Share

Terbawa Emosi

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2023-12-06 23:57:05
Devan mempercepat langkah kakinya. Ia berlari sekuat tenaga. Lelaki itu bisa melihat Rania yang masih terduduk di tepi jalan. Seketika dirinya mengumpat berkali-kali karena tidak ada satu pun orang yang menolong Rania.

"Brengsek! Mengapa tidak ada yang berusaha menyelamatkan Rania? Sedang apa mereka?" Devan terlihat ngos-ngosan. Ia berusaha mengatur nafasnya yang sudah tidak beraturan.

"Tunggu aku, Ran. Aku akan menolongmu. Maafkan aku telah membuatmu terjebak dalam keadaan bahaya malam ini."

***

Malam itu Delvin—paman Rania masih disibukkan dengan beberapa pekerjaan mengetik di ruangannya. Lelaki itu sedang menanti kedatangan seseorang.

Sesekali ia melihat jam di tangannya. Belum ada tanda-tanda kedatangan seseorang sama sekali. Ia mulai menggerak-gerakkan jemari pada dagunya.

"Em, apakah dia tidak datang?" Delvin berucap seraya melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Hingga beberapa saat kemudian, terlihat pintu ruangannya dibuka dari luar.

"Paman, ada apa? Kenapa memintaku
Rich Mama

Apakah Rafka akan jujur kepada Devan? Maaf ya kakak, typo nama Delvin jadi Devan. 🙈 Sudah saya perbaiki tapi masih nyangkut. Belum lolos tinjauan. 🙏

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Keputusan Rania

    "Ya, sepertinya aku harus jujur kepadamu. Aku tidak perlu lagi menutupi semua ini." Rafka berucap dengan yakin. "Apa maksud kamu?" Devan semakin penasaran dengan ucapan Rafka baru saja. Ia tidak akan rela jika sepupunya hanya dipermainkan oleh Rafka. "Aku dan Rania saling mencintai, Devan." Akhirnya Rafka mengatakan kalimat itu. "Rania hamil anak aku. Dan kamu telah membuatnya kehilangan calon penerus kami." Rafka memperlihatkan sorot tajam matanya. Ia benar-benar sakit hati dengan Devan. Baginya lelaki itu adalah penyebab Rania keguguran. "Sudah, Rafka. Jangan bertengkar di rumah sakit. Ini sudah menjadi takdir dari Yang Maha Kuasa." Delvin mencoba menenangkan Rafka. Ia merangkul tubuh lelaki itu agar duduk di sebuah kursi. "Jadi benar jika Rafka hanya mempermainkan Cindy? Kurang ajar!" Devan memilih untuk meninggalkan rumah sakit. Ia pulang dan ingin menemui Cindy. Niatnya untuk membatalkan pernikahan mereka berdua. *** Rafka dan Delvin setia menunggu Rania hingga sadar. San

    Last Updated : 2023-12-07
  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Meminta Tolong

    "Tolonglah, Paman. Aku mohon." Rania tetap membujuk pamannya. "Baiklah, jika kamu memaksa. Paman tidak bisa mengelak lagi." Delvin menurut saja. Di sisa umurnya kini, ia ingin membuat Rania bahagia. Lelaki paruh baya itu jadi teringat akan Andra—putranya yang sudah lama tinggal di luar negeri, tetapi belum mau menikah juga hingga sekarang. Rania pun tersenyum lega. Ia tidak peduli jika Rafka tidak menemaninya. Yang terpenting ada sang paman yang menjaganya. Mereka berdua bersiap-siap untuk pergi ke pengadilan agama. Sementara Resti sedang ada urusan dengan saudaranya yang ada berada di luar kota. *** Karena sibuk kuliah, Aluna tidak sempat datang menjenguk kakaknya. Namun ia sudah meminta maaf dan mengabarkan berita keguguran Rania kepada Romi. Romi yang masih tinggal di kampung hanya bisa mendo'akan kebaikan putrinya. Ia juga sadar diri karena Rania masih kecewa berat kepadanya. "Sebaiknya sekarang aku menjenguk Mbak Rania. Mumpung materi kuliahnya siang hari." Aluna berseman

    Last Updated : 2023-12-08
  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Tersenyum Manis

    Amar segera menghampiri wanita itu. Ia yakin jika perempuan yang berteriak meminta tolong adalah Keisya. Seorang karyawan di tempatnya bekerja. "Keisya, kamu kenapa?" tanya Amar penasaran. Ia melihat raut penuh ketakutan pada wajah Keisya. Tebakannya tidak meleset. Memang wanita yang berteriak meminta tolong. Melihat Amar yang selama ini ia kenal sebagai lelaki yang baik di kantor, Keisya langsung mendekap tubuhnya. "Pak Amar, tolong aku." Wajah wanita itu menunduk seolah mencari perlindungan. "Ayo, masuk ke dalam mobil saja." Dengan perlahan Amar melepaskan pelukan Keisya. Ia tidak mau jika ada yang melihat dan salah paham kepada mereka berdua. Setelah masuk ke dalam mobil, Keisya masih merasa ketakutan. "Minum dulu," ucap Amar seraya mengulurkan sebuah minuman botol yang masih utuh. "Terima kasih, Pak Amar." Keisya berujar pelan. Setelah menunggu Keisya minum dan sedikit merasa tenang, akhirnya Amar angkat bicara. "Apa yang terjadi Keisya? Kenapa kamu berkeringat seperti ini

    Last Updated : 2023-12-09
  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Tetap Sabar

    Malam itu Amar pulang dengan penuh rasa bersalah. Ia tidak ingat apa-apa tentang kejadian yang terjadi tadi sore. Lelaki itu tiba-tiba terbangun di atas ranjang tempat kos-kosan Kesya. Bajunya terbuka dan ia hanya mengenakan celana dalam saja. Di saat Amar mencari keberadaan Keisya, rupanya wanita itu sudah tidak ada di mana-mana. Entah ia sedang pergi entah ke mana Amar tidak tahu. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak ingat apa-apa?" Amar mulai mengingat kembali saat ia mulai mengantuk setelah minum minuman yang ia terima dari Kesya. "Apa jangan-jangan?" Amar hanya bisa menerka-nerka. Tetapi selama ini ia mengenal Keisya sebagai karyawan yang sangat pemalu. Wanita itu sering menundukkan kepalanya saat tanpa sengaja bertatap mata dengan Amar. Tak ingin ambil pusing, Amar segera pergi dari tempat itu dan masuk ke dalam mobil. Ia memeriksa ponselnya yang mendapatkan beberapa pesan dan panggilan tak terjawab dari Tisa. "Gawat kalau begini. Pasti Tisa akan sangat marah."

    Last Updated : 2023-12-10
  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Isi Hati Julio

    Meski Julio baru memasuki masa pubertas dan baru kelas satu SMP, tetapi ia sudah memiliki sikap yang dewasa. Remaja satu itu merasa rindu dengan Rania. Entah mengapa ia merasa peduli terhadap perasaan wanita itu. Apalagi Rafka akan menikah dengan wanita pilihan sang mama. "Katakan saja, Ma. Julio tidak akan marah, kok. Terus apa benar Kak Rania keguguran? Julio pengen jengukin Kak Rania. Julio kangen," ungkap remaja itu polos. "Sudahlah, Julio. Kenapa sih kamu itu selalu mikirin Rania. Apa karena dia kakak tiri kamu?" Rosita keceplosan. "Maksud Mama apa?" Julio semakin penasaran. "Sudah, Ma. Ceritakan saja semuanya," celetuk Amar sudah tidak sabar. Rosita pun mengangguk saja. Ia menghembuskan nafas beratnya. Mencari alasan yang tepat tanpa menyakiti perasaan Julio. "Sebenarnya Pak Romi itu bapak kandung kamu Julio." Rosita berbicara pelan dan ragu-ragu. Ia takut jika Julio marah besar kepadanya. "Apa? Pak Romi, bapak Julio?" tanya Julio kaget. Pantas saja ia merasa punya ikata

