Ketika Rawai Tingkis tertidur, Danur Jaya bertanya kepada Prabu Dera tanggapan dirinya selama bersama remaja yang dianggap memiliki potensi untuk menghacnurka Indra Pura itu.Namun di sini, Prabu Dera terlihat bimbang untuk menjawab, mungkin karena dia pernah memutuskan untuk memenjarakan Rawai Tingkis, tapi kemudian remaja itu sekali lagi dengan suka rela berkenan membantu dirinya.“Aku juga merasakan hal yang sama, dulu ketika awal bertemu dengan remaja ini, aku pikir dia adalah monster yang berbaur dengan kita. Namun …” Danur Jaya kemudian menghela nafas panjang, dia tersenyum penuh arti, sebelum kemudian melanjutkan ucapannya, “namun aku merasa dia memang berbeda. Apa Yang Mulia pernah menemuka seorang manusia yang bekerja untuk Indra Pura tanpa bayaran apapun?”Prabu Dera menggelengkan kepalanya.“Aku juga tidak pernah melihatnya …” sambung Danur Jaya. “Rawai Tingkis sangatlah polos, namun demikian dia memiliki ambisi yang besar demi kebaikan dunia ini. Ini terdengar sangat musta
“Ba …bagaimana bisa?” Para Bandit tidak tahu harus berkata apa lagi saat ini, saat melihat Rawai Tingkis dengan mudahnya melepaskan diri dari jebakan yang mereka buat.“Apa yang harus aku lakukan saat ini kepada kalian?” Rawai Tingkis tersenyum mengejek, lalu mencabut pedang beserta sarungnya. Dengan senjata itu, dia mulai bergerak menyerang para bandit.Satu pukulan sarung pedang membuat satu bandit terkapar tak berdaya, kemudian pukulan yang lain berhasil menjtuhkan dua bandit yang lain.“Apa yang kalian lihat!” Pimpinan Bandit membentak anak buahnya yang tercengang melihat kehebatan Rawai Tingkis. “Serang! Serang anak kecil ini, jumlah kita lebih banyak dari dirinya!”Semuanya serentak menyerang dari segala arah, tapi beberapa detik kemudian, mereka semua jatuh terkapar di tanah dengan kepala yang bengkak setelah menerima pukulan sarung pedang.Hanya tersisa pimpinan bandit yang mundur perlahan karena takut. Balum pula Rawai Tingkis mengayunkan serung pedangnya, Pimpinan Bandit lan
Selain dari itu, bukan hanya 4 negara yang diundang ke Bukit Batu, tapi ada banyak orang yang diundang yang berasal dari berbagai kalangan.Semuanya memiliki status yang cukup penting dan tinggi di mata Kerajaan Bukit Batu.Sebelum kedatangan Indra Pura, ada beberapa orang yang berasal dari organisasi-organisasi kecil lainnya, seperti Partai Tuak. Partai Tuak adalah sekumpulan pengusaha minuman yang ada di Bukit Batu.Namun yang menarik dari Partai Tuak, mereka tidak hanya pembisnis minuman tapi juga praktisi bela diri yang cukup hebat.Tentu saja teknik orang mabuk yang mereka miliki adalah ciri khas Partai Tuak.Mereka rupanya diundang di sini, juga karena satu alasan selain dari jamuan acara lahiran cucu sang Raja, yaitu membahas surat undangan dari Kelompok Penjaga Dunia.Ada lagi kelompok-kelompok lain yang diundang di tempat ini, bahkan orang yang dianggap memiliki pengaruh besar di Bukit Batu juga diundang, seperti ahli pengobatan, ahli bangunan dan sebagainