"Dari mana Lirna mendapat foto itu," batin Wisnu. "Itu bisa aku jelaskan, sekarang ikut aku pulang." Wisnu menarik tangan istrinya, tetapi niatnya terhenti saat Romi ikut menarik tangan Lirna. "Mau dibawa kemana." Romi mencekal pergelangan tangan kiri Lirna. "Itu bukan urusanmu." Wisnu menarik paksa tangan Lirna, lalu membawanya masuk ke dalam mobilnya. Romi memilih untuk diam, percuma juga ikut campur, masalah akan menjadi panjang. Sementara itu, Lirna berusaha untuk memberontak, tetapi tenaga Wisnu jauh lebih kuat. Setelah masuk ke dalam, Wisnu langsung melaju meninggalkan tempat itu. Dalam perjalanan, Lirna memilih untuk diam, kesal dan marah menjadi satu. Lirna tidak menyangka kalau dirinya akan kepergok dalam hotel. Saat ini Lirna harus memikirkan untuk mencari alasan, agar Wisnu percaya dengan ucapannya. Sementara itu, Wisnu masih tidak percaya, tentang foto dirinya bersama dengan Vina, wanita simpanannya. Setelah cukup lama dalam perjalanan kini mereka tiba di rumah. Wisn
Cukup lama Lirna serta Vina bertengkar dan menjadi tontonan banyak orang. Malu itu yang Wisnu rasakan, setelah berhasil melerai mereka, Wisnu langsung membawa Lirna pulang. Jujur, Vina merasa sakit hati saat pria yang dicintainya, lebih memilih wanita lain. Bagi Vina, Lirna adalah wanita lain, tapi dia adalah istri Wisnu. "Lepas, Mas. Turunkan aku di sini!" teriak Lirna. Saat ini mereka dalam perjalanan pulang. Wisnu sama sekali tidak peduli dengan permintaan Lirna yang meminta untuk turun. Pria berkemeja navy itu terus melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Wisnu tidak suka bertengkar saat dalam perjalanan, itu sebabnya ia memilih untuk diam. Setelah cukup lama dalam perjalanan, kini mereka tiba di rumah. Setelah mobil terparkir, Wisnu langsung membawa Lirna masuk ke dalam rumah. Lirna terus memberontak dan melampiaskan amarahnya, hal tersebut membuat Wisnu sedikit kewalahan. "Lepas, Mas." Lirna mengibaskan tangan suaminya dengan kasar."Sekarang jelaskan, siapa peremp
Kini Astri sudah tiba di rumah, tidak lama kemudian terdengar suara deru mobil. Sudah dapat dipastikan jika itu adalah Wisnu, dan benar saja, pria berjas hitam itu berjalan cepat menghampiri istrinya yang hendak naik ke lantai atas. Dengan cepat Wisnu mencekal pergelangan tangan Astri. "Astri aku bisa jelasin ini semua, tolong kamu jangan salah paham," ujar Wisnu. Astri menatap wajah Wisnu. "Ini bukan salah paham, tapi ini fakta. Aku bukan anak kecil yang bisa kamu bodohi terus menerus, Mas. Mungkin dulu aku diam, tapi sekarang tidak."Wisnu menggelengkan kepalanya. "Astri aku melakukan ini karena .... ""Karena terpaksa, sudah basi alasan seperti itu. Kamu tidak perlu khawatir, setelah ini kamu bebas mau menjalin hubungan dengan siapa saja, mau menikah dengan siapa saja, aku tidak akan melarangnya." Setelah mengatakan itu Astri berlalu dari hadapan Wisnu yang masih terdiam. Setibanya di kamar, Astri menghempaskan tubuhnya di ranjang. Pilihannya sudah mantap, yaitu bercerai, sudah
Wisnu masih diam dengan seribu bahasa, terlalu syok saat tahu kebenarannya. Ia tidak menyangka jika istrinya diam-diam telah mengambil alih yang seharusnya menjadi miliknya. Wisnu tak ada hak secuil pun atas harta yang Astri miliki, karena semua itu adalah milik Astri, bukan Wisnu. "Kamu licik," desisnya. Astri mengernyitkan keningnya. "Apa aku tidak salah dengar, yang licik aku atau kamu, Mas.""Sudahlah, lagi pula wanita hamil tidak dianjurkan untuk mendonorkan darah. Jadi kamu percuma saja datang ke sini, Mas. Lebih baik kamu cari ke tempat lain," ungkap Astri. Detik itu juga Wisnu terdiam, apa yang istrinya itu katakan benar adanya, jika wanita hamil dilarang untuk melakukan donor darah. Wisnu menjatuhkan bobotnya di sofa, pria itu tampak mengusap wajahnya dengan gusar. "Aku sudah mencarinya ke tempat lain. Tapi sampai sekarang belum ada yang cocok."Astri menghela napas. "Semoga cepat nemu ya, Mas. Kamu sudah makan atau belum? Kalau belum makan dulu.""Aku belum lapar, aku mau
