Tubuh Senopati Muda dipenuhi oleh banyak luka sayatan, tangan kirinya bahkan tidak bisa digerakan lagi karena terkena tebasan Rawai Tingkis.Namun dia menolak untuk menyerah, dia masih bisa melanjutkan pertarungan ini. Tentu saja Rawai Tingkis juga demikian, remaja itu amat marah setelah melihat tindakan Senopati Muda Janka terhadap para tawanan. Menurutnya, dia tidak bisa dimaafkan lagi. Barulah setelah menghajarnya habis-habisan membuat Rawai Tingkis merasa puas.Ah, meski tidak sampai membunuhnya, tapi memotong dua tangan pria itu tampaknya bukan keputusan yang salah.Setelah beberapa saat, Janka kembali menyerang Rawai Tingkis. Dengan pedangnya, dia berusha untuk mengincar batang leher remaja itu, atau paling tidak bisa menusukan senjata tersebut ke jantung Rawai Tingkis.Namun gerakan remaja itu sangat gesit lagi cepat, sampai saat ini belum ada satu serangan Janka yang mendarat di tubuh Rawai Tingkis.Lalu kali ini.Wush wush wush.Rawai Tingkis melewati tubuh Janka, dengan cepa
Rawai Tingkis meminta agar Senopati Utama tetap tenang, diam di tempatnya seperti penonton, dan tidak melakukan hal bodoh yang akan membuat nyawanya melayang.Di sini, Senopati Muda Janka dapat dipastikan mampu membunuh Senopati Utama setelah menggunakan mutiara emas.Dia tidak tertandingi saat ini bagi orang normal seperti Senopati Utama. Lawan Janka hanyalah satria suci.“Senopati Utama, karena kau telah melihat kekuatanku, maka aku harus membunuh dirimu,” ucap Janka.Dia menderu ke arah Senopati Utama, mengayunkan pedang dengan sangat cepat lagi kuat.Tepat sebelum mata pedang itu mendarat di batang leher Senopati Utama, Rawai Tingkis langsung menyambar tubuhnya.Bocah itu berhasil menyelamatkan Senopati Utama, tapi jika satu detik saja dia gagal, maka hari ini kepala Senopati Utama dan tubuhnya telah terpisah.“Pergilah!” ucap Rawai Tingkis, “Pergilah dari sini!”Senopati Utama tidak perlu menjawab seruan Rawai Tingkis, dengan cepat dia langsung melarikan diri dari tempat tersebut.
Senopati Utama akhirnya kembali mendatangi Rawai Tingkis yang telah menunggu di luar beberapa hari lamanya.“Paling tidak kau membawakan aku makanan, Paman…” Rawai Tingkis harus mencari binatang yang berkeliaran di sini, untuk mengisi perutnya. “Apa yang kau dapatkan?”Senopati Utama kemudian menjelaskan kepada Rawai Tingkis mengenai informasi yang diberikan oleh Janka. Yaitu mengenai Mutiara Emas yang dia dapatkan.Dari penjelasan Janka, ada sebuah pasar gelap yang berada cukup jauh dari kota ini. Pasar itu menjual berbagai macam senjata, dan itu juga menjual Mutiara Emas.Namun menurutnya, Mutiara Emas yang dibeli Janka berasal dari Ilmuan Dunia yang dipasok oleh seorang pria kaya raya dengan pengaruh besar di sebuah kerajaan.Akan sangat sulit untuk masuk ke dalam pasar gelap itu, karena mereka tidak sembarangan menerima para pembeli. Hanya mereka yang memiliki hubungan dengan beberapa orang penting di pasar gelap yang diterima di pasar gelap.Namun Janka menolak untuk memberi tahu
Ronggo adalah teman kecil Rawai Tingkis, dia adalah satu-satunya anak segenerasi dengan Rawai Tingkis yang tidak mengikuti Metode Kuno dalam percobaan di Pulau Tengkorak.Selebihnya, semua anak-anak telah tewas setelah mengikuti percobaan kelas s yang dilakukan oleh ilmuan Indra Pura.Setelah berhasil mendapatkan mutiara emas, dan kemudian dikembangkan oleh para ilmuan, semua anak-anak yang didatangkan ke Pulau Tengkorak telah menjadi mesin pembunuh yang taat pada satu perintah saja. Yaitu perintah Putra Mahkota.Ya, anak-anak ini adalah pasukan utama yang dimiliki oleh Putra Mahkota untuk menggulingkan pemerintahan baru di Kerajaan Indra Pura.Ronggo adalah pemimpin utama mesin pembunuh ini. Sekarang dia sudah cukup dewasa, berusia lebih tua 3 tahun dari Rawai Tingkis.Kekejaman Ronggo dan perasaanya yang dingin, mungkin menjadikan dirinya satu-satunya mesin pembunuh yang paling harus diwaspadai oleh Istana Indra Pura.Dia pula secara khusus mendapatkan lebih banyak mutiara emas berk
