Ardiansyah menghelas nafas panjang. Sekarang masih jam 08.00. Tetapi, ia sudah berada di dalam ruang kepala sekolah.
Ia berada di ruangan itu. Karena, dipanggil oleh Vito. Kalau Vito yang memanggilnya, ia yakin, kalau laki-laki itu akan mengancamnya lagi. Tetapi, kenapa guru itu ingin mengancamnya lagi? Bukannya, ia sudah menjalankan perintah guru
itu dengan baik?Pandangannya beralih menatap seorang guru laki-laki yang memasuki ruangan kepala
sekolah. Sekarang, di ruangan itu hanya ada Ardiansyah, dan guru laki-laki itu."Kenapa Anda memanggil saya?" tanya Ardiansyah sambil menatap tajam Vito.
"Gimana kalau kamu tebak sendiri?" tanya Vito sambil duduk di kursi yang berada di depan
Ardiansyah.Sekarang, posisi Vito, dan Ardiansyah hanya terhalang oleh sebuah meja. Dan, ruangan ini kedap suara. Jadi, kalau Ardiansyah emosi, dan memukul guru itu, pasti tidak akan ada orang yang m
Sore hari, atau lebih tepatnya pukul 15.34. Felysia sudah berada di rumahnya. Tentu saja, bersama dengan Ardiansyah. Mereka sedang duduk berdua di ruang tamu. Felysia menatap seluruh rumus yang berada di dalam buku yang diberikan Ardiansyah. Ia mencoba untuk menghafalkan sedikit demi sedikit rumus yang tertulis di sana. Sedangkan, Ardiansyah sedang memakan donat yang sudah disiapkan oleh Felysia.Rumah Felysia sekarang sedang sepi. Karena, Reno sedang ke rumah Denis. Dan, pembantunya sudah pulang dari 10 menit yang lalu. Sebenarnya masih ada satu orang lagi di rumah ini. Tetapi, orang itu sepertinya belum keluar dari kamarnya."Lo nggak akan bisa hafal semuanya dalam satu hari. Jadi, fokus aja sama beberapa rumus dulu," ucap Ardiansyah sambil mengangkat gelas yang berisi air mineral, lalu meminumnya."Iya, gua tau," ucap Felysia."Di mana dapur lo?" tanya Ardiansyah.Felysia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ardiansyah, atau lebih tepatnya
Sang surya sudah muncul sejak 15 menit yang lalu. Sekarang, Brian sedang berada di balkon kamarnya, menikmati keindahan di pagi hari. Udara yang segar, embun, burung yang berterbangan, kehangatan sinar matahari di pagi hari, ia menikmati itu semua.Kalau biasanya, Brian akan siap-siap ke sekolah, sekarang berbeda. Karena, hari ini hari minggu, jadi ia tidak perlu berangkat ke sekolah.Tadinya, ia berencana untuk tiduran di atas kasur sepanjang hari, memakan cemilan, lalu menonton film kesukaannya. Tetapi, semua rencananya itu berantakan, saat ia membaca pesan dari Felysia. Perempuan itu memintanya ketemuan.Dengan muka malas, ia keluar dari kamar. Mengacak-acak rambutnya, berharap kalau rambutnya akan rapi walau tak ia sisir. Ia berjalan menuju ke arah garasi. Saat sudah berada di sana, ia langsung saja menaiki sebuah motor sport berwarna hitam. Tentu saja, sebelum ia berangkat, ia mengenakan jaket kulit berwarna hitam, dan helm berwarna hitam. Dan, saat semuanya s
Seorang gadis kecil mencoba untuk meraih sebuah pensil yang berada di atas narkas yang berada di ruang tamu. Sudah sekitar 5 menit, ia berusaha untuk mengambil pensil tersebut, namun tak kunjung berhasil. Ia sudah mencoba naik ke atas kursi, tetapi masih saja belum berhasil.Ia melihat ke arah jam dinding. Dan, ternyata sudah pukul 15.00. Sekarang, di rumah hanya adadirinya dan Felysia. Ia takut untuk meminta bantuan kakaknya itu.Jadi, ia berusaha sendiri. Mau apapun hasilnya, ia tidak akan pernah menyerah.Matanya membulat sempurna, saat melihat ada sebuah tangan melewati atas kepalanya.Tangan itu sangat kekar, jadi mustahil kalau itu tangan kakaknya. Tangan itu tangan seorang lelaki. Dan, saat ia melihat ke arah belakang, ada Ardiansyah yang sedang tersenyum ke arahnya."Ini," ucap Ardiansyah sambil menyodorkan pensil yang tadi ia ambil dari atas narkas ke Nindy."Makasih," ucap Nindy sambil mengambil pensil dari tangan Ardians
Felysia mengacak-acak seluruh isi tasnya. Hari ini ada mata pelajaran olahraga. Tetapi, ia lupa membawa seragam olahraga. Ia memandang jam dinding yang berada di depan kelas dan ternyata sudah jam 09.43. Yang berarti sebentar lagi mata pelajaran olahraga akan dimulai. Dan, semua murid harus sudah berada di lapangan saat itu juga.Ia memandang ke seluruh penjuru kelas. Sudah tidak ada satu orang pun di sana.Sepertinya semua orang sudah ke lapangan. Tinggal dirinya saja yang belum. Sekarang, ia hanya punya dua pilihan. Yang pertama, ia ke lapangan dengan seragam OSIS, lalu dihukum. Dan, yang kedua adalah bolos mata pelajaran olahraga.Sepertinya ia tidak akan memilih pilihan kedua. Karena, itu akan memperburuk reputasinya.Tetapi, pilihan pertama juga akan membuatnya ditertawakan semua orang yang berada di lapangan.Akhirnya, ia pasrah. Ia berjalan menuju ke arah pintu. Kali ini, ia akan memilih pilihan pertama. Ia rela ditertawakan. Asalkan reputas
Lagi dan lagi. Denis harus berhadapan dengan Reno. Ia sudah berusaha menolak ajakan laki-laki itu untuk bertemu. Tetapi, laki-laki itu terus mengajaknya. Dan, pada akhirnya Denis mengalah.Sekarang, Denis sudah berada di kediaman Reno. Ia duduk termenung, di sofa yang berada di ruang tamu. Pandangannya beralih menatap ke arah jam dinding. Dan, ternyata sekarang sudah pukul 16.00."Felysia lagi ke rumah temennya. Jadi, kita bakal aman ngomongin hal itu di sini," ucap Reno sambil membawakan segelas kopi susu untuk Denis."Nindy?" tanya Denis."Dia lagi tidur.""Oh."Pandangan Denis menatap segelas kopi susu yang baru saja ditaruh Reno di atas meja. Ia tidak berniat untuk meminum kopi itu. Bukan karena tidak suka. Tetapi, karena sudah berencana sejak lama untuk berhenti ngopi."Kenapa? Nggak diminum?" tanya Reno."Nanti," jawab Denis."Apa yang mau kita bahas?" tanya Denis."Bentar, kita masih nunggu satu orang lagi," ja
Hari senin, jam 10.00. Seharusnya yang mengajar di kelas XI Mipa-1 adalah Denis. Tetapi, guru laki-laki itu tak terlihat batang hidungnya. Mungkin, laki-laki itu lupa sama waktu mengajarnya? Atau, malah guru itu tidak masuk sekolah.Semua siswa XI Mipa-1 tidak berani keluar kelas. Mereka takut, kalau tiba-tiba Denis datang. Dan, mereka terlambat masuk ke dalam kelas. Ketakutan dan malas menjalankan hukuman menjadi satu. Jadi, mereka pun memilih untuk tetap di dalam kelas.Felysia menatap Brian yang sedang berbincang dengan teman-teman laki-lakinya. Perlahan, pandangannya beralih menatap Ardiansyah yang sedari tadi melihat ke arah jam dinding.Wajah laki-laki itu telihat seperti sedang khawatir. Karena ia penasaran, ia berdiri dari tempat duduknya. Lalu, perlahan berjalan ke tempat duduk laki-laki. Baru saja, ia berhenti di dekat laki-laki itu. Tetapi, laki-laki itu sudah berdiri."Lo lagi ada masal-" ucapan Felysia terhenti karena tiba-tiba Ardiansyah berlari
