Semua orang yang ada di situ sontak menganggap Mia berada dalam bahaya, termasuk Leon yang pada akhirnya tidak bisa tetap bersikap acuh tak acuh.Dia bergegas melangkah maju dan mengulurkan tangannya hendak meraih Mia, sayangnya dia kurang cepat.Mia pasti mati jika terjatuh dari gedung setinggi 88 lantai itu. Namun, ternyata Mia hanya terjatuh tiga lantai jauhnya karena seorang pekerja pembersih kaca menangkapnya.Lengan pekerja itu sangat kuat dan berotot sehingga dia bisa menangkap tubuh Mia yang terjatuh dengan mudahnya.Nyawa Mia pun berhasil diselamatkan. Lengan kirinya terluka, tetapi bukan luka yang serius.Mia menolak tawaran Hera untuk membawanya ke rumah sakit."Aku nggak mau ke rumah sakit, Bu," tolak Mia dengan ekspresi yang masih terlihat lebih baik mati saja. "Luka seperti ini nggak mungkin bisa membunuh seseorang."Plak!Hera menampar pipi Mia. "Apa kamu setega itu mencampakkan orang tuamu demi seorang pria yang sama sekali nggak punya hati?""Iya, aku setega itu!" jeri
"Ya sudah, sana pergi dan jemput dia!" kata Violet sambil tertawa.".... Bos, Bos sudah tahu semuanya?" tanya Sheva, lalu menertawakan dirinya sendiri. "Yah, tapi 'kan Bos memang pintar sekali. Mana mungkin Bos nggak tahu apa-apa?""Memangnya aku tahu apa?" Violet balik bertanya dengan ekspresi bingung. "Aku nggak tahu apa-apa kok, aku tahunya cuma Lanny memang agak kasihan.""Kebetulan juga nama keluarganya sama denganmu. Selain itu sih aku nggak tahu apa-apa lagi.""Dia itu kakak kandungku!" jawab Sheva sambil tersenyum dengan getir. "Selama ini aku ingin sekali membawanya keluar dari rumah Keluarga Lenova, tapi aku takut itu malah mempersulitmu."Plak!Violet memukul Sheva dengan kesal. "Memangnya kamu pikir aku sebegitu nggak bergunanya sampai-sampai nggak bisa mengurus satu anggota Keluarga Lenova?""Tentu saja nggak," jawab Sheva sambil mengusap-usap bagian tubuhnya yang terasa sakit. "Cuma 'kan lebih baik sebisa mungkin menghindari masalah. Kamu juga masih harus balas dendam ...
Memang makin berharap tidak menemui seseorang, maka makin besar kemungkinan orang itu justru malah muncul!Violet sebenarnya ingin mengabaikan mereka saja.Namun, Adis tidak bisa bersikap seperti itu. Bagaimanapun juga, dia masih harus menjaga citranya.Violet pun mendorong Adis pergi dengan ekspresi datar. Begitu melangkah, dia langsung berujar, "Wah, kebetulan sekali. Pak Adis harus rehabilitasi dulu, jadi silakan Pak Leon menunggu di ruang tunggu dulu kalau nggak buru-buru."Leon menatap wajah Violet yang cantik, tetapi dingin itu, lalu tersenyum kecil. "Seingatku, Nona Violet 'kan cuma seorang pengasuh."Suaranya terdengar pelan dan lembut, tetapi semua orang menyadari makna yang tersirat. "Atau apa kamu pikir kamu bisa mewakili Pak Adis?""Hari ini memang sial," sahut Adis kepada Leon sambil tersenyum datar."Tuh, dengar, Pak Leon?" tanya Violet sambil tersenyum. "Tapi, Pak Leon benar sih. Tadi aku memang agak kurang ajar.""Biar kuperjelas, aku bukannya menargetkan Pak Leon. Aku
"Memangnya nggak?" sahut Mia dengan ekspresi memprotes. "Aku sengaja jauh-jauh ke sini buat minta maaf kepadamu dan kamu bilang sudah memaafkanku, tapi Kakak malah mempermalukanku.""Kak Violet, bilang saja kalau memang Kakak nggak mau memaafkanku."Violet menatap Mia sebentar, lalu berkata sambil tersenyum, "Benar juga sih, tapi aku nggak akan berpura-pura dalam hal ini."Violet pun membungkukkan tubuhnya, lalu menarik Mia bangkit berdiri. Belum sempat Mia berdiri dengan mantap, Violet langsung mendorongnya dengan kencang.Bruk!Mia tidak menyangka Violet seberani ini di depan Leon dan Adis.Karena tidak siap, Mia pun terjatuh kembali."Oh, ya ampun ...." kata Violet sambil menyengir. "Aku mendorongmu lagi!"Setelah itu, Violet menoleh menatap Leon dan sengaja bertanya, "Apa tadi Pak Leon sudah melihat sendiri bagaimana aku mendorong kekasih Pak Leon?""Kalau belum, sini biar kukasih lihat lagi."Violet kembali menarik Mia bangkit berdiri, lalu mendorong Mia dan bahkan menendang perut
