Jam 09.00. SMP Pelita sudah dipenuhi oleh para alumni. Acara reuni yang diadakan oleh kepala sekolah SMP Pelita.
"Oke, acara reuni ini diselenggarakan oleh sekolah. Jadi, kalian para alumni tidak boleh seenaknya sendiri. Kalian masuk ke kelas kalian masing-masing. Kalau ada yang lupa letak kelas dan kelas berapa kalian pada saat kalian masih SMP, di papan pengumuman sudah ada data kalian. Jadi, nggak ada alasan kalian buat salah masuk kelas."
Suara itu terdengar jelas di seluruh penjuru SMP Pelita. Suara seorang guru yang dulunya sangat terkenal karena selalu memberikan ulangan harian secara mendadak. Guru itu adalah Vito. Laki-laki itu juga pernah menjadi guru di SMP Pelita. Makanya, ia juga menghadiri acara reuni ini.
Semua alumni pun masuk ke kelas mereka masing-masing. Hampir semua alumni datang, cuma ada beberapa orang saja yang tidak datang. Beberapa orang itu memang memiliki alasannya masing-masing. Ada yang sudah pergi ke luar kota, ada yang
Jam 14.00. Laura sedang berada di sebuah supermarket yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Ia ke supermarket, karena ingin membeli beberapa cemilan dan minuman untuk menjadi santapannya saat sedang menonton film.Laura menatap lekat sosok laki-laki yang ada di hadapannya. Sebuah senyuman muncul begitu saja. Tetapi, dengan cepat, Laura menghapuskannya begitu saja."Kenapa? Nyari Ans?" tanya Laura pada sosok laki-laki yang ada di hadapannya."Enggak, gua nyari lo," jawab sosok laki-laki itu."Kenapa?""Gua mau tau tentang cinta pertamanya Ar."Mata Laura membulat sempurna. Cinta pertama kekasihnya, ia tidak tau detail tentang itu. Ia juga tidak tau tentang siapa wanita yang membuat Ardiansyah merasakan cinta untuk pertama kalinya. Yang ia tau, hanya Ardiansyah pernah mencintai wanita dengan sangat-sangat tulus. Tetapi, perasaan tulisnya itu harus berakhir oleh keadaan."Lo sahabatnya Ar. Kenapa lo nggak nanya sendiri? Brian Cah
Felysia menghentikan langkahnya, tepat di hadapan seorang laki-laki yang menggunakan sebuah hoodie berwarna biru muda dan celana panjang berwarna biru dongker.Plak!...Sebuah tamparan keras, mendarat tepat di pipi sebelah kanan Ardiansyah. Tentu saja, orang yang menampar pipi Ardiansyah adalah Felysia. Padahal mereka sedang berada di pinggir jalan. Dan, banyak orang di sekeliling mereka. Tetapi, itu tidak menjadi penghalang buat Felysia untuk menampar Ardiansyah.Ardiansyah menyentuh pelan pipi sebelah kanannya. Sakit. Tetapi, ia sudah terbiasa dengan rasa sakit. Jadi, ia tidak terlalu mengkhawatirkannya."Apa lo gila? Kita di pinggir jalan dan banyak orang. Tapi, dengan mudahnya lo nampar gua? Urat malu lo udah putus?" tanya Ardiansyah."Orang pembohong kayak lo memang pantas dapat tamparan," ucap Felysia."Apa maksud lo?""Mau sampai lo berpura-pura, Elvano Ardiansyah Sora?"Seketika, Ardiansyah langsung tersentak
Jam 09.00. Hari ini, di SMA Nusa Bangsa akan diadakan sebuah pertandingan lomba renang. Kali ini, SMA Pelita akan melawan SMA Cipta Karya. Tentu saja, para orang tua murid juga diundang untuk melihat pertandingan itu.SMA Nusa Bangsa. Kali ini, sangat mengandalkan Hariz dan Laura. Karena, Hariz adalah ketua ekskul renang pria dan Laura adalah ketua ekskul renang putri.Sedangkan, SMA Cipta Karya. Kali ini, sangat berharap dengan Vitra dan Citra. Sepasang adik-kakak yang memiliki wajah kembar. Citra, sang kakak menjabat sebagai ketua ekskul renang putri. Sedangkan, Vitra, menjabat sebagai ketua ekskul renang pria.Kedua orang yang selama ini bisa dibilang tidak dapat dikalahkan. Apa lagi, Vitra. Laki-laki itu sudah menantang seluruh murid ekskul renang yang ia temui. Dan, selalu berakhir dengan sebuah kemenangan.Kali ini, Vitra berharap, kalau ada salah satu anggota ekskul renang SMA Nusa Bangsa bisa mengalahkannya. Ia sudah sangat muak dengan kekalahan.