    Last Updated : 2023-12-11
  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Bertanya-tanya

    Julio merasa malu. Rupanya pemilik rumah belum tidur. Remaja SMP itu pun hanya bisa tersenyum lalu menunduk. "Tidak apa-apa, Jio. Paman Delvin tidak akan marah kok." Rania mengedipkan matanya. Memberikan isyarat kepada Julio agar ikut masuk ke dalam rumah bersamanya. Tidak ada pilihan lain, Julio pun mengikuti ke mana langkah kaki Rania akan membawanya pergi. Mereka bertiga duduk di kursi ruang tamu. Julio tampak terdiam di dekat Delvin. Sementara Rania membuatkan minuman untuk Julio dan pamannya. "Tumben kamu ke sini Julio. Apalagi sekarang sudah malam. Bagaimana kalau mama kamu mencarimu nanti? Apakah kamu sudah minta izin?" tanya Delvin membuka percakapan. "Julio kabur dari rumah Paman. Julio kecewa sama Mama." "Apa yang terjadi, Julio? Apakah ada sesuatu yang disembunyikan dari Tante Rosita?" Rania seolah paham akan perasaan Julio. Membuatnya mengingat kembali akan peristiwa yang menyebabkan ibunya meninggal dunia. Kalau Rosita bercerita tentang dirinya yang berpelukan deng

    Last Updated : 2023-12-13
  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Berdesir Hebat

    Lelaki paruh baya itu mendekap erat Julio hingga baru sadar jika di hadapannya juga ada Rania. Seketika ia merenggangkan pelukannya. "Rania, kamu datang ke sini? Bagaimana kabarmu, Ran?" tanya Romi antusias sambil berjalan mendekati putrinya. Kedua mata Rania sudah berkaca-kaca. Ia segera memeluk bapaknya. "Maafkan, Rania Pak. Maaf jika Rania selama ini bersikap egois." Wanita itu terisak. Walau bagaimanapun juga Romi adalah bapak terbaik untuknya. "Seharusnya bapak yang meminta maaf. Terima kasih telah membawa Julio ke sini. Tapi bagaimana bisa?" tanya Romi penasaran. "Sebaiknya kita duduk dulu, Pak. Julio akan menjelaskan semuanya." Romi mengangguk pasti. Ia mengajak Rania untuk duduk di kursi. Sementara Rania pergi ke luar sebentar, Julio mulai bercerita kepada Romi. Kini ia sangat bahagia karena bertemu dengan ayah kandungnya. "Maafkan bapakmu ini Julio. Bapak salah. Bapak tidak bisa membahagiakan kamu." "Sudahlah, Pak. Bapak tidak perlu meminta maaf. Julio senang melihat

    Last Updated : 2023-12-14
  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Main Air

    Kehadiran Rafka mengejutkan Romi dan Julio. Mereka sedang beristirahat di sebuah gubuk dan mungkin sebentar lagi akan pulang. Rafka tersenyum lebar, tetapi seketika redup saat menyadari tidak ada Rania di sana. Lelaki itu mendekat dan menyalami Romi. "Nak Rafka kamu apa kabar? Pasti disuruh jemput Julio ya?" terka Romi yang bisa menebak maksud kedatangan dari lelaki tampan itu. "Saya baik, Pak Romi. Tebakan Bapak benar. Mama menyuruh saya untuk menjemput Julio. Dia harus lanjut sekolah, Pak." "Duduklah, Rafka. Kita makan sama-sama." Romi menyuruh Rafka untuk duduk. Lelaki tampan itu terlihat ragu-ragu. Namun melihat makanan yang tampak lezat, ia jadi tergoda. "Kalau nanti saya makan, jadinya Bapak dan Julio nggak kenyang dong." Rafka menahan diri agar tidak ikut makan. "Kak Rafka tenang saja. Julio makannya dikit kok. Ini cobain deh, Kak." Rafka tidak bisa berbohong. Akhirnya ia mengganggu makan sang adik. Lelaki itu mencoba satu sendok dan rasanya begitu familiar di lidah. 'A