Sementara itu, Mia merasa kesal dan jengkel setengah mati. Dia awalnya berniat mempermalukan Mia, tetapi malah dia yang ujung-ujungnya menderita.Namun, yang membuat Mia makin marah adalah karena Leon tidak mengacuhkannya. Di sepanjang perjalanan pulang, Mia terus melayangkan protes, "Paman, sekarang Kak Violet sudah berubah total. Padahal dulu dia selalu lembut dan pendiam, nggak peduli mau diomongin atau diapa-apain. Sekarang, dia jadi semenakutkan itu. Aku jadi mempertanyakan, jangan-jangan sifat lembutnya dulu cuma akting?"Leon balas melirik Mia dengan sorot tatapan serius, lalu menjawab dengan acuh tak acuh, "Kalau takut ya nggak usah cari masalah lagi dengannya."Mia sontak terdiam.Apa-apaan itu maksudnya?Jelas-jelas dialah yang jadi korban!Makin Mia memikirkannya, makin dia merasa marah. Akan tetapi, Mia tidak berani berkomentar apa-apa. Lebih baik dia menahan diri karena rasa percaya Leon kepadanya baru muncul kembali.Karena emosinya terus ditahan, begitu sampai rumah, Mia
Leon berdeham, lalu bertanya dengan nada serius, "Siapa?""Nona Mia dan ibunya."Binar harapan dalam sorot tatapan Leon langsung lenyap. "Usir mereka!"Leon menunggu semalaman, tetapi orang yang dia harapkan datang tidak kunjung muncul. Leon pun berdiri di depan jendela bergaya barat yang menghadap ke gerbang, lalu menyalakan sebatang rokok.Dia mengepulkan asapnya dan berujar menertawakan dirinya sendiri, "Aku ini sebenarnya sedang apa sih?"...Violet memang awalnya berencana diam-diam menjenguk neneknya Leon, sayangnya sesuatu terjadi pada Adis.Sewaktu Violet sedang ke toilet sebuah toko pakaian, Adis malah ditikam orang.Untung saja tikaman itu tidak fatal. Meskipun begitu, Adis tetap terhitung terluka parah karena bilah pisaunya dilumuri dengan racun.Violet harus secepatnya mengeluarkan racun itu, jadi dia meminta Sheva untuk menyamar sebagai dokter keluarga dan ke rumah tua untuk menggantikan dirinya.Ilmu pengobatan Sheva juga cukup hebat.Setelah seharian mencemaskan kondisi
Akan tetapi, Violet langsung menyelanya, "Kamu ini kenapa pakai duduk? Coba cek apa ada lukamu yang terbuka atau nggak, gerakanmu cepat sekali."Violet mengomel sambil mendorong Adis kembali untuk berbaring di atas kasur. Selama ini, dialah yang selalu melepaskan piyama Adis agar bisa mengobati luka yang ada di tubuh pria itu secara adil.Untung saja Adis hanya mengelami retak ringan dan tidak ada pendarahan apa pun.Setelah menghentikan pendarahan dan memakaikan Adis perban yang baru, Violet pun menunjuk ke arah Adis sambil berkata, "Kuperingatkan, ya! Lagian kali kamu harus lebih hati-hati!""Iya, iya," sahut Adis seolah-olah dia adalah anak yang baik."Baguslah," dengkus Violet.Violet pun bangkit berdiri dan membereskan kotak peralatannya, lalu teringat ucapan Adis yang belum selesai sehingga dia menoleh dan bertanya, "Tadi kamu kelihatan gelisah sekali karena mau mengatakan apa?"Sepertinya Adis ingin memberikan informasi yang berhubungan dengan si pembunuh kepada Mia atau Adis ng
