Share

Bersyukur Dipoligami

Penulis: Kim Sumi Ryn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hentakan kaki terdengar setelah suara pintu dibuka. Waktu baru menunjukkan pukul sembilan malam. Namun, rumah Kresna memang sudah sepi.

Dua pembantunya sudah tidur. Ya, secara otomatis mampu membuat suara hentakan kaki Tessa cetar membahana di ruang makan. Cewek berambut hitam itu langsung masuk begitu saja ke sana lalu duduk di samping Kresna.

"Kenapa kusut? Belum makan? Pucat banget kaya mayat idul?" tanya Kresna santai sambil membuka kulit jeruk. Matanya sesekali melirik Tessa yang cemberut.

"Pintu nggak dikunci, ya?" Bukan menjawab, Tessa malah balik tanya, pake tatapan setajam silet pula. Bikin Kresna mengeryitkan dahi.

"Kenapa, gitu?" Kresna masukkan jeruk sudah kupas ke dalam mulut.

"Nggak, kan Mas Rendra mau ke rumah," lanjut Kresna lalu meluahkan dan membuang biji jeruk ke dalam mangkuk.

"Oh." Lirikkan Tessa tertuju pada jeruk. Dan, no basa-basi dia ambil jeruk di tangan Kresna. Membuat si pemilik melotot heran.

"Minta," ujar Tessa masih cemberut.

Kresna kembali meraih satu jeruk di ranjang buah. Ia kupas lagi, masih dengan tatapan menilik wajah Tessa. Ada yang beda, sih. Ni cewek kusut banget mukanya persis baju nggak disetrika setahun, lebih malah.

"Kenapa, sih? Ditanya nggak jawab, malah maling jeruk. Jeruk kok maling jeruk?" canda Kresna berusaha mencairkan suasana, namun Tessa justru jebi dan nyaris mewek.

Tentu itu membuat Kresna kaget, segera menaruh jeruk dan mengelus bahu Tessa.

"Eh, kenapa sih, Sa? Ya udah nggak apa-apa kalau mau makan jeruk, makan aja. Jeruk makan jeruk nggak apa-apa, kok. Di tv malah jeruk peluk jeruk ada iklannya. Yang jeruknya meluk gelas itu, tahu kan?" bujuk Kresna. Ngelantur emang. Niatnya bikin Tessa tenang. Eh, kok si Tessa malah makin jebi? Apa ada yang salah ya sama jeruk?

"Kakak ...!" Tangan Tessa terrentang dan memeluk Kresna sembari menangis. "Kakak aku kabur," lanjutnya sendu.

"Kabur dari mana?" Kresna balas memeluk lembut.

"Aku langsung ke sini aja tadi pas Emak udah bobo. Padahal aku belum makan juga. Nggak mood makan, Kak."

"Lho, kenapa emang? Makanan kamu nggak enak? Kamu masak, ya? Udah dibilang jangan masak. Masakan kamu emang nggak enak." Kresna terkekeh, saat Tessa melerai peluk dan mencubit tangannya.

"Aw, sakit, Sa. Kamu suka banget nyubit Kakak," ringis Kresna mengelus lengan atas, tapi masih terkekeh menertawakan Tessa yang tak jadi nangis, justru manyun-manyun kesal.

"Kakak ih, aku serius tahu. Kakak malah bahas masakan aku." Cemberut Tessa kembali terulang, namun ditanggapi santai oleh Kresna. Dia malah kembali meraih jeruk dan mengupasnya.

"Ya kan emang bener. Terakhir kamu masak mie aja, tu mie jadi bengkak. Kan Kakak jadi nggak bisa makan." Kresna menceritakan kembali terakhir kali Tessa memasak mie yang bengkaknya tu mie udah kaya cacing kalung aja. Kresna jadi ogah makan, malah mual duluan.

"Itu karena aku ke WC dulu. Lupa, terus mienya jadi ngembang gitu."

"Iya, udah dari WC lupa cuci tangan lagi, bau, kan?" kelakar Kresna menahan tawa.

"Kak Ena, ya! Jijik ih, malah bahas itu! Aku serius ini, mau cerita."

"Bahas apa? Aku bahas cuci tangan, lho. Merasa berarti, ya? Baru tahu, ternyata seorang model itu nggak pernah cuci tangan kalau abis poop. Ih ...." Ringisan jijik Kresna tunjukkan. Menambah satu lagu cubitan dari Tessa.

"Kak Ena!" jerit Tessa kesal. "Kakak aku serius! Mau cerita."

"Wani piro?" Tangan Kresna menengadah, meminta bayaran.

Tessa kembali cemberut. "Gratis aja. Aku mau curhat, Kak. Bukan mau beli pulsa."

"Emang kenapa, sih?" Suara Kresna berubah lembut. Sosok pengertian darinya mulai terlihat, saat bertanya seperti ini.

"Kakak," ujar Tessa lirih. "Aku bingung, Kak."

"Bingung kenapa? Perang dunia lagi atau kamu mau poop? Yang udah poop dulu aja, jangan lupa cuci tangan." Senyum Kresna kembali terukir, melihat Tessa manyun lagi. Jahilnya sama ini kaya Rendra. Benar emang, Rendra ketularan Kresna jahilnya. Suka lihat Tessa manyun-manyun manja.

"Bukan itu ih Kakak."

"Terus apa?"

"Serius, ah. Aku mau cerita ini."

"Ya, baiklah. Kakak serius sekarang." Kresna kembali makan jeruk sambil natap Tessa serius.

Tessa menghela napas, mengeluarkan dengan sendu. Ia tatap lagi Kresna dengan hati-hati.

"Jadi gini, Kak ... kan tadi aku ngobrol sama Emak. Oh, ya. Emak nginep di rumah sekarang. Dia pengen ketemu Mas Rendra sama Aski. Karena udah malem ya udah aku minta dia nginep."

"Tunggu! Di mana sedihnya, sih? Perasaan seneng semuanya, deh. Emak datang berkunjung bukan seneng malah sedih. Mau jadi batu ya kamu? Malah ke sini lagi, Emak kamu ditinggal gitu aja."

"Belum tamat ceritanya, Kak," sembur Tessa mulai mengembangkan hidung. Susah emang ajak ni orang serius. Bawaannya ngelantur aja, malah bahas batu lah.

"Oh, belum ya. Ya udah lanjut!" Kresna cengengesan.

"Nah, masalahnya bukan di Emak. Awas, ya jangan bilang aku anak durhaka!"

"Iya, nggak, Neng," jawab Kresna tenang, lalu kembali melanjutkan makan jeruk.

"Masalahnya, pas Emak nanya ke aku. Dia tanya, Tessa, gimana pernikahan kamu, kamu bahagia sama pernikahan kamu? Aku diem lah, Kak. Bingung mau jawab apa."

"Kok bingung? Bilang aja kamu bahagia." Biji jeruk lagi-lagi diluahkan perlahan oleh Kresna. Tatapannya santai-santai saja, membuat Tessa menghembuskan napas kesal.

"Nggak semudah itu, Kak. Kakak nggak tahu apa? Dua kali aku lihat Mas Rendra cium Mbak Kanti sama Mbak Wanda. Ah, pokoknya aku bingung sama perasaan aku sendiri."

"Em, jadi itu masalah kamu." Lembut tangan Kresna menyentuh punggung tangan Tessa.

Tessa tidak mengerti dengan senyum manis Kresna. Sampai madunya itu bercerita dengan tenang dan lembut.

"Em, kalau masalahnya itu, Kakak juga pernah. Malah lebih dari itu. Kamu tahu, Sa? Kakak juga dulu pernah kabur kaya kamu."

"Wah, masa?" Mata Tessa membeliak. "Kakak kabur ke mana?"

"Kakak kabur dari rumah Mbak Kanti, sih. Kan dulu belum punya rumah pas awal-awal nikah sama Mas Rendra." Wajah Kresna mendekat ke telinga Tessa dan berbisik, "kamu tahu, Sa?"

"Apa, Kak?"

"Kakak bukan liat Mas Rendra ciuman," bisik Kresna lagi membuat jiwa penasaran Tessa meronta.

"Jangan bilang Kakak ...." Tessa tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Terlalu ngeri dan ih pokoknya apa yang dia bayangkan ngeres tingkat dewa.

Kresna mengangguk santai. "He'em, seperti yang kamu pikirkan."

"Ah, bener, Kak? Kakak bercanda, ya? Cuma mau hibur aku aja."

"Ye, kamu pikir Kakak lenong hibur kamu. Kakak serius, Sa. Tapi, ya ...." Kresna menghela napas sebentar. "Itu udah lama, sih. Tiga tahun lalu. Waktu itu Kakak nggak kaya kamu. Kamu kalau kabur enak, nyebrang terus ke rumah Kakak. Kalau Kakak dulu bener-bener kabur, Sa. Mana Surabaya lega kan, ya? Kakak nggak tahu harus ke mana."

"Terus gimana dong, Kak? Kakak ke mana?" lirih Tessa cemas.

"Aku diem di emperan aja. Pas mikir mau pulang dan mau telpon Mama. Eh, Mas Rendra datang. Ternyata dia nyari-nyari aku hampir keliling Kota Surabaya. Dia baru sadar aku nggak ada pas malem."

"Wah, yang bener, Kak? Terus Mas Rendra minta maaf sama Kakak?"

"Iya, dia minta maaf, meluk aku. Pokoknya dia sampe nangis. Dia ngerasa nggak becus jadi suami. Aku nggak tega liat dia nangis-nangis sampe mau sujud segala. Ya udah aku maafin."

"Terus gimana setelahnya?"

"Ya, pulanglah. Nggak jadi aku kabur. Mas Rendra langsung ngasih aku rumah." Dengan santai Kresna kembali makan jeruk.

"Kakak kok santai banget ceritanya? Perasaan Kakak gimana? Malah aku yang ngenes ini. Kalau aku udah minta cerai aja," seru Tessa malah dia yang marah melihat Kresna anteng saja makan jeruk.

"Kakak juga minta, tapi Mas Rendra nolak."

Kresna tersenyum, menghela napas, lalu menggenggam erat tangan Tessa. "Intinya bukan itu sih, Sa. Kakak juga pengen cerai, tapi Mama Kakak nasihatin Kakak untuk bertahan. Alasannya sih bersyukur. Ya, maksudnya bersyukur itu, bersyukur Mas Rendra itu cowok yang baik, pengertian, dan bertanggung jawab."

"Itu udah terbukti juga. Dia emang gitu, kan? Mas Rendra pengertian, bertanggung jawab, penyayang juga. Bahkan hal-hal kecil nggak penting aja dia suka beliin, bener nggak?" sambung Kresna mencoba menggali sesuatu dalam pikir Tessa.

"Iya, sih. Mas Rendra emang gitu. Jepit rambut harga 500 ribu aja dia beliin. Padahal aku cuma bilang suka."

"Nah!" Suara jentikkan jari Kresna nyaris membuat jantung Tessa copot.

"Ih, Kakak kaget. Lagi sepi, serius, Kakak malah bikin kaget," ujar Tessa memegang dada.

"Hehe, sorry. Ini maksudnya supaya kamu sadar. Nggak ada yang sempurna di dunia ini. Mas Rendra emang pengertian, penyayang, baik hati, bertanggung jawab, tapi dia itu playboy. Istrinya nggak cuma satu. Ya itu sih resiko. Kalau mau cowok sempurna ya pasti bakal ada kekurangannya."

"Maksudnya gimana sih, Kak? Muter otak aku." Tessa malah membuat kerutan di antara dahi.

"Maksudnya, kamu itu harus bersyukur. Lebih baik Mas Rendra cium istri halalnya atau cium cewek nggak jelas di luar rumah?"

"Ih amit-amit. Ya istri sah atuh, Kak," jawab Tessa lantang.

"Nah, itu ngerti. Mbak Kanti sama Mbak Wanda kan istri sah Mas Rendra. Itu lebih baik ketimbang Mas Rendra cium cewek nggak jelas. Kalau kamu mau tahu, Kakak juga izinin Mas Rendra nikahin kamu itu karena alasan ini. Lebih baik kamu jadi istrinya dari pada kalian main lagi di belakang aku."

"Kakak ...," lirih Tessa. Otaknya mulai bisa berpikir logis sekarang, malah mengingat kesalahannya dulu.

"Udah jangan sedih gitu, Kakak nggak apa-apa juga. Kamu aja yang baper. Yang terpenting sekarang kamu harus bahagia, bersyukur. Banyak lho cewek di luar sana, yang kekurangan ekonomi pengen punya suami kaya Mas Rendra. Cowok ganteng, kaya raya, baik lagi. Ya meskipun ...."

"Istrinya empat," sahut Tessa paham sekarang.

"Ya, itu. Udah ah jangan baper-baper. Udah hampir dua tahun nikah tapi masih baperan." Kresna merapikan cangkang jeruk ke dalam mangkuk.

"Tapi dulu Mas Rendra nggak gitu, Kak."

"Kamu baru tahu sakitnya poligami, wajar sih kamu sedih, tapi jangan terlarut-larut. Mas Rendra itu bukan segalanya. Ingat itu, bukan segalanya. Kalau kita mati Mas Rendra nggak bakal kita bawa juga."

"Eh, Kakak kok bahas mati?"

"Ya emang bener, kan? Tugas kita jadi istri berbakti, sholat yang rajin, menjaga kemaluan, terus puasa di bulan Ramadhan. Intinya banyakin amal sholeh. Bayaran istri yang kaya gitu bisa masuk pintu surga mana saja. Ngapain ribet-ribet mikirin suami cium istrinya. Selagi masih dinafkahi lahir batin, jangan baperan!" nasihat Kresna yang benar-benar sampai ke hati Tessa.

Ada benarnya yang dikatakan Kresna. Namun, Tessa hanya bisa terdiam, saat wanita berkerudung panjang itu keluar dari meja makan dan berjalan menuju dapur.

Satu tanya terbersit di pikiran Tessa. Apakah istri ketiga suaminya itu benar-benar tidak pernah merasakan cemburu?

°°°

Kresna rada-rada kayanya. Ada-ada aja, ya? Suami poligami kok disyukuri?

Wah, gimana nih menurut sahabat readers? Lanjut, ya? ;-)

Bab terkait

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Jago Gituan

    "Ngapain Tessa ke sini?" Rendra melangkah masuk rumah. Beberapa saat sebelumnya, ia telah mendapat salim dari Tessa. Hanya senyum kecil, lalu setelahnya istri ke empatnya itu segera pamit pulang.Kresna menutup pintu perlahan, lalu mengikuti langkah Rendra masuk rumah. "Dia minta makan.""Minta makan?" Rendra berhenti dan membalik badan. "Kenapa minta makan? Pembantu-pembantunya sakit?"Tangan Kresna menggaruk tekuk leher. Bukan gatal, cuma bingung aja mau bilang apa. Masa iya, bilang Tessa cemburu dan nangis-nangis? Kan, kasihan Tessanya. Dia juga bilang untuk jaga rahasia percakapan mereka tadi."Eu ... dia ... dia cuma pengen makan masakan aku, Mas," sahut Kresna berusaha setenang mungkin."Oh, gitu." Rendra sedikit menyelidiki wajah Kresna."Apa sih, Mas? Aku emang cantik nggak usah dilihatin gitu, nanti makin cinta lagi," celetuk Kresna, menarik dua sudu

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Rencana Liburan

    Katakan Kresna munafik. Depan Rendra, Kresna tidak pernah mengungkapkan rasa cinta. Seakan dia memang tidak cinta pada Rendra. Namun, sebenarnya Kresna memiliki rasa sayang pada suaminya itu.Entahlah. Apa cinta dan sayang bisa dikategorikan dua hal berbeda? Kresna sendiri tidak memahaminya. Ia hanya selalu berusaha jadi istri baik untuk Rendra. Seperti yang ia bilang sebelumnya, Kresna berharap surga atas baktinya pada Rendra.Langka beuh cewek kaya gini, mungkin hampir punah. Udah kaya komodo aja hampir punah. Tapi Kresna bukan komodo, ya. Apalagi orang utan khas Sumatera.Okey, seperti kelangkaan dirinya dari kalangan kaum hawa. Perasaan Kresna detik ini pun perasaan langka yang jarang ia rasakan.Tepat di dapur, Kresna sedang mengaduk susu dalam gelas. Bibirnya senyum-senyum sendiri. Ia teringat apa yang terjadi semalam. Rendra berkata cape, giliran udah dikasih susu. Eh, dia nyosor juga. Susu as

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Minta Cerai

    "Tolong Mbak jaga ucapan Mbak. Di sini ada Tessa, Mbak nggak mikirin perasaan dia?!" geram Kresna, namun masih berusaha menahan emosi.Wanita bermata almond itu melirik Tessa sinis. Lantas duduk di sofa dengan menyilangkan kaki. "Ya, emang bener, kan? Kamu aja yang suka bela-bela dia. Sadar dong, Na! Dia itu emang Cewek Murahan."Sudah tidak bisa Tessa bertahan dengan perkataan Wanda. Istri pertama Rendra itu memang selalu memandang benci pada Tessa. Jika Kanti masih kadang-kadang baik. Berbeda dengan Wanda, dia selalu saja mencari jalan menyudutkan Tessa.Dengan hidung mulai memerah, Tessa hentakkan kaki meninggalkan Wanda yang tersenyum sinis."Mbak!" ujar Kresna dengan mata melotot.Namun, lagi-lagi Wanda tidak peduli. Dia hanya memutar bola mata dan segera mengambil ponsel dalam tas.Napas Kresna sudah dibuang kasar. Meski begitu, hanya sika

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Suara Misterius

    "Kenapa kamu bilang gitu, hm?" tanya Rendra begitu lembut. "Kalau Mas nggak mau, gimana? Mas nggak mau kita pisah apapun itu alasannya." Lembut sentuhan Rendra semakin membuat Tessa terisak.Sakitnya hati Tessa, bukan hanya karena tidak rela kehilangan Rendra. Namun, ia pun merasakan perih sayatan dalam setiap kata Rendra. Seolah kata-kata itu semakin membuatnya sulit melepaskan.Semua kata itu pun, Tessa tahu tidak hanya diucapkan padanya. Melainkan diucapkan pada keempat istri Rendra. Menyakitkan sekali jadi yang kesekian.Melihat Tessa hanya diam terpaku, lekas Rendra dekap wanita berkulit putih bersih itu, menyenderkan kepalanya di dada.Tindakan Rendra semakin membuat Tessa terisak, bahkan tanpa sadar tangisnya membuat Aski terbangun. Tubuh Tessa yang berguncang mengusik tidur bayi tampan itu.Cepat-cepat Tessa melepas pelukan. "Stthh, Sayang ini Mami, Nak. Maaf ya, Sayang.

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Masa Lalu yang Buruk

    Apa yang didengar di telepon waktu itu masih terngiang di telinga Kresna. Suara itu bukan suara Rendra, namun pria lain.Anehnya, suara itu tidak asing bagi Kresna. Tetapi, siapa cowok yang menelepon Wanda dengan embel-embel sayang?"Kak." Suara Tessa berbisik sambil menyenggol lengan Kresna.Kresna mengalihkan pandang dari jejeran rumah-rumah yang seolah mundur. "Hm," sahutnya singkat."Kakak kenapa, sih? Jangan bilang mabok! Dari tadi diem mulu," tanya Tessa heran. Dari awal keberangkatan ke Bogor ini, Kresna memang hanya diam saja. Tessa tidak tahu kenapa dengannya. Dari wajahnya, Tessa kira dia bukan lagi mabok deh. Adem aja mukanya."Nggak apa-apa." Kresna kembali memandangi pemandangan di balik kaca mobil. Seperti biasa, ada rumah-rumah, toko, dan hal lain pada umumnya. Tidak ada yang menarik sebenarnya."Kakak bohong! Apa jangan-jangan Kakak lagi mikir

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Rasa Cinta

    Saat pertama masuk, villa yang Kresna dan Tessa tempati ini memang nyaman sekali. Desainnya mewah dengan dominan kayu.Bangunan yang menampilkan gaya Bohemian ini berwarna dominan cokelat dan hitam yang terkesan elegan. Saat datang dan mobil diparkir di samping villa, aroma sejuklah yang pertama dirasa ketika keluar dari mobil.Masih banyaknya pepohonan hijau menjadi alasan mengapa tempat itu bisa begitu sejuk. Kesejukan itu bisa dirasakan setiap hari, tanpa ada bising kendaraan atau asap polusinya. Sepoi angin mampu membuat diri menjadi tenang.Seperti pagi ini, Kresna tengah memasak di dapur. Letak dapur berdekatan dengan parkiran mobil dan memiliki akses langsung ke taman depan villa."Kakak!" panggil Tessa agak berteriak.Kresna menyemburkan kembali sayur sop yang baru ia coba. Emang nggak ada akhlak cewek satu ini. Kresna sedang mencicipi sop, dia malah dengan santainya pukul pundak. Nyemburkan jadinya."Kakak, kok dibuang? Sayang, kan?

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Alasan Dinikahi

    "Sayang, kan Mas pernah bilang kamu tuh jangan capek-capek. Kamu lagi hamil lho," nasihat Rendra mengelus dahi Kresna.Ibu hamil itu tadi nyaris pingsan karena merasa pusing. Untung saja Kanti turun tangga dan melihat Kresna duduk terkulai di samping tangga.Kini, Kresna sudah dibawa ke kamar. Di sebelahnya Rendra duduk setia mengelus dahinya. Tangan Rendra juga memijit-mijit tangan Kresna yang dingin."Aku cuma pusing, Mas. Kadang itu emang suka terjadi. Pas pusing suka gelap gitu, tadi aja aku enggak tahu ada Mbak Kanti cuma denger suaranya aja," sahut Kresna lemah."Tahu gitu, kamu jangan masak. Biar aku aja yang masak." Kanti masuk membawa nampan berisi semangkuk bubur dan air putih, menaruhnya di atas meja."Makan dulu, kamu pasti belum makan, kan?" lanjut Kanti masih berdiri di samping ranjang.Kresna menoleh, tersenyum lirih. "Makasih, Mbak. Eh, si Tes

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Kedatangan Ibu Mertua

    Perlahan Rendra melepas pelukan. Kedua tangannya menangkup wajah Tessa. Masih tampak kepenasaran di raut wajah istrinya itu."Em, menurut kamu apa?" Rendra tersenyum lalu mengecup kening Tessa.Mata Tessa terpejam, menikmati hangatnya sentuhan bibir Rendra. Tessa sadari Rendra sayang padanya. Lalu, untuk apa pertanyaan Tessa tadi?Lekas Tessa membuka mata, ketika Rendra usai mengecupnya."Kalau Mas nggak sayang sama kamu, nggak mungkin Mas nikahin kamu," tutur Rendra sambil tersenyum."Jadi alasan Mas nikahin aku karena sayang sama aku?" Tatapan polos Tessa membuat Rendra mengacak singkat rambut sang istri."Ya iya lah Mas sayang. Dengerin Mas, Mas nggak suka kamu ngomong gitu. Jangan ngomong gitu lagi, ya? Sekalipun kamu nggak hamil, Mas harus tetep tanggung jawab dan Mas harus tetep nikahin kamu."Senyum Tessa merekah manis. "Makasih, M

Bab terbaru

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Suami yang Mencurigakan

    "Mas, aku capek kayak gini terus!" Tessa mengeluhkan perasaannya yang sudah lama dipendam. Sejak kejadian Rendra yang mencurigakan, semakin banyak kejadian-kejadian aneh yang menurut Tessa tidak wajar. Lelaki itu sering pulang telat, kalau pulang kadang marah-marah. Sering pergi dengan alasan keluar kota. Dua tahun berlalu sejak Rendra mengumumkan istrinya sekarang hanya satu, yaitu Tessa. Namun, bagi Tessa lelaki itu tetap seperti memiliki lebih dari satu istri. Dia tidak punya banyak waktu untuk Tessa. "Mas!" Tessa menghentakkan kaki, menghampiri suaminya yang sedang memakai dasi. "Mas dengerin aku enggak sih?!" "Hm." Rendra tetap fokus memakai dasi. "Mas kenapa sih enggak mau dengerin aku?! Aku bilang ini itu, Mas cuma jawab iya-iya aja, tapi kok Mas enggak melakukan yang aku bilang." "Mas harus apa?" Rendra tampak sedikit geram. Entahlah, suaminya itu kini lebih sering tampak masam, tidak seperti dulu. "Mas ke mana aja? Kenapa sekarang baru pulang? Satu bulan lebih lho, Ma

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Berusaha Menghindar

    "Selamat pagi, Mbak." Senyum manis terbit dari laki-laki berparas tampan. Bukan membalas senyuman Oni, Tessa malah memutar bola mata, menunjukkan sikap yang benar-benar berbeda dari biasanya. "Bapak menyuruh saya untuk mengantar Mbak, katanya Mbak mau ke pasar pagi ini," tutur Oni lembut tanpa sedikitpun curiga dengan sikap Tessa. Belum Tessa menjawab, Rendra yang tiba-tiba keluar dari rumah langsung menimpali. "Iya, Sayang. Mas khawatir kalau kamu belanja sendirian. Biar Oni yang mengantar kamu." Rendra menyentuh bahu Tessa. Perempuan itu menoleh dengan alis bertaut. "Kenapa harus Oni? Kan ada sopir lain?" "Kang Dodi lagi cuti, biar Mas nyetir sendiri, yang penting kamu ada yang nemenin." Tessa diam, dan raut wajahnya yang diamati Rendra, membuat laki-laki itu kebingungan. "Kamu kenapa, Sayang? Lagi berantem sama Oni?" tanya Rendra lembut. "Enggak." Tessa menghela napas. Rasanya gagal untuk dia bisa menjauhi asisten pribadi suaminya itu. "Ya udah." Rendra mengalihkan tatap

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Menjaga Jarak

    Tessa terus tertawa merasakan geli di pinggang karena sang suami yang terus menyentuh area tersebut dengan gelitikan. Sementara Rendra terus melakukan itu tanpa mempedulikan Tessa yang meminta berhenti. Untuk malam pertama mereka, keduanya menginap di hotel tempat mereka mengadakan resepsi. "Mas, udah stop!" pinta Tessa yang tidak diindahkan oleh Rendra. "Enggak," sahut Rendra manja lalu memeluk Tessa, kembali mencubit pinggang sang istri. "Ih, Mas geli." Tessa mau beranjak dari ranjang kalau saja Rendra tidak kembali memeluknya. "Mas ih," seru Tessa kemudian kembali merasakan kegelian karena tingkah Rendra. Dia kembali tertawa kecil. "Kayak belut deh kamu, enggak mau diem," kata Rendra menjawil pipi Tessa. "Abis Masnya enggak mau diem, kan geli." Tessa jadi waspada dengan tangan Rendra yang sudah bersiap mencubitnya lalu. "Hayo-hayo, mau ke mana?" "Mas!" Tessa berusaha mengeluarkan tubuhnya dari kukungan Rendra. "Apa, Sayang?" Rendra melukis senyum lalu mengecup lembut dahi T

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Rahasia

    Oni masih terdiam di balik kemudi. Dia mendapatkan kepercayaan Rendra untuk menjaga sesuatu yang hatinya tidak ingin melakukan itu. Ini tentang perempuan yang dia cintai, namun tidak bisa dia jaga. Laki-laki bermata kecil itu menghembuskan napas lelah. Kenapa bisa seperti ini? Tessa yang seharusnya terluka bukan Oni. "Ayo kita berangkat!" Rendra masuk mobil. "Baik, Pak." Oni manut dan sampai beberapa menit mobil melaju, hatinya masih tidak nyaman mengingat rahasia yang sedang dia simpan bersama dengan sang majikan. "Iya-iya, Sayang. Ini Mas lagi di perjalanan kok." "Iya, Mas langsung ke butiknya." Suara majikannya membuat Oni kembali menghembuskan napas lelah. Bagaimana ini? Rasanya Oni tidak mungkin mengatakan semua rahasia ini pada Tessa. Bisa hilang perkerjaannya. Laki-laki itu ingin mengutuk diri sendiri. Ini masalah majikannya, kenapa harus Oni yang merasakan pusing? Tessa? Siapa Tessa? Perempuan itu adalah istri majikannya. Oni tidak berhak mencampuri urusan rumah tangga

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Perempuan Spesial

    Pelukan hangat sang istri membuat Rendra mengusap sudut mata yang perlahan terasa basah. Dia mengelus lembut kepala perempuan yang lemah itu. "Mas," panggilnya lirih. Rendra lalu menurunkan pandang, melihat perempuan yang mendongkak itu kini jadi bermata sayu. Dia mengulas senyum, lalu kembali memeluk erat. "Mas, jangan pernah tinggalkan aku, ya?" Suaranya lirih dan serak. Rendra tahu kalau perempuan itu menangis. Dengan sigap Rendra kembali memeluknya. "Iya, Sayang. Mas akan selalu ada buat kamu, jangan sedih, ya?" Getaran tubuh perempuan dalam pelukannya semakin menambah perih di hati Rendra. Bagaimana ini? *** Sebelas tahun lalu, jalanan Amerika yang sudah sepi membuat seorang perempuan terpaksa berjalan sendiri malam itu. Di salah satu kota di negara tersebut malam-malam memang tidak seramai dalam film-film Hollywood. Rendra yang saat itu sedang mengendarai mobil menuju apartemen, dia melihat perempuan tersebut. Merasa khawatir karena melihatnya sendirian, Rendra sengaja me

