Warto selalu memasang senyum tipis di bibirnya, memberikan kesan kepada orang lain kalau dia ini adalah pria yang berwibawa, sopan, dan sangat beradab."Kamu membuatku benar-benar merasakan untuk pertama kalinya apa yang dimaksud dengan berjalan di karpet merah." Warto berbisik di telinga Cintia sambil tersenyum, "Aku sedang berpikir, Samuel sepertinya sudah memiliki niat untuk membunuhku.""Cukup. Kamu fokus berjalan saja." Cintia masih tersenyum, tetapi nada bicaranya terdengar cukup tidak menyenangkan.Senyum Warto mulai tampak lebih jelas lagi.Para wartawan mendapatkan gambar dari interaksi kecil mereka berdua.Mereka berdua lantas berjalan ke depan para wartawan.Pertanyaan dari wartawan langsung saja membanjiri mereka berdua."Tuan Warto, kenapa kamu mengajak Nona Cintia? Apakah kalian berdua memiliki hubungan yang spesial?""Tuan Warto, kami dengar kalau kondisi kesehatan kakekmu, Tuan Besar Poltak, sedang tidak baik, apakah itu benar? Apakah Tuan Besar Poltak bisa menghadiri a
Starvy juga sudah tiba di acara makan malam itu.Starvy menghadiri acara tersebut sebagai CEO dari Dijaya Grup.Sebenarnya, di masa lalu, Dijaya Grup tidak memiliki kualifikasi untuk hadir di acara makan malam amal terbesar tahunan milik Tambunan Grup di Kota Medan. Ini adalah undangan pribadi dari Yulia kepada Starvy dengan dalih kerja sama. Dengan kapasitas yang Yulia miliki, dia akan memberikan Starvy lebih banyak peluang.Starvy tentu saja merasa gembira sekali dan dengan sengaja memamerkan dirinya di hadapan anggota Keluarga Dijaya.Starvy kini tidak lagi tinggal di Vila Keluarga Dijaya. Dia telah membeli vilanya sendiri, yang lebih mewah dari milik Keluarga Dijaya.Claudia juga pernah diam-diam datang menemui Starvy dan mengatakan secara terang-terangan bahwa dirinya ingin Starvy bahagia, agar mereka berdua sebagai ibu dan anak akhirnya bisa bersikap lebih tegas di Keluarga Dijaya. Claudia juga mengatakan Meri sekarang sudah dikurung di vila oleh Jacob dan begitu menderita. Meri
Semua wartawan berbondong-bondong ikut pergi ke arah datangnya suara.Warto bertanya pada Cintia dengan berbisik, "Apa kamu tak apa-apa? Masih bisa berjalan?""Tak apa-apa." Cintia menggerak-gerakkan pergelangan kakinya.Terasa sedikit menyakitkan, tetapi tidak ada cedera yang begitu serius."Jangan dipaksakan.""Aku tak memaksakannya," jawab Cintia dengan tegas."Oke." Warto mengangkat kedua bahunya dan tidak bertanya lebih banyak lagi.Cintia kembali menggandeng lengan Warto lagi dan masuk ke dalam aula pesta.Di belakang mereka, terdapat Samuel dan Yulia yang sudah melihat Warto dan Cintia. Mereka juga sudah melihat interaksi dekat antara kedua orang itu."Tak kusangka. Ternyata kakak sepupuku sudah memiliki hubungan yang baik dengan Cintia." Yulia terlihat seperti tidak sengaja mengucapkannya.Samuel tidak merespons sama sekali.Seolah-olah dia tidak peduli akan hal itu.Seolah-olah, Samuel hanya tidak ingin memperlihatkan perasaannya di depan Yulia.Yulia juga sedang menekan emosi
Samuel dan Yulia pun pergi meninggalkan wartawan di depan mereka.Ketika Yulia masuk ke aula, Yulia berkata kepada Samuel, "Kamu tidak marah, ‘kan? Aku tak menjelaskannya secara langsung kepada wartawan kalau Erik bukanlah anakku.""Tidak," jawab Samuel.Nada bicara Samuel tidak tidak mengungkapkan perasaan apa pun.Ada semacam situasi di mana tidak peduli apa yang Yulia lakukan di depan Samuel, Samuel hanya akan menjawab, tetapi selalu tidak peduli padanya.Kadang-kadang Yulia merasa dirinya bagai sesosok badut yang sedang menghibur dirinya sendiri. Namun, seberkas tatapan dingin muncul di mata Yulia. Cepat atau lambat, Samuel akan selalu menjadi miliknya dan hanya miliknya seorang.Sekarang, Yulia dapat menoleransi apa pun yang dihadapinya.Seusai menenangkan kembali perasaannya, Yulia pun dengan raut wajah yang senang melanjutkan omongannya, "Aku tak mau Erik sampai dijadikan bahan omongan orang-orang. Aku tak ingin Erik dikatakan tak punya ibu kandung yang jelas. Aku khawatir ini
