Home / Romansa / Scarlet / A pair of familiar eyes

Share

A pair of familiar eyes

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2021-02-08 14:26:36

 “Kartu undangan? ... oh, ada padaku.”

    Scarlet merogoh ke dalam tasnya, berharap kartu undangannya ada di dalam tas pestanya. Dan tentu saja seperti perkataan bosnya bahwa semua persiapannya sudah di siapkan. Scarlet mengeluarkan kartu undangan berwarna gold dan menyerahkannya kepada pengawal itu.

    “Silakan masuk, Mrs. Pattinson. Maaf atas ketidaknyamanannya.”

    Scarlet berjalan melewati pintu yang telah di bukakan oleh pengawal itu. Acara pesta yang luar  biasa pengamanannya. Tentu saja hal itu harus di lakukan karena banyak orang-orang penting yang hadir di dalam sana. Suara alunan musik klasik terdengar di ruangan yang besar itu. Saat ia masuk, penerima tamu yang berdiri di samping pintu menyambutnya dengan sopan dan memberikan sebuah topeng untuk di gunakannya saat itu. Semua tamu yang ada di dalam sudah menggunakan topeng mereka masing-masing.

    Scarlet pun segera memakai topeng yang di berikan penerima tamu itu. Topeng berwarna hitam yang hanya menutupi bagian di sekitar matanya dengan pinggiran berbulu lembut dan membuat penampilannya malam itu semakin sempurna. Dia melanjutkan perjalanannya dengan santai, mencari dimana meja yang seharusnya ia tempati. Dengan topeng yang digunakannya semakin membuatnya lebih leluasa dalam bertindak, tapi membuatnya sedikit sulit untuk mengenal target yang harus ia awasi.

    Scarlet memperhatikan tulisan nama yang berada di beberapa meja. Tubuhnya yang ramping memudahkannya untuk masuk diantara kerumunan para tamu yang masih berkumpul dan berbincang-bincang. Sorot matanya terpaku pada satu titik, dimana nama Alexander tertulis di plat kartu nama yang di letakkan di atas meja. Di samping meja bundar milik Alexander terpampang juga plat kartu nama Don Carlos, Sang Mafia besar yang berkedok sebagai pengusaha terkaya di Washingtone DC. Dengan statusnya sebagai pengusaha terkaya, Don Carlos menjadi salah satu tokoh penting di negaranya. 

    Kedua target pentingnya masih juga belum hadir. Scarlet duduk menunggu di mejanya yang tidak terlalu jauh dari kedua meja targetnya. Tak lama kemudian meja milik Alexander sudah di tempati dua orang lelaki berbadan tegap dan berisi. Entah dimana Alexander yang asli diantara kedua lelaki tersebut. Don Carlos pun segera duduk dengan beberapa pengawal pribadinya yang berdiri di sampingnya.

    Acaranya segera di mulai setelah semua meja para tamu sudah di duduki. Sementara pandangan mata Scarlet tetap memperhatikan orang yang duduk di dua meja itu. Setelah acara resminya selesai. Scarlet memulai aksinya dengan berjalan mendekati beberapa tamu yang bercengkerama. Seperti dugaan bosnya kalau Don Carlos akan mendekati Alexander di acara, tapi Scarlet sedikit bingung, mana Alexander yang asli diantara kedua orang tersebut.

    Bosan dengan hal itu, Scarlet mendekati Don Carlos yang saat itu sedang berbicara dengan kedua lelaki yang salah satunya diduga sebagai Alexander. Ini kesempatannya untuk mendekati mereka, karena pengawal pribadi Don Carlos berdiri jauh dari sisinya.

    Scarlet melangkah dengan gemulainya sambil memegang segelas sampagne di tangannya. Ia mendekati ketiga lelaki yang sedang berbincang-bincang dengan serius. Rencana Scarlet di dukung oleh seorang pelayan yang sedang membawa beberapa gelas sampagne di nampannya. Pelayan itu dengan sengajanya menyenggol Scarlet sehingga membuat tubuhnya terjatuh di dalam rangkulan Don Carlos yang saat itu dengan cepat menangkap Scarlet agar tidak terjatuh. Mungkin pelayan yang menyenggolnya adalah salah satu dari agen mereka yang menyamar untuk melancarkan rencana Scarlet tanpa sepengetahuannya.

