Beranda / Rumah Tangga / Satu Malam Bersama Adik Suamiku / Bab 142: Bersama dalam Ujian

Share

Bab 142: Bersama dalam Ujian

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-14 18:39:23

Adrian tiba di rumah sore itu dengan langkah gontai. Sekilas pandang, Ayla sudah bisa menangkap duka yang tergurat di wajahnya. Sebelum suara Adrian sempat memecah kesunyian, Ayla menyambutnya dengan senyum yang hangat dan lembut.

"Kamu kelihatan lelah, Sayang. Aku sudah siapkan sayur lodeh kesukaanmu, mungkin bisa mengusir sedikit kepenatanmu," ujarnya sambil menarik Adrian ke meja makan.

Adrian hanya mengangguk perlahan, kemudian mendekati Ayla dan memeluknya erat. Dalam dekapan itu, Ayla mengusap punggung Adrian, memberikan kelembutan yang menjadi penawar lelahnya. "Terima kasih, Ay," bisik Adrian dengan suara yang serak dan penuh emosi.

Malam itu, mereka duduk bersantap bersama, dengan Aruna yang manis terlelap di pangkuan Adrian. Meski kesedihan masih menggelayut di hati Adrian, Ayla mulai berbicara mengenai beberapa ide cemerlang untuk mengatur keuangan mereka lebih baik lagi.

"Bagaimana kalau kita mulai dengan memasak lebih sering di rumah? Saya ju

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 143: Kerja Keras Tanpa Henti

    Hari-hari mereka berjalan dengan penuh semangat, meski kerap dipadati dengan pekerjaan yang menuntut tenaga dan pikiran. Namun, setiap kesulitan itu seolah terkikis oleh interaksi kecil yang membawa keceriaan.Adrian, misalnya, seringkali membawa pulang kue favorit Ayla setiap kali ia lembur, sebuah kejutan manis yang selalu dinanti. Sementara itu, Ayla pun tak ketinggalan menunjukkan perhatian.Diam-diam, ia sering menyisipkan catatan kecil berisi kata-kata semangat dalam dompet Adrian yang akan dibacanya sebelum memulai hari.Suatu sore yang cerah, ketika Ayla sedang asyik menyetrika dan sesekali memandang Aruna yang bermain riang di atas karpet, terdengar ketukan di pintu. Rita, sahabatnya, datang mengunjungi dengan tas belanjaan yang besar dan mencuri perhatian."Ada apa dengan semua ini, Rit?" tanya Ayla, alisnya bertaut penasaran.Dengan senyum yang berarti, Rita membuka tasnya dan mulai mengeluarkan aneka paket makanan serta keperluan bayi.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 144: Pencapaian yang Membanggakan

    Pada malam yang penuh gemerlap cahaya bulan, mereka merayakan suasana hati yang ceria dengan sajian makan malam yang hangat di sudut nyaman rumah mereka.Ayla, dengan tangannya yang mahir, mempersiapkan hidangan istimewa yang terdiri dari nasi uduk harum, ayam goreng krispi, dan sambal merah kesukaan Adrian yang selalu sukses menggoyang lidah. Sebuah lilin kecil bernyala tenang di tengah meja, memancarkan sinar lembut yang menambah keintiman malam itu.Adrian, dengan langkah ringan, menggendong Aruna yang sudah berganti piyama ke dalam pelukannya, mengajaknya berbincang dalam bahasa candaan anak-anak sambil menunggu Ayla menyelesaikan sihirnya di dapur."Dengar, Aruna," bisik Adrian lembut, "Papa mendapat promosi hari ini. Itu berarti nanti kita bisa membeli banyak mainan baru untukmu, sayang." Mata Aruna yang bulat memancarkan kilauan penuh keajaiban, seolah dia memahami setiap kata. Tawa kecilnya yang menggemaskan membuat Adrian ikut tergelak.Setelah A

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 145: Aruna yang Beranjak Besar