Keempat mata Cintia dan Samuel saling bertemu satu sama lain.Ada banyak perasaan campur aduk dalam tatapan mereka, tetapi dari luar tampak tidak terjadi apa-apa.Keheningan yang sunyi terus saja mengalir.Sampai-sampai.Yulia mengambil inisiatif untuk memulai percakapan dan berkata, "Kak, aku benar-benar menyayanginya, ternyata kamu sudah mendahuluiku.""Benarkah?" Warto dan Yulia sangat akrab."Aku sudah sempat mengatakan sebelumnya kalau aku ingin bekerja sama dengan Cintia, tapi aku belum menemukan kesempatan. Kalian berdua langsung cocok satu sama lain, aku benar-benar merasa cukup sedih untuk waktu yang cukup lama." Yulia benar-benar tampak menyesal dan terasa sangat tulus."Yulia, jangan terlalu serakah. Satu sosok Tuan Samuel saja sudah setara dengan banyak orang dan banyak perusahaan papan atas. Aku baru saja memulai dunia bisnis, jangan sampai kamu menghalangi jalanku," ujar Warto dengan nada bercanda.Sebenarnya, omongan Warto itu adalah hinaan tersembunyi kepada keluarga Yu
Cintia mengerutkan dahinya sambil melihat Warto.Warto tersenyum dengan sangat percaya diri.Akhirnya, Cintia tidak jadi pergi dan hanya berdiri di sebelah Warto, menonton para pejabat dan orang penting yang berlalu lalang.Tentu saja, dia juga melihat Starvy.Starvy bisa memiliki kualifikasi untuk hadir dalam acara seperti ini, ini memang benar-benar luar biasa.Tentu saja, Cintia sendiri juga sebenarnya luar biasa.Ada banyak alasan mengapa Cintia bisa hadir. Alasan paling utamanya karena ada konflik pribadi.Yang Starvy alami juga kurang lebih hampir sama.Untuk memenangkan Starvy sepenuhnya, Yulia tentunya harus merogoh dompet yang sangat dalam.Di dalam aula pesta.Tiba-tiba seisi ruangan menjadi gelap.Bukan gelap gulita, melainkan hanya kecerahan lampu saja yang dikurangi. Kemudian, sebuah sinar dari lampu sorot menerangi bagian tengah panggung, membuat mata semua orang tertuju ke sana.Pembawa acara pun naik ke atas panggung dan dengan bahasa yang tegas dan jelas, memulai acara
"Sebelum lelang pada makan malam amal ini dimulai, aku sudah menyiapkan segmen interaktif kecil untuk semua orang." Yulia sengaja ingin meningkatkan antusiasme dari semua orang.Semua orang lantas menatap pada Yulia.Yulia kemudian melanjutkan, "Kami akan secara acak memilih perempuan di dalam ruangan ini, kemudian melelang satu kesempatan untuk menari dengan perempuan itu malam ini. Harga lelangannya akan menjadi sumbangan amal untuk malam ini dan akan disalurkan ke lembaga amal."Di dalam ruangan itu, muncul sedikit perasaan gelisah.Ini baru pertama kalinya mereka mendengar kalau tarian bisa dilelang.Setelah dipikirkan kembali, ini memang acara makan malam amal. Semakin banyak dana yang terkumpul akan semakin baik, bentuk barangnya itu tidak terlalu penting.Banyak dari mereka yang hadir bukan datang dengan niat untuk beramal, sebagian besar dari mereka datang untuk menyumbangkan uang dengan tujuan meningkatkan reputasi pribadi dan reputasi perusahaan mereka."Apakah ada perempuan
"Apa Nona nomor 62 masih ada di sini?" Yulia berdiri di panggung dan bertanya kepada orang-orang di bawah.Kartu nomor dibagi sesuai dengan laki-laki dan perempuan.Yang laki-laki memiliki nomor ganjil, sedangkan perempuan memiliki nomor genap.Awalnya, saat mengambil tiket ini, Cintia juga tidak begitu memahami mengapa ada pembagian nomor seperti ini. Dia mengira mungkin akan ada sesi pencabutan undian langsung di lokasi atau yang semacamnya, mengingat acara makan malam amal selalu memiliki beberapa aktivitas hiburan yang menghidupkan suasana. Sekarang, barulah Cintia menyadari kalau ini adalah persiapan untuk kegiatan ini.Warto tampaknya tahu nomor yang Cintia pegang."Ini benar-benar nasib!" Warto bercanda.Cintia melihat Warto.Takdir?Saat Starvy ditarik, dia tidak lagi merasa itu takdir.Ini bahkan lebih mustahil.Tidak banyak kebetulan di dunia.Yulia sengaja melakukannya.Dia adalah penyelenggara acara dan dia memiliki sepuluh ribu cara untuk tahu nomor lelang semua orang di d
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug