Keesokan pagi mereka bersiap-siap kembali ke pusat kota. Sebelum itu, Hillary mengambil kesempatan membersihkan diri, karena sejak disekap sama sekali tidak diizinkan menjalankan kebiasaannya untuk mandi di pagi hari. Tadi, suasana cukup sendu karena pertemuan dua orang sahabat setelah melalui kejadian buruk. Mateo memberikan ruang bagi mereka berbicara dan memutuskan untuk menunggu di luar saja. Selesai dengan pembicaraannya, Serina keluar dari ruangan agar bisa menyapa pria yang telah membantu mereka. Beberapa hari yang lalu adalah waktu yang cukup gelisah dan sekarang sudah tidak lagi karena dia telah melihat Hillary yang sudah baik-baik saja, suasana hatinya cukup bagus karena hal tersebut. Mateo bergeming akan isapan rokoknya meski tahu seseorang datang. "Apa kita sudah bisa pergi?" ucapnya. "Belum. Hillary sedang mandi sekarang." Mateo mengarahkan tatapannya lurus ke depan kembali, menghadap pemandangan berselimut kabut yang tampak. Dia hanya tidur sela
Mateo tidak mengubah pandangan mata ke arah lain. Dia sangat marah setelah apa yang terjadi pada Hillary, seseorang yang tidak ada kaitan sama sekali dengan kehidupannya. "Apa yang membuatmu terlihat begitu menyeramkan, Mateo?" "Tidak perlu menyebutkan alasannya, kau pasti juga sudah tahu." "Baiklah. Aku tidak akan berpura-pura lagi. Kedatanganmu sampai bersedia muncul di kediamanku, pasti ingin memperingati agar aku tidak lagi mengusik kehidupanmu dan juga para wanitamu, bukan? Sebenarnya aku juga tidak ingin melakukan hal itu, tapi posisi Hoai Group akan terancam jika kau tidak menyingkirkan mereka secepatnya. Mereka adalah kutu-kutu kecil yang akan terus menjadi parasit dan semua orang membenci simbiosis yang seperti itu." Tangan Mateo mengepal kuat. "Aku akan membereskannya dengan caraku. Tidak perlu ikut campur." "Kau tidak bisa membereskannya setelah cukup lama berinteraksi dengan wartawan muda itu. Dan lagi, tidak ada yang bisa melarangku untuk ikut campur
Keputusan akhir yang Mateo buat adalah menerima tawaran untuk bekerja sama. Ini tidaklah mudah, mengingat ada seseorang yang harus dia lindungi dan bisa saja terancam akibat pemberontakan dari dalam dirinya. "Benarkah?" Serina masih tidak tahu bagaimana untuk menanggapi. Dia seharusnya senang, bukan? Pekerjaannya mendapatkan kemajuan, cepat pula untuk menggali berita dan mencari tahu dalang dari pembunuhan berantai. "Kalau begitu, itu sangat bagus," ucapnya lagi. "Lalu, apa rencanamu selanjutnya?" "Rencana? Ya, kau benar. Rencana, rencana ...." "Jangan katakan kalau kau tidak memilikinya? Bagaimana bisa aku mempercayakan hidupku pada orang sepertimu?" Mateo bangkit dari duduknya, lalu beranjak pergi. Dia tidak habis pikir dan sepertinya akan percuma jika terus berada di sana. Serina yang melihat kepergian itu langsung berkata, "Tunggu! Tunggu sebentar! Aku harus mengerjakan hal lain untuk saat ini. Kau benar, aku tidak bisa melibatkan Hillary lebih jauh.
Mateo tidak mendengar sahutan dari dalam kamar adiknya setelah beberapa kali memanggil dan mengetuk pintu, tampaknya Bellmira masih marah padanya. Dia tidak memungkiri kesalahan yang telah dia lakukan. Masih tidak ada respons apa-apa, akhirnya Mateo memutuskan untuk meletakkan hadiah ulang tahun di depan pintu kamar, berharap kemarahan sang adik akan berkurang. Menuruni anak tangga, Mateo melihat orang yang membuat dia berdiri di depan pintu begitu lama tadinya sedang berselonjor di kursi pelanggan. Pantas saja tidak ada yang menyahuti, ternyata Bellmira tidak berada di dalam kamar. "Kita tidak akan membuka rumah makan satu minggu ke depan. Selama itu, kau bisa belajar untuk kenaikan kelasmu." Bellmira tidak menjawab, hanya melemparkan tatapannya ke arah lain. Sangat jelas kalau masih kecewa. Mateo mengembuskan napas. Dia berusaha memikirkan cara agar adiknya mau bicara. "Meera, bagaimana pendapatmu mengenai janggut dan juga kumisku?" Topik pembicaraan it
Pasangan yang sedang menikmati makan malam ditemani satu gelas anggur itu asyik bercakap-cakap menggunakan bahasa yang mereka mengerti. Meskipun berasal dari negara berbeda, akan tetapi Shohei tidak kaku. Hal itu menambah nilai plus untuk Hillary yang sudah mengidolakan atlet bisbol tersebut. Mateo sendiri yang tempat berdirinya ada di belakang Hillary, mau tidak mau juga mendengar percakapan. Dia hanya bersikap seperti tidak tahu apa-apa, karena itu adalah kode etik dari seorang pengawal. "Mulanya aku berpikir akan menyesal menerima acara makan malam ini, tetapi setelah kita berbincang, sepertinya tidak." Shohei tersenyum. "Aku merasa kalau kita bisa menjadi dekat lagi setelah ini." Pernyataan yang begitu gamblang. Hillary masih tidak menyangka jika dia akan duduk di depan sang idola, berbincang, makan bersama. Apalagi pernyataan tadi membuat dia semakin bahagia. "Aku menantikannya." Hillary mengangkat gelas anggurnya, lalu mereka bersulang. Tidak lama waktu
Mateo mendapatkan hukumannya. Dia ditahan dengan alasan tidak membawa surat izin berkendara, sedangkan pengemudi truk dibebaskan. Hal itu memicu kemarahan Serina yang mengetahui situasi sebenarnya. "Nyawa tiga orang hampir lenyap malam ini dan kalian membiarkan pelakunya bebas?! Semua tidak masuk akal! Di mana letak kebenaran di negeri ini?!" Serina sudah merah kedua matanya akibat menahan kemarahan. Dia tidak berhenti bersuara sejak tadi, melontarkan kalimat apa pun untuk pembebasan. "Maaf, Nona. Anda sudah mendengar sendiri penjelasan dari pengemudi truk. Cahaya yang silau membuatnya kesulitan saat berkendara. Dia juga sudah meminta maaf karena menimbulkan keributan dan membuat banyak orang menjadi khawatir. Kami tidak menangkapnya karena memiliki surat yang lengkap, sedangkan tuan Mateo tidak memilikinya.” Serina mengepalkan tangan, hampir ingin melayangkan tinjunya namun lagi-lagi niatnya dicegah oleh suara Mateo yang memanggil namanya dari balik jeruji besi. "Ka
Mateo melirik wanita yang mengemudikan mobil, lalu memperhatikan cermin tengah untuk melihat keberadaan sang pengacara. Suasana sangat tenang dengan hanya deru mesin yang halus sebagai penghias perjalanan. "Terima kasih, sudah membantuku." Hillary menoleh pada pria yang duduk di sampingnya sebentar, lalu memfokuskan pandangan ke depan kembali. "Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Aku hanya geram pada mereka yang menyalahgunakan wewenang, mengambil keputusan yang memberatkan sebelah pihak, padahal sudah jelas siapa yang bersalah. Seharusnya aku yang berterima kasih padamu, karena telah berusaha menyelamatkan kami, meskipun mobil kesayanganku harus berada di bengkel sekarang. Siapa yang tidak setuju kalau di saat seperti itu nyawa lebih berharga daripada harta? Aku bersyukur masih dibiarkan hidup." Mobil berhenti tidak jauh dari satu kafe, mereka semua melirik ke arah yang sama. Orang-orang tampak bersantai, beberapa juga tampak terburu setelah selesai memesan. Pelan
Hillary tertawa lebar, tidak tahan dengan situasi yang begitu lucu. Dia sama sekali tidak memiliki maksud buruk dengan mempertanyakan sesuatu yang nyatanya membuat Mateo langsung berpikir kalau itu merupakan masalah besar. "Kenapa tertawa? Aku meninggalkan tempatku sebentar untuk menghubungi adikku. Pintu ruanganmu bisa terlihat dari meja sekretaris dan aku bisa memastikan kalau tidak ada yang masuk ke ruanganmu sejak tadi." Hillary mengusap ekor mata yang menjadi bukti kalau apa yang terjadi sangat menggelikan. "Aku tidak menyangka jika kau orang yang begitu lucu." Sekretaris sendiri yang ikut menyaksikan tidak berpikir demikian. Dia sampai tidak berani menolak keinginan Mateo untuk menggunakan telepon karena takut jikalau hal buruk terjadi padanya. "Aku tidak bermaksud untuk bergurau. Perkataan tadi serius, bahwa—" "Aku bisa memasukkan beban biaya panggilanmu dan juga burger yang kau makan ke dalam tagihan? Aku sudah mendengarnya dengan jelas, bahkan juga m
Serina mematikan televisi tidak lama setelah siaran wawancara singkat usai. Dia tidak bisa memikirkan cara apa pun untuk mengorek informasi dari Lemuel, bahkan pria itu dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik.Stuart juga ada di sana, menyaksikan hal yang sama tadinya. Setelah selesai menonton, dia pun berkata, "Sekarang kau membuat orang-orang bersimpatik padanya. Apa sebelum mewawancarai, kau tidak memikirkan soal dia yang akan menjawab dengan sangat baik?"Ponsel Serina berdering. Dia mengangkat panggilan telepon begitu saja. "Halo?""Halo, Wartawan Serina."Serina seketika menjadi tegang saat mendengar suara di seberang sana. Dia melihat kembali sejumlah nomor tidak tersimpan yang ada dalam layar, tidak menduga kalau dia akan dihubungi oleh Lemuel."Anda pasti terkejut, karena saya menghubungi begitu tiba-tiba.""Ah, ya ... saya tidak pernah menduganya."Serina keluar dari ruangan, meninggalkan raut kebingungan di wajah Stuart. Dia mencari sudut yang aman untuk mereka bicara,
Serina mencebik, tidak suka dengan Stuart yang memberikannya pekerjaan secara tiba-tiba, bahkan dia tidak jadi ditraktir oleh Mateo, karena harus singgah ke Meteor Media untuk menyelesaikan beberapa hal."Aku sedang sibuk menyelesaikan proyek besar dan kau selalu menambah pekerjaanku. Bukankah gajiku yang sekarang tidak akan sepadan dengan kesetiaanku terhadap perusahaan ini?""Sibuk bagaimana? Kau belum memperlihatkan kemajuan apa-apa selama satu minggu ini," ucap Stuart.Serina mengernyitkan alis. "Itu karena kau terus-menerus memberikan pekerjaan yang begitu banyak padaku!""Kau yakin bukan karena Mateo yang harus melindungi sahabatmu? Mungkin kau perlu diingatkan pada tugasmu yang sesungguhnya yaitu mencari informasi mengenai pembunuhan yang melibatkan tuan Conor. Jangan sampai tujuanmu berubah arah menjadi yang lain."Stuart melemparkan dokumen yang dibacanya sejak tadi ke atas meja. "Kita tidak punya waktu untuk bermain-main, Serina," ucapnya, kemudian keluar dari ruangan.Serin
Serina meletakkan kedua belah tangan di pinggang, menatap sepeda motor yang akhirnya menjadi pilihan. Dia sudah menghubungi sang sahabat untuk persoalan biaya dan sekarang sedang menunggu respons Hillary."Kau yakin dengan pilihanmu? Hillary tidak akan senang mendengarnya.""Yang aku perlukan hanyalah sepeda motor, mahal atau tidak bukanlah sesuatu yang harus dipusingkan. Selama mesinnya bisa berfungsi dengan baik, maka itu sudah cukup.""Tapi sekarang bukan mahal atau tidak mahal sebagai pilihanmu, tapi baru dan tidak baru. Bagaimana jika keputusanmu diubah? Kita akan membeli yang baru, bukan yang bekas."Tepat pada kalimat terakhir, Mateo menerima telepon. Dia melihat ke arah Serina yang menatap bingung padanya, lantas dia mengangkat panggilan tersebut."Halo?" Mateo berkata."Kau ingin agar aku berutang budi padamu sampai mati?"Serina mendengar suara sang sahabat dari ponsel Mateo. Dia melipatkan tangan di dada sambil berekspresi tidak peduli, sudah tahu kalau hal seperti ini akan
Dua hari tersisa, Mateo hanya berjaga di sekitar The Pearl Villa. Hillary tidak mengerjakan aktivitas apa pun di luar kediaman selama memulihkan diri, mungkin benar-benar sudah memutuskan hidup dengan baik.Bahkan, akibat kondisinya yang buruk di pertengahan pesta kemarin, Hillary sampai memanggil dokter keluarga ke vila, hal yang sudah lama tidak dilakukan karena sebelumnya dia yang menghampiri sang dokter supaya meresepkan obat untuknya ketika usus buntu meradang.Mateo menoleh ke lantai dua, mendapati Hillary sedang berbicara dengan sang dokter. Saat ini dia mengambil waktu untuk merokok sebentar, tiba-tiba jadi terpikirkan mengenai hal apa yang akan dilakukannya setelah masa kerja menjadi pengawal selama satu minggu usai.Beberapa batang rokok habis bertepatan saat sang dokter muncul di lantai bawah, tampak sudah akan pergi. Mateo menoleh lagi ke arah jendela besar yang diketahuinya merupakan milik kamar Hillary. Wanita itu sedang melihat pula ke arahnya, langsung berpaling dan pe
Perkataan Mateo membuat mereka bertiga menjadi pusat perhatian. Nick agaknya merasa dipermalukan, citranya telah berubah menjadi orang yang sangat menjengkelkan.Hillary berpikir bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk berurusan dengan Nick. Dia segera menarik Mateo untuk pergi dari sana, selanjutnya sambil terhuyung-huyung berjalan ke sisi dinding.Hillary berusaha tetap berdiri tegak, berhenti sebentar untuk mengambil napas. Beberapa menit berlalu hanyalah waktu tanpa kata."Maaf, karena membawa urusan pribadi Anda ke tengah acara. Saya melihat bahwa Anda merasa tidak nyaman sejak tadi dan membutuhkan cara untuk pergi dari aula.""Kau tahu dari mana kalau Nick mengirimkan buket padaku setiap hari?""Sekretaris Anda berbicara mengenai buket yang dikirim setiap pagi oleh orang yang sama dan katanya Anda sering kali merasa jengkel. Saya melihat siapa pengirimnya untuk berhati-hati dengan orang itu suatu saat nanti. Ternyata pertemuan ditakdirkan begitu cepat. Saya berharap dia tidak
Sampai esok hari, Bellmira tetap mengeluhkan kesalahan sang kakak di matanya. Dia terus membuat pilihan antara Serina atau Hillary. Padahal, Mateo tidak memiliki hubungan istimewa apa-apa terhadap dua wanita itu."Mereka berdua adalah sahabat dekat yang aku dengar dari cerita kak Serina. Kakak seharusnya tidak memecah belah persahabatan mereka dengan mendekati keduanya sekaligus.""Aku tidak melakukan pekerjaan seperti itu. Berhentilah mengatakan yang tidak-tidak sebelum aku terlambat.""Memangnya Kakak akan ke mana?" Bellmira baru sadar akan setelan pakaian formal yang dikenakan kakaknya. "Dari mana Kakak mendapatkan pakaian itu?"Mateo sudah lama sekali tidak menatap dirinya dari atas sampai ke bawah. Ternyata rasanya tetap sama, tidak pernah terbiasa. Dia lebih menyukai baju kaos dengan jaket hoodie ketimbang kemeja dengan jas."Apa aku sudah terlihat rapi?" tanya Mateo.Bellmira menganggukkan kepala. "Pilihan yang sangat bagus. Itu cocok sekali dengan Kakak. Memangnya akan ke mana
Hillary dapat merasakan kepedihan dari setiap perkataan yang didengar. Dia saja sangat sedih mengantarkan kepergian sang ayah, lebih menyakitkan lagi jika tidak ikut mengantarkan, karena itu adalah kali terakhir dari pertemuan. "Waktu yang baik untuk berjemur yaitu antara jam sembilan sampai sepuluh pagi. Saat itu gelombang sinar ultraviolet dari matahari sudah menjadi gelombang pendek yang aman untuk kulit. Sekarang sudah lewat dari waktu yang disarankan. Sebaiknya Anda duduk di golf cart agar tetap terlindungi," ucap Mateo, kemudian berlalu pergi. Hillary bergegas menaiki mobil golf kembali dan mengejar Mateo dengan itu. "Bukan hanya aku yang memiliki kulit. Kau tidak ingin naik juga agar kita bisa cepat sampai?" "Saya baru selesai berolahraga dan sangat berkeringat. Anda akan tidak nyaman nantinya. Lagi pula, berjalan adalah aktivitas yang sangat sehat. Saya menyarankan agar Anda sesekali berjalan ketimbang menyetir mobil." "Kau sedang mengkritik gaya hidupku?" "Saya hanya meny
Hillary bangun dalam keadaan penuh kebingungan, seperti yang dia temukan ada sesuatu yang menempeli dahi. Ditambah wadah air yang terdapat di atas nakas membuat dia berpikir kalau hal buruk mungkin telah terjadi tanpa diketahuinya. Dia beranjak keluar kamar, turun ke lantai bawah dan langsung terkejut ketika menemukan sang paman. Pria yang berada di usia 40-an itu kini sedang mempersiapkan makanan di dapur. Mungkin tidak banyak yang tahu kalau di balik kesibukan sebagai pebisnis, pamannya pandai memasak. "Bagaimana Paman tidak hidup sendiri kalau hal seperti memasak saja bisa ditangani dengan baik." Haidar menolehkan kepala, dia tertawa kecil. "Itu adalah gayamu, pertama memujiku, lalu memintaku untuk menikah. Duduklah dan habiskan makananmu." "Niatku tertebak." Hillary menarik kursi, duduk di sana dan berkata, "Kapan Paman tiba?" "Tadi malam. Sesaat berada di bandara,
Saat membuka pintu kabin, Mateo mendapati Hillary tengah tertidur pulas. Dia juga tidak ada niat membangunkan, jadi dia memutuskan untuk mengendarai mobil saja menuju The Pearl Villa.Sampai di sana pun Hillary tampak tidak terusik, bahkan ketika Mateo mencoba untuk membangunkan. Mau tidak mau Mateo harus membopong Hillary ke kamar, ditemani seorang pelayan wanita sebagai penunjuk jalan.Mateo membaringkan Hillary di tempat tidur, pelayan yang mengantarkan langsung membantu melepaskan sepatu pemilik rumah sebelum menyelimuti dengan baik. Mateo sendiri tahu kalau sudah saatnya dia pulang."Ayah ...."Suara itu berhasil menghentikan niat, Mateo dan sang pelayan memandang wanita yang tampak gelisah dalam tidur. Mateo tidak beranjak sampai pelayan tersebut mendekati Hillary dan mengatakan kalau sang majikan bukan hanya sekadar memanggil sang ayah."Suhunya sangat panas. Nona sepertinya terkena demam."Mateo ingat kalau mereka tadi berusaha mencari tempat berteduh.