Home / Romansa / Satu Malam Bersama Pengawal Tampan / Bab 44 - Kebenaran Terkuak

Share

Bab 44 - Kebenaran Terkuak

Author: JEMMA JEMIMA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Jangan kebanyakan omong, keluar aja sekarang.” Perintah papanya sambil menatap tajam ketiga anak buahnya yang Dipta terka masih berada di level terbawah. 

Tidak ada inner circle papa yang sebegitu bodohnya tak bisa menebak suasana hati bosnya seperti cecunguk ini. Dengan patuh ketiga orang tersebut akhirnya mengikuti perintah papa dan hanya menyisakan empat orang saja di dalam ruangan ini. 

Sorry, Jaka nggak bisa cabut. Dia harus tetap berada di sisi saya. Kamu ingat Jaka, bukan?” Papanya menunjuk satu orang yang tetap berada di belakang papa tanpa bicara satu patah kata pun. 

Dipta melirik ke arah pria d

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
JEMMA JEMIMA
masih banyak teka teki yang perlu disingkap
goodnovel comment avatar
carsun18106
tapi surprisingly pak jeremy mengakui dipta adlh anak kandungnya ya
goodnovel comment avatar
carsun18106
no wonder...ela harap tenang, pegangan erat2 sama dipta menghadapi serangan kebenaran yg bertubi-tubi ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 45 - Waktu untuk Menyendiri

    ELA“Mas Dipta,” tegur Ela saat mereka sudah memasuki gerbang perumahan Dipta. Suasana di dalam mobil pun tak kondusif selepas mereka berbicara dengan Jeremy Rustam. Sepertinya Dipta menyimpan segudang kemarahan yang butuh pelampiasan. “Nggak sekarang, Ela. Please biarin aku menenangkan diri dulu.” Hanya itu jawaban Dipta. “Tapi aku mau ikut–” Ela tak ingin membiarkan Dipta sendirian dalam kekalutannya. “Aku mau sendirian dulu,” ulangnya sekali lagi. Ela kembali terdiam mendengar penolakan Dipta. “Kamu nggak nyaman sama aku?” tanya Ela dengan hati-hati. Sudut hatinya berdenyut, takut jika Dipta menjawab iya. Pikirannya sudah melayang ke mana-mana. Dia tahu selama ini dialah yang membutuhkan Dipta, bukan sebaliknya. Tapi jika Dipta melisankannya entah bagaimana Ela menerimanya–“Bukan, tapi aku yang lagi nggak bisa sama siapa-siapa dulu, please–” Namun sanggahan Dipta membuat hatinya sedikit lega, meskipun hatinya tetap berdenyut sakit. Apa karena dia ikut merasakan kesedihan ya

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 46 - Hubungan yang Kompleks

    Kepala Mas Dipta langsung tersentak tatkala mendengar ucapannya barusan.“Apa kamu bilang?” Dipta mengernyitkan dahinya sesaat setelah mendengar ucapan paranoid Ela yang spontan keluar begitu saja.“Apa kita harus membatalkan pernikahan ini? Rasanya nggak adil kalau aku membuat dirimu jadi kayak begini–” Ela kembali mengulang ucapannya.Menegaskan kembali ketakutannya karena pernyataan Dipta yang multi tafsir.“Jangan bicara yang aneh-aneh, Ela.” Dipta menepisnya dengan cepat.Dipta menghembuskan napasnya. Tak berapa lama pria di sampingnya itu akhirnya menarik tangan Ela dan mengecup punggung tangannya. Setelah puas melakukan itu, kini Dipta memainkan je

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 47 - Pencarian Kerja

    Ela memandangi layar Macbook-nya dengan tatapan kosong. Dia tak tahu apakah resume terbarunya cukup menarik untuk disebar ke berbagai portal kerja, mengingat pengalaman kerjanya yang minim. Dia hanya bekerja selama kurang dari dua tahun setelah lulus itu pun dengan posisi yang tidak terlalu signifikan. Hanya sebagai staf humas sebelum dimutasi ke bagian digital marketing perusahaannya. Sebenarnya ini sudah genap hampir dua bulan dia menganggur sejak resign dengan alasan mempersiapkan pernikahan dengan mantan kurang ajarnya–Dhanu. Sebulan sebelumnya Ela merasa begitu senang karena dia tak perlu lagi pusing menghadapi rentetan omelan atasannya atau sikap pasif agresif rekan kerjanya yang memandang Ela setengah iri setengah dengki dan lebih banyak julidnya. Bahkan waktu itu ketika Dhanu bilang jika kelak Ela menjadi istrinya, maka Ela harus siap menjadi stay at home wife and mother untuk anak mereka kelak. Awalnya Ela menyetujuinya dengan senang hati. Well, siapa sih yang tidak su