Felysia turun dari ojek tepat di depan gerbang SD Nusantara. Ia membayar tukang ojek itu, lalu melihat ke arah sekolahan. Dan, ternyata sekolah tersebut sudah sepi.Ia berjalan mendekati seorang paruh baya yang sedang menyapu di dekat pos satpam. Ia berharap, kalau dirinya belum telat. Dan, ia masih diberi kesempatan untuk hadir di acara tersebut."Maaf, Pak," ucap Felysia saat sudah berada di dekat pria paruh baya tersebut."Iya. Kenapa?" tanya pria tersebut."Saya ke sini mau menghadiri acara pertemuan orang tua. Acaranya di mana ya, Pak?""Acara itu sudah selesai, Dek."Mata Felysia membulat sempurna. Ia terlambat. Andai saja, tadi tidak macet, pasti ia bisa datang lebih awal. Kalau sudah begini, bagaimana caranya menjelaskan kepada Reno."Saya permisi dulu, Dek," ucap pria tersebut lalu melenggang pergi.Felysia menendang sebuah botol mineral yang berada di depannya. Sekarang kesempatannya untuk mengetahui identitas pengawalny
Semua murid XI Mipa-1 langsung berteriak kegirangan saat mendengar bel pulang sekolah.Bel itu bukan hanya menandakan saatnya pulanh sekolah. Tetapi, juga menandakan kalau ujian tengah semester telah selesai. Benar, seminggu belakangan semua murid di SMA Nusa Bangsa sedang menjalani ujian tengah semester. Dan, hari ini lah hari terakhir ujian tersebut dilaksanakan.Semua murid yang di sekolah tersebut langsung bersyukur. Karena, hari ini adalah hari terakhir mereka melaksanakan ujian tengah semester.Tidak semuanya bahagia, karena ada beberapa orang yang sedang dalam masalah.Contohnya, Ardiansyah, Brian dan Felysia. Hubungan ketiga orang itu semakin renggang sejak Brian memukul Ardiansyah saat di SD Nusantara. Bahkan, Ardiansyah sudah mulai berhenti mengajari Felysia sejak saat itu.Ego Brian terlalu tinggi untuk meminta maaf duluan. Felysia merasa tidak bersalah atas perkelahian tersebut. Dan, Ardiansyah yang sudah tidak peduli dengan Brian dan F
Semua murid di SMP Alexander digegerkan dengan kabar tuan muda perusahaan Clover akan datang ke sekolah mereka.Tentu saja hal itu membuat semua warga sekolah menjadi sangat khawatir karena tiba-tiba mereka kedatangan tamu yang sangat penting.Perusahaan Clover sudah menyumbang banyak untuk SMP Alexander. Mulai dari dana, barang-barang, dan makanan. Jadi sedikit saja mereka membuat kesalahan, bisa-bisa perusahaan Clover tidak akan memberi bantuan lagi ke mereka. Dan jika itu terjadi, maka mereka akan kesusahan.Seluruh mata terpusat pada seorang gadis dan seorang laki-laki muda dengan jas hitam sedang berjalan masuk ke dalam area sekolahan.Laki-laki muda itu terlihat sangat berwibawa. Jadi sudah dipastikan kalau laki-laki itulah tuan muda yang sedang dibicarakan oleh warga sekolah. Sedangkan gadis yang sedang bersamanya itu adalah adik dari laki-laki itu."Selamat datang, Tuan Ardiansyah. Kalau boleh tau, ada urusan apa, ya? Kok datang menda
Makan malam keluarga Carles. Kalau biasanya cuma ada Hilda, Carles, dan Ardiansyah di meja makan. Kali ini sedikit berbeda. Karena Felysia, Nindy, Arta, Prata, dan Reza ikut dalam acara makan malam ini atas bujukan dari Ardiansyah.Tentu saja Hilda dan Carles tidak begitu masalah kalau sahabat-sahabat putranya ikut serta dalam acara makan malam ini. Mereka malah senang, karena dengan adanya mereka, Ardiansyah terlihat lebih bahagia dan sering tersenyum.Ardiansyah yang selalu terlihat tegas dan dingin. Malam ini terlihat begitu bahagia dan hangat. Sangat berubah dari hari-hari sebelumnya.Carles bahagia melihat itu. Karena akhirnya Ardiansyah menemukan bahagianya yang telah lama menghilang dari hidupnya."Katanya kamu mau tunangan. Acara tunangannya mau diadain di Indonesia atau di sini?" tanya Carles pada Ardiansyah.Ardiansyah langsung terdiam. Ia sama sekali belum memikirkan tentang tempat acara pertunangannya dengan Felysia. Karena ia pik