"Kalau kamu memang mau uang itu, kamu saja yang terima," sahut Violet sambil tersenyum agak licik. "Kamu 'kan juga bukannya nggak bisa.""Jadi, kamu nggak takut aku menghancurkan papan namamu sekalian?" tanya Sheva sambil ikut tertawa."Hancurkan saja kalau mau," sahut Violet tidak peduli. "Aku masih punya banyak.""Oke!" Sorot tatapan Sheva langsung berkilat dengan senang. "Kalau begitu, akan kupastikan aku bersenang-senang dengan wanita jalang itu.""Jangan sampai dia mati, ya!" kata Violet sambil mengangkat alisnya.Sheva mengiakan dengan gestur tangannya. "Sesuai perintah darimu, rapat penawaran besok sudah siap. Keluarga Wijaya juga sudah masuk dalam jebakan.""Setelah sekian lama menebar jaring, mari kita lihat apakah ada mangsa besar yang terjerat kali ini," kata Violet dengan sorot tatapan tajam....Violet menghadiri rapat penawaran proyek baru Grup Hardi sebagai pengasuh pribadi Adis.Ada banyak orang terkenal dari Kota Bona yang datang, tetapi tidak semuanya mengikuti tender
Mendengar dia terus memuji Leon, Violet hampir ingin menendangnya lagi, "Kalau kamu masih berbicara omong kosong seperti itu, aku nggak keberatan membuatmu bisu!"Sheva mendengus, lalu memberikan apel yang sudah dikupas kepadanya.Violet menerimanya, lalu menggigitnya, "Bagaimana keadaan Mia?"Dalam beberapa hari terakhir, dia tidak sempat memeriksa rekaman pengawasan, satu karena tidak ada waktu, kedua karena tidak perlu.Sheva mengangkat bahu, "Mia sudah keracunan selama beberapa hari, Hera sudah beberapa kali memberitahu Leon untuk mencari dokter ahli untuk mengobati Mia, tapi dia nggak pernah hubungi aku.""Bukan hanya itu, Hera juga memberi tahu Leon bahwa kemungkinan racun itu berasal dari kamu, tapi sampai sekarang, Leon nggak melakukan apa-apa terhadapmu ...."Sheva ingin berkata lagi, "Bos, dia mungkin ...."Violet tidak ingin mendengar omong kosong itu, jadi dia mengambil apel yang belum dikupas dan memasukkannya ke mulutnya.Sheva buru-buru mengeluarkannya, meludah beberapa
Violet menyelamatkan Pak Dimas, dan sebagai anak, Lewis tentu harus datang untuk mengucapkan terima kasih kepada Violet."Bu Violet, kamu telah menyelamatkan ayahku, aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu."Meskipun Lewis sudah berusia lima puluh tahun, namun dia terlihat seperti baru berusia tiga puluhan.Dia mengenakan jas hitam yang dikerjakan dengan sangat baik dan rapi. Rambutnya juga disisir dengan sangat rapi, dan kacamata dengan bingkai emas memberinya kesan intelektual."Pak Lewis, jangan segan-segan. Saat itu aku hanya kebetulan lewat, bukan cuma aku, siapa pun pasti nggak akan biarkan seseorang terjatuh begitu saja ...."Begitu berkata, Violet dengan ekspresi khawatir bertanya kepadanya, "Pak Dimas nggak apa-apa, 'kan?""Ayahku baik-baik saja.""Kalau begitu, syukurlah ... syukurlah ...." Violet seolah tidak sengaja berkata, "Orang tua paling takut terjatuh, untungnya aku cukup cepat, kalau aku sedikit lebih lambat, akibatnya bisa sangat buruk."Mata Lewis sedikit beruba
Adis tersenyum tipis. "Kamu lakukan dulu, baru bilang aku."Violet mengerutkan hidung, tidak berkata apa-apa lagi, melambaikan tangan dan berbalik pergi.Melihat punggungnya yang berjalan menjauh, mata Adis yang awalnya tampak jernih, seketika berubah menjadi dalam tak terukur.Keesokan harinya.Setelah dipersiapkan oleh Adis, Violet membawa banyak hadiah dan berangkat ke rumah Keluarga Wijaya.Sudah dua bulan berlalu sejak terakhir kali dia merawat ayah Lewis.Awalnya, dia pikir bisa mendapatkan sedikit informasi dari mulut Pak Dimas, tetapi ternyata usahanya sia-sia.Sepertinya ada beberapa hal yang mungkin sama sekali tidak diketahui Pak Dimas.Jadi, dari awal, dia sudah salah target. Kalau tidak, masalah ini tidak akan berlarut-larut tanpa kemajuan apa pun hingga sekarang.Di ruang tamu, Violet menunggu lama, tetapi Lewis tidak datang. Akhirnya, pelayan datang dan berkata, "Bu Violet, tuan kami tiba-tiba ada urusan mendadak dan harus pergi. Dia meminta maaf atas ketidakhadirannya."