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Meresmikan Pernikahan

    Kresna menyusut air mata yang keluar dari sudut matanya. Perempuan itu baru saja tertawa melihat tingkah si Andi, wartawan menyebalkan itu pergi karena malu. Semuanya pertanyaan berhasil dijawab Oni. Bahkan, saat Aski bangun, bayi itu entah kenapa memanggil Oni papa.Wah, memang betul-betul suatu keajaiban. Kresna senang bisa melihat Tessa kembali tersenyum lagi. Keduanya juga memang merasa lega.Rendra mengambil pisang goreng. "Acting kamu bagus, On," ucapnya lalu memakan pisang goreng."Iya, apalagi pas kamu bilang mau bergaya pas difoto si Andi waktu di supermarket. Aku pengen buang air lho lihat kamu cium Tessa. Tessa kamu kaget, ya, dicium pipi sama Oni, itu mata kayak mau keluar. On, kamu mesum juga ternyata?" Kresna menimpali sambil kembali terkekeh kecil.Oni hanya mengulas senyum malu-malu. Dia bukan sengaja melakukan itu, tapi memang perintah Rendra. Ya, kalau pun Rendra tidak menyuruh, mungkin Oni akan sukarela melakukan

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Istri Asisten Rendra

    Tessa sedikit menerka-nerka orang yang sedang membelakangi Tessa tersebut. Sepertinya kenal, tapi Tessa kenal di mana?"Kakak tunggu di sini aja," pinta Tessa sambil melirik Kresna, "biar aku yang nyamperin dia.""Nanti kalau kamu diapa-apain, gimana?" Kresna tentu merasa khawatir, meski jarak laki-laki itu tidak sampai sepuluh meter dari mereka."Tenang aja, Kak. Deket kok. Kakak bisa teriak kalau aku di apa-apain. Lagian ini masih di depan rumah." Tessa menepuk pelan bahu Kresna.Perempuan di sampingnya pun membentuk bulat jari telunjuk dan jempolnya. "Oke," sahut Kresna pelan.Dari jarak yang sekitar satu meter Kresna mengawasi Tessa yang mendekati laki-laki berkemeja itu."Maaf," kata Tessa membuat laki-laki itu menoleh."Oh, Hallo, Mbak Tessa. Perkenalkan saya Andi wartawan dari televisi GEATv." Laki-laki itu langsung mengulurkan tangan.Dengan canggung Tessa meraihnya, denga

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Istri yang Selingkuh

    "Maaf, Pak Rendra, apa betul anda sudah menceraikan dua istri anda sekaligus?" Di acara konferensi pers yang di selenggarakan pihak Purnama Grup. Rendra betul-betul langsung dicecar masalah pribadinya.Rendra menahan Oni dengan tangannya saat laki-laki itu hendak berbicara. Rendra tahu, pertanyaan ini terlalu sensitif, karena sebetulnya konferensi pers diselenggarakan untuk peluncuran produk baru dari Purnama Grup."Baik, setelah tadi saya menjelaskan tentang produk baru yang kami luncurkan. Saya berharap produk baru ini bisa laris di pasaran. Pun bisa memberi manfaat terutama untuk konsumen dan perusahaan kami. Untuk pertanyaan yang sodara tanyakan kepada saya, saya akan jawab ...."Suara jepretan kamera terdengar, para wartawan bahkan ada yang saling berbisik, seolah gosip-gosip seperti ini memang nikmat untuk diperbincangkan."Saya dan istri-istri saya, hubungan kami baik-baik saja, dan perpisahan yang kami lakukan pun dil

  • Satu Laki-Laki Empat Istri   Pilih Satu Saja

    "Mbak ...." Tessa berujar lirih sambil melihat istri pertama suaminya sedang terbaring lemas di ranjang rumah sakit.Perempuan itu bisa ada di sini karena telah melakukan percobaan bunuh diri. Wanda mencoba menyilet pergelangan tangannya. Untung saja Rendra keburu datang dan melihat sang istri tergolek lemah dengan pergelangan tangan yang mengeluarkan darah.Sementara, di sudut ruangan itu Rendra sedang mengamati pemandangan halaman rumah sakit di balik jendela. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu. Tessa sendiri hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap Wanda. Pucat dan kurus, berbeda sekali dengan Wanda yang sering dia lihat selama ini."Mbak, Mbak harus sehat, ya? Aku kangen lho, kangen lihat Mbak yang selalu cantik." Tessa tidak kuasa menahan tangis melihat perempuan yang terbaring itu hanya bisa menatap kosong.Wanda sudah siuman sejak satu hari dia dirawat di rumah sakit. Baru saja perempuan itu keluar rumah sakit sekaran

DMCA.com Protection Status