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 48 - Interview Singkat dengan Rengganis

    “Kita coba aja dulu, ya? Kamu kenal dengan dengan Ibu Dewi Sastrowilogo? Nah sekarang dia yang pegang Yayasan Seni Sastrowilogo Foundation. Nanti aku coba bicarakan sama beliau, sekaligus kita atur lunch atau dinner kali ya, biar kamu bisa ngobrol sama Ibu Dewi?” Kini Rengganis membawa nama baru yang membuat Ela lebih aware dengan hubungan Rengganis dengan keluarga konglomerat Sastrowilogo. “Oh, aku kenal sama Ibu Dewi.” Ela mengangguk singkat. Dia tahu siapa Ibu Dewi Sastrowilogo. Beliau adalah istri dari Jaya Krisna Sastrowilogo. Salah satu putra dari punggawa Abisena Sastrowilogo, tokoh sentral yang membuat korporasi Sastrowilogo berkembang pesat sejak 40 tahun terakhir di bawah kepemimpinannya yang kini diteruskan kepada empat putranya. Duh–tapi sepertinya ibunya ada sedikit beef dengan beliau perkara ibunya tak diundang di acara soiree Ibu Dewi dalam rangka charity hari kanker sedunia beberapa bulan lalu di kediaman Ibu Dewi. Ela menggigit bibir bawahnya, bimbang dengan

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 49 - Negosiasi dengan Hendra Dharmawan

    DIPTA“Ayahmu Jeremy Rustam? Sungguh?” tanya Hendra tak percaya setelah menyelesaikan pesanannya sparkling water tiba diantarkan oleh waitress The Cafe di Hotel Mulia siang ini. Dipta menganggukkan kepalanya singkat tatkala mendengar pertanyaan yang sama kembali diulang oleh Hendra Dharmawan di hadapannya saat ini. Hendra tertawa lepas mendengar pengakuan Dipta. “Saya nggak menyangka, anak buah yang biasa ngawal saya ternyata anaknya Jeremy Rustam. Seharusnya saya langsung ngeh waktu melihat cv dan nama belakangmu.” Hendra Dharmawan kembali mengangguk-anggukkan kepalanya puas. “Kenapa baru bicara sekarang, huh? Kamu pikir dengan memberikan nama papamu maka saya akan terbuka dan setuju dengan rencana pernikahan gila kalian, begitu?” Jelas sekali nada angkuh yang dilontarkan oleh papanya Ela. Dipta tetap tenang dalam mengutarakan tujuannya, dan tidak terprovokasi oleh seragan yang dilancarkan pria di hadapannya. “Saya akan datang bersama orang tua saya untuk melamar Elaina secepat

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 50 - Mode Preman

    Dua puluh tahun yang lalu, ketika Dipta menjejakkan kaki pertama kali di gedung perkantoran ini–suasananya tak seperti sekarang. Gedung perkantoran ini dahulu dimiliki oleh salah satu taipan ibukota dan papanya membeli satu unit gedung kantor yang luasnya paling kecil. Itu adalah suatu peningkatan setelah sebelumnya kantor ormas mereka berada di rumah, kemudian berpindah ke ruko, lalu berlanjut melebarkan sayap dengan membuat korporasi yang menggerakkan bisnis tambang dan sawit yang tersebar di pulau Kalimantan dan Sumatera. Kini gedung ini sudah berganti wajah. Rustam Group saat ini memiliki seluruh gedung dan menghancurkan gedung lama untuk diganti menjadi gedung lima puluh lima lantai yang modern dan premium dengan tingkat okupansi hampir mencapai 90%. Dipta menukar ktp-nya dengan id card gedung, dan ketika dia mengatakan kalau dia ingin berkunjung ke lantai lima puluh, seketika resepsionis gedung menghubungi seseorang lewat panggilan telepon dan meminta Dipta untuk menunggu s