    Di ruangan yang hangat beraroma bubur ayam, Adrian sudah menanti dengan dua mangkuk bubur menguap di meja makan. Pagi itu, kemeja kerjanya terpasang setengah hati, dasinya melingkar tak sempurna. Sinar mata Adrian berbinar saat Aruna melangkah ke dalam, menghambur semangat pagi."Ah, siapkah anak papa berpetualang di sekolah hari ini? Ayo, duduk dan santap bubur ini, agar tenagamu melimpah!"Aruna, dengan lincahnya, naik ke kursi yang sudah terbiasa menopang kecilnya, mencengkeram sendok dan mulai menyantap bubur dengan penuh antusias. Sementara itu, Adrian memperhatikan Ayla yang tengah menuangkan teh di dapur. Ia mendekat, memperbaiki simpul dasinya yang kusut."Kamu ingat kan, hari ini ada rapat orang tua murid?" bisik Adrian, setengah bertanya.Ayla membalas dengan senyuman yang menyimpan seribu arti, "Sudah tercatat di benakku sejak minggu lalu, tak mungkin aku lupa."Adrian mengangguk, lega. "Bagus sekali. Kalau ada apa-apa tentang Aruna, cer

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 146: Menjadi Orang Tua yang Baik

    Di malam yang sunyi, ketika Aruna telah terlelap dalam mimpi, Ayla dan Adrian duduk berdampingan di teras rumah mereka. Cahaya lampu-lampu kecil berkelap-kelip, menerangi halaman dengan lembut dan menciptakan atmosfer yang begitu hangat dan akrab.“Tahu nggak, Ay,” Adrian memulai percakapan sambil menggenggam tangan Ayla, “menyaksikan Aruna tumbuh dan berkembang membuat aku menyadari betapa besar pengaruh kita dalam hidupnya. Setiap tindakan kita, baik itu baik atau kurang tepat, selalu membekas dalam pembentukannya.”Ayla menoleh, matanya menatap Adrian dengan penuh rasa syukur dan kehangatan. “Memang kita tidak sempurna, Adrian, tapi aku percaya kita adalah orang tua yang paling tepat bagi Aruna.”Senyum menghias wajah Adrian, ia kemudian mencium tangan Ayla dengan lembut. “Dan aku yakin, masa depan Aruna akan cerah, karena dia memiliki kita berdua, kamu dan aku.”Mereka terdiam, saling menatap, merasakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 147: Ilmu dari Buah Hati

    Ketika sesi selesai, Adrian dan Ayla berjalan ke tempat parkir dengan tangan bergandengan. Malam itu, udara terasa sejuk, mengusap wajah mereka dengan kelembutan. “Aku sangat menikmati kelas tadi,” ujar Ayla dengan mata berbinar saat menatap Adrian. “Sama, Aku juga,” sahut Adrian dengan nada reflektif. “Baru tersadar, ternyata selama ini aku lebih fokus pada ‘apa yang benar’ daripada mendengar apa yang Aruna rasakan.” Ayla tersenyum, mengeratkan genggaman tangan Adrian. “Kita sudah berusaha semaksimal mungkin, Adrian. Aku yakin Aruna mengerti itu.” Adrian menghentikan langkahnya, menarik Ayla agar berhadapan dengannya, tangannya lembut di kedua bahu istrinya. “Tahukah kamu, Ay? Aku selalu kagum dengan caramu menjadi ibu yang sabar dan penuh cinta. Aku belajar banyak dari kamu setiap hari.” Kata-kata itu membuat Ayla terdiam sejenak, matanya me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 148: Pelajaran dari Anak

    Setelah menikmati sarapan yang hangat, keluarga kecil itu memutuskan untuk menghabiskan pagi mereka di taman yang teduh, berdekatan dengan rumah mereka. Adrian, dengan semangatnya, menggenggam bola kecil untuk bermain bersama Aruna, sang buah hati yang selalu ceria.Sementara itu, Ayla, membawa tikar piknik dan sebuah novel yang sudah lama tergeletak di rak buku—kini ia bertekad untuk mulai membacanya.Di rerumputan taman, Aruna tak sabar berlari mendahului yang lain, mengajak ayahnya bermain lempar tangkap.Sementara Adrian sibuk dengan bola, Ayla memilih sebuah tempat teduh di bawah pohon, membuka halaman pertama bukunya, namun matanya sesekali masih mencuri pandang ke arah putri kecilnya yang bermain riang."Papa, tangkap ini!" teriak Aruna dengan penuh semangat, melemparkan bola sekuat tenaga. Bola itu meluncur jauh, membuat Adrian harus berlari untuk menangkapnya."Aruna, sudah Papa bilang untuk tidak melempar bola terlalu keras, kan?" t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 149: Pengorbanan Kecil yang Berarti

    Malam itu, butir-butir hujan merajut kenangan di kaca jendela rumah kecil tempat Ayla dan keluarganya berlindung. Di ruang tamu yang nyaman, Ayla tengah asyik menambal baju yang sedikit longgar di bagian lengan.Sudut ruangan menjadi saksi bisu Aruna yang leka dengan sketsa warna-warni di buku gambarnya, tiap garis dan warna seolah hidup di bawah sentuhan jemarinya yang lincah.Di saat yang sama, Adrian, sang kepala rumah tangga, baru saja mengakhiri hari yang panjang. Ia membuka pintu dengan lembut, menggantungkan jasnya yang basah kuyup di rak dekat pintu, dan mengintip ke dalam ruang tamu."Papa pulang!" seru Aruna dengan semangat yang memecah kesunyian malam, berlari meninggalkan buku sketsanya menuju pelukan ayahnya.Adrian, dengan tawa kecilnya, mengangkat Aruna ke udara. "Lagi asyik apa, Nak? Kok tampak sibuk sekali?" tanya Adrian, rasa penasaran bercampur gembira terpancar dari suaranya."Sedang gambar pohon besar dan rumah kita, Pa!" Aruna

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 150: Saat untuk Istirahat

    Beberapa hari setelah mereka menikmati ketenangan, saat mereka tengah bersantai di ruang tamu yang hangat, Rita tiba-tiba muncul dengan langkah gembira. "Jadi, Adrian, kabarnya kamu sudah pensiun dari dunia futsal, ya?" tanya Rita sambil menyesap kopinya yang wangi. Adrian tersenyum seraya menoleh ke arah Ayla, "Benar sekali. Aku memutuskan untuk mengalokasikan waktu itu untuk sesuatu yang lebih berarti." Rita mengangguk, matanya bersinar penuh kekaguman. "Jarang-jarang aku mengatakannya, tapi Ayla benar-benar beruntung memiliki kamu di hidupnya." Ayla, yang merasa pipinya memanas, segera mencubit lengan Rita pelan. "Ah, jangan mulai lagi, Rit." Namun Rita hanya tertawa, "Aku serius, kok. Aku bisa melihat betapa bahagianya dia sekarang, dan itu pasti berkat kamu, Adrian." Mengalihkan pandangannya kepada Ayla, Adrian berkata dengan lembut, "Aku juga yang beruntung. Ayla bukan hanya istri yang luar bia

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18

Bab terbaru

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 176: Cinta yang Terus Hidup

    Siang itu, di antara kehangatan matahari yang lembut, Adrian dan Aruna melangkah memasuki toko bunga. Mereka sepakat untuk menambahkan tanaman baru ke taman kecil di rumah, sebuah tempat yang selalu terasa seperti ruang istimewa untuk keluarga mereka.Rak-rak yang dipenuhi bunga warna-warni menyapa mereka dengan aroma segar dan pemandangan yang memanjakan mata.Saat melewati deretan bunga mawar, langkah Aruna terhenti di depan mawar putih yang tersusun rapi dalam keranjang rotan. Jemarinya dengan hati-hati menyentuh kelopak salah satu bunga, seolah takut merusaknya."Mama suka mawar putih, kan, Pa?" tanyanya sambil menoleh ke arah Adrian, matanya penuh kenangan.Adrian tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. "Iya. Dia bilang mawar putih itu lambang cinta yang murni. Meja makan kita hampir selalu dihiasi bunga ini."Aruna tersenyum, seolah menemukan jawaban atas kerinduan yang samar. Ia mengambil beberapa tangkai mawar, memeluknya dengan lembut sepe

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 175: Cinta yang Membanggakan

    Sore itu, Adrian dan Aruna duduk di ruang kerja Ayla, sebuah sudut kecil yang seakan menyimpan jiwa pemiliknya. Rak-rak penuh buku berjajar rapi, dihiasi benda-benda kecil yang seolah berbicara tentang kenangan masa lalu.Cahaya matahari sore masuk melalui jendela, memantulkan rona keemasan di dinding ruangan.Aruna, yang sedang menelusuri rak buku, tiba-tiba menemukan sebuah jurnal tua dengan nama Ayla tertulis di sampulnya. Tulisan tangan itu sederhana, tetapi penuh makna.“Ini jurnal Mama?” tanya Aruna dengan nada ingin tahu sambil membuka halaman pertama.Adrian yang duduk di sofa dekat jendela mengangguk perlahan. “Iya. Mama kamu selalu suka menulis. Baginya, itu cara terbaik untuk menyampaikan apa yang tidak sempat diungkapkan dengan kata-kata.”Dengan hati-hati, Aruna mulai membaca halaman demi halaman. Tulisan Ayla mencatat berbagai momen penting dalam hidupnya—dari pertemuan pertamanya dengan Adrian hingga keb

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 174: Mengenang yang Terkasih

    Malam itu, setelah Aruna kembali ke rumahnya sendiri, Adrian duduk sendirian di ruang keluarga. Di hadapannya tergeletak sebuah album foto yang penuh dengan jejak-jejak masa lalu.Jari-jarinya perlahan membuka halaman demi halaman, menghidupkan kembali senyum Ayla yang terbingkai dalam setiap gambar. Setiap potret adalah pengingat akan cinta dan kebahagiaan yang pernah memenuhi hidupnya.Tangannya terhenti pada sebuah foto pernikahan. Ayla tampak memukau dalam balutan gaun putih yang anggun, sementara Adrian di sampingnya terlihat muda, penuh semangat, dan percaya diri. Ia memandang gambar itu lama, seolah ingin menangkap kembali momen kebahagiaan yang tak tergantikan.“Ayla,” bisiknya dengan suara yang serak oleh emosi. “Aku harap kamu tahu... aku selalu mencintai kamu. Setiap hari. Setiap detik.”Ia memejamkan mata, membiarkan arus kenangan membanjiri pikirannya. Meski dadanya terasa sesak oleh rasa rindu yang menusuk, ada kehang

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 173: Warisan Cinta

    Hari-hari setelah kepergian Ayla adalah masa yang sulit bagi Adrian. Kesedihan seperti bayangan yang selalu mengikutinya, tetapi ia tahu, Ayla tidak pernah benar-benar pergi. Setiap sudut rumah mereka menyimpan kenangan; dindingnya seolah berbisik tentang tawa dan percakapan mereka.Setiap bunga yang mekar di taman menjadi peringatan akan cinta yang mereka bangun dengan penuh kasih sayang.Di malam-malam sunyi, Adrian sering duduk di kursi goyang di teras belakang, memandang bintang-bintang yang berkelip di langit gelap. Ada rasa damai sekaligus rindu yang melingkupi hatinya."Aku nggak akan lupa janji kita, Ay," gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam di antara desir angin. "Aku akan terus hidup dengan bahagia, untukmu."Cinta mereka tidak berhenti di situ. Cinta itu tetap hidup, bersemayam dalam setiap kenangan yang mereka ciptakan, dalam napas Aruna—putri kecil mereka yang menjadi buah hati dari kisah cinta yang tak tergantikan.

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 172: Saling Menemani Hingga Akhir

    Hujan turun perlahan, butirannya meliuk-liuk di kaca jendela kamar Ayla dan Adrian, seakan menari dalam kesunyian malam.Udara dingin menembus hingga ke tulang, namun di dalam kamar itu, kehangatan terasa begitu nyata—kehangatan yang berasal dari cinta yang telah mereka rawat bersama selama bertahun-tahun. Ayla terbaring di tempat tidur, tubuh mungilnya dibalut selimut tebal.Wajahnya tampak pucat, tapi sorot matanya tetap memancarkan kelembutan yang menjadi ciri khasnya, kelembutan yang selalu membuat Adrian jatuh cinta.Adrian duduk di kursi kecil di samping tempat tidur, sebuah buku terbuka di tangannya. Suaranya lembut saat ia membacakan cerita, setiap kata meluncur seperti irama yang menenangkan. Ia seolah ingin menjadikan kata-kata itu jubah hangat yang membungkus hati Ayla.“...dan akhirnya, sang putri menemukan kebahagiaan di tempat yang tak pernah ia duga sebelumnya. Sebuah akhir yang mungkin tak sempurna, tapi cukup untuk membuatnya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 171: Kehidupan Penuh Cinta

