Pukul dua siang, Cintia pergi ke lokasi syuting di pinggiran Kota Bandung yang agak jauh dari pusat kota bersama Owen.Karena ini adalah drama berlatar zaman kuno, para staf telah membangun bangunan-bangunan yang sesuai dengan zaman itu.Setelah mendapat arahan dari staf, Cintia dan Owen menemukan Jimmy.Jimmy saat ini duduk di depan kamera dan sedang menyutradarai sebuah adegan.Ketika melihat Cintia datang, dia menganggukkan kepala dengan sopan dan kembali fokus pada pekerjaannya.Karena tidak ingin mengganggu, Cintia duduk di samping dan memperhatikan kamera.Pada saat itu, mereka sedang mengambil adegan antara Lily dan pemeran utama pria, Harvey.Para aktor sudah bersiap di posisi masing-masing."Adegan ketiga, frame pertama, pengambilan pertama, action!" kata Jimmy.Tiba-tiba, Harvey memegang Lily dan mendorongnya ke dinding, keduanya saling menatap dengan jarak yang sangat dekat.Ini adalah pertama kalinya Cintia mengunjungi lokasi syuting. Dia benar-benar terkesan dengan kemampu
Cintia menarik napas dalam-dalam. Dia selalu begitu, membedakan masalah pekerjaan atau masalah pribadi. Begitu menunduk kepala, dia melihat sekilas notifikasi yang muncul di layar ponselnya. Cintia tetap memilih mengabaikannya.Di Kota Medan.Samuel berada di ruangan direktur di kantor cabang Grup Purnomo, melihat ponselnya masih belum ada notifikasi apapun, wajahnya pun terlihat suram.Marcel yang berada di sampingnya, bahkan tidak berani menarik napas.Tidak tahu apa yang sedang terjadi, padahal inspeksi dadakan yang di lakukan di kantor cabang ini, semua aspek menunjukan hasil yang memuaskan, tetapi wajah Pak Bos malah terlihat suram seperti kesiram tinta hitam saja.“Marcel.”“Iya, Bos.”“Pesankan tiket pesawat paling pagi untuk besok, pulang ke Kota Bandung.”“Bukannya besok kita ada janji makan bersama dengan orang penting di Kota Medan?” Pengecekan ya pengecekan, sekalian melakukan kebaikan.“Pesawat besok malam.” Samuel merubah.Tetapi, Besok pasti harus pulang.“Iya ...” Ma
Akhirnya mereka berdua berciuman.Dari jarak jauh sampai jarak dekat, bahkan sampai dibalik layar.Saat di balik layar, terlihat sangat jelas bahwa lidah Harvey masuk kedalam ...Tubuh Lily mematung, kepalan tangannya makin erat, tetapi tidak mendorongnya.Sampai. “Cut!”Lily mendorong Harvey.Harvey tau alasan Lily marah karena apa, dia tadi juga tidak dapat mengontrol diri. Lily tidak hanya cantik, tetapi bibirnya lembut sampai tidak dapat berhenti.Kalau bukan sutradara menyudahi, dan Lily mendorong, maka dia akan terus menciumnya.Lily berbalik badan meninggalkannya.Tidak peduli juga apakah adegannya perlu ulang atau tidak.Harvey langsung mengejarnya, “Lily.”Lily dengan muka datar berbalik badan.“Maaf, aku tadi ....” Harvey meminta maaf, lalu berkata dengan mengertakan gigi, “saat sutradara berbicara denganku, memintaku untuk memperdalam pembawaan karakter, supaya hasil syuting menjadi bagus, dan juga dapat membantu kita lebih cepat mendalami karakter.” “Jimmy menyuruhmu men
“Tanggung jawab Grup Galaksi sebelumnya berada di papaku, beberapa waktu lalu dialihkan kepada diriku,” Cintia tanpa bertele-tele, langsung ke poin utamanya, “Terus terang, fashion Galaksi sebelumnya sungguh sederhana, tetapi dikemudian hari tidak. Ini adalah design baju kami untuk musim berikutnya, silahkan dilihat Nona Lily.”Lily melihat sekilas Cintia, pemahaman dia terhadapa Cintia tidak banyak, tetapi juga pernah mendengar, dulu masalah dia sungguh sangat menggemparkan. Dalam hatinya, Cintia pasti sosok yang mengandalkan lelaki, lagipula dia muncul kembali ketika diculik bersama dengan Rein halim.Beberapa kalimat saat ini menggubah sedikit penilaian dia terhadap Cintia.Memiliki sifat bijaksana, lugas,dan rendah hati.Sebenarnya gosip tidak dapat dipercaya sepenuhnya.Lily menerima ipad yang diberikan oleh Cintia, melihat design yang tertera, matanya berbinar.Karena mengiyakan ajakan Cintia untuk makan bersama membicarakan perihal duta produk, saat bosan diruang istirahat maka
Setelah mereka minum, waktu lebih pukul 11 malam.“Aku antar kalian pulang.” Cintia sedikit pusing, tetapi memikirkan pertemuan ini dia yang buat, semestinya antar mereka pulang.“Ekh.” Lily bersendawa, pandangannya buram berkata, “Tidak perlu, aku diantar oleh Laura saja, kami sejalan.”Setelah berbicara, Lily menarik Laura, bersama berjalan keluar dari ruangan.Cintia buru-buru mengikuti dibelakang.Mereka bertiga sedikit mabuk, tetapi belum sampai keadaan yang tidak kendali.Terutama Laura, sangat sadar.Cintia juga mengontrol dirinya, tetapi hari ini pertama kalinya bersama Lily minum bir pasti harus menemaninya, disiplin.Lily dan Laura memasuki sebuah mobil hitam, setelah Cintia mengantarnya, baru kembali ke dalam mobil Risno, menyandar ke kursi belakang, lambungnya sakit.Pandangan matanya perlahan-lahan menatap pemandangan Kota Bandung, melihat kelap-kelip lampu, menyinari langit.Tetiba masuk notifikasi pesan.Cintia mengeluarkan ponselnya, melihat sekilas.Didalamnya tertuli
Jimmy meletakkan Lily di kasur kamarnya , setelah meletakkannya, dia tidak langsung pergi meninggalkannya.Matanya menatap kebawah, menatap kedua pipi Lily yang memerah, dan juga bibirnya yang memerah.Dalam pikirannya berputar pemandangan syuting adegan ciuman Lily tadi...Jakunnya bergerak, jarinya yang lentik, menaruh diatas bibir Lily, dengan pelan mengelap bibirnya , seperti sedang membantunya menghapus kotoran di bibirnya.Dia dengan serius mengelap lama.Mengelap sampai bibirnya seperti membengkak.Ketika jarinya melepas, tubuh Jimmy menurun sedikit, tubunya yang proposi, berikutnya malah langsung berdiri, meninggalkannya.Pintu kamar tertutup kembali.Tidak menyadari, orang yang tertidur lelap, ujung matanya mengeluarkan air mata, air mata tanpa suara.…Kepala Cintia sedikit sakit.Setelah mabuk bangun pagi berangkat kerja, sungguh sangat tidak menyenangkan sekali.Lily sungguh sangat kuat minum.Sejak dia pulang dia muntah semalaman , sungguh seperti terombang-ambing.Dia mem
"Aku sudah tidur.""Maaf, aku sudah membangunkanmu." Setiap kali Samuel minta maaf, Cintia tidak merasa ketulusan Samuel.Seolah-olah itu hanya kata sungkan saja.Ke depannya Samuel masih akan melakukan hal yang tidak baik padanya."Ada apa?""Aku hanya memberitahumu kalau aku sudah pulang.""Aku sudah tahu." Cintia terlihat sangat dingin. Ketika dia melihat Samuel yang lemas, Cintia berkata lagi, "Kamu bisa memberitahuku melalui telepon, tidak usah malam-malam datang ke sini hanya untuk memberitahuku hal ini.""Aku kira ponselmu rusak."Samuel tampaknya sedang memprotes Cintia kalau Cintia tidak membalas pesannya."Beberapa hari ini aku sangat sibuk." Cintia mencari alasan untuk berbohong."Cintia ....""Sudah malam, kamu pulang dulu. Besok aku masih mau kerja," sela Cintia.Kata yang mau diucapkan Samuel pun tak jadi diucapkan."Hati-hati di jalan."Selesai berbicara, Cintia menutup pintu.Samuel sengaja tidak diberi masuk oleh Cintia.Jadi, Samuel hanya bisa melihat pintu yang tertu
Setelah mengatakan ini, Cintia meninggalkan ruang rapat dengan dominasi.Gilang tidak menyangka dirinya yang sudah empat puluh tahunan bisa diancam oleh gadis yang berusia dua puluh tahunan.Gilang segera menelepon Jacob untuk melaporkan kondisi saat ini."Tidak usah peduli dengannya, lakukan sesuai yang kukatakan saja." Jacob tidak takut pada Cintia. "Kalau terjadi sesuatu, aku yang menanggungnya.""Baik, Pak Jacob."Gilang tersenyum jahat, dia ingin melihat Cintia bisa sombong berapa lama?!...Cintia membawa Owen ke pabrik produksi Grup Galaksi.Karyawan tak mau kerja?!Kenapa mereka bisa tidak mau kerja tanpa alasan?!Pabrik produksi terletak di pinggiran kota, jadi perjalanannya agak jauh.Ketika Cintia tiba sudah sore hari.Cintia yang belum makan siang langsung bertemu dengan ketua pabrik yang bernama Haris.Haris tidak bersikap hormat pada Cintia, dari sikapnya sudah tahu kalau dia bersekongkol dengan Gilang, juga termasuk orang Jacob."Sudah kudengar kalau CEO baru sangat muda
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug