Share

Berpisah

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-07 21:26:41

VIOLA

Ben memandangku dengan tatapan sedih. Sudah sejak kemarin dia menunjukkan tanda-tanda tersebut. Ben yang biasanya ceria dan begitu energic, kali ini seakan kehilangan semangat hidupnya.

Bukan hanya aku, tapi gadis kecilku yang cerdas juga bisa merasakan perubahan sikap Ben. Dia lalu berbisik padaku.

“Nda, Ayah kenapa sedih?”

“Coba deh Kei tanyain sendiri.” Aku membalas bisikannya.

Beranjak dariku, Lakeizia menarik langkah menghampiri Ben yang saat ini sedang memeriksa lagi barang-barangku.

Seperti yang Ben katakan kala itu, ternyata aku benar-benar dipromosikan. Aku dipercaya untuk memimpin cabang Starnusa di Bali yang berlokasi tepat di kota Denpasar. Bagiku itu adalah pencapaian terbesar selama aku berkarir. Dan aku nggak mungkin menyia-nyiakannya begitu saja.

Sudah sejak dua hari yang lalu aku berada di Jakarta mengurus segala sesuatunya. Ben juga ikut. Dia yang membantuku. Mulai dari packing barang-barang, mengantarku ke Jakarta lalu menemaniku ke kantor pusat, dan masih ban
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Kenapa Orang Dewasa Suka Berbohong?

    VIOLA"Lakeizia!" Aku memanggilnya sambil berlari keluar dari pagar.Suasana sore ini cukup sunyi. Nggak ada seorang pun di sekitarku. Orang-orang sibuk di dalam rumah masing-masing atau belum pulang dari tempat aktivitas mereka"Lakeizia! Kei, di mana, Nak?" Aku memanggilnya dengan suara lebih keras sambil memandang ke kiri dan kanan. Tapi nggak ada yang menjawab panggilanku.Aku mulai panik. Lakeizia seperti lenyap ditelan bumi."Lakeizia! Lakeizia!" Aku terus memanggilnya dengan suara keras. Isakku akan pecah. Pelupuk mataku menghangat oleh genangan air mata yang siap untuk tumpah. Aku nggak bisa membayangkan jika sesuatu yang buruk terjadi pada putriku. Dia satu-satunya yang kumiliki. Aku lebih baik kehilangan segalanya asal bukan dia."Kei di mana, Sayang?!" Aku terus memanggilnya sambil terus berjalan.Sampai di ujung jalan langkahku terhenti karena sudah buntu.Aku memutar arah kembali ke arah rumah. Mungkin Lakeizia main keluar dari komplek ini. Mungkin sekuriti di dekat gapur

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Satu Malam Untuk Selamanya   I Call It magic

    VIOLA"Ayah jahat, Bunda jahat. Kei malu sama teman-teman. Semua orang punya Ayah, cuma Kei yang nggak punya!"Bulir-bulir air mata menetes mengaliri pipi Lakeizia. Isaknya pecah menjadi tangisan kencang. Setiap kali dia tantrum pasti dia akan mengungkit-ungkit soal ayah kandungnya.Aku mendekati Lakeizia yang kini berguling di lantai sambil terus menangis keras. Kalau sudah begini aku nggak bisa berbuat apa-apa karena semakin dibujuk dia akan semakin ngamuk.Akhirnya aku hanya bisa membiarkan dia melampiaskan emosinya sepuas hati.Sampai keesokan harinya Lakeizia masih bertingkah. Dia nggak mau melakukan apa pun, mulai dari makan, mandi sampai mogok sekolah. Bahkan aku juga dilarang pergi kerja.Aku baru saja menelepon asistenku di kantor untuk mengatakan bahwa hari ini aku masuk agak siang—ketika pintu rumah diketuk.Ternyata Tante Zeline yang datang."Eh, Tante, ayo masuk, Tante." Aku menyilakan.Tante Zeline tersenyum padaku. "Tante pikir kamu sudah berangkat. Tante cuma mau ngasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Somebody Like You

    KENZIOBukan hanya tatapannya yang lekat di mukaku, tapi tangannya yang melingkari leherku juga begitu kuat, seakan renggang sedikit saja maka dia akan jatuh.“Jadi Kei tinggal di dekat mana, Yang?” tanyaku menagih janji Ayang untuk bercerita.“Persis di sebelah rumah kita.”Dahiku mengernyit membayangkannya. “Yang di sebelah mananya, Yang?”“Yang itu lho, yang bekas rumahnya Pak Ketut. Sekarang rumah itu disewa sama perusahaan buat tempat tinggal kepala cabang mereka. Nah, bundanya Kei ini adalah si kepala cabang itu.”Aku ber ‘oh’ menanggapi penjelasan Ayang.Lalu kupandangi anak di dalam gendongan. Dia balas menatapku.“Kei umurnya berapa?” tanyaku.“Empat, Om,” jawabnya lugas.“Udah sekolah belum?”“Udah, Om.”“Terus hari ini nggak sekolah atau sudah pulang?”Lakeizia yang sedari tadi lancar menjawab tiba-tiba membisu. Membuatku bertanya di dalam hati, apa ada yang salah dengan pertanyaanku?Ayang yang berjalan di sebelahku menyikut lenganku sebagai isyarat.Mengerti kode yang dik

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Takdir Membawamu Kembali

    KENZIOAku mengusap kepala Lakeizia yang memandangiku dengan wajah lugunya. Dia masih menanti jawabanku. Aku nggak habis pikir bagaimana cara bundanya mendidik Lakeizia sampai dia sedewasa ini dalam berpikir."Kei nggak usah bayar. Kei nggak berutang apa-apa sama Om Zio. Om membelikannya dengan ikhlas. Dan yang namanya pemberian bukan utang. Oke?”Lakeizia menatapku bimbang. Seakan meragukan kalau aku benar-benar ikhlas.Kuusap kepalanya sekali lagi untuk meyakinkannya. "Kei, nggak usah takut. Yang tadi beneran Om Zio ikhlas beliinnya buat Kei, dan itu bukan utang. Kei tahu kan utang itu apa? Kalau Om meminjamkan uang untuk Kei biar bisa beli coklat, itu namanya utang. Tapi kalau Om yang ngasih, itu artinya bukan utang. Oke, Sayang?”Lakeizia akhirnya mengangguk setelah kuterangkan dengan detail."Boleh Kei makan coklatnya satu, Om?" tanyanya sesaat kemudian yang membuatku lega. Itu artinya dia nggak lagi mempermasalahkannya."Boleh dong. Kei makan aja.""Om mau?" Dia menawarkan padak

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Patah Hati

    VIOLA “Nah, itu Kei sama Zio pulang,” kata Tante Zeline sambil memandang ke arah pintu.Aku ikut memalingkan wajah ke arah yang sama. Dan …Sosok itu berdiri tepat di hadapanku sambil menggendong Lakeizia. Sosok yang nggak ingin kuingat-ingat lagi walau sejujurnya dia selalu berputar-putar di dalam pikiranku. Dia satu-satunya orang yang terakhir yang ingin kutemui kalaupun aku harus bertemu dengannya.“Kenapa pada bengong?” tegur Tante Zeline menyaksikanku dan ‘orang itu’ saling memandang dengan tubuh membatu. “Viola, itu Kenzio, anak Tante, selama ini dia tinggal di Jakarta. Dia itu kerja sebagai pengacara di sana. Bisa dibilang dia workaholic sampai nggak punya waktu buat diri sendiri saking sibuknya.”Iya, Tante, iya, saya tahu itu. Saya tahu semua tentang anak Tante yang hebat itu.Setelah puas memberi tahu mengenai anaknya padaku, Tante Zeline gantian mengenalkan jati diriku pada putra yang dibanggakannya itu.“Zio, kenapa masih berdiri di sana? Kenalin dulu, ini Viola, bundanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Berhentilah Berpura-Pura