Di rumah sakit dokter langsung menangani Astri, sayangnya bayi yang di dalam kandungan tidak bisa diselamatkan. Nadia ikut merasa sedih mendengar kabar itu, sebisa mungkin Nadia menguatkan adik iparnya itu. "Astri kamu yang sabar ya, semua ini pasti ada hikmahnya." Nadia memeluk tubuh Astri, tak lupa tangan kanannya mengusap punggung adik iparnya itu. "Sekarang sekarang pikirkan saja kesehatan kamu, setelah ini kakak akan membawamu ke luar negeri untuk melakukan operasi. Kakak serta mas Ferdy ingin wajahmu seperti semula," ungkap Nadia. "Tapi, Kak. Aku takut," sahut Astri, ia merasa takut jika operasinya gagal. Bukan bertambah cantik, justru malah semakin rusak. "Kamu tidak perlu takut, dokternya sudah berpengalaman, dan tidak bisa diragukan lagi. Dokternya itu teman mas Ferdy." Nadia terus membujuk serta memenangkan hati dan perasaan adik iparnya. "Sekarang kamu istirahat saja ya, biar badan kamu cepat pulih. Biar kita cepat terbang ke luar negeri." Nadia melepas pelukannya, dan
Wisnu berjalan menghampiri istrinya yang kini sedang bersama seorang pria. Dua kali sudah ia memergoki Lirna berada di hotel dan tentunya bersama seseorang pria. Kecurigaan Wisnu ternyata benar, jika istrinya itu bekerja sebagai wanita panggil*n. Awalnya Wisnu tidak percaya, kalau ia tidak membaca sendiri isi chat Lirna dengan beberapa pria. "Ternyata dugaanku selama ini benar, kalau kamu adalah wanita murahan yang dengan mudah mengobral kehormatan," ungkap Wisnu. Lirna terdiam sejenak. "Aku seperti juga karena kamu, aku pikir kamu itu laki-laki kaya yang banyak harta, tapi kenyataannya kamu laki-laki kere yang numpang hidup enak sama istri. Aku tidak mau hidup susah denganmu karena kekayaanmu itu sudah diambil oleh istrimu itu.""Aku juga tidak sudi punya istri yang kotor seperti kamu. Menyesal aku menikah denganmu, mulai detik ini juga, aku Wisnu Ardiansyah menjatuhkan talak untukmu Lirna Larasati. Sekarang kamu bukan lagi istriku lagi." Setelah mengatakan itu Wisnu beranjak pergi
Dengan terpaksa Wisnu keluar dari rumahnya itu, niat hati ingin ia jual agar bisa menikahi Vina, tapi belum sempat dijual rumah sudah disita. Terpaksa kini Wisnu tinggal di rumah ibunya, dari pada harus berurusan dengan polisi. "Vik, di kantor tempat suami kamu kerja ada lowongan nggak?" tanya Wisnu. "Nggak tahu, Kak. Nanti aku coba tanyakan, siapa tahu ada," jawab Vika. "Iya, bantu tuh kakak kamu. Oya mama minta uang ada nggak?" tanya Ratna. "Untuk apa, Ma. Bukannya kemarin baru Vika kasih," jawab Vika. "Udah mama pakai untuk shoping. Mama butuh untuk arisan, mama udah nggak ada uang," jelas Ratna. Vika nampak menghembuskan napasnya. "Mama jangan boros-boros dong, mas Aris gajiannya masih lama.""Jabatan suami kamu kan tinggi, pastinya gajinya gede," ujar Ratna. "Iya, Ma. Tapi kan untuk kebutuhan aku juga, memangnya berapa sih," sahut Vika. "Cuma dua juta saja," balas Ratna. "Nanti aku transfer, Ma. Jadi sekarang, Kakak sudah bercerai sama kak Lirna dan juga kak Astri?" tany
Plak, satu tamparan mendarat sempurna di pipi orang itu yang tak lain adalah Wisnu. Entah apa alasan pria itu sehingga rela meninggalkan acaranya demi sang mantan istri. Sementara itu, Astri kesal lantaran mantan suaminya itu hendak melakukan hal tak senonoh padanya. "Ingat, Mas. Kita sudah bercerai, jadi tolong jaga batasan," tegasnya. Wisnu menggeleng. " Aku tidak pernah menginginkan perceraian ini. Aku akan berjuang untuk mendapatkan kamu kembali."Astri menyunggingkan senyumnya. "Jangan harap, aku cukup bahagia bisa lepas dari pria seperti kamu. Lebih baik sekarang kamu fokus saja pada calon istrimu itu."Wisnu hendak mencekal pergelangan tangan Astri, dengan cepat wanita itu menepisnya. "Berani kamu menyentuhku lagi. Aku akan berteriak biar mereka tahu kelakuan kamu yang sebenarnya."Setelah mengatakan itu, Astri bergegas pergi meninggalkan toilet, sementara itu Wisnu terlihat begitu kesal. Namun ia tidak akan menyerah begitu saja, Wisnu akan berusaha untuk bisa mendapat Astri