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 51 - Hakim Rustam

    Dipta tidak ingat secara pasti kapan terakhir kali dia melihat sosok kakaknya–Hakim Adrian Rustam. Mungkin ketika Dipta pertama kali bekerja sebagai pengawal di umur dua puluh tiga tahun. Ketika dia mengawal seorang putra politisi ke sebuah kelab malam yang merupakan salah satu kekuasaan ormas papanya. Pertama kali mereka bertemu saat itu, tak ada tukar sapa apalagi tukar senyum dan menanyakan keadaan masing-masing. Baik dirinya maupun Hakim berlagak seperti tak mengenal satu sama lain. Semua berlalu begitu saja seakan tak ada darah seorang Jeremy Rustam yang mengalir dalam tubuh mereka berdua. “Duduk,” perintah Bang Hakim sambil menunjuk satu kursi yang terletak di seberang posisi duduknya. “Apa kabar, Bang?” tanya Dipta basa-basi. Tentu saja pertanyaan ini hanyalah retorika. Dia tak terlalu peduli dengan keadaan Bang Hakim sekarang. “Still arrogant as usual, huh?” tambalnya sambil tersenyum mengejek. “Dan lo masih saja bodoh seperti biasa, Dipta.” Bang Hakim membalas ejekannya

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 52 - Negosiasi di bawah Tekanan

    “What do you want?” balas papanya dengan cepat. “Pastikan aku menikah dengan Elaina tanpa diganggu oleh Hendra Dharmawan.” Dipta menyebutkan permintaannya. Dia sudah siap mendengar klausul yang ayahnya ajukan untuk membalas permintaan Dipta yang cukup besar. “Bayarannya akan mahal, Dipta.” Jeremy Rustam membalasnya dengan datar tanpa perasaan. Sisi pebisnisnya muncul ke permukaan. “Katakan apa harga yang harus kubayar untuk ini,” balas Dipta dengan tenang. Dari sudut matanya, Dipta melihat jika Bang Hakim begitu menikmati drama yang bergulir di depannya. Lihat, betapa senangnya pria itu ketika mendapati Dipta akan merendah di hadapannya dan papanya. “Jiwamu dan tubuhmu. Saya mau kamu menuruti apa keinginanku dari sekarang.” Wah, ini sih namanya perampokan, penjarahan! Bukan, ini seperti ritual penyerahan jiwa kepada setan! Mana bisa dia menyerahkan semuanya secara sukarela kepada Jeremy Rustam! “Saya akan meminta maaf kepada Mama Seira,” Dipta menanggapi permintaan gil

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 101 - Safehouse

    Kemarahan yang tak dapat Dipta tahan akhirnya meledak juga tatkala dirinya mendapati keadaan Ela di dalam ruang meeting bersama Hakim dan Dhanu. Hakim dengan santai memperhatikan Dhanu dan Ela yang bertengkar hebat ketika Dipta dan kedua rekannya menjejakkan kaki di dalam ruangan tersebut. Tanpa basa-basi, Dipta langsung menghambur menghampiri Ela. Prioritas utamanya, untuk memastikan istri tercintanya tak kurang satu apapun. Rambut Ela berantakan, lengannya yang halus berubah menjadi kemerahan. Sontak semuanya membuat Dipta gelap mata dan dia paham siapa yang menyebabkan keadaan Ela seperti sekarang. Dhanu, manusia brengsek yang terguling memegang selangkangannya sambil mencicit kesakitan seperti hama tikus. Tanpa pikir panjang, Dipta menarik kerah baju Dhanu dan mulai menghajarnya. Kegeramannya tak bisa ditahan-tahan lagi, dan Dhanu memang layak mendapatkan bogem mentah setelah semua hal gila yang dia lakukan kepada Ela. Even killing him in one go was still not enough for Dipta

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 100 (II) - Buzzer

    Pagi hari dirinya dan Ela berpisah tujuan, sang istri ke galeri memulai kegiatannya dan Dipta berkumpul bersama Mas Sultan untuk pergi ke basecamp yang disewa Reza demi mengecek hasil buzzing mereka semalam. Turned out it went exceptionally well. Apalagi ketika muncul beberapa bukti tentang betapa bejatnya seorang Dhanu. Pria itu menggunakan kekuasaan ayahnya dengan serampangan, dan betapa mudah mengangkangi hukum. Terutama ketika narasi pria itu pernah mabuk sambil membawa mobil dan menabrak seseorang hingga meninggal dunia. Kasusnya sempat ramai beberapa tahun lalu, sebelum akhirnya hilang terkubur begitu saja tanpa bekas. Tentu karena kekuasaan seorang Rahmat Trihadi yang berhasil membungkam semuanya dan membersihkan informasi tersebut, ditambah lagi Dhanu diungsikan ke luar negeri dengan dalih bersekolah di luar. Ketika berita lama itu kembali muncul ke permukaan, perbincangan dunia maya lambat laun beralih pada kapabilitas Rahmat Trihadi dalam bursa pemilihan presiden. Tagar k