    VIOLAKenapa hidup sepertinya begitu suka bermain-main denganku?Kenapa aku harus bertemu lagi dengan orang itu? Dan kenapa aku baru tahu bahwa Tante Zeline adalah orang tuanya?Sejak pertama diberi tahu akan ditugaskan ke Bali, nama Kenzio adalah hal pertama yang melintas. Tapi sedikit pun aku nggak pernah menyangka akan bertemu lagi dengannya bahkan orang tuanya bertetangga dekat denganku.Seakan nggak cukup membuatku syok dengan pertemuan kami, dia juga sedang menggendong anakku. Dan mereka persis seperti ayah dan anak."Maaf, Bu, dokumen yang tadi sudah ditandangani?"Aku tersentak dari lamunan saat asistenku masuk menagih dokumen yang membutuhkan approval dariku. Sudah sejak tadi dia memberikannya tapi aku belum menyentuh sedikit pun. Dokumen tersebut masih teronggok di atas meja tanpa aku apa-apakan. Sudah berjam-jam lamanya aku melamun memikirkan pertemuan mengejutkan dengan Kenzio yang efeknya berdampak jangka panjang bagi hidupku."Besok ya, saya review dulu," ucapku pada Sar

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Bicara Berdua

    VIOLAEntah semerah apa mukaku saat ini. Ucapan itu disampaikan dengan ringan tetapi sangat menyentil.Belum aku merespon, Kenzio sudah kembali mencecarku."Kamu tahu aku sangat menyukai rambut panjang dan hitammu itu, Vio. Tapi kamu sengaja mengubahnya untuk melupakan aku dan semua kenangan tentang kita. Kamu pergi tanpa kata, tanpa bicara dan menghilangkan jejak biar aku nggak bisa mencari kamu. Bertahun-tahun ini aku menderita. Aku mencari kamu ke mana-mana sampai nyaris gila. Kamu nggak akan ngerti gimana rasanya nggak bisa tidur bermalam-malam. Sekalinya bisa memejamkan mata harus kebangun karena mimpi buruk. Tapi mimpi burukku itu nggak ada apa-apnya ketimbang mengetahui kenyataan bahwa kamu nggak ada lagi di sisiku, Vio."Ucapan yang disampaikan dengan panjang lebar itu memang membuatku termangu untuk beberapa saat. Namun kemudian realita menyadarkanku. Jangan lupakan profesinya. Dia seorang pengacara yang begitu lihai bersilat lidah. Jadi lip service baginya ada hal yang sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • Satu Malam Untuk Selamanya    Ancaman Paling Jitu

    VIOLASetelah Kenzio pergi aku langsung masuk ke kamar. Putri kecilku masih pulas dalam tidurnya. Posisinya nggak berubah sejak saat kutinggal tadi. Aku naik ke tempat tidur lalu duduk di sebelahnya. Percakapan dengan Kenzio tadi serta ekspresi wajahnya melintas dengan jelas seperti adegan yang diputar ulang.Bukannya aku nggak menghargai dia, tapi sebagai bundanya Kei semestinya kamu mengerti perasaan Kei. Soal kedatanganku besok ke sekolahnya nggak akan mengubah apa pun. Ayah kandungnya tetap bukan aku. Iya kan?Bukan aku nggak mengerti perasaan Kei, sebagai ibunya aku sangat amat mengerti. Bertahun-tahun aku memahaminya sambil menahan perasaan sendiri.Mungkin nggak ada salahnya kalau aku memberinya kesempatan untuk datang ke sekolah Kei. Agar perasaan kecewa Kei pada Ben terobati.Memandangi wajah Kei aku nggak menemukan muka Kenzio di sana karena secara fisik mereka memang nggak mirip. Hanya saja mereka sangat mirip dari segi gestur. Gerakan bibirnya saat bicara, caranya tersenyu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11

Bab terbaru

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Aku Nggak Mau Jadi Julietmu

    REMBULANSudah empat hari Romeo pulang ke Bali. Dia bilang ada urusan menangani klien di sana sekalian mengantar Tante Viola.Sudah empat hari juga Romeo nggak menghubungiku sekadar untuk menanyakan kabar. Padahal biasanya dia paling bawel mengingatkanku agar jangan lupa makan dan minum obat.Rasanya hidupku ada yang kurang tanpa adanya kabar dari Romeo.Apa itu artinya aku mulai ketergantungan dengannya? Sejak pembicaraanku dengan Tante Viola malam itu aku berhasil mencerna. Kemungkinan besar akulah orang yang dimaksud, ditambah lagi ucapan Romeo yang meminta menikah dengannya sebelum menemui klien, semakin memperkuat dugaanku ke arah tersebut.Aku berjalan mondar-mandir di dalam apartemen dengan ponsel berada di dalam genggaman. Jujur saja hidupku kurang tanpa Romeo. Aku merindukannya.Eh, apa tadi?Rindu?Benarkah aku merindukan Romeo? Tapi bagaimana bisa? Aku terus bersikap denial melawan perasaan itu. Yang kualami bukanlah perasaan rindu. Hanya perasaan kesepian karena biasanya

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Nikah Sama Aku Ya?

    REMBULAN Di dalam mobil aku masih dihantui keraguan. Akan menginap di mana malam ini?Setelah lama berpikir kuputuskan untuk menginap di hotel, sisanya akan kupikirkan lagi nanti. Yang penting sekarang aku harus pulang dulu ke apartemen Romeo untuk mengambil pakaian. Semoga Romeo belum pulang. Nanti akan kutelepon dia dan mengatakan menginap di rumah Windy. Karena Mecca nggak bisa lagi kugunakan sebagai alasan. Dia pasti akan mengadu.Harapanku gagal jadi kenyataan. Sesampainya di apartemen aku melihat Romeo sudah pulang. Dan dia nggak sendiri. Ada Tante Viola juga. "Selamat malam, Tante," sapaku canggung."Malam, Bulan. baru pulang?" ujar Tante Viola ramah."Iya, Tante. Tante udah lama?""Paling baru lima belas menit.""Tante, saya permisi mau ke kamar sebentar.""Silakan, Lan."Aku langsung masuk ke kamar. Kehadiran Tante Viola di sini sudah cukup menjadi alasan yang kuat agar aku segera pergi. Setelah memasukkan pakaian ke dalam ransel aku keluar dari kamar. Kutemukan Tante Viola

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Mantan Kok Bangga?

    ROMEOAda kekagetan yang nggak tersembunyikan dari wajahku setelah mendengar pertanyaan Bunda. Dari cara Bunda menatapku aku yakin dia berpikiran yang begitu jauh mengenai hubunganku dengan Bulan."Kok nggak dijawab sih, Rom? Jujur aja sih. Kita nggak bakal marah," ujar Kak Kei sambil tersenyum menggodaku."Nggak ada hubungan apa-apa, Kak, Nda. Aku dan Bulan cuma berteman.""Berteman?" ulang Bunda dengan alis bertaut."Iya, Nda.""Kalau memang berteman kenapa dia bisa tinggal di apartemen kamu?"Mampus aku. Kalau sudah begini satu-satunya cara yang bisa kulakukan adalah jujur pada Bunda dan juga Kak Kei."Nda, Kak ..."Keduanya tampak serius memperhatikanku. Pandangan lekat mereka yang jatuh di wajahku seakan bisa mendeteksi kebohongan atau kejujuran yang akan terungkap dari mulutku."Jujur sampai saat ini kami memang masih berteman. Tapi aku menyukai Bulan. Dia udah bikin aku jatuh cinta.""Terus?" ujar Bunda agar aku melanjutkan cerita."Bulan itu hidup sebatang kara. Dia tinggal se

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Ketahuan

    REMBULANHari ini aku tinggal sendirian di apartemen lantaran kurang enak badan. Tadi Romeo menawarkan untuk mengantarku ke dokter. Tapi kutolak. Akhirnya dia membelikanku obat pereda panas.Setengah jam yang lalu Romeo meneleponku menanyakan keadaanku. Dia baru tenang setelah kukatakan panasku sudah turun.Aku akan ke kamar mandi ketika mendengar suara bel menggema.Siapa itu?Romeo punya akses sendiri. Dia nggak perlu membunyikan bel untuk masuk.Kuurungkan niat ke kamar mandi lalu kulangkahkan kakiku ke depan untuk membuka pintu.Setelah daun pintu terbuka tubuhku membeku menyaksikan dua wanita berbeda usia di hadapanku. Pun dengan keduanya.Tante Viola dan Lakeizia!"Lan, lo di sini?" ujar Lakeizia dengan keheranan yang begitu kentara.Ya Tuhan, apa yang harus kukatakan?Aku nggak mungkin bilang sedang bertamu dengan memakai piyama di tubuhku kan? Lagi pula nggak ada Romeo di sini."Iy-iya, silakan masuk, Kei, Tante," kataku menyilakan dengan gugup.Keduanya melangkahkan kaki mas

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Membuka Rahasia Masa Lalu

    REMBULANJari-jemariku saling bertaut seolah ingin mencari kekuatan. Apa yang baru saja kudengar dari Romeo membuatku ingin pingsan detik ini juga.Seharusnya tadi aku nggak meminta dia meng-ACC lembar kontrolku. Dia pasti tahu penyakitku dari sana.Aku dan Lakeizia memang didiagnosa anxiety disorder dan PTSD. Hanya saja detail peristiwa yang membuatnya trauma aku nggak tahu. Pun sebaliknya. Dia nggak tahu apa yang terjadi di masa laluku. Kami sangat menghargai privasi masing-masing. Cukup kami tahu bahwa kami berdua mengidap penyakit yang sama."Please, Lan, bagi bebanmu itu denganku. Aku tahu semua itu berat dan kamu nggak bisa menanggungnya sendiri."Aku masih mematung ketika mendengar suara Romeo untuk ke sekian kalinya.Apa yang harus kulakukan? Selama ini aku menyimpan rapat-rapat rahasia terbesarku. Jangankan Romeo, bahkan sahabat dekatku juga nggak tahu apa-apa."Aku bisa dipercaya kalau itu yang kamu khawatirin," ucap Romeo lagi."Nanti ya, di apartemen." Akhirnya kalimat itu

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Terbuka Satu Demi Satu

    REMBULAN "See? Orang-orang akan nganggap kamu nggak waras kalau kamu ada di sini. Reputasi kamu bakalan rusak, Rom," tawaku getir setelah Saskia pergi."Biarin. Kita nggak bisa ngendaliin pikiran orang lain, Lan. Yang bisa kita kendaliin ya pikiran kita sendiri," ucapnya bijak.Aku terdiam, nggak sanggup lagi membalasnya. Wajar dia jadi pengacara. Kemampuannya bersilat lidah nggak diragukan lagi. "Ibu Zivana Rembulan!" Seorang perawat membuka pintu ruangan psikiater, memanggil namaku agar masuk."Perlu ditemenin?" ujar Romeo."Nggak usah," tolakku. Aku bisa sendiri. Justru dengan ditemani Romeo masuk ke dalam akan membuat rahasiaku lain bisa terbongkar.Seperti biasa psikiater menanyakan keadaanku dan perkembangan sampai sejauh ini. Psikiaterku seorang perempuan. Dia begitu lembut dan sabar menghadapi pasiennya. Termasuk padaku."Gimana, Lan, masih sering mimpi buruk?" Psikiaterku mengawali dengan pertanyaan setelah aku duduk tepat di hadapannya.Aku masih ingat. Dulu di depan orang

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Selalu Berdua

    REMBULANTanpa terasa sudah satu bulan aku tinggal di apartemen Romeo. Dalam rentang itu pula nggak ada satu pun dari para sahabatku yang tahu. Selain sibuk dengan dunia masing-masing paling hanya Mecca yang selalu berinteraksi denganku. Itu pun dia selalu menemuiku ke toko karena dari pagi sampai malam aku selalu menghabiskan waktu di sana. Otomatis pertemuanku dengan Romeo juga nggak terlalu sering. Kami hanya bertemu pada pagi hari ataupun malam di saat sudah pulang kerja. Sampai sejauh ini Romeo memegang kata-katanya. Dia murni hanya melindungiku. Nggak pernah ada kejadian aneh atau yang terulang pada kami berdua."Lan, besok jadwal kamu kontrol kan?" ujar Romeo malam itu. Kami baru sama-sama pulang kerja lalu duduk mengobrol sambil menikmati roti bakar yang dibeli Romeo.Aku sedikit kaget karena dia mengetahui jadwal kontrolku ke psikiater."Iya kan?" tanyanya meminta kepastian.Kuanggukkan kepala sebagai jawaban."Aku temenin ya?"Aku yang sedari tadi fokus menikmati roti bakar

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Tidur Berdua

    REMBULAN Mungkin ini adalah hal paling gila yang pernah kulakukan. Bagaimana mungkin aku tinggal bersama dengan lelaki yang masih asing bagiku? Dan lelaki itu sama sekali nggak ada hubungannya denganku. Tapi entah mengapa satu sisi hatiku nggak mampu untuk menolak. Karena sejujurnya peristiwa tadi menambah trauma baru dalam hidupku.Hari itu juga aku pindah ke apartemen Romeo. Aku membawa seluruh pakaian dan barang-barang penting. Sisanya seperti furniture aku biarkan tetap ada di sana. Romeo mengusulkan padaku untuk menyewakan apartemen tersebut atau menjualnya. Dan aku setuju. Aku ingin menjualnya saja. Aku ingin mengenyahkan tempat yang sudah menimbulkan trauma."Welcome home, Rembulan. Semoga betah tinggal di sini," kata Romeo setelah kami tiba di apartemennya.Apartemen Romeo didominasi oleh warna putih sehingga memberi kesan luas. Ada dua kamar di sana. Satu kamar utama dan satu kamar tamu. Tapi ukurannya kurasa nggak jauh berbeda."Kamu bisa tempati kamar ini, Lan. Anggap aja

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Karena Aku Menyayangimu

    REMBULANPutra terkejut melihat apa yang terjadi. Pria itu berniat kabur. Namun tentu saja Romeo nggak akan melepaskannya dengan begitu saja."Sebentar, Lan, aku selesaikan dulu urusan sama bajingan itu," bisik Romeo padaku.Aku melepaskan diri dari dekapan Romeo dan membiarkan lelaki itu membuat perhitungan dengan Putra.Berdiri berhadapan dengan bajingan tengik itu, Romeo langsung mencekal krah kemejanya."Berani-beraninya lo ngeganggu cewek gue. Sekarang katakan hukuman apa yang pantas buat lo? Lo pengen mulai dari mana dulu? Di sini?" Romeo menekan perut Putra kuat-kuat dengan tangannya yang bebas. "Atau di sini?" sambungnya mengepalkan tinju ke wajah lelaki itu.Kilat mata Romeo yang terlihat begitu mengerikan tak pelak membuat Putra ketakutan."Ampun, Mas. Lepasin saya," cicitnya seperti tikus."Apa tadi waktu Bulan minta lepasin, lo langsung lepasin dia?"Putra nggak berani menjawab. Sedangkan Romeo semakin berkilat marah. Jujur, aku sangat takut melihat wajahnya."Ini hanya sa

DMCA.com Protection Status