    Last Updated : 2023-12-15

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Extra Part (Kejutan Untuk Rania)

    Malam itu langit di atas rumah megah Rania dan Rafka penuh dengan bintang-bintang. Udara segar musim semi membawa aroma bunga yang mekar di taman mereka. Di dalam rumah suasana begitu tenang. Setelah anak bungsu mereka—Rafael berangkat kuliah ke luar negeri, rumah terasa lebih sepi. Namun kebersamaan mereka tetap hangat. Rania duduk di ruang keluarga. Ia sedang membaca buku favoritnya di bawah cahaya lampu yang lembut. Rafka yang baru saja pulang dari kantor, berjalan masuk dengan senyum lelah namun penuh cinta di wajahnya. Melihat istrinya yang tenang ia merasa bahagia meski suasana rumah kini lebih sunyi. “Rania, aku sudah pulang,” ucap Rafka lembut sambil meletakkan tas kerjanya di meja. Rania mengangkat wajahnya dari buku dan tersenyum hangat. “Selamat datang, Sayang. Bagaimana hari ini?” tanya Rania sambil menutup bukunya dan berdiri untuk menyambut suaminya. Rafka merangkul Rania dengan lembut. Lalu mencium keningnya dengan penuh kasih. “Hari yang panjang, tapi semua

  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Extra Part (Alsha Melahirkan)

    Di pagi yang cerah. Sinar matahari menyusup lembut melalui jendela rumah sakit, menciptakan nuansa hangat dan damai di ruangan bersalin. Di luar burung-burung berkicau riang menyambut datangnya hari baru. Namun di dalam ruangan itu, suasana penuh dengan ketegangan dan harapan. Alsha dengan wajah yang berpeluh tengah berjuang melahirkan buah hati yang dinantikan. Dito berdiri di samping Alsha. Ia menggenggam erat tangan sang istri. Lelaki tampan itu memberikan dukungan tanpa henti. Wajah Dito tampak cemas. Namun ia merasakan kebahagiaan yang tak bisa terlukiskan. “Kamu bisa, Alsha. Aku ada di sini bersamamu,” bisiknya dengan suara lembut dan penuh kasih. Dengan napas yang terengah-engah, Alsha menguatkan diri. Setiap kontraksi membawa rasa sakit yang luar biasa, namun juga mendekatkannya pada momen yang paling dinantikan dalam hidupnya. Wajahnya menegang, tetapi ada kilauan tekad di matanya. “Sedikit lagi, Bu Alsha. Sedikit lagi,” ucap dokter dengan nada tenang dan men

  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Extra Part (Alma Hamil)

    Pagi itu matahari baru saja terbit dan sinarnya yang lembut menembus jendela kamar Alma dan Marco. Suara burung berkicau di luar rumah memberikan kesan damai dan menenangkan. Namun pagi itu terasa berbeda bagi Alma. Dia terbangun dengan perasaan yang aneh. Sesuatu yang tidak biasa. Alma mencoba mengabaikannya, tapi gejala-gejala yang dia rasakan semakin nyata. Alma duduk di tepi ranjang, memegang perutnya yang terasa aneh. Pusing, mual, dan perasaan lelah yang luar biasa menyelimuti dirinya. Ia mengingat kembali beberapa hari terakhir, mencoba mencari penjelasan. “Mungkinkah?” pikir Alma, hatinya berdebar-debar dengan harapan sekaligus kecemasan. Marco yang berada di dapur, sedang menyiapkan sarapan. Dia memperhatikan Alma yang keluar dari kamar dengan wajah pucat. “Kamu baik-baik saja, Alma?” tanya Marco dengan nada khawatir. Alma mencoba tersenyum. “Aku merasa sedikit tidak enak badan. Mungkin aku butuh istirahat lebih,” jawabnya sambil mencoba menyembunyikan kekhawati