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 100 - Buzzer

    Sejak kemarin malam, Dipta bersama Mas Sultan, Gala dan juga Reza–ketua tim elit Alfa yang dibentuk oleh Nero sibuk mengunjungi satu gedung perkantoran kecil dan tak mencolok yang rupanya dipakai sebagai salah satu basecamp kelompok buzzer yang berafiliasi dengan tim Alfa untuk operasi menjatuhkan reputasi Dhanu Trihadi. Suatu hal baru bagi Dipta berkecimpung di dunia abu-abu seperti ini. Namun, Dipta percaya kepada Mas Sultan dan Nero yang akan membantunya untuk melepaskan ikatan dirinya dengan Rustam serta memastikan keadilan untuk istrinya. Tentu saja buzzer yang dipakai oleh tim Reza adalah tim kualitas terbaik yang dibantu dengan teknologi mutakhir artificial intelligence dengan data set machine learning yang mumpuni. Jadi mereka tak perlu banyak orang dalam menggerakkan buzzer di dunia maya, karena akun-akun ternakan tersebut merupakan bot dengan kemampuan berbahasa yang lebih natural. Sehingga semua cuitan dan serangan online yang dilancarkan oleh tim buzzer ini berkualitas se

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 99 - Baku Hantam

    Ela ragu bagaimana dia harus bersikap di hadapan Hakim dan Dhanu sekarang untuk membalas ancaman dan juga ucapan mereka yang tak Ela mengerti satu pun. Yang bisa Ela tanggapi hanyalah tentang video privat dirinya dan Dipta yang sialnya… mungkin sudah jatuh ke tangan Hakim dan Dhanu. Badannya seketika menggigil. Ela merasa ditelanjangi dan dipermalukan oleh kedua pria kurang ajar ini. “Kalian cuma bisa mengancam perempuan untuk menyelesaikan masalah seperti ini? You? All of the people?” Ela mengejek dan memprovokasi mereka. Sikapnya yang seperti ini semata dilakukan untuk melindungi diri agar tak diinjak-injak lebih dalam lagi. “Siapa sih konsultan politik kalian? They can’t even navigate and cool down the negative news?” tambalnya dengan nada dingin. Kali ini Hakim yang terlihat jengkel, dan Dhanu geram karena diskak oleh Ela. “How was it, sleeping with Dipta? Better than Dhanu?” Tapi Hakim justru membalas ucapan Ela dengan remark yang merendahkan martabatnya sebagai perempuan.

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 98 - Ancaman

    Baru saja Ela keluar dari galeri, dia sudah dihadang oleh dua orang pria yang tidak Ela kenali. “Ibu Elaina? Pak Hakim sudah menyiapkan mobil,” ujar seorang pria yang kini beralih pindah ke sebelah Ela. Satu orang lagi bergerak di belakang Ela. “Saya bawa mobil sendiri.” Dia mencoba menghindar dan memperlebar jarak dari keduanya. Tapi sayang, mereka sudah mengepungnya dan memaksanya untuk ikut ke dalam mobil. “Pergi atau saya teriak–” ancam Ela dengan sungguh-sungguh. Kedua pria itu saling menatap, berkomunikasi tanpa kata hingga salah seorang pria menganggukkan kepalanya. “Saya ikut dalam mobil Anda. Rekan saya akan mengikuti dari belakang.”Itu bukanlah balasan yang Ela ingin dengar. Tetap saja berbahaya baginya. “Nggak bisa!” tolaknya dengan keras. “Jangan mempersulit, Bu. Kami tidak akan melukai Anda. Kami hanya butuh mengantar Anda sesuai tujuan. Lebih cepat lebih baik. Pak Hakim berkata jangan main-main,” ancamnya yang membuat Ela semakin frustasi dan ketakutan. Mereka

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 97 - A Call

    “Ela, semua bahan press udah naik tayang ya di beberapa media? Dari komunitas lelang, charity dan donor sendiri gimana? Apa feedback dari mereka? Dan untuk komunitas dari luar negeri sudah beres di handle? Perwakilan mereka sudah ada LO masing-masing, kan?” Mbak Rengganis memberikan daftar panjang checklist hal-hal yang harus Ela persiapkan menjelang pembukaan art exhibition yang sudah semakin dekat. “Aman, Mbak. Kita udah sebar juga ke komunitas, artists, dan art influencer di beberapa media sosial seperti Tiktok, i*******m, vlogger dan blogger. All good, dan hype di media juga cukup oke kalau saya pantau,” jawab Ela untuk satu pertanyaan Mbak Rengganis. Rengganis mengangguk mendengar penjelasannya. “Lalu untuk badan amal, charity sudah cukup banyak yang RSVP, dan beberapa donor pun sudah RSVP untuk acara pembukaan. Mereka sudah siap dengan bidding lot beberapa karya yang akan dilepas untuk lelang,” lanjutnya sambil mengecek buku agendanya. Mengecek secara detail pertanyaan dari

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 96 - Sunday Morning

    ELA“Kamu mau sampai kapan tiduran terus, Sayang? Memang nggak pusing?” Suara bariton khas suaminya membuat Ela semakin nyaman bergelung di dalam selimutnya. “Hmm,” protesnya tanpa membuka matanya yang masih terasa berat. “Nanti kamu malam malah nggak bisa tidur, lho. Kacau semua jadwal tidurmu nanti. Terus nanti kamu malah nenggak espresso dan makin jadi itu GERD-nya! Ayo bangun dulu!” Kini Dipta tak hanya memintanya bangun. namun tangan lelaki itu sudah sibuk menjawil pipinya dan menggelitiki perutnya dengan leluasa. “Mas!” Suara protesnya semakin membesar.Susah payah Ela menepis tangan Dipta yang sudah mulai usil mengganggu kesenangan tidurnya pagi ini. Eh, ini masih pagi, bukan? Astaga, Ela masih begitu ngantuk! A little more sleep couldn’t hurt, ‘kan?Acara soiree semalam sukses membuatnya seperti zombie hidup hingga lepas tengah malam. Mereka berdua baru bisa kembali ke rumah hingga jam tiga dini hari. Bahkan Ela tak ingat apa yang dia lakukan setelah melepaskan sepatu yan

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 95 - Mengubah Strategi (II)

    “Gue udah dapat lead tentang video itu. Setelah pengembangan investigasi dari informasi Grace Hariman, kita bisa tracing di mana mereka menyimpan file tersebut. Kemungkinan besar ada di kediaman Dhanu.” Nero bergumam. “Gue udah coba trace sisa-sisa file dari device Grace dan komplotannya. Sejauh ini memang tidak ada, tapi memang gue sejujurnya masih khawatir kalau gue melewatkan hal krusial,” ujar Mas Sultan menimpali. “Double confirm. Gue juga udah nyuruh anak buah gue–Reza, untuk mengecek kembali seluruh device Grace dan anak buahnya. Sudah bersih. Gue hampir yakin master file ada di tangan Dhanu.” Nero mengangguk setuju. Dipta menoleh ke arah Nero yang bersedekap. “Kita bagi tugas, gimana?” celetuk Nero tiba-tiba. Mas Sultan menaikkan sebelah alisnya. “Tell us, I am all ears.” “Tugas pertama adalah tarik master file dari Dhanu. By all means necessary. Bahkan sampai harus pakai jalan hacking, bribery, and well, you know–” Dipta mengangguk, mengerti ke mana arah pembicaraan Ner

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 95 - Mengubah Strategi (I)

    “Lho? Sudah selesai rapatnya toh?” Dewi Sastrowilogo terperangah ketika melihat gerombolan pria yang berdiri di depan lift dengan beragam ekspresi yang tercipta di wajah mereka masing-masing. Raka yang kepalang kesal, Darius dan Nero yang getol ngecengin Raka, serta dirinya dan Mas Sultan yang kebingungan di tengah internal joke yang saling dilemparkan tiga serangkai ini. Mereka berlima memberikan jalan kepada tiga perempuan itu untuk keluar dari lift, dan menutup kembali pintu lift. Membatalkan rencana untuk turun demi berbincang dengan Bu Dewi dan rombongan kecilnya. “Mau ke mana kalian?” todong Bu Dewi. “Ke bawah, Tante. Mau ngerokok–” Darius menjawab sebelum berhenti ketika melihat istrinya melotot ke arahnya. “Err… cari angin di luar,” ralatnya buru-buru. “Temani kami saja, ini Ibu mau tunjukkan koleksi spesial Ibu kepada Amira dan Prajna, supaya mereka tahu beberapa pusaka dari Sastrowilogo,” tutur Bu Dewi yang membuat para lelaki mati kutu di tempat mereka berdiri. Amira

DMCA.com Protection Status