Bab 14 judul Rendi sudah bertekad!
“Pak?” tegur Stevanus merasa bingung melayani calon investor yang telah ditolak oleh atasannya begitu saja menyisakan situasi yang janggal untuk ia bereskan saat ini, keluh Stevanus dalam hati.Rendi langsung menatap Stevanus dengan tatapan tajam.Stevanus langsung tegang dan dengan susah payah menelan air ludahnya. “Hmm, …, Itu …, anu …,” kata Stevanus dengan gugup lalu mencoba menenangkan dirinya. “Apa Bapak mau langsung pulang atau mau keliling dulu?” tanya Stevanus dengan sedikit cemas.Rendi masih berusaha untuk menenangkan amarahnya.Ini gila! pekik Stevanus dalam hati. “Bagaimana kalau saya perlihatkan berbagai fasilitas yang ada di gedung ini?” tanyanya dengan suara mencicit. Kenapa dia jadi ketakutan begini?! seru Stevanus dalam hati.Rendi menghela napasnya dalam-dalam kemudian menatap Stevanus yang tampak ketakutan saat ini. Tenang, Ren, kau harus tenang! katanya berusaha menenangkan dirilah agar tidak membuBab 15 judul Percikan terjadi“Hai!” sapa Rendi setelah sekian lama mengamati Mira yang sedang menikmati kesendiriannya. Ia bisa melihat payudara Mira menyembul saat mengapung di atas air.Mira kaget mendengar suara seorang pria dan langsung membuka mata. Ia terkejut mendapati Rendi bisa masuk ke dalam ruang VIP wanita! Ia langsung berbalik dan memunggungi Rendi. Dia hanya mengenakan celana dalamnya saja! Mira mengumpat kehadiran Rendi saat ini.“Ap-apa, kau tidak salah masuk?” tanya Mira dengan gugup dan sengaja merendam tubuhnya lebih dalam lagi agar Rendi tidak bisa melihat tubuhnya. “Ini pemandian air panas khusus perempuan!” seru Mira berusaha mengingatkan dengan gusar. Apa yang salah dengannya! seru Mira merasa sangat kesal saat ini.“Aku tidak salah masuk. Aku memang mencarimu dengan sebuah berita gembira,” sahut Rendi dengan penuh percaya diri mengamati Mira yang kini sedang bersembunyi darinya. Bayang Mira seolah menari di
Bab 16 Hati Mira resah menantikan pertemuannya dengan Rendi besok pagi. Ia bingung dan menjadi gugup ketika sampai di rumahnya. Sendiri tanpa Bastian yang sudah kembali ke dalam apartemennya. Ia merenung merasa tidak nyaman dengan perasaan asing yang menguasai jiwanya saat ini. Kenapa dia bisa merasakan ketertarikan yang luar biasa terhadap Rendi? tanya Mira sambil menuangkan cairan sampanye dalam gelas kristalnya.“Ada apa dengannya?!” pekik Mira merasa tidak mengerti apa yang terjadi padanya saat ini. Ia menyesap sampanyenya dan berharap minuman itu bisa menenangkan syaraf-syarafnya yang tegang. Entah kenapa perasaan bersalah menderanya saat teringat tatapan Rendi saat tangan Aldo secara tiba-tiba merangkul pinggangnya! Mira menggeram seraya meremas wajahnya. “Anak Nakal itu! Kenapa dia melakukannya!” erang Mira malah menyayangkan hal itu!“Perasaan apa ini?” tanya Mira merasa tidak mengerti dengan perasaan yang sedang menderanya saat ini. Sebenarnya ta
Bab 17“Apa ini pertemuan bisnis?” sindir Rendi sambil menatap dingin ke arah Mira dan Aldo.Mira berpura-pura polos dan menanggapi sindiran Rendi saat ini. “Tentu, kenapa bertanya?” sahutnya dengan sikap yang profesional.“Kau membawa …”“Aldo di sini sebagai direktur marketing. Tentu dia harus hadir dalam pertemuan ini, bukan? Dia yang akan menjadi ujung tombak usaha ini, Pak Rendi.”Rendi kembali menanggapi dengan tatapan sinis dan mengangguk-angguk seakan bisa menerima penjelasan Mira dan sudah bisa menebak apa yang dilakukan Mira saat ini! Ia berbisnis tapi tidak mau meninggalkan kesenangannya apalagi dia mungkin tahu kalau putranya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasih mudanya ini.“Direktur marketing, well oke. Kalau begitu silahkan dimulai!”Stevanus buru-buru memberi isyarat kepada sekretarisnya untuk menghidupkan layar sentuh dan memulai presentasinya.Sepanjang presentasi Rendi lebih banyak memperhatikan Mira dan Aldo dibanding penjelasan yang diberikan Stevanus kepad
Bab 18Rendi tidak menyangka kalau Mira ternyata sangat donatur sekali! Dia bukan hanya sekedar menyumbang ke yayasan panti asuhan yang dimiliki suster Margareta tapi dia juga rela memberikan ladang emas kepada yayasan yang dikelola oleh para suster yang sedang menyambut kedatangan Mira dengan wajah penuh antusias. “Kau membangun sekolah. Berinvestasi?” tanya Rendi merasa Mira telah dimanfaatkan secara tidak sadar!Suster Margareta segera menggeleng dan mewakili Mira menjawab pertanyaan rekan bisnisnya ini. “Seharusnya seperti itu tapi Nyonya Mira tidak pernah mau menerimanya dan meminta kami terus mengelolahnya hingga menjadi besar seperti ini.”Well hal ini sangat tidak biasa dilakukan seorang pengusaha kepada sebuah yayasan panti asuhan! Bisa dikatakan, mereka sangat beruntung bisa bertemu donatur yang jenius seperti Mira! rendi merasa ada sesuatu yang salah di sini tapi ia belum tahu apa itu!Ia mengira mereka akan meminta sumbangan lagi kepada Mira tapi nyatanya tidak demikian.
Bab 19 Matias menghela napas lega saat masih sempat bertemu dengan nyonya kesayangannya, Mira. “Nyonya," sapanya sambil terengah. "Tadinya saya pikir anda sudah pergi,” lanjutnya di sela engahannya. Rendi menatap tidak suka ke arah pria muda yang menyapa Mira dengan wajah berseri-seri. Sudah dipastikan kalau mereka memiliki hubungan yang sangat akrab. “Sebentar lagi, saya akan pergi. Cepatlah makan di dalam.” Matias menggeleng. Ia ingin berbincang dengan nyonya kesayangannya sebelum beliau pergi. “Saya sudah makan, ini …” “Ini investor di proyek terbaru perusahaan,” jawab Mira memperkenalkan mereka berdua. Matias dan Rendi dengan enggan mengulurkan tangan dan menyebutkan nama mereka masing-masing. Mira mengamati keanehan yang sangat terasa di depannya ini. Kenapa mereka begini? tanya Mira dengan heran dalam hati. “Apa Nyonya sudah selesai? Saya akan mengantar anda pulang seperti biasanya.” Rendi mendehem dan segera maju untuk menghalangi Matias mendekati Mira. “Dia bersamaku,
Bab 20 Karena tidak bisa menghubungi Mira, akhirnya Rendi menghubungi Peter dan mengumpatnya tanpa ragu. “Apa yang kau lakukan? Kau tahu Mira milikku!” Peter tersenyum ke arah Mira lalu berdiri dari tempatnya duduk. Ia permisi untuk menerima telepon dari Rendi di halaman samping agar Mira tidak bisa mendengar teriakan Rendi di ponselnya. “Sabar Bung,” sahut Peter sambil menertawakan keberuntungannya. Ia menatap ke arah Mira yang sedang berkonsentrasi menyiapkan makan siang untuk mereka berdua. Rendi mengumpat Peter dengan kesal. Peter menenangkan Rendi sambil menahan emosinya. “Nyatanya kau dan Mira hanya terlibat cinta satu malam. Kalian tidak berpacaran sampai sekarang, jadi jangan salahkan aku kalau sekarang Mira lebih memilihku di banding melanjutkan pertualangan kalian. Semua itu hanya kebetulan dan tidak perlu diambil serius, Ren. Aku saja pacarnya sekarang tidak mengambil serius tentang cinta satu malam kalian itu ...” Rendi mengumpat Peter dengan penuh kemarahan. “Peter,
Bab 21Mira menggeleng dan segera menarik diri, menjauh dari Peter. “Peter, maaf …” katanya merasa tidak bisa memaksakan perasaannya lagi. Ia telah mencoba tapi ia tidak bisa merasakan getar yang sama seperti yang ia rasakan pada malam itu! Apa perasaannya muncul hanya karena efek obat yang diberikan teman-temannya malam itu? Apa benar hatinya benar-benar telah mati? tanya Mira merasa sedih dalam hati.Peter mengamati situasi dan segera menenangkan Mira. Ia menarik senyumnya dengan hati-hati dan lembut lebih mencoba untuk menghibur dirinya sendiri. “Tidak apa, …” kata Peter berusaha mengerti situasi yang terjadi tapi tidak berniat melepas “Peter, aku mengundangmu ke sini ...," kata Mira sambil mengatupkan bibirnya merasa tidak enak meneruskan ucapannya tapi ia harus melakukannya."Katakanlah," ucap Peter menenangkan Mira yang terlihat gugup saat ini. "Aku mau meminta maaf atas apa yang terjadi pada malam itu, teman-temanku …” kata Mira lagi berusaha memberitahu Peter tentang kenakal
Bab 1Mira sungguh tidak menyangka kalau teman-temannya akan mengadakan pesta kejutan ulang tahunnya di sebuah klub malam seperti ini. Saat penutup mata dan telinganya dibuka, ia terjebak dan tidak bisa kabur dari sana. Dia bukanlah wanita yang suka dengan hingar bingar diskotik seperti ini tapi saat ini dia hanya bisa pasrah saat semua orang dengan semangat menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya.Mira menatap ke arah teman-temannya yang berteriak riuh di tengah-tengah para undangan yang notabene pria-pria tampan yang tampak sengaja diundang khusus untuk memeriahkan pesta yang mereka buat.Motivasinya sudah bisa ditebak. Mereka ingin, hanya mereka yang menjadi sorotan dan menjadi wanita-wanita yang paling cantik di antara semua pria yang hadir di dalam klub.Setelah itu Mira langsung digiring oleh teman-temannya untuk meniup lilin ulang tahun yang sengaja dibentuk seperti mercusuar yang tinggi menjulang hingga Mira harus naik ke atas kursi yang sudah disiapkan oleh teman-temann
Bab 21Mira menggeleng dan segera menarik diri, menjauh dari Peter. “Peter, maaf …” katanya merasa tidak bisa memaksakan perasaannya lagi. Ia telah mencoba tapi ia tidak bisa merasakan getar yang sama seperti yang ia rasakan pada malam itu! Apa perasaannya muncul hanya karena efek obat yang diberikan teman-temannya malam itu? Apa benar hatinya benar-benar telah mati? tanya Mira merasa sedih dalam hati.Peter mengamati situasi dan segera menenangkan Mira. Ia menarik senyumnya dengan hati-hati dan lembut lebih mencoba untuk menghibur dirinya sendiri. “Tidak apa, …” kata Peter berusaha mengerti situasi yang terjadi tapi tidak berniat melepas “Peter, aku mengundangmu ke sini ...," kata Mira sambil mengatupkan bibirnya merasa tidak enak meneruskan ucapannya tapi ia harus melakukannya."Katakanlah," ucap Peter menenangkan Mira yang terlihat gugup saat ini. "Aku mau meminta maaf atas apa yang terjadi pada malam itu, teman-temanku …” kata Mira lagi berusaha memberitahu Peter tentang kenakal
Bab 20 Karena tidak bisa menghubungi Mira, akhirnya Rendi menghubungi Peter dan mengumpatnya tanpa ragu. “Apa yang kau lakukan? Kau tahu Mira milikku!” Peter tersenyum ke arah Mira lalu berdiri dari tempatnya duduk. Ia permisi untuk menerima telepon dari Rendi di halaman samping agar Mira tidak bisa mendengar teriakan Rendi di ponselnya. “Sabar Bung,” sahut Peter sambil menertawakan keberuntungannya. Ia menatap ke arah Mira yang sedang berkonsentrasi menyiapkan makan siang untuk mereka berdua. Rendi mengumpat Peter dengan kesal. Peter menenangkan Rendi sambil menahan emosinya. “Nyatanya kau dan Mira hanya terlibat cinta satu malam. Kalian tidak berpacaran sampai sekarang, jadi jangan salahkan aku kalau sekarang Mira lebih memilihku di banding melanjutkan pertualangan kalian. Semua itu hanya kebetulan dan tidak perlu diambil serius, Ren. Aku saja pacarnya sekarang tidak mengambil serius tentang cinta satu malam kalian itu ...” Rendi mengumpat Peter dengan penuh kemarahan. “Peter,
Bab 19 Matias menghela napas lega saat masih sempat bertemu dengan nyonya kesayangannya, Mira. “Nyonya," sapanya sambil terengah. "Tadinya saya pikir anda sudah pergi,” lanjutnya di sela engahannya. Rendi menatap tidak suka ke arah pria muda yang menyapa Mira dengan wajah berseri-seri. Sudah dipastikan kalau mereka memiliki hubungan yang sangat akrab. “Sebentar lagi, saya akan pergi. Cepatlah makan di dalam.” Matias menggeleng. Ia ingin berbincang dengan nyonya kesayangannya sebelum beliau pergi. “Saya sudah makan, ini …” “Ini investor di proyek terbaru perusahaan,” jawab Mira memperkenalkan mereka berdua. Matias dan Rendi dengan enggan mengulurkan tangan dan menyebutkan nama mereka masing-masing. Mira mengamati keanehan yang sangat terasa di depannya ini. Kenapa mereka begini? tanya Mira dengan heran dalam hati. “Apa Nyonya sudah selesai? Saya akan mengantar anda pulang seperti biasanya.” Rendi mendehem dan segera maju untuk menghalangi Matias mendekati Mira. “Dia bersamaku,
Bab 18Rendi tidak menyangka kalau Mira ternyata sangat donatur sekali! Dia bukan hanya sekedar menyumbang ke yayasan panti asuhan yang dimiliki suster Margareta tapi dia juga rela memberikan ladang emas kepada yayasan yang dikelola oleh para suster yang sedang menyambut kedatangan Mira dengan wajah penuh antusias. “Kau membangun sekolah. Berinvestasi?” tanya Rendi merasa Mira telah dimanfaatkan secara tidak sadar!Suster Margareta segera menggeleng dan mewakili Mira menjawab pertanyaan rekan bisnisnya ini. “Seharusnya seperti itu tapi Nyonya Mira tidak pernah mau menerimanya dan meminta kami terus mengelolahnya hingga menjadi besar seperti ini.”Well hal ini sangat tidak biasa dilakukan seorang pengusaha kepada sebuah yayasan panti asuhan! Bisa dikatakan, mereka sangat beruntung bisa bertemu donatur yang jenius seperti Mira! rendi merasa ada sesuatu yang salah di sini tapi ia belum tahu apa itu!Ia mengira mereka akan meminta sumbangan lagi kepada Mira tapi nyatanya tidak demikian.
Bab 17“Apa ini pertemuan bisnis?” sindir Rendi sambil menatap dingin ke arah Mira dan Aldo.Mira berpura-pura polos dan menanggapi sindiran Rendi saat ini. “Tentu, kenapa bertanya?” sahutnya dengan sikap yang profesional.“Kau membawa …”“Aldo di sini sebagai direktur marketing. Tentu dia harus hadir dalam pertemuan ini, bukan? Dia yang akan menjadi ujung tombak usaha ini, Pak Rendi.”Rendi kembali menanggapi dengan tatapan sinis dan mengangguk-angguk seakan bisa menerima penjelasan Mira dan sudah bisa menebak apa yang dilakukan Mira saat ini! Ia berbisnis tapi tidak mau meninggalkan kesenangannya apalagi dia mungkin tahu kalau putranya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasih mudanya ini.“Direktur marketing, well oke. Kalau begitu silahkan dimulai!”Stevanus buru-buru memberi isyarat kepada sekretarisnya untuk menghidupkan layar sentuh dan memulai presentasinya.Sepanjang presentasi Rendi lebih banyak memperhatikan Mira dan Aldo dibanding penjelasan yang diberikan Stevanus kepad