  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Bab 222. TAMAT

    Beberapa hari telah berlalu. Alsha memilih menyendiri di sebuah hotel kecil yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota. Ia membutuhkan waktu untuk merenung dan menenangkan hatinya yang kacau. Kamar hotel itu sederhana, tapi cukup nyaman untuk menjadi tempat perlindungan sementara. Cahaya matahari pagi yang masuk melalui jendela memberikan sedikit kehangatan di dalam ruangan yang sunyi itu. Di tepi ranjang Alsha duduk dengan tatapan kosong. Ia merenungkan semua yang telah terjadi. Di dalam hatinya ada campuran antara rasa sakit, kebingungan, dan ketidakpastian. Gadis itu mengelus perutnya yang masih rata. Membayangkan bayi yang sedang tumbuh di dalamnya. Bayangan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian membuatnya merasa sendirian. Ketukan lembut di pintu mengagetkannya dari lamunan. Dengan perlahan dan hati-hati Alsha bangkit lalu membuka pintu. Di sana berdiri seorang lelaki suruhan papanya yang akhirnya berhasil menemukan tempat persembunyian Alsha setelah berhari

  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Bab 221. Alsha Hamil?

    Hari pernikahan yang dinanti-nanti pun tiba. Karena sebuah kesepakatan akhirnya pernikahan dilaksanakan di rumah Rania dan Rafka. Taman rumah yang luas telah disulap menjadi tempat pernikahan yang megah, dipenuhi dengan hiasan bunga-bunga berwarna pastel dan lilin-lilin yang memberikan cahaya hangat. Sebuah tenda besar dihiasi kain putih dan pita emas menjulang di tengah-tengah taman. Menambah kesan elegan dan mewah. Marco, Alma, dan Dito sudah berkumpul bersama keluarga dan tamu undangan. Semuanya terlihat anggun dalam balutan busana pernikahan yang memukau. Pak penghulu telah datang dan bersiap untuk memulai prosesi ijab kabul. Namun di antara keramaian dan kegembiraan itu ada satu hal yang mengganjal. “Ke mana Alsha?” tanya Rania dengan cemas. Ia memandang sekeliling mencari putrinya. “Tadi katanya ke toilet sebentar,” jawab Alma dengan sedikit gugup. Gadis itu mencoba menenangkan ibunya. Marco mulai merasa cemas. “Aku akan mencarinya,” ucapnya seraya bergegas menuju

  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Bab 220. Menjadi Kenyataan

    Tanpa terasa hari pernikahan semakin dekat. Segala persiapan sudah selesai. Malam sebelum pernikahan, Alsha duduk sendirian di balkon apartemen. Ia merenung tentang semua yang telah terjadi. Angin malam yang sejuk mengusap wajahnya, membawa kedamaian yang sementara. Tiba-tiba pintu balkon terbuka dan Alma ke luar. “Hei!” Alma menyapa sambil mendekati Alsha. “Kenapa kamu di sini sendirian?” “Alsha hanya merenung, Kak. Besok adalah hari besar kita,” jawab Alsha dengan senyum tipis. “Iya, besok kita akan memulai babak baru dalam hidup kita. Kamu sudah siap?” tanya Alma dengan lembut. “Sejujurnya, Alsha sedikit gugup. Tapi Alsha yakin ini adalah langkah yang benar,” jawab Alsha kemudian. “Semua akan baik-baik saja, Alsha!” Alma berbicara dengan yakin sambil merangkul kembarannya itu. Mereka duduk bersama dalam keheningan sejenak. Menikmati kebersamaan yang tenang di malam yang penuh bintang. Suara kota yang jauh terdengar seperti bisikan lembut, memberikan latar belakang yang m