    Scarlet begitu geram dengan ulah pelayan itu yang membuatnya terlihat konyol di hadapan ketiga lelaki itu. Apalagi saat melihat setelan jas Sang mafia telah di basahi oleh sampagne miliknya.

   Beberapa pengawal pribadi Don Carlos segera mendekatinya untuk menjauhkan Scarlet dari Tuan mereka, tapi hanya dengan satu gerakan tangan yang mengambang membuat kedua pengawalnya menghentikan niat mereka.

    “Nyonya, maafkan aku. Aku tidak sengaja melakukannya,” ucap seorang pelayan dengan wajah yang penuh penyesalan.

    “Apa kau baik-baik saja?” tanya Don Carlos menatapnya melalui wajah topeng yang menutupi bagian matanya.

    Scarlet sadar kalau hal itu sedikit menguntungkannya dengan berpura-pura menjadi wanita lemah di hadapan mereka agar tidak menimbulkan kecurigaan.

    “Oh, maaf Tuan, aku sudah mengotori pakaianmu,” ucap Scarlet membersihkan cairan sampagne yang membasahi jas Don Carlos dengan jemari tangannya yang mengusap gemulai.

    “Ini bukan kesalahanmu, tidak apa-apa, Nona.”

    Scarlet berdiri dan menatap kedua lelaki yang  ada di depannya. Salah satu dari lelaki itu memiliki sepasang mata yang indah berwarna biru laut yang menyala di tengah-tengah hiasan topeng yang di pakainya. Scarlet sedikit tertegun memandang sepasang mata yang tampak tak asing baginya. Sepasang mata yang begitu tajam membalas tatapan matanya, membuat Scarlet semakin penasaran dengan wajah dari pemilik sepasang mata yang tak asing baginya. Ia memindahkan pandangan matanya ke arah lelaki yang lain yang berdiri di samping lelaki itu, semua bentuk dan garis wajah kedua lelaki itu sedang dintransfer ke dalam ingatan Scarlet untuk di simpan agar mempermudahnya menetapkan target yang tepat tanpa kesalahan lagi.

    Sementara itu alunan musik yang merdu dan lembut membuat seisi ruangan itu berubah menjadi kelas dansa. Beberapa tamu telah berpasangan dan mulai berdansa dengan pasangan mereka.

    “Nona, bagaimana kalau hari ini kau menemaniku untuk berdansa?”

    “Tentu saja, Tuan. Anggap saja ini sebagai permintaan maafku karena sudah mengotori setelan jasmu,” balas Scarlet tersenyum lalu melirik kembali ke arah kedua lelaki yang berada di depannya.

    “Tuan Alex, aku permisi sebentar. Dan untuk tawaran yang aku katakan tadi, aku harap kau bisa memutuskannya setelah aku selesai menemani gadis ini.”

    Scarlet masih menatap sepasang mata yang tampak tak asing di matanya. Sementara tangan Don Carlos telah terbuka menunggu Scarlet memegang tangannya.

    “Nona?” panggil Don Carlos membuyarkan pikirannya.

    Scarlet meletakkan jemari tangannya, membiarkan Don Carlos memegangnya erat dan membawanya di tengah-tengah kerumunan para tamu yang telah berdansa.

    Lelaki berusia lima puluh tahun itu masih begitu bertenaga dan lincah bergerak membawa tubuh Scarlet berdansa mengikuti alunan musik yang lembut. Scarlet merangkulkan tangannya yang satu ke belakang tengkuk kerah setelan jas Don Carlos dan menempelkan alat pendengar suara ke dalam lipatan kerah kemeja Don Carlos.

    Agar tidak membuat targetnya curiga Scarlet tersenyum dan mengajaknya berbicara di tengah-mengalunnya langkah kaki mereka.

    “Tuan, Anda sangat pandai berdansa.”

    “Benarkah? Kau pemuji yang sangat baik, Nona. Siapa namamu dan berapa umurmu?”