    Di meja makan, aroma kopi yang baru diseduh dan roti panggang yang masih hangat memenuhi udara pagi itu. Adrian duduk di seberang Ayla, mengaduk kopinya dengan gerakan pelan, sesekali melirik istrinya yang tengah menikmati sarapannya.Keheningan di antara mereka terasa nyaman, seolah tak perlu ada kata-kata untuk mengisi ruang. Namun tiba-tiba, Adrian membuka suara, suaranya lembut namun cukup jelas memecah kesunyian."Aku ingat," katanya, senyuman tipis menghiasi wajahnya.Ayla mengangkat alis, meletakkan sendoknya dengan hati-hati. Tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Ingat apa?" tanyanya lembut.Adrian tersenyum kecil, matanya menatap Ayla dengan sorot yang sulit diartikan. "Waktu pertama kali aku sadar kalau aku jatuh cinta sama kamu," ucapnya pelan, seperti berbicara langsung dari hatinya.Kata-kata itu membuat Ayla tertegun. Dia tidak menduga Adrian akan mengungkit kenangan itu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, tapi s

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 170: Perpisahan Menguatkan

    Adrian terdiam. Tatapannya mengabur, diselimuti emosi yang terus ia tahan agar tak tumpah. "Ay, aku nggak mau membicarakan itu sekarang," ucapnya pelan, nyaris berbisik."Tapi aku perlu kamu dengar, Din," balas Ayla, suaranya tegas namun tetap lembut, seperti angin sore yang menyentuh kulit tanpa melukai. "Aku tahu kamu mencintaiku. Aku tahu kamu rela melakukan apa saja untukku. Tapi, Din, aku juga ingin kamu tahu… kebahagiaanmu penting buatku. Sama pentingnya."Adrian menatap Ayla lama, seolah-olah sedang mencari sesuatu di dalam matanya—sebuah harapan, mungkin. Matanya, yang biasa penuh dengan ketenangan, kini berkilat, dihiasi air mata yang menunggu untuk jatuh."Aku nggak bisa bayangkan hidup tanpa kamu, Ay," gumamnya akhirnya, suaranya nyaris pecah.Ayla tersenyum, walaupun air mata mulai menitik di pipinya. "Aku nggak akan pernah benar-benar pergi, Din. Aku akan selalu ada di sini." Jemarinya perlahan menyent

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 169: Tantangan Terakhir

    Sesampainya di rumah, Adrian langsung mengantar Ayla ke kamar. Dengan penuh perhatian, ia merapikan bantal dan menyelimuti tubuh istrinya yang tampak kelelahan. Ayla hanya bisa tertawa kecil, senyumnya menghangatkan suasana."Din, aku bukan anak kecil," ucap Ayla lembut, tangannya menyentuh pipi Adrian dengan kehangatan yang membuatnya sejenak terhenti.Adrian mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Tatapannya penuh kasih. "Aku tahu kamu bukan anak kecil. Tapi kamu istriku, Ay, dan aku akan selalu memastikan kamu baik-baik saja."Nada suaranya—tenang namun tegas—membuat Ayla terdiam. Ia meraih tangan Adrian, menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Kamu tahu, Din? Aku nggak pernah merasa seaman ini sebelumnya. Terima kasih karena selalu ada untukku."Adrian tersenyum lembut. Ia membawa tangan Ayla ke bibirnya, mengecupnya dengan perlahan. "Aku nggak akan pernah pergi, Ay. Kita sudah melewati banyak hal bersama. Nggak ada yang bisa mem

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 168: Momen dalam Kedamaian

    Hari itu berlalu dalam kehangatan yang sederhana, namun begitu membekas di hati. Setelah sarapan bersama—ritual pagi yang selalu mereka nikmati dengan tawa kecil dan obrolan ringan—Ayla mengusulkan ide untuk mencoba resep baru yang ia temukan di buku masak lamanya.Adrian, yang awalnya ragu, akhirnya setuju untuk ikut terjun ke dapur.“Duh, ini kayaknya kebanyakan gula, deh,” keluh Adrian sambil mengaduk adonan kue dengan raut penuh keraguan.Ayla tertawa kecil, melirik suaminya dengan tatapan geli sembari tangannya cekatan memotong cokelat hitam. “Nggak apa-apa, kalau terlalu manis, kita kasih aja ke anak-anak tetangga. Mereka pasti suka.”Adrian mengangguk pelan, meski garis ragu di keningnya belum juga sirna. Ia mencuri pandang ke arah Ayla, yang tengah sibuk bekerja dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Kamu tahu nggak, Ay? Ada satu hal lagi yang bikin aku bangga selain Aruna."Ayla berhenti sejenak, alisn

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status