Seorang gadis kecil mencoba untuk meraih sebuah pensil yang berada di atas narkas yang berada di ruang tamu. Sudah sekitar 5 menit, ia berusaha untuk mengambil pensil tersebut, namun tak kunjung berhasil. Ia sudah mencoba naik ke atas kursi, tetapi masih saja belum berhasil.
Ia melihat ke arah jam dinding. Dan, ternyata sudah pukul 15.00. Sekarang, di rumah hanya ada dirinya dan Felysia. Ia takut untuk meminta bantuan kakaknya itu.Jadi, ia berusaha sendiri. Mau apapun hasilnya, ia tidak akan pernah menyerah.
Matanya membulat sempurna, saat melihat ada sebuah tangan melewati atas kepalanya.Tangan itu sangat kekar, jadi mustahil kalau itu tangan kakaknya. Tangan itu tangan seorang lelaki. Dan, saat ia melihat ke arah belakang, ada Ardiansyah yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Ini," ucap Ardiansyah sambil menyodorkan pensil yang tadi ia ambil dari atas narkas ke Nindy.
"Makasih," ucap Nindy sambil mengambil pensil dari tangan Ardians
Felysia mengacak-acak seluruh isi tasnya. Hari ini ada mata pelajaran olahraga. Tetapi, ia lupa membawa seragam olahraga. Ia memandang jam dinding yang berada di depan kelas dan ternyata sudah jam 09.43. Yang berarti sebentar lagi mata pelajaran olahraga akan dimulai. Dan, semua murid harus sudah berada di lapangan saat itu juga.Ia memandang ke seluruh penjuru kelas. Sudah tidak ada satu orang pun di sana.Sepertinya semua orang sudah ke lapangan. Tinggal dirinya saja yang belum. Sekarang, ia hanya punya dua pilihan. Yang pertama, ia ke lapangan dengan seragam OSIS, lalu dihukum. Dan, yang kedua adalah bolos mata pelajaran olahraga.Sepertinya ia tidak akan memilih pilihan kedua. Karena, itu akan memperburuk reputasinya.Tetapi, pilihan pertama juga akan membuatnya ditertawakan semua orang yang berada di lapangan.Akhirnya, ia pasrah. Ia berjalan menuju ke arah pintu. Kali ini, ia akan memilih pilihan pertama. Ia rela ditertawakan. Asalkan reputas
Lagi dan lagi. Denis harus berhadapan dengan Reno. Ia sudah berusaha menolak ajakan laki-laki itu untuk bertemu. Tetapi, laki-laki itu terus mengajaknya. Dan, pada akhirnya Denis mengalah.Sekarang, Denis sudah berada di kediaman Reno. Ia duduk termenung, di sofa yang berada di ruang tamu. Pandangannya beralih menatap ke arah jam dinding. Dan, ternyata sekarang sudah pukul 16.00."Felysia lagi ke rumah temennya. Jadi, kita bakal aman ngomongin hal itu di sini," ucap Reno sambil membawakan segelas kopi susu untuk Denis."Nindy?" tanya Denis."Dia lagi tidur.""Oh."Pandangan Denis menatap segelas kopi susu yang baru saja ditaruh Reno di atas meja. Ia tidak berniat untuk meminum kopi itu. Bukan karena tidak suka. Tetapi, karena sudah berencana sejak lama untuk berhenti ngopi."Kenapa? Nggak diminum?" tanya Reno."Nanti," jawab Denis."Apa yang mau kita bahas?" tanya Denis."Bentar, kita masih nunggu satu orang lagi," ja
Hari senin, jam 10.00. Seharusnya yang mengajar di kelas XI Mipa-1 adalah Denis. Tetapi, guru laki-laki itu tak terlihat batang hidungnya. Mungkin, laki-laki itu lupa sama waktu mengajarnya? Atau, malah guru itu tidak masuk sekolah.Semua siswa XI Mipa-1 tidak berani keluar kelas. Mereka takut, kalau tiba-tiba Denis datang. Dan, mereka terlambat masuk ke dalam kelas. Ketakutan dan malas menjalankan hukuman menjadi satu. Jadi, mereka pun memilih untuk tetap di dalam kelas.Felysia menatap Brian yang sedang berbincang dengan teman-teman laki-lakinya. Perlahan, pandangannya beralih menatap Ardiansyah yang sedari tadi melihat ke arah jam dinding.Wajah laki-laki itu telihat seperti sedang khawatir. Karena ia penasaran, ia berdiri dari tempat duduknya. Lalu, perlahan berjalan ke tempat duduk laki-laki. Baru saja, ia berhenti di dekat laki-laki itu. Tetapi, laki-laki itu sudah berdiri."Lo lagi ada masal-" ucapan Felysia terhenti karena tiba-tiba Ardiansyah berlari
Felysia turun dari ojek tepat di depan gerbang SD Nusantara. Ia membayar tukang ojek itu, lalu melihat ke arah sekolahan. Dan, ternyata sekolah tersebut sudah sepi.Ia berjalan mendekati seorang paruh baya yang sedang menyapu di dekat pos satpam. Ia berharap, kalau dirinya belum telat. Dan, ia masih diberi kesempatan untuk hadir di acara tersebut."Maaf, Pak," ucap Felysia saat sudah berada di dekat pria paruh baya tersebut."Iya. Kenapa?" tanya pria tersebut."Saya ke sini mau menghadiri acara pertemuan orang tua. Acaranya di mana ya, Pak?""Acara itu sudah selesai, Dek."Mata Felysia membulat sempurna. Ia terlambat. Andai saja, tadi tidak macet, pasti ia bisa datang lebih awal. Kalau sudah begini, bagaimana caranya menjelaskan kepada Reno."Saya permisi dulu, Dek," ucap pria tersebut lalu melenggang pergi.Felysia menendang sebuah botol mineral yang berada di depannya. Sekarang kesempatannya untuk mengetahui identitas pengawalny
Semua murid XI Mipa-1 langsung berteriak kegirangan saat mendengar bel pulang sekolah.Bel itu bukan hanya menandakan saatnya pulanh sekolah. Tetapi, juga menandakan kalau ujian tengah semester telah selesai. Benar, seminggu belakangan semua murid di SMA Nusa Bangsa sedang menjalani ujian tengah semester. Dan, hari ini lah hari terakhir ujian tersebut dilaksanakan.Semua murid yang di sekolah tersebut langsung bersyukur. Karena, hari ini adalah hari terakhir mereka melaksanakan ujian tengah semester.Tidak semuanya bahagia, karena ada beberapa orang yang sedang dalam masalah.Contohnya, Ardiansyah, Brian dan Felysia. Hubungan ketiga orang itu semakin renggang sejak Brian memukul Ardiansyah saat di SD Nusantara. Bahkan, Ardiansyah sudah mulai berhenti mengajari Felysia sejak saat itu.Ego Brian terlalu tinggi untuk meminta maaf duluan. Felysia merasa tidak bersalah atas perkelahian tersebut. Dan, Ardiansyah yang sudah tidak peduli dengan Brian dan F
Felysia melangkahkan kakinya masuk ke dalam dapur. Sesampainya di ruangan tersebut, ia melangkah mendekat ke sebuah kulkas yang jaraknya tidak begitu jauh dari pintu masuk dapur.Ia membuka kulkas tersebut, lalu mengambil sebuah botol air mineral dingin dari dalam mulkas. Ia membuka tutup botol tersebut, lalu meminum air mineral tersebut.Matanya tertuju kepada seorang gadis kecil yang sedang sarapan di meja makan. Jarak antara dapur dan meja makan tidak terlalu jauh. Jadi, Felysia bisa melihat gadis kecil itu dengan jelas.Felysia memutar matanya malas. Sudah beberapa hari ini, ia melihat gadis itu selalu memperlihatkan raut wajah sedih."Ardiansyah nggak bakal ke sini lagi," ucap Felysia sambil memasukkan botol air mineral yang tadi ia minum ke dalam kulkas."Kenapa?" tanya Nindy dengan suara pelan.Suara Nindy memang pelan. Tetapi, Felysia masih bisa mendengar ucapan gadis kecil itu dengan jelas."Pikir aja sendiri," jawab Felysia sambil
Felysia memandang seluruh makan ringan yang tertata rapi di rak yang ada di depannya.Sekarang, ia ada sebuah supermarket yang letaknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Ia datang ke supermarket, karena ingin mempersiapkan makanan untuk ia bawa ke acara kemah dan study tour.Setelah sekian lama, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil dua bungkus jajanan ringan. Sekarang, di dalam keranjang belanjaannya sudah terdapat 2 bungkus makanan ringan, 5 bungkus biskuit dan 2 botol air mineral berukuran sedang.Karena, ia merasa belanjaannya sudah cukup, ia pun melangkahkan kakinya ke arah kasir.Ia mengeluarkan seluruh belanjaannya dari dalam keranjang belanjaan, lalu menaruhnya di meja kasir.Setelah semuanya barang belanjaannya dimasukkan ke dalam kantong plastik oleh penjaga kasir, ia pun mengambil dompet yang berada di dalam kantong celananya.Matanya membulat sempurna, karena ia tidak menemukan dompetnya di dalam kantong celana. Ia pun ingat, kalau i
Semua murid kelas XI sudah bersiap di depan gerbang sekolah. Karena, hari ini adalah hari keberangkatan mereka ke hutan pinus. Mereka akan melangsungkan acara kemah di hutan tersebut. Setelah acara kemah selesai, mereka akan langsung berangkat ke Bali untuk melangsungkan acara selanjutnya, yaitu acara study tour.Pukul 08.00. Semua bus sudah bersiap sedia di depan SMA Nusa Bangsa. Satu persatu murid, mulai memasuki bus yang sudah tersedia. Sebelum ini, mereka sudah dikasih tau tentang bus mana yang harus mereka tempati. Jadi, tidak akan ada keliruan atau ada orang yang salah masuk bus.Felysia memasukkan tasnya ke dalam bagasi bus. Lalu, berjalan ke arah pintu masuk bus.Saat sampai di sana, ia mendapatkan sebuah uluran tangan. Untuk sesaat sebuah senyuman muncul di wajahnya. Tetapi, senyuman itu luntur, saat tau yang mengulurkan tangan adalah Ardiansyah."Jangan bengong, di belakang lo banyak yang ngantri," ucap Ardiansyah.Felysia langsung menden