    “Aku? Tuan bisa memanggilku Selly, umurku dua puluh lima tahun. Bagaimana dengan Tuan sendiri?”

    “Aku. Aku Don Carlos, aku sudah lima puluh tahun.”

    “Wow! Aku tidak menyangka kalau saat ini keberuntungan ada padaku. Aku berdansa dengan orang terkaya.”

    “Menjadi orang terkaya bukanlah keberuntungan bagiku, Selly.”

    “Tuan Carlos, di usiamu yang sekarang. Kau masih terlihat muda dan berenergi. Lihat saja, gerakanmu dalam berdansa masih seperti anak muda,” puji Scarlet lagi dengan senyuman yang terpaksa dia mekarkan.

    “Nona Selly ... apa itu nama samaranmu? Apa tujuanmu mendekatiku?”

    “Tuan, apa maksudmu?”

    “Wanita yang mendekatiku dengan tujuan sangat banyak. Aku bisa memberikanmu keuntungan jika mengatakan tujuanmu dan siapa yang mengirimmu?”

    “Tuan, pertemuan kita memang tidak di sengaja. Aku tidak mengerti dengan semua ucapanmu.”

    Don Carlos menghentikan gerakannya dan menatap Scarlet dengan wajah datar, “Karena kau tidak memiliki tujuan terhadapku maka kita akhiri saja pertemuan kita malam ini. Terima kasih, Nona Selly.”

    Scarlet terdiam di tengah-tengah kerumunan pasangan dansa yang masih menikmati dansa mereka. Dia menatap datar ke arah Don Carlos yang telah berjalan menjauhinya. Sesuai dengan rumor yang beredar kalau sikap Don Carlos sulit di tebak, emosinya bisa berubah-ubah setiap waktu. Lelaki itu tidak mau menghabiskan waktunya tanpa menerima keuntungan. Wajar saja dia meninggalkan Scarlet saat mendengar kalau tidak ada tujuan dari Scarlet saat mendekatinya, karena baginya seseorang yang tidak dia kenal selalu mendekatinya dengan tujuan. Entah itu tujuan yang menguntungkan baginya ataupun tujuan yang merugikan baginya yang bisa dia ubah menjadi keberuntungannya.

   

Related chapters

  • Scarlet   Get into a trap

    Dengan kekesalannya, Scarlet berjalan menuju toilet untuk menenangkan dirinya sebentar dan juga tentu saja untuk memasang alat pelacak yang telah di tempelkan di kerah kemeja Don Carlos. Ia mengeluarkan alat pendengar kecil dan memasangkannya di telinganya untuk mendengar apa yang dilakukan oleh Don Carlos. Tebakannya benar kalau Don Carlos pasti akan menemui Alexander untuk bernegosiasi lagi. Melalui alat pendengar itu Scarlet bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, dan sepertinya kedua lelaki itu sudah tidak berada di dalam ruangan yang bising dengan suara musik. Dari percakapan mereka Don Carlos menawarkan kebebasan anaknya untuk di tukarkan dengan kekayaan miliknya, tapi Alexander menolaknya dengan serius. Melalui perkataan Alexander yang terdengar sedikit samar-samar membuat Scarlet tertegun saat menyadari suara Alexander sedikit tak asing di telinganya. Dia segera keluar dari toilet dan mencari keberadaan Alexander yang sebenarnya. Scarlet be

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Action on the highway

    Scarlet terbatuk menahan sakit di tenggorokannya yang hampir patah akibat cengkeraman itu. Sementara lelaki yang di tusuknya tersandar di dinding kamar. Lelaki itu sekarat, ia menahan darah di perutnya yang masih mengalir begitu deras dan mencoba meraih pistol yang ada di lantai. Namun langkah Scarlet lebih cepat darinya, tangan lelaki itu di hentikan oleh injakkan kaki Scarlet yang kuat. Scarlet memungut pistolnya dan membidiknya tepat ke atas dahi lelaki yang sudah tidak berdaya di bawahnya. “Si-siapa kamu? Siapa yang menyuruhmu?” “Hmp ... apa hanya ini kemampuan dari seorang jenderal yang terkenal dengan kelicikannya?” “Ha ha ha ... apa seorang jenderal yang licik bisa dengan mudahnya di bunuh oleh gadis sepertimu?” “Apa lelaki yang bersamamu itu adalah Alexander?” “Meskipun kau tau, kau tidak akan bisa membunuhnya dengan mudah.”

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Nathania

    “Hmm ... agen C 17,” ucap Nathania tersenyum kecil melihat Scarlet. “Agen D 13, benarkan?” “Ya, kau benar,” jawabnya tertawa kecil. “Apa ada yang lucu?” “Tidak ada. Bagaimana dengan lelaki yang ada di dalam rumah itu? Apa kau membunuhnya?” “Aku tidak yakin kalau dia sudah mati, tapi beberapa tusukan dariku bisa membuat nyawanya berada di ujung tanduk. Kalau nasibnya beruntung mungkin saja dia koma beberapa bulan.” “Dia mungkin bisa menambah masalahmu jika masih hidup.” “Tidak apa-apa. Lebih banyak masalah lebih bagus.” “Scar, apa sekarang kita akan kembali ke markas?” “Kita? Apa maksudnya dengan kita?” tanya Scarlet melihatnya dengan wajah datar. “Scar, sejak aku menolongmu, kita sudah jadi partner,” jawab Nathania dengan wajah yang bingung bercampur kekesalan karena sikap Scarlet yang

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Memories from the past that gripped

    “Warnanya adalah warna favoritku. Ukurannya juga sangat cocok di badanku.” Scarlet menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan dari Nathania. Dia terpaku, ekspresinya yang tadi dingin berubah menjadi murung. “Aku ingin sekali memenuhi seluruh lemari pakaianku dengan warna biru ini,” ucapnya lagi melihat ke arah Scarlet. Ada penyesalan terlihat dari ekspresi wajah Scarlet. Ia membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Nathania tanpa berargumen lagi. Niatnya yang tadinya ingin menghajar Nathania malah berubah saat mendengar perkataan Nathania. Setiap perkataan yang di lontarkan Nathania serasa tak asing di telinganya. Sebuah ingatan dari masa lalu yang membuatnya merasakan sesuatu yang menyayat hatinya sehingga ia memilih untuk pergi meninggalkan wanita yang baru ia kenal itu. Scarlet berdiri di samping jendela kaca, sorot matanya yang kosong membayangkan kembali setiap ingatan-in

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Prison on an arid mountain Colorida

    Ia berjalan kembali ke dapur menemui Nathania dan membereskan piring makanannya. Scarlet menariknya keluar dari rumahnya dan mengunci pintu rumahnya. Ia keluar dari bagasi di samping rumahnya dengan motor hitam besarnya. Ia keluar dari halaman rumahnya diikuti dengan Nathania yang membawa mobilnya dari belakang. Scarlet dengan cepat membawa motornya, menyelip di antara mobil-mobil yang berada di jalanan. Ia berusaha menjauhi mobil Nathania agar tidak sampai bersamaan dengannya di depan gedung besar yang merupakan samaran dari markas mereka. Namun keahliannya Nathania dalam membawa mobil dan mengetahui jalur-jalur jalan membuatnya bisa mengejar motor Scarlet. Keduanya sampai di depan gedung besar secara bersamaan. Scarlet mengacuhkannya dan berjalan memasuki gedung itu sampai menuju ke dalam markas mereka. Saat mereka berdua masuk, bos sudah menunggu kedatangan mereka dengan wajahnya yang datar. “Scar ... apa kau sudah menem

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   Failed assassination mission