Setelah acara makannya selesai. Mereka pun melanjutkan perjalan ke rumah Ardiansyah yang letaknya tidak begitu jauh dari restoran tersebut.Karena letaknya tidak begitu jauh. Mereka hanya perlu waktu sekitar lima menit untuk sampai di rumah Ardiansyah.Dan akhirnya mereka sampai. Mobil mereka memasuki halaman rumah yang terbilang sangat luas. Di hadapan mereka sekarang berdiri sebuah rumah yang terlihat seperti istana mewah.Rumah itu terlihat sangat mewah dan megah. Sudah bisa ditebak, kalau rumah itu adalah rumah yang sangat mahal."Menurut laporan, ayah Anda sekarang masih ada di kantor. Jadi sepertinya hanya ada ibu Anda di dalam," ucap Selly saat mobil sudah berhenti sempurna."Kamu mau ikut masuk atau pulang?" tanya Ardiansyah sambil menatap Selly."Kelihatannya lebih baik saya pulang. Saya nggak begitu mau ikut campur dalam urusan ini," jawab Selly sambil memandang Ardiansyah."Oke. Biar supir ini yang nganter kamu pulang."
Rombongan Ardiansyah sudah sampai di Singapura. Mereka keluar dari bandara untuk menanti jemputan mereka.Ada satu hal lucu yang tadi terjadi di pesawat. Tadi saat pesawatnya ingin lepas landas, Nindy sangat merasa ketakutan, sampai-sampai memeluk tubuh Ardiansyah yang duduk tepat di samping kanannya dengan erat. Gadis kecil itu belum pernah naik pesawat sekali pun. Jadi wajar saja kalau gadis itu ketakutan saat harus naik pesawat untuk yang pertama kalinya.Dan sekarang gadis kecil itu sedang tertidur pulas di gendong Ardiansyah."Yang jemput kita supir rumah atau supir kantor?" tanya Ardiansyah pada Selly yang berdiri tepat di sebelah kirinya."Dua-duanya. Jadi akan dua mobil yang akan menjemput kita," jawab Selly.Ardiansyah pun mengangguk pelan setelah mendengar jawaban Selly. Dua mobil. Mobil pertama akan dinaiki oleh dirinya, Selly, Felysia, dan Nindy. Mobil kedua akan dinaiki oleh Arta, Prata, dan Reza.Tidak lama kemudian ada d
Hari keberangkatan Ardiansyah ke Singapura. Pesawatnya akan berangkat jam 10.00. Dan sekarang sudah jam 09.30.Ardiansyah tidak tau, kapan lagi ia akan ada kesempatan untuk kembali ke Indonesia. Kenangannya di negeri ini sangatlah banyak. Membuatnya tersiksa oleh kerinduan jika tidak cepat-cepat pulang ke negeri ini.Pekerjaannya yang banyak membuatnya sangat susah untuk mempunyai waktu luang. Tetapi karena pekerjaannya yang banyak itulah, ia bisa mengalihkan pikiran sejenak dari semua sahabatnya yang ada di Indonesia.Rasanya baru kemarin ia sampai di Indonesia. Tetapi sekarang sudah harus kembali lagi ke Singapura. Sungguh, ia ingin menikmati waktu bersama sahabat-sahabatnya lebih lama lagi."Apakah Anda akan baik-baik saja setelah ini semua?" tanya Selly sambil memberikan sebuah kaleng minuman bersoda ke Ardiansyah."Apa maksud kamu?" tanya balik Ardiansyah sambil mengambil minuman yang disodorkan oleh Selly."Semua kenangan Anda di
Malam yang sangat dingin. Arta, Prata, dan Reza sedang bermain kartu di bawah langit malam. Dengan beralaskan tikar dan ditemani makanan ringan, mereka membuat malam yang sepi ini menjadi malam yang sangat ramai.Walau terasa sangat ramai. Tetapi tetap saja mereka merasa ada yang kurang. Bukan makanan maupun minuman. Tetapi orangnya. Ada satu orang yang tidak hadir di malam ini dan malam-malam sebelumnya.Orang itu sudah tidak pernah muncul lima tahun belakangan ini. Membuat mereka merasakan kesepian. Karena tanpa orang itu, tidak ada lagi makanan-makanan yang enak. Cuma masakan orang itu yang bisa memuaskan perut mereka. Cuma kehadiran orang itu yang bisa memenuhi lubang di hati mereka.Permainan terhenti, saat ada sebuah motor sport berhenti tepat di dekat mereka. Pengemudi itu menggunakan helm, jadi mereka tidak bisa melihat wajah sang pengemudi motor tersebut.Pengemudi itu mematikan motornya. Dan berjalan ke arah mereka dengan sebuah kantong plastik
Pagi ini, Triana sedang mengawasi Vitra dan Citra yang sedang berlatih di kolam renang. Kali ini mereka berlatih menggunakan kolam renang umum. Karena kolam renang di rumah Triana sedang dibersihkan.Triana mengawasi kedua muridnya itu dari pinggir lapangan. Ia tersenyum kecil, saat sadar bahwa kedua muridnya itu sudah sangat berkembang dibanding saat pertama kali ia melatih mereka.Gerakan renang kedua muridnya itu sudah hampir mirip dengan gerakan ibu mereka. Jadi Triana yakin, kalau kedua muridnya itu akan baik-baik saja di masa depan. Karena level mereka sudah jauh di atasnya.Dari dua muridnya itu, ia sangat mengandalkan Citra. Karena Citra bisa sangat rileks dan fokus saat sudah ada di dalam air. Sedangkan Vitra masih sering kehilangan konsentrasi saat berenang. Itu adalah satu-satunya kekurangan Vitra.Triana menyodorkan dua botol air mineral, saat dua muridnya itu sudah sampai ujung. Muridnya itu sudah berlatih sangat keras hari ini. Jadi su
Bel pulang sekolah berbunyi. Sontak semua murid yang ada di kelas langsung berteriak bahagia. Karena akhirnya mereka bisa lepas dari pelajaran-pelajaran yang membuat kepala mereka pusing.Seorang perempuan cantik keluar dari kelas VIII dengan sebuah senyuman di pipi manisnya. Perempuan itu adalah Nindy Carolina. Seorang siswi yang paling pintar di SMP Pelita.Bukan cuma kepintarannya saja yang membuatnya terkenal. Tetapi kecantikannya juga. Perempuan dengan para cantik itu sudah menolak banyak pria dengan alasan ingin fokus belajar. Dan saking banyaknya pria yang sudah ia tolak, ia bahkan sampai tidak bisa menyebutkannya satu per satu.Nindy berjalan ke arah luar bersama teman-temannya. Saat baru saja sampai di luar gerbang. Ia melihat banyak perempuan dari sekolahnya berkumpul di satu titik. Seakan sedang mengamati sesuatu."Itu ada apa?" tanya Nindy pada salah satu temannya."Katanya sih ada cowok ganteng banget di depan. Kayaknya lagi nung
5 tahun setelahnya. Brian sudah menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang ekspor dan impor. Bisa dibilang, sekarang Brian selalu bisa membeli apa yang diinginkannya dengan mudah. Bahkan uang yang ada di tabungannya sekarang sudah tidak bisa ia habiskan dalam kurun waktu 1 Minggu. Saking banyaknya, ia sampai tidak tau lagi mau diapakan semua uang yang ada di tabungannya. Oh, iya. Sekarang ia sudah punya anak. Hikari Aurora Xenovia. Hikari adalah nama yang disarankan oleh Ardiansyah. Sedangkan Aurora adalah nama yang disarankan oleh Laura. Dan Xenovia adalah nama yang disarankan oleh Brian. Brian benar-benar menamai anaknya menggunakan nama yang disarankan oleh sahabatnya itu. Karena baginya, nama Hikari itu adalah keinginan sahabatnya sebelum sahabatnya itu dikabarkan meninggal karena sebuah tembakan. Jadi Brian dengan suka rela mengabulkan keinginan terakhir sahabatnya itu. Hari ini adalah hari y