Yang membuat Violet terkejut adalah, meskipun dia sudah berkata dengan nada sangat tajam, Leon bukan hanya tidak marah, tetapi malah benar-benar mulai makan sisa makanan itu.Violet terpaku sejenak, lalu berdiri, "Pak Leon sepertinya benar-benar lapar, kalau begitu, makanlah lebih banyak!"Leon tidak menghalangi Violet yang pergi. Saat dia mencapai pintu, Leon dengan nada santai berkata, "Bagaimana persiapan Adis untuk pengajuan hak paten?"Langkah Violet terhenti, tetapi dia tidak berbalik. "Hasilnya mungkin akan membuat Pak Leon kecewa."Mata gelap Leon menatap punggung Violet, dirinya tertawa kecil, "Kalau begitu, mari kita tunggu hasilnya."Violet tidak menjawab lagi dan melangkah keluar.Leon tetap duduk tanpa bergerak, bahkan menuangkan teh untuk dirinya sendiri. Namun, saat dia baru mengangkat cangkir itu, tiba-tiba cangkir tersebut pecah.Pecahannya melukai jarinya, darah segar bercampur dengan teh menetes ke bawah. Menatap mata yang merah terang seperti sebuah danau dalam, per
Leon berpaling, matanya mencari-cari seseorang yang dari tadi berdiri di pintu, "Saudaraku, dulu kamu pernah merugi, tapi sekarang kamu jelas beruntung."Sambil berkata, dia juga menasihati Adis, "Pak Adis, meskipun kakimu nggak bagus, nggak perlu mengambil sepatu usang yang sudah nggak dipakai orang lain.""Plak!"Violet baru saja ingin membalas, tetapi Adis lebih dulu dengan keras meletakkan sendok dari genggamannya, "Pak Lukas, tolong jaga ucapanmu!""Heh ...." Lukas mencemooh, "Aku cuma ingatkan dengan niat baik, kalau kamu nggak hargai ucapanku, anggap saja aku nggak pernah berkata apa-apa!""Leon, ayo kita pergi!"Namun, Leon malah berjalan masuk, "Karena sudah kebetulan, ayo makan bersama!"Tindakan Leon sungguh di luar dugaan LukasGila!Karena Leon sudah masuk, Lukas tidak punya pilihan selain ikut dengan berat hati.Lukas yang jarang diajak Leon, dia langsung setuju. Siapa tahu malah ketemu hal memuakkan seperti ini!Ngomong-ngomong, kenapa harus makan satu meja?Meski sudah
"Achoo ...."Baru saja makan siang, Violet sudah bersin berkali-kali. Adis tampak cemas, "Nggak enak badan?""Nggak ...." Violet menggosok hidungnya. "Mungkin makanannya agak pedas. Ngomong-ngomong, cabai di restoran ini gratis ya?""Memangnya nggak apa-apa?""Nggak apa-apa kok!"Meski dia bilang tidak apa-apa, Adis tetap menuangkan segelas air hangat untuknya. "Minumlah air hangat.""Sakit perut minum air hangat, flu minum air hangat, apakah semua pria benar-benar mengira air hangat bisa sembuhkan segala penyakit?" Violet sedikit mengejek tapi tetap mengambil dan meminum seteguk. "Untukku ini bisa diterima, tapi nanti kalau kamu bertemu wanita yang kamu suka, jangan lakukan ini. Benar-benar bisa merusak kesan!"Mata Adis sedikit gelap. "Benarkah?""Tatapanmu barusan agak aneh ...." Violet tiba-tiba mendekat dengan wajah penuh rasa ingin tahu. "Siapa dia?"Adis tersenyum tipis. "Nggak ada!""Aku nggak percaya!" Violet cemberut. "Bahkan kepadaku yang kamu anggap seperti adik nggak mau b
Leon kembali memandang Mia, "Aku pergi dulu."Melihat Leon baru saja datang tetapi sudah akan pergi, Mia menahan rasa sakit luar biasa di tubuhnya. Dia buru-buru turun dari ranjang, berjalan cepat ke sisi Leon, dan langsung memeluk lengannya, "Paman, apa karena insiden di rapat lelang terakhir kali, kamu merasa aku menipumu, jadi ...."Leon menjatuhkan pandangannya pada lengan yang sedang dipeluk Mia. Samar-samar, terlihat matanya meredup sejenak, "Ada urusan perusahaan."Wajah Mia tampak penuh rasa kecewa, "Beberapa hari lalu aku ke kantor cari kamu, tapi kamu nggak mau temui aku. Sekarang kamu bahkan baru datang sudah mau pergi. Aku tahu kamu sibuk, tapi aku memang kurang enak sekarang, bisakah kamu temaniku sebentar?"Hera segera menyela, "Mia, jangan nggak tahu diri. Pak Leon sudah menyempatkan diri datang di tengah kesibukannya, kamu harus bersyukur."Setelah bicara, dia memberi Boni pandangan penuh makna.Menerima isyarat istrinya, Boni yang penuh siasat segera mendapat tanggapan
Masalah pengajuan paten proyek, Violet memutuskan untuk sementara tidak memberi tahu Adis.Tentang rencana Leon yang ingin ikut campur, dia juga tidak berniat memberitahukan Adis.Pokoknya, jika ada hal yang bisa membuat Adis tidak perlu repot, maka dia akan melakukannya.Andi hanya perlu menjaga suasana hati tetap baik dan fokus pada penyembuhan kakinya.Kakinya, setelah dua kali terapi rendaman obat dan akupunktur, perlahan mulai merasakan sesuatu.Bagaimanapun caranya, Violet bersumpah akan mengusahakan agar Adis bisa berdiri lagi!Berbicara soal itu, Violet menghitung waktu.Mia seharusnya sudah terkena efek racunnya sejak lama, tetapi hingga kini tidak ada tanda-tanda apa pun.Dia menelepon Sheva, "Ada kemungkinan sesuatu berubah dengan Mia, kamu harus lebih waspada.""Aku juga mau bicara soal itu!" Sheva di ujung telepon berkata, "Mia sudah terkena efek racunnya, sekarang dia ada di rumah sakit. Hera langsung memberi tahu Leon, tapi aku nggak tahu, apa Leon akan menjenguknya atau
"Aneh rasanya, padahal sebelumnya pihak Grup Hardi nggak ada niat seperti itu. Kalau bukan demikian, proyek ini sudah hampir siap diluncurkan, dan belum terdengar kabar mereka tanda tangani kontrak dengan ahli di bidang ini.""Tim proyek tersebut juga hanya terdiri dari beberapa lulusan baru.""Mungkin seperti kita, yang diam-diam selalu berhubungan dengan Tina, karena Tina adalah seorang ahli besar di bidang ini. Kalau Keluarga Hardi memang berencana kembangkan energi baru, kenapa mereka cuma gunakan lulusan baru seperti yang tampak di permukaan?"Leon memandang ke arah kepergian Violet, matanya menyiratkan ejekan, "Adis nggak sehebat yang kamu bayangkan."...Setelah meninggalkan Hotel Imperial, Violet tidak pergi ke Grup Hardi, apalagi pulang ke rumah keluarga Hardi, melainkan langsung menuju Taman Bangau.Bertha sangat terkejut saat melihat Violet, "Angin apa yang bawa bosku ke sini?"Violet menjawab dengan nada jengkel, "Angin barat laut! Cepat beri aku makan, aku lapar sekali!"P