    Di dalam tong sampah Scarlet mulai merasakan kalau tong yang ia masuki sedang bergerak. Seorang petugas kebersihan mulai mendorong tong sampah yang di masuki Scarlet dan membawanya ke bagian belakang dapur untuk membuang semua sampah ke saluran pembuangan. Saat petugas sampah membuka penutup tong, Scarlet dengan cepat berdiri sehingga membuat petugas kebersihan itu terkejut. Ia memegang kepalanya dan memutar dengan kuat sehingga petugas tersebut segera meninggal. Scarlet keluar dari dalam tong itu dan membersihkan kotoran yang menempel di pakaiannya. Ia mengangkat petugas kebersihan itu dan melemparkannya ke dalam saluran pembuangan sampah agar tidak diketahui orang lain. Di atas dinding terdapat sebuah lorong kecil tempat saluran udara yang menghubungkan ke beberapa ruangan di dalam penjara itu. Ia mendorong tong sampah yang ada di sampingnya dan menaikinya. Melalui saluran udara itu Scarlet masuk dan merayap di dala

    Last Updated : 2021-02-08
  • Scarlet   The temptation of Richard

    “Jangan bercanda! Tembak mereka,” teriak Scarlet dengan suara lantang. Richard segera mengambil pistol yang berada di samping paha Scarlet dan mulai menembak mobil di belakang mereka. Namun tak ada satupun mobil yang terhalang karena tembakannya selalu meleset saat Scarlet membelokkan motornya untuk menghindari hujan peluru dari belakang. Merasa kesal dengan kemampuan menembak Richard, Scarlet memerintahkan Richard untuk memegang kemudi motor dari belakang. “Apa yang akan kau lakukan?” tanya Richard yang bingung dengan posisi mereka saat itu. “Berikan pistolnya padaku dan bawa motornya,” ucap Scarlet mengambil pistolnya. Richard dengan cepat membungkukkan badannya ke samping untuk meraih pegangan setir motor yang ada di depan. Sedangkan Scarlet yang telah melepaskan tangannya dari setir m

    Last Updated : 2021-03-01
  • Scarlet   Kiss

    “Em, Nona ... kau membawaku di hotel?” Scarlet tak punya pilihan lain selain menempatkan Richard di sampingnya dan membiarkan lelaki itu hidup sedikit lama agar bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Apalagi berita tentang masalah yang dia sebabkan di penjara Colorida sudah tersebar di seluruh media masa. Ia terpaksa harus ekstra hati-hati dalam menunjukkan dirinya di depan publik jangan sampai dikenali oleh orang lain. Ia melepaskan borgol di pergelangan tangannya dan mengaitkannya di tiang besi ranjang, membiarkan Richard duduk di atas ranjang dengan nyaman. “Hubungi Don Carlos dan minta dia menemuiku sendirian,” ucapnya melirik ke arah telepon yang terletak di atas meja kecil yang tak jauh dari Richard. “Apa kau tak takut Don Carlos akan menemukan lokasi kita berdua.” “Aku hanya ingin dia tau kalau kau masih hidup dan bersama dengan or

    Last Updated : 2021-03-02

Latest chapter

  • Scarlet   Kiss

    “Em, Nona ... kau membawaku di hotel?” Scarlet tak punya pilihan lain selain menempatkan Richard di sampingnya dan membiarkan lelaki itu hidup sedikit lama agar bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Apalagi berita tentang masalah yang dia sebabkan di penjara Colorida sudah tersebar di seluruh media masa. Ia terpaksa harus ekstra hati-hati dalam menunjukkan dirinya di depan publik jangan sampai dikenali oleh orang lain. Ia melepaskan borgol di pergelangan tangannya dan mengaitkannya di tiang besi ranjang, membiarkan Richard duduk di atas ranjang dengan nyaman. “Hubungi Don Carlos dan minta dia menemuiku sendirian,” ucapnya melirik ke arah telepon yang terletak di atas meja kecil yang tak jauh dari Richard. “Apa kau tak takut Don Carlos akan menemukan lokasi kita berdua.” “Aku hanya ingin dia tau kalau kau masih hidup dan bersama dengan or

  • Scarlet   The temptation of Richard

    “Jangan bercanda! Tembak mereka,” teriak Scarlet dengan suara lantang. Richard segera mengambil pistol yang berada di samping paha Scarlet dan mulai menembak mobil di belakang mereka. Namun tak ada satupun mobil yang terhalang karena tembakannya selalu meleset saat Scarlet membelokkan motornya untuk menghindari hujan peluru dari belakang. Merasa kesal dengan kemampuan menembak Richard, Scarlet memerintahkan Richard untuk memegang kemudi motor dari belakang. “Apa yang akan kau lakukan?” tanya Richard yang bingung dengan posisi mereka saat itu. “Berikan pistolnya padaku dan bawa motornya,” ucap Scarlet mengambil pistolnya. Richard dengan cepat membungkukkan badannya ke samping untuk meraih pegangan setir motor yang ada di depan. Sedangkan Scarlet yang telah melepaskan tangannya dari setir m

  • Scarlet   Failed assassination mission

    Di dalam tong sampah Scarlet mulai merasakan kalau tong yang ia masuki sedang bergerak. Seorang petugas kebersihan mulai mendorong tong sampah yang di masuki Scarlet dan membawanya ke bagian belakang dapur untuk membuang semua sampah ke saluran pembuangan. Saat petugas sampah membuka penutup tong, Scarlet dengan cepat berdiri sehingga membuat petugas kebersihan itu terkejut. Ia memegang kepalanya dan memutar dengan kuat sehingga petugas tersebut segera meninggal. Scarlet keluar dari dalam tong itu dan membersihkan kotoran yang menempel di pakaiannya. Ia mengangkat petugas kebersihan itu dan melemparkannya ke dalam saluran pembuangan sampah agar tidak diketahui orang lain. Di atas dinding terdapat sebuah lorong kecil tempat saluran udara yang menghubungkan ke beberapa ruangan di dalam penjara itu. Ia mendorong tong sampah yang ada di sampingnya dan menaikinya. Melalui saluran udara itu Scarlet masuk dan merayap di dala

  • Scarlet   Prison on an arid mountain Colorida

    Ia berjalan kembali ke dapur menemui Nathania dan membereskan piring makanannya. Scarlet menariknya keluar dari rumahnya dan mengunci pintu rumahnya. Ia keluar dari bagasi di samping rumahnya dengan motor hitam besarnya. Ia keluar dari halaman rumahnya diikuti dengan Nathania yang membawa mobilnya dari belakang. Scarlet dengan cepat membawa motornya, menyelip di antara mobil-mobil yang berada di jalanan. Ia berusaha menjauhi mobil Nathania agar tidak sampai bersamaan dengannya di depan gedung besar yang merupakan samaran dari markas mereka. Namun keahliannya Nathania dalam membawa mobil dan mengetahui jalur-jalur jalan membuatnya bisa mengejar motor Scarlet. Keduanya sampai di depan gedung besar secara bersamaan. Scarlet mengacuhkannya dan berjalan memasuki gedung itu sampai menuju ke dalam markas mereka. Saat mereka berdua masuk, bos sudah menunggu kedatangan mereka dengan wajahnya yang datar. “Scar ... apa kau sudah menem

  • Scarlet   Memories from the past that gripped

    “Warnanya adalah warna favoritku. Ukurannya juga sangat cocok di badanku.” Scarlet menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan dari Nathania. Dia terpaku, ekspresinya yang tadi dingin berubah menjadi murung. “Aku ingin sekali memenuhi seluruh lemari pakaianku dengan warna biru ini,” ucapnya lagi melihat ke arah Scarlet. Ada penyesalan terlihat dari ekspresi wajah Scarlet. Ia membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Nathania tanpa berargumen lagi. Niatnya yang tadinya ingin menghajar Nathania malah berubah saat mendengar perkataan Nathania. Setiap perkataan yang di lontarkan Nathania serasa tak asing di telinganya. Sebuah ingatan dari masa lalu yang membuatnya merasakan sesuatu yang menyayat hatinya sehingga ia memilih untuk pergi meninggalkan wanita yang baru ia kenal itu. Scarlet berdiri di samping jendela kaca, sorot matanya yang kosong membayangkan kembali setiap ingatan-in

  • Scarlet   Nathania

    “Hmm ... agen C 17,” ucap Nathania tersenyum kecil melihat Scarlet. “Agen D 13, benarkan?” “Ya, kau benar,” jawabnya tertawa kecil. “Apa ada yang lucu?” “Tidak ada. Bagaimana dengan lelaki yang ada di dalam rumah itu? Apa kau membunuhnya?” “Aku tidak yakin kalau dia sudah mati, tapi beberapa tusukan dariku bisa membuat nyawanya berada di ujung tanduk. Kalau nasibnya beruntung mungkin saja dia koma beberapa bulan.” “Dia mungkin bisa menambah masalahmu jika masih hidup.” “Tidak apa-apa. Lebih banyak masalah lebih bagus.” “Scar, apa sekarang kita akan kembali ke markas?” “Kita? Apa maksudnya dengan kita?” tanya Scarlet melihatnya dengan wajah datar. “Scar, sejak aku menolongmu, kita sudah jadi partner,” jawab Nathania dengan wajah yang bingung bercampur kekesalan karena sikap Scarlet yang

  • Scarlet   Action on the highway

    Scarlet terbatuk menahan sakit di tenggorokannya yang hampir patah akibat cengkeraman itu. Sementara lelaki yang di tusuknya tersandar di dinding kamar. Lelaki itu sekarat, ia menahan darah di perutnya yang masih mengalir begitu deras dan mencoba meraih pistol yang ada di lantai. Namun langkah Scarlet lebih cepat darinya, tangan lelaki itu di hentikan oleh injakkan kaki Scarlet yang kuat. Scarlet memungut pistolnya dan membidiknya tepat ke atas dahi lelaki yang sudah tidak berdaya di bawahnya. “Si-siapa kamu? Siapa yang menyuruhmu?” “Hmp ... apa hanya ini kemampuan dari seorang jenderal yang terkenal dengan kelicikannya?” “Ha ha ha ... apa seorang jenderal yang licik bisa dengan mudahnya di bunuh oleh gadis sepertimu?” “Apa lelaki yang bersamamu itu adalah Alexander?” “Meskipun kau tau, kau tidak akan bisa membunuhnya dengan mudah.”

  • Scarlet   Get into a trap

    Dengan kekesalannya, Scarlet berjalan menuju toilet untuk menenangkan dirinya sebentar dan juga tentu saja untuk memasang alat pelacak yang telah di tempelkan di kerah kemeja Don Carlos. Ia mengeluarkan alat pendengar kecil dan memasangkannya di telinganya untuk mendengar apa yang dilakukan oleh Don Carlos. Tebakannya benar kalau Don Carlos pasti akan menemui Alexander untuk bernegosiasi lagi. Melalui alat pendengar itu Scarlet bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, dan sepertinya kedua lelaki itu sudah tidak berada di dalam ruangan yang bising dengan suara musik. Dari percakapan mereka Don Carlos menawarkan kebebasan anaknya untuk di tukarkan dengan kekayaan miliknya, tapi Alexander menolaknya dengan serius. Melalui perkataan Alexander yang terdengar sedikit samar-samar membuat Scarlet tertegun saat menyadari suara Alexander sedikit tak asing di telinganya. Dia segera keluar dari toilet dan mencari keberadaan Alexander yang sebenarnya. Scarlet be

  • Scarlet   A pair of familiar eyes

    “Kartu undangan? ... oh, ada padaku.” Scarlet merogoh ke dalam tasnya, berharap kartu undangannya ada di dalam tas pestanya. Dan tentu saja seperti perkataan bosnya bahwa semua persiapannya sudah di siapkan. Scarlet mengeluarkan kartu undangan berwarna gold dan menyerahkannya kepada pengawal itu. “Silakan masuk, Mrs. Pattinson. Maaf atas ketidaknyamanannya.” Scarlet berjalan melewati pintu yang telah di bukakan oleh pengawal itu. Acara pesta yang luar biasa pengamanannya. Tentu saja hal itu harus di lakukan karena banyak orang-orang penting yang hadir di dalam sana. Suara alunan musik klasik terdengar di ruangan yang besar itu. Saat ia masuk, penerima tamu yang berdiri di samping pintu menyambutnya dengan sopan dan memberikan sebuah topeng untuk di gunakannya saat itu. Semua tamu yang ada di dalam sudah menggunakan topeng mereka masing-masing. Scarlet pun segera memakai topeng yang di berikan

DMCA.com Protection Status