Pada detik-detik, Laura mulai tenggelam, para penonton sudah heboh. Rizky saat itu sudah ingin langsung terjun ke dalam kolam, lalu menyelamatkan anak perempuannya itu. Tetapi, langkahnya terhenti, saat ada seorang anak muda berlari melewatinya dengan wajah cemas.Dari wajah anak muda itu, sangat terlihat jelas, kalau dirinya sangat-sangat khawatir dengan Laura. Jadi, Rizky memilih untuk menghentikan langkahnya. Dan, melihat bagaimana anak muda itu menyelamatkan putrinya.Rizky mengenal baik anak muda itu. Anak muda itu adalah murid dari salah satu sahabat dekatnya yang sekarang sudah tidak ada lagi di dunia ini. Anak muda itu bernama Elvano Ardiansyah Sora."Perlihatkan ke orang tua ini, sejauh mana Aziel sudah membimbing mu," gumam Rizky.Ardiansyah langsung terjun begitu saja ke dalam kolam renang. Laura ada di lintasan nomor 4. Berada di tengah-tengah. Jadi, ia memerlukan waktu untuk mencapai tempat Laura.Tetapi, ini m
13.00. Ruangan UKS SMA Nusa Bangsa. Di sebuah kasus yang di dalam ruangan itu, terbaring lemas seorang perempuan cantik.Perempuan itu sudah sadar sedari sekitar 5 menit yang lalu. Jadi, tenaganya sudah mulai pulih sekarang. Dan, sekarang, ia hanya menunggu izin dari Vito untuk pulang ke rumah.Selain menunggu izin dari Vito. Ia juga sedang menunggu dua laki-laki yang sangat berharga baginya. Laki-laki yang pertama adalah Rizky. Dan, yang kedua adalah Ardiansyah.Ia sangat bahagia, saat teringat kejadian tadi. Ia masih ingat jelas, sebelum ia pingsan, ia melihat Ardiansyah sedang berusaha menyelamatkannya."Eh, gua dengar. Tapi, si Ardi nantangin si kembar lomba renang. Karena si kembar ngejek si Laura," ucap seseorang yang sempat melewati depan UKS.Sontak, Laura langsung mengepalkan kedua tangannya. Pandangannya langsung menatap seorang perempuan yang sedari tadi menunggunya. Perempuan itu adalah Felysia."Seperti yang lo
Jam 16.00. Felysia dan Ardiansyah sudah berada di pantai yang jaraknya tidak begitu jauh dari SMP Pelita. Felysia ke sini untuk mendengarkan cerita tentang Langit. Sedangkan, Ardiansyah ke sini, untuk menceritakan kepada Felysia sedikit tentang dirinya di masa SMP. Tentu saja, Ardiansyah tidak akan bilang ke Felysia, kalau dirinya adalah Langit.Mereka berdua berdiri tepat di bibir pantai. Menatap indahnya ombak pantai. Seperti dulu lagi. Dengan orang yang sama. Dengan perasaan yang sama. Tapi, dengan sosok yang berbeda. Ardiansyah yang sekarang bukanlah Langit yang dulu.Ardiansyah yang sekarang hanyalah seorang pengecut yang tidak berani mengungkapkan identitasnya dan perasaannya sendiri. Perasaanya kepada Felysia tidak sedikit pun berubah. Masih sama seperti dulu. Dan, semakin hari, semakin menggila."Lo sama Langit dulu sering banget ke sini," ucap Ardiansyah."Ke sini? Ngapain?" tanya Felysia."Nikmati senja, beli air kelapa muda, berbincang,
Jam 15.00. Seperti biasanya, Ardiansyah harus menjadi guru les buat Felysia. Mengajari perempuan itu tentang ilmu fisika. Dan, memastikan, kalau perempuan itu mendapatkan nilai di atas rata-rata saat tes kenaikan kelas.Sekarang, situasinya sudah berbeda. Kalau biasanya, hanya ada Ardiansyah dan Felysia. Sekarang, ada satu orang tambahan yang ikut belajar bersama. Orang itu adalah Nindy.Benar, Nindy. Hubungan gadis kecil itu dengan Felysia sudah mulai membaik. Sekarang kedua perempuan itu sudah lebih sering saling sapa. Dan, lebih sering terlihat sedang berdua. Tentu saja, itu semua karena Ardiansyah. Ardiansyah lah yang memaksa Felysia untuk bersikap baik kepada Nindy. Dan, Ardiansyah lah yang paling berkontribusi dalam membaiknya hubungan Felysia dan Nindy.Saat ini Felysia, Nindy, dan Ardiansyah sedang berada di ruang tamu rumah Felysia. Felysia dan Nindy sedang berusaha mengerjakan soal yang diberikan Ardiansyah. Dan, Ardiansyah sedang menyibukkan diri dengan
Jam 20.00. Ardiansyah sedang berjalan menuju ke arah indekosnya. Langkahnya terhenti, saat melihat pintu indekos Arta, Prata, dan Reza terbuka lebar.Dengan perasaan khawatir. Ia percepat langkahnya menuju ke indekos ketiga orang itu. Langkahnya terhenti, saat sudah berada di ambang pintu. Matanya membulat sempurna, saat melihat indekos ketiga orang itu sangat-sangat berantakan. Lebih berantakan dari biasanya.Perlahan, ia melangkah masuk ke dalam. Memandang ke arah sekitar. Sangat jarang sekali, ketiga orang itu tidak ada di dalam indekos. Apa lagi, sekarang sudah malam.Ia hentikan langkahnya, saat melihat sebuah surat tergeletak di atas lantai. Ia pun membungkuk, lalu mengambil secarik surat itu."Temui kami di tempat biasanya. Ayo kita tuntaskan dendam yang ada," ucap Ardiansyah membacakan isi surat itu.Dilihat dari tulisannya. Pasti, bukan Arta, Prata, dan Reza yang menuliskan surat itu. Ardiansyah sudah sangat hafal gimana bentuk tulis