Rawai Tingkis menatap para pasukan kuda yang baru saja datang. Jumlah mereka sekitar 2 lusinan, semuanya membawa tombak sebagai senjata utama. Dilihat dari pakaiannya, ini adalah prajurit elit yang bertugas di Istana.“Para Tuan sekalian, kenapa datang di saat kami belum musim panen?” tanya salah satu warga desa.Mata para prajurit tajam seperti elang, menggetarkan tulang belulang warga desa. Salah satu dari mereka turun dari atas kuda, tapi kemudian tatapannya jatuh pada sosok Rawai Tingkis yang masih terikat di tonggak eksekusi.Warga desa menjelaskan jika bocah ini telah mencuri jagung-jagung mereka, jadi sekarang mereka ingin menghukum bocah ini.Hukuman potong tangan tampaknya tidak terlalu buruk, ini akan membuat Rawai Tingkis menjadi jera.“Bawa dia!” ucap prajurit itu, “Dia akan berguna untuk menghadapi musuh!”“Tunggu, akan dibawa kemana diriku?” tanya Rawai Tingkis, “aku bukan budak yang bisa kalian …ah…sial…aku masih lapar.” Rawai Tingkis tampaknya tidak memiliki daya sama
Benar, Prabu Dera sepertinya ingin meniru cara Pangeran Nundra, dengan memanfaatkan pemuda sebagai pasukan garda terdepan.Dia sepertinya ingin menciptakan pemuda yang berani mati untuk melindungi Istana dari para pemberontak. Ini mungkin terdengar seperti mesin pembunuh, hanya saja tanpa menggunakan bantuan mutiara emas.Senopati Kauman bekerja sama dengan para senopati muda yang ada di Istana, untuk menyusun rencana pelatihan bagi anak-anak muda ini.“Kita akan meningkatkan kekuatan pisik mereka!” usul salah satu Senopati Muda. “Mereka harus cukup kuat untuk mengangkat tombak, atau pula pedang.”Umumnya, bobot pedang dan tombak bervariasi, tergantung logam untuk membuatnya, tapi pedang dan tombak di istana ini memang lebih berat dibandingkan dengan senjata yang ada di pasaran.Seorang Empu bernama Lempu beserta seluruh anak buahnya, adalah orang yang berada di belakang pembuatan senjata tersebut.Empu ini sendiri berada di puncak bukit yang berada tidak jauh dari pusat Istana. Keber
Senopati Kauman menatap Rawai Tingkis cukup lama, lalu dia mendekati remaja itu dan bertanya, “apa kau bisa menggunakan pedang?”Rawai Tingkis menggaruk dagunya beberapa kali, lalu tersenyum lebar seraya menganggukan kepala.“Aku bisa-“ bocah itu memperagakan cara menebas, tapi sedetik kemudian dia menatap telapak tangannya dalam-dalam, ada yang salah tampaknya saat ini, “Ahkkkk dimana pedangku?”Remaja itu menyapu pandangan dengan cepat, tapi dia tidak menemukan pedangnya.Bahkan dia mencari di barisan para pemuda, dan masih belum menemukannya di manapun.“Dimana pedangku? Siapa yang membawaku ke sini? Dia pasti telah menyembunyikan pedangku?” Rawai Tingkis menatap wajah-wajah prajurit, tapi tidak ada satupun yang dikenalinya saat ini.“Itu hartaku paling berharga selain kantong menyan, siapa yang mencurinya?”“Tidak ada yang mencuri pedangmu!” bentak Senopati Kauman.“Jangan bohong, aku jika tidak dicuri, kenapa pedangku tidak ada di sini …” Dia menunjuk telapak tangan kanannya ber
Setelah mendapatkan pedangnya, Rawai Tingkis berniat meninggalkan tempat ini, tapi Senopati Kauman memberi perintah kepada seluruh pasukan untuk menghentikan remaja tersebut.“Hoi, apa yang kau lakukan? Kenapa menahanku?!” Rawai Tingkis kembali menatap Senopati Kauman, lalu menatap ratusan prajurit yang telah mengarahkan mata tombak ke arah dirinya. “Apa kau masih belum puas?! Jangan libatkan orang lain jika ingin bertarung, aku akan melayanimu.”“Kau berutang kepadaku,” ucap Senopati Kauman.“Hutang apa, aku tidak memiliki hutang apapun.”“Pertama, kau telah mencuri jagung warga, itu adalah tindakan kriminal, dan kau harus dihukum karena itu, ke dua, kau berhutang banyak makanan kepadaku. Jika aku tidak memberimu makanan, hari ini kau tidak akan sanggup memegang pedang itu lagi.”“Aku akan membayar hutang itu-““Tidak, setiap daging berharga 10 keping emas, dan kau menghabiskan 10 potong daging, belum lagi yang lain.”“Ahkkk, kau ingin memerasku?! Bagaimana bisa sepotong daging berha
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma