlet kesal.

    “Itu bukan urusanku, bos. Masalahmu harus kau selesaikan sendiri. Atau aku bisa membantu menyelesaikan masalahmu dengan bos besar jika bos mau. Lagipula misiku telah selesai, dan belum ada misi yang baru untukku,” balas Scarlet dengan santainya sambil merentangkan tangannya dan menarik tubuhnya, merilekskan tulang belakangnya.

    “Bukan urusanku katamu? ... semua ini adalah ulahmu! Kalau kau tidak melakukan kebiasaanmu itu, menonaktifkan alat komunikasi kita, kau pasti akan mengerti masalah yang aku alami adalah masalahmu juga.”

    “Apa maksudmu, bos?”

    “Kedua lelaki yang kau bunuh itu bukanlah orang yang seharusnya kau bunuh.”

    “Tapi aku melihat mereka berdua di dalam mobil itu.”

    “Jenderal yang kau bunuh itu, bukanlah jenderal yang sebenarnya.”

    “Bos, aku yakin dengan apa yang kulihat sendiri. Kedua lelaki yang aku bunuh sangat persis seperti di foto yang bos tunjukkan padaku.”

    “Kamu benar. Tapi masalahnya bukan itu. Agen penyelidik kita keliru dalam mengumpulkan data-data. Jenderal yang kau bunuh bukanlah Alexander yang sebenarnya.”

    “Kalau begitu, itu bukanlah salahku. Itu salah agen penyelidik. Aku hanya melakukan tugasku sesuai dengan apa yang bos perintahkan,” ucap Scarlet santai.

    “Aku sudah menghukum agen itu atas kelalaiannya. Tapi kamu harus menyelesaikan misi ini.”

    “Bagaimana dengan buronan itu?”

    “Dia juga palsu. Kalau memang benar itu dia, bos besar mafia pasti sudah memulai pergerakannya.”

    “Bos, aku rasa ada yang aneh dengan hal ini.”

    “Aneh? Apanya yang aneh?”

    “Apa markas besar yang menyimpan semua data-data penting bisa di palsukan?”

    “Apa maksudmu, Scar?”

    “Data-data tentang Alexander aku ambil di ruang penyimpanan. Apa mungkin ada orang yang tau kedatanganku dan membiarkan aku mencurinya dengan mudah? Pantas saja waktu itu tidak ada halangan saat aku mencurinya,” ucap Scarlet bingung.

    “Entahlah ... aku akan menyelidiki hal ini, pasti ada penghianat di dalam markasku.”

    “Mengenai masalah ini akan aku urus. Tugasmu sekarang adalah pergi ke pesta.”

    “Bos, apa kau bercanda? Kenapa aku harus ke pesta?” tanya Scarlet tersenyum sinis.

    “Ini bukan pesta biasa. Pesta ini diadakan untuk perayaan hari ulang tahun cucu presiden. Di acaranya banyak sekali orang-orang penting yang akan hadir. Agen penyelidik sudah mencari informasi kalau bos besar mafia akan hadir dalam acara itu, dan tentu saja dia pasti akan mendekati Alexander untuk bernegosiasi dengannya.”

    “Kapan acaranya?”

    “Besok.”

    “Baik. Aku harap informasi kali ini benar.”

    “Jadi, apa gaun yang akan kupakai sudah di siapkan?”

    “Tentu saja. Semuanya sudah di persiapkan. Gaun yang indah untukmu sudah menunggumu, Scar.”

    “Asalkan tidak merepotkanku dalam berkelahi itu sudah cukup.”

    “Aku harap kau berhasil kali ini.”

    “Sudah pasti.”

    “Aku serius, Scar. Alexander bukanlah orang yang mudah di pahami, dia sangat licik.”

    “Aku juga serius, bos. Kali ini misi yang kau berikan padaku benar-benar membuatku merasa tertantang. Aku akan menghabisi Alexander jika bertemu dengannya.”

    ***

    Malam hari yang dinantikan Scarlet tiba. Ia telah siap dengan penampilannya untuk ke pesta. Gaun panjang berwarna hitam dengan belahan yang terbela di samping, menunjukkan betis dan pangkal kakinya yang mulus. Di tangannya memegang tas pesta kecil berwarna hitam.

    Scarlet berdiri di depan gedung besar yang merupakan markas rahasia mereka yang berkedok perusahaan, menunggu jemputan mobil dari agen yang lain yang bertugas sebagai sopirnya untuk mengantarnya ke pesta besar itu.

    Tak lama kemudian mobil hitam mewah terparkir di depannya. Scarlet segera masuk ke dalam mobil itu. Saat berada di dalam mobil, ia membuka tas yang di pegangnya dan mengeluarkan tempat bedak padat. Di bukanya penutup bedak itu dan layar cermin yang memantulkan wajahnya berkedip dan menunjukkan wajah bosnya.

    “Scar ... apa kau sudah sampai?” tanya bosnya melalui layar cermin bedaknya yang telah berubah menjadi layar HP.

    “Dalam perjalanan, bos.”

    “Baik. Semua yang kau perlukan sudah aku siapkan di dalam tas pestamu. Selamat bersenang-senang Scar.”

    Setelah pembicaraan mereka selesai, Scarlet menutup kembali bedaknya dan menyimpannya di dalam tas pestanya. Ia kembali duduk dengan santai sambil menunggu mobil yang membawanya berhenti di tempat tujuan.

    Di keramaian jalan menuju rumah presiden banyak sekali anggota kepolisian yang berjaga dan mengawasi semua mobil yang akan lewat. Mobil yang di naiki Scarlet harus melewati tiga kali pemeriksaan untuk memastikan tidak ada benda-benda berbahaya di dalam mobil mereka.

    Sesampainya juga di depan rumah besar Presiden, mereka harus melewati pos pemeriksaan di depan gerbangnya. Pemeriksaan berjalan lancar, mobil yang dinaikinya juga masuk ke dalam halaman rumah Presiden tanpa hambatan.

    Scarlet segera keluar dari mobilnya dan berjalan mendekati pintu rumah yang besar bak istana. Di depan pintu itu berdiri dua orang pengawal yang sedang bertugas memeriksa setiap tamu undangan yang masuk. Scarlet berdiri di jalur antrean untuk menunggu gilirannya.

    Saat sampai di depan kedua pengawal itu, mereka menghentikannya dengan sopan. Scarlet memandang kedua lelaki itu dengan mencoba menunjukkan senyuman paksanya.

   “Sebutkan namamu, Nyonya,” ucap salah satu pengawal yang ada di depannya.

   Scarlet terdiam. Ia membuka tas pestanya, mengeluarkan tanda pengenalnya dan memperlihatkannya kepada pengawal itu.

   “Nyonya Pattinson?”

   “Benar. Itu namaku,” ucap Scarlet dengan senyuman paksa yang dikeluarkannya.

   “Maaf Nyonya Pattinson, boleh aku melihat kartu undanganmu?”

   "Kartu undangan?" tanya Scarlet seperti kebingungan.

    Ia bahkan tidak berpikir kalau pemeriksaan kali ini akan berjalan lancar. Hanya berharap pada perkataaan bosnya kalau semuanya telah di siapkan untuk misinya kali ini.

    Kedua lelaki itu mulai menatap Scarlet dengan wajah yang mencurigai, karena Scarlet masih melihat ke arah mereka dan belum memberikan kartu undangannya ke pada mereka.

    "Maaf Nyonya Pattinson, kau harus memberikan kartu undangannya sebelum masuk. Aku mohon cepatlah, karena di belakangmu masih banyak para tamu yang mengantre."

Related chapters

  • Scarlet   A pair of familiar eyes

    “Kartu undangan? ... oh, ada padaku.” Scarlet merogoh ke dalam tasnya, berharap kartu undangannya ada di dalam tas pestanya. Dan tentu saja seperti perkataan bosnya bahwa semua persiapannya sudah di siapkan. Scarlet mengeluarkan kartu undangan berwarna gold dan menyerahkannya kepada pengawal itu. “Silakan masuk, Mrs. Pattinson. Maaf atas ketidaknyamanannya.” Scarlet berjalan melewati pintu yang telah di bukakan oleh pengawal itu. Acara pesta yang luar biasa pengamanannya. Tentu saja hal itu harus di lakukan karena banyak orang-orang penting yang hadir di dalam sana. Suara alunan musik klasik terdengar di ruangan yang besar itu. Saat ia masuk, penerima tamu yang berdiri di samping pintu menyambutnya dengan sopan dan memberikan sebuah topeng untuk di gunakannya saat itu. Semua tamu yang ada di dalam sudah menggunakan topeng mereka masing-masing. Scarlet pun segera memakai topeng yang di berikan

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Get into a trap

    Dengan kekesalannya, Scarlet berjalan menuju toilet untuk menenangkan dirinya sebentar dan juga tentu saja untuk memasang alat pelacak yang telah di tempelkan di kerah kemeja Don Carlos. Ia mengeluarkan alat pendengar kecil dan memasangkannya di telinganya untuk mendengar apa yang dilakukan oleh Don Carlos. Tebakannya benar kalau Don Carlos pasti akan menemui Alexander untuk bernegosiasi lagi. Melalui alat pendengar itu Scarlet bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, dan sepertinya kedua lelaki itu sudah tidak berada di dalam ruangan yang bising dengan suara musik. Dari percakapan mereka Don Carlos menawarkan kebebasan anaknya untuk di tukarkan dengan kekayaan miliknya, tapi Alexander menolaknya dengan serius. Melalui perkataan Alexander yang terdengar sedikit samar-samar membuat Scarlet tertegun saat menyadari suara Alexander sedikit tak asing di telinganya. Dia segera keluar dari toilet dan mencari keberadaan Alexander yang sebenarnya. Scarlet be

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Action on the highway

    Scarlet terbatuk menahan sakit di tenggorokannya yang hampir patah akibat cengkeraman itu. Sementara lelaki yang di tusuknya tersandar di dinding kamar. Lelaki itu sekarat, ia menahan darah di perutnya yang masih mengalir begitu deras dan mencoba meraih pistol yang ada di lantai. Namun langkah Scarlet lebih cepat darinya, tangan lelaki itu di hentikan oleh injakkan kaki Scarlet yang kuat. Scarlet memungut pistolnya dan membidiknya tepat ke atas dahi lelaki yang sudah tidak berdaya di bawahnya. “Si-siapa kamu? Siapa yang menyuruhmu?” “Hmp ... apa hanya ini kemampuan dari seorang jenderal yang terkenal dengan kelicikannya?” “Ha ha ha ... apa seorang jenderal yang licik bisa dengan mudahnya di bunuh oleh gadis sepertimu?” “Apa lelaki yang bersamamu itu adalah Alexander?” “Meskipun kau tau, kau tidak akan bisa membunuhnya dengan mudah.”

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Nathania

    “Hmm ... agen C 17,” ucap Nathania tersenyum kecil melihat Scarlet. “Agen D 13, benarkan?” “Ya, kau benar,” jawabnya tertawa kecil. “Apa ada yang lucu?” “Tidak ada. Bagaimana dengan lelaki yang ada di dalam rumah itu? Apa kau membunuhnya?” “Aku tidak yakin kalau dia sudah mati, tapi beberapa tusukan dariku bisa membuat nyawanya berada di ujung tanduk. Kalau nasibnya beruntung mungkin saja dia koma beberapa bulan.” “Dia mungkin bisa menambah masalahmu jika masih hidup.” “Tidak apa-apa. Lebih banyak masalah lebih bagus.” “Scar, apa sekarang kita akan kembali ke markas?” “Kita? Apa maksudnya dengan kita?” tanya Scarlet melihatnya dengan wajah datar. “Scar, sejak aku menolongmu, kita sudah jadi partner,” jawab Nathania dengan wajah yang bingung bercampur kekesalan karena sikap Scarlet yang

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Memories from the past that gripped

    “Warnanya adalah warna favoritku. Ukurannya juga sangat cocok di badanku.” Scarlet menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan dari Nathania. Dia terpaku, ekspresinya yang tadi dingin berubah menjadi murung. “Aku ingin sekali memenuhi seluruh lemari pakaianku dengan warna biru ini,” ucapnya lagi melihat ke arah Scarlet. Ada penyesalan terlihat dari ekspresi wajah Scarlet. Ia membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Nathania tanpa berargumen lagi. Niatnya yang tadinya ingin menghajar Nathania malah berubah saat mendengar perkataan Nathania. Setiap perkataan yang di lontarkan Nathania serasa tak asing di telinganya. Sebuah ingatan dari masa lalu yang membuatnya merasakan sesuatu yang menyayat hatinya sehingga ia memilih untuk pergi meninggalkan wanita yang baru ia kenal itu. Scarlet berdiri di samping jendela kaca, sorot matanya yang kosong membayangkan kembali setiap ingatan-in

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Prison on an arid mountain Colorida

    Ia berjalan kembali ke dapur menemui Nathania dan membereskan piring makanannya. Scarlet menariknya keluar dari rumahnya dan mengunci pintu rumahnya. Ia keluar dari bagasi di samping rumahnya dengan motor hitam besarnya. Ia keluar dari halaman rumahnya diikuti dengan Nathania yang membawa mobilnya dari belakang. Scarlet dengan cepat membawa motornya, menyelip di antara mobil-mobil yang berada di jalanan. Ia berusaha menjauhi mobil Nathania agar tidak sampai bersamaan dengannya di depan gedung besar yang merupakan samaran dari markas mereka. Namun keahliannya Nathania dalam membawa mobil dan mengetahui jalur-jalur jalan membuatnya bisa mengejar motor Scarlet. Keduanya sampai di depan gedung besar secara bersamaan. Scarlet mengacuhkannya dan berjalan memasuki gedung itu sampai menuju ke dalam markas mereka. Saat mereka berdua masuk, bos sudah menunggu kedatangan mereka dengan wajahnya yang datar. “Scar ... apa kau sudah menem

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Failed assassination mission

    Di dalam tong sampah Scarlet mulai merasakan kalau tong yang ia masuki sedang bergerak. Seorang petugas kebersihan mulai mendorong tong sampah yang di masuki Scarlet dan membawanya ke bagian belakang dapur untuk membuang semua sampah ke saluran pembuangan. Saat petugas sampah membuka penutup tong, Scarlet dengan cepat berdiri sehingga membuat petugas kebersihan itu terkejut. Ia memegang kepalanya dan memutar dengan kuat sehingga petugas tersebut segera meninggal. Scarlet keluar dari dalam tong itu dan membersihkan kotoran yang menempel di pakaiannya. Ia mengangkat petugas kebersihan itu dan melemparkannya ke dalam saluran pembuangan sampah agar tidak diketahui orang lain. Di atas dinding terdapat sebuah lorong kecil tempat saluran udara yang menghubungkan ke beberapa ruangan di dalam penjara itu. Ia mendorong tong sampah yang ada di sampingnya dan menaikinya. Melalui saluran udara itu Scarlet masuk dan merayap di dala

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   The temptation of Richard

    “Jangan bercanda! Tembak mereka,” teriak Scarlet dengan suara lantang. Richard segera mengambil pistol yang berada di samping paha Scarlet dan mulai menembak mobil di belakang mereka. Namun tak ada satupun mobil yang terhalang karena tembakannya selalu meleset saat Scarlet membelokkan motornya untuk menghindari hujan peluru dari belakang. Merasa kesal dengan kemampuan menembak Richard, Scarlet memerintahkan Richard untuk memegang kemudi motor dari belakang. “Apa yang akan kau lakukan?” tanya Richard yang bingung dengan posisi mereka saat itu. “Berikan pistolnya padaku dan bawa motornya,” ucap Scarlet mengambil pistolnya. Richard dengan cepat membungkukkan badannya ke samping untuk meraih pegangan setir motor yang ada di depan. Sedangkan Scarlet yang telah melepaskan tangannya dari setir m

    Last Updated : 2021-03-01

Latest chapter

  • Scarlet   Kiss

    “Em, Nona ... kau membawaku di hotel?” Scarlet tak punya pilihan lain selain menempatkan Richard di sampingnya dan membiarkan lelaki itu hidup sedikit lama agar bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Apalagi berita tentang masalah yang dia sebabkan di penjara Colorida sudah tersebar di seluruh media masa. Ia terpaksa harus ekstra hati-hati dalam menunjukkan dirinya di depan publik jangan sampai dikenali oleh orang lain. Ia melepaskan borgol di pergelangan tangannya dan mengaitkannya di tiang besi ranjang, membiarkan Richard duduk di atas ranjang dengan nyaman. “Hubungi Don Carlos dan minta dia menemuiku sendirian,” ucapnya melirik ke arah telepon yang terletak di atas meja kecil yang tak jauh dari Richard. “Apa kau tak takut Don Carlos akan menemukan lokasi kita berdua.” “Aku hanya ingin dia tau kalau kau masih hidup dan bersama dengan or

  • Scarlet   The temptation of Richard

    “Jangan bercanda! Tembak mereka,” teriak Scarlet dengan suara lantang. Richard segera mengambil pistol yang berada di samping paha Scarlet dan mulai menembak mobil di belakang mereka. Namun tak ada satupun mobil yang terhalang karena tembakannya selalu meleset saat Scarlet membelokkan motornya untuk menghindari hujan peluru dari belakang. Merasa kesal dengan kemampuan menembak Richard, Scarlet memerintahkan Richard untuk memegang kemudi motor dari belakang. “Apa yang akan kau lakukan?” tanya Richard yang bingung dengan posisi mereka saat itu. “Berikan pistolnya padaku dan bawa motornya,” ucap Scarlet mengambil pistolnya. Richard dengan cepat membungkukkan badannya ke samping untuk meraih pegangan setir motor yang ada di depan. Sedangkan Scarlet yang telah melepaskan tangannya dari setir m

  • Scarlet   Failed assassination mission

    Di dalam tong sampah Scarlet mulai merasakan kalau tong yang ia masuki sedang bergerak. Seorang petugas kebersihan mulai mendorong tong sampah yang di masuki Scarlet dan membawanya ke bagian belakang dapur untuk membuang semua sampah ke saluran pembuangan. Saat petugas sampah membuka penutup tong, Scarlet dengan cepat berdiri sehingga membuat petugas kebersihan itu terkejut. Ia memegang kepalanya dan memutar dengan kuat sehingga petugas tersebut segera meninggal. Scarlet keluar dari dalam tong itu dan membersihkan kotoran yang menempel di pakaiannya. Ia mengangkat petugas kebersihan itu dan melemparkannya ke dalam saluran pembuangan sampah agar tidak diketahui orang lain. Di atas dinding terdapat sebuah lorong kecil tempat saluran udara yang menghubungkan ke beberapa ruangan di dalam penjara itu. Ia mendorong tong sampah yang ada di sampingnya dan menaikinya. Melalui saluran udara itu Scarlet masuk dan merayap di dala

  • Scarlet   Prison on an arid mountain Colorida

    Ia berjalan kembali ke dapur menemui Nathania dan membereskan piring makanannya. Scarlet menariknya keluar dari rumahnya dan mengunci pintu rumahnya. Ia keluar dari bagasi di samping rumahnya dengan motor hitam besarnya. Ia keluar dari halaman rumahnya diikuti dengan Nathania yang membawa mobilnya dari belakang. Scarlet dengan cepat membawa motornya, menyelip di antara mobil-mobil yang berada di jalanan. Ia berusaha menjauhi mobil Nathania agar tidak sampai bersamaan dengannya di depan gedung besar yang merupakan samaran dari markas mereka. Namun keahliannya Nathania dalam membawa mobil dan mengetahui jalur-jalur jalan membuatnya bisa mengejar motor Scarlet. Keduanya sampai di depan gedung besar secara bersamaan. Scarlet mengacuhkannya dan berjalan memasuki gedung itu sampai menuju ke dalam markas mereka. Saat mereka berdua masuk, bos sudah menunggu kedatangan mereka dengan wajahnya yang datar. “Scar ... apa kau sudah menem

  • Scarlet   Memories from the past that gripped

    “Warnanya adalah warna favoritku. Ukurannya juga sangat cocok di badanku.” Scarlet menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan dari Nathania. Dia terpaku, ekspresinya yang tadi dingin berubah menjadi murung. “Aku ingin sekali memenuhi seluruh lemari pakaianku dengan warna biru ini,” ucapnya lagi melihat ke arah Scarlet. Ada penyesalan terlihat dari ekspresi wajah Scarlet. Ia membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Nathania tanpa berargumen lagi. Niatnya yang tadinya ingin menghajar Nathania malah berubah saat mendengar perkataan Nathania. Setiap perkataan yang di lontarkan Nathania serasa tak asing di telinganya. Sebuah ingatan dari masa lalu yang membuatnya merasakan sesuatu yang menyayat hatinya sehingga ia memilih untuk pergi meninggalkan wanita yang baru ia kenal itu. Scarlet berdiri di samping jendela kaca, sorot matanya yang kosong membayangkan kembali setiap ingatan-in

  • Scarlet   Nathania

    “Hmm ... agen C 17,” ucap Nathania tersenyum kecil melihat Scarlet. “Agen D 13, benarkan?” “Ya, kau benar,” jawabnya tertawa kecil. “Apa ada yang lucu?” “Tidak ada. Bagaimana dengan lelaki yang ada di dalam rumah itu? Apa kau membunuhnya?” “Aku tidak yakin kalau dia sudah mati, tapi beberapa tusukan dariku bisa membuat nyawanya berada di ujung tanduk. Kalau nasibnya beruntung mungkin saja dia koma beberapa bulan.” “Dia mungkin bisa menambah masalahmu jika masih hidup.” “Tidak apa-apa. Lebih banyak masalah lebih bagus.” “Scar, apa sekarang kita akan kembali ke markas?” “Kita? Apa maksudnya dengan kita?” tanya Scarlet melihatnya dengan wajah datar. “Scar, sejak aku menolongmu, kita sudah jadi partner,” jawab Nathania dengan wajah yang bingung bercampur kekesalan karena sikap Scarlet yang

  • Scarlet   Action on the highway

    Scarlet terbatuk menahan sakit di tenggorokannya yang hampir patah akibat cengkeraman itu. Sementara lelaki yang di tusuknya tersandar di dinding kamar. Lelaki itu sekarat, ia menahan darah di perutnya yang masih mengalir begitu deras dan mencoba meraih pistol yang ada di lantai. Namun langkah Scarlet lebih cepat darinya, tangan lelaki itu di hentikan oleh injakkan kaki Scarlet yang kuat. Scarlet memungut pistolnya dan membidiknya tepat ke atas dahi lelaki yang sudah tidak berdaya di bawahnya. “Si-siapa kamu? Siapa yang menyuruhmu?” “Hmp ... apa hanya ini kemampuan dari seorang jenderal yang terkenal dengan kelicikannya?” “Ha ha ha ... apa seorang jenderal yang licik bisa dengan mudahnya di bunuh oleh gadis sepertimu?” “Apa lelaki yang bersamamu itu adalah Alexander?” “Meskipun kau tau, kau tidak akan bisa membunuhnya dengan mudah.”

  • Scarlet   Get into a trap

    Dengan kekesalannya, Scarlet berjalan menuju toilet untuk menenangkan dirinya sebentar dan juga tentu saja untuk memasang alat pelacak yang telah di tempelkan di kerah kemeja Don Carlos. Ia mengeluarkan alat pendengar kecil dan memasangkannya di telinganya untuk mendengar apa yang dilakukan oleh Don Carlos. Tebakannya benar kalau Don Carlos pasti akan menemui Alexander untuk bernegosiasi lagi. Melalui alat pendengar itu Scarlet bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, dan sepertinya kedua lelaki itu sudah tidak berada di dalam ruangan yang bising dengan suara musik. Dari percakapan mereka Don Carlos menawarkan kebebasan anaknya untuk di tukarkan dengan kekayaan miliknya, tapi Alexander menolaknya dengan serius. Melalui perkataan Alexander yang terdengar sedikit samar-samar membuat Scarlet tertegun saat menyadari suara Alexander sedikit tak asing di telinganya. Dia segera keluar dari toilet dan mencari keberadaan Alexander yang sebenarnya. Scarlet be

  • Scarlet   A pair of familiar eyes

    “Kartu undangan? ... oh, ada padaku.” Scarlet merogoh ke dalam tasnya, berharap kartu undangannya ada di dalam tas pestanya. Dan tentu saja seperti perkataan bosnya bahwa semua persiapannya sudah di siapkan. Scarlet mengeluarkan kartu undangan berwarna gold dan menyerahkannya kepada pengawal itu. “Silakan masuk, Mrs. Pattinson. Maaf atas ketidaknyamanannya.” Scarlet berjalan melewati pintu yang telah di bukakan oleh pengawal itu. Acara pesta yang luar biasa pengamanannya. Tentu saja hal itu harus di lakukan karena banyak orang-orang penting yang hadir di dalam sana. Suara alunan musik klasik terdengar di ruangan yang besar itu. Saat ia masuk, penerima tamu yang berdiri di samping pintu menyambutnya dengan sopan dan memberikan sebuah topeng untuk di gunakannya saat itu. Semua tamu yang ada di dalam sudah menggunakan topeng mereka masing-masing. Scarlet pun segera memakai topeng yang di berikan

DMCA.com Protection Status