  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Bab 219. Malam Bersama

    “Ngapain di sini sendirian, Alsha?” Suara itu milik Marco yang tampak khawatir melihatnya. Alsha menghela napas lega meskipun masih ada sedikit rasa takut yang tertinggal. “Kok kamu tahu aku di sini, Marco?” tanyanya dengan suara yang masih bergetar. Marco tersenyum tipis. Ia mencoba menenangkan Alsha. “Aku khawatir padamu. Saat aku ke apartemen dan tidak menemukanmu, aku memutuskan untuk mencarimu. Aku ingat kamu pernah bercerita tentang tempat ini, jadi aku datang ke sini.” Alsha mengangguk, merasa sedikit tenang dengan kehadiran Marco. “Aku hanya butuh waktu sendirian untuk berpikir. Tapi aku takut Marco. Aku merasa tadi ada yang mengikutiku.” “Apakah kamu yakin?” Marco segera membawa tubuh Alsha ke dalam dekapannya. “Kamu tidak perlu takut. Ada aku di sini untukmu.” Alsha tak menolak meski ia tidak membalas pelukan Marco. Hatinya masih belum bisa sepenuhnya menerima Marco. “Terima kasih, Marco. Aku hanya merasa gugup menjelang pernikahan kita.” Marco mengangguk mengerti. “

  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Bab 218. Seseorang Yang Dikenal

    “Tidak. Aku tidak peduli.” Alsha berusaha untuk mengabaikan pesan tersebut. Ia juga memblokir nomor baru yang masuk. Berapapun banyaknya nomor itu Alsha tidak akan peduli. Setelah merasa cukup tenang, Alsha segera memejamkan kedua matanya. Pagi harinya Alsha menjalani kehidupan seperti biasanya. Ia mencoba menghilangkan segala kegelisahan hati dengan rajin memasak. Gadis itu juga memilih untuk bekerja online dari ponselnya. Sebenarnya Marco tidak melarang jika setelah menikah nanti Alsha akan bekerja, tetapi lelaki itu akan sangat bahagia jika Alsha lebih fokus melayani sang suami saja. Tanpa terasa hari-hari berlalu dengan cepat. Persiapan pernikahan berjalan lancar. Namun, sebuah pertemuan tak terduga terjadi beberapa hari sebelum pernikahan. Alsha sedang berada di kafe dekat apartemen, menunggu Alma yang sedang membeli beberapa keperluan. Ketika ia sedang menikmati kopi, seseorang mendekatinya. “Alsha?” Suara yang familiar itu membuatnya mendongak. Di hadapannya berdiri Dito

  • Satu Malam Bersama Adik Ipar   Bab 217. Berdebar Kencang

    Pagi itu Alsha bangun lebih awal dari biasanya. Ia merasa lega bisa berkumpul kembali bersama orang tuanya setelah sekian lama. Aroma harum dari dapur menyambutnya saat dia keluar dari kamar. Saat memasuki ruang makan, dia melihat Rania, Rafka, dan adik laki-lakinya—Rafael sudah duduk di meja. “Selamat pagi Sayang,” sapa Rania sambil tersenyum hangat. “Sarapan sudah siap. Duduklah, kita sarapan bersama.” Alsha duduk di kursinya dan merasa nostalgia yang mendalam. Sudah lama sejak terakhir kali mereka semua berkumpul untuk sarapan seperti ini. Meja penuh dengan makanan favoritnya. Nasi goreng, telur dadar, dan berbagai macam lauk pauk. “Selamat pagi, Kak Alsha,” sapa Rafael yang duduk di sebelahnya. “Akhirnya kita bisa sarapan bareng.” Alsha tersenyum dan merangkul adik laki-lakinya. “Selamat pagi, Rafa. Bagaimana sekolahmu?” “Baik, Kak. Sedikit sibuk dengan tugas-tugas, tapi semuanya lancar,” balas Rafael sambil mengambil sepotong roti. Rafka tersenyum bangga. “Rafa i

DMCA.com Protection Status