Bab 16 Hati Mira resah menantikan pertemuannya dengan Rendi besok pagi. Ia bingung dan menjadi gugup ketika sampai di rumahnya. Sendiri tanpa Bastian yang sudah kembali ke dalam apartemennya. Ia merenung merasa tidak nyaman dengan perasaan asing yang menguasai jiwanya saat ini. Kenapa dia bisa merasakan ketertarikan yang luar biasa terhadap Rendi? tanya Mira sambil menuangkan cairan sampanye dalam gelas kristalnya.“Ada apa dengannya?!” pekik Mira merasa tidak mengerti apa yang terjadi padanya saat ini. Ia menyesap sampanyenya dan berharap minuman itu bisa menenangkan syaraf-syarafnya yang tegang. Entah kenapa perasaan bersalah menderanya saat teringat tatapan Rendi saat tangan Aldo secara tiba-tiba merangkul pinggangnya! Mira menggeram seraya meremas wajahnya. “Anak Nakal itu! Kenapa dia melakukannya!” erang Mira malah menyayangkan hal itu!“Perasaan apa ini?” tanya Mira merasa tidak mengerti dengan perasaan yang sedang menderanya saat ini. Sebenarnya ta
Bab 15 judul Percikan terjadi“Hai!” sapa Rendi setelah sekian lama mengamati Mira yang sedang menikmati kesendiriannya. Ia bisa melihat payudara Mira menyembul saat mengapung di atas air.Mira kaget mendengar suara seorang pria dan langsung membuka mata. Ia terkejut mendapati Rendi bisa masuk ke dalam ruang VIP wanita! Ia langsung berbalik dan memunggungi Rendi. Dia hanya mengenakan celana dalamnya saja! Mira mengumpat kehadiran Rendi saat ini.“Ap-apa, kau tidak salah masuk?” tanya Mira dengan gugup dan sengaja merendam tubuhnya lebih dalam lagi agar Rendi tidak bisa melihat tubuhnya. “Ini pemandian air panas khusus perempuan!” seru Mira berusaha mengingatkan dengan gusar. Apa yang salah dengannya! seru Mira merasa sangat kesal saat ini.“Aku tidak salah masuk. Aku memang mencarimu dengan sebuah berita gembira,” sahut Rendi dengan penuh percaya diri mengamati Mira yang kini sedang bersembunyi darinya. Bayang Mira seolah menari di
Bab 14 judul Rendi sudah bertekad! “Pak?” tegur Stevanus merasa bingung melayani calon investor yang telah ditolak oleh atasannya begitu saja menyisakan situasi yang janggal untuk ia bereskan saat ini, keluh Stevanus dalam hati.Rendi langsung menatap Stevanus dengan tatapan tajam.Stevanus langsung tegang dan dengan susah payah menelan air ludahnya. “Hmm, …, Itu …, anu …,” kata Stevanus dengan gugup lalu mencoba menenangkan dirinya. “Apa Bapak mau langsung pulang atau mau keliling dulu?” tanya Stevanus dengan sedikit cemas.Rendi masih berusaha untuk menenangkan amarahnya.Ini gila! pekik Stevanus dalam hati. “Bagaimana kalau saya perlihatkan berbagai fasilitas yang ada di gedung ini?” tanyanya dengan suara mencicit. Kenapa dia jadi ketakutan begini?! seru Stevanus dalam hati.Rendi menghela napasnya dalam-dalam kemudian menatap Stevanus yang tampak ketakutan saat ini. Tenang, Ren, kau harus tenang! katanya berusaha menenangkan dirilah agar tidak membu
Bab 13 Menolak Tawaran KerjasamaRendi mencoba berpikir jernih. Ia mengenang malam yang indah itu, kemudian memutuskan untuk menahan diri dan bersikap seprofesional mungkin menghadapi Mira yang tampaknya secara terang-terangan mengakui kalau dia memang memiliki hubungan yang sangat spesial dengan kekasih mudanya itu. Itu artinya hubungan mereka cukup serius dan bukan hanya sekedar main-main saja.Rendi berpikir lagi. Untuk menarik perhatian Mira, ia hanya bisa menggunakan jalur bisnis. Anehnya kenapa putranya tidak menentang hubungan antara Mira dan kekasih mudanya itu! Apa mungkin dia membiarkannya demi kebahagiaan Mira? Atau mungkin, mereka melakukan hubungan tanpa sepengetahuan anaknya? Dia masih perlu mengamati lagi! Semua ini masih abu-abu! keluh Rendi dalam hati.Ia menghela napas dalam-dalam seraya memperhatikan Mira yang sedang membaca ulang proposal proyek yang akan dijalankan oleh perusahaan Mira.Rendi menelan air ludahnya dengan susah payah saat matanya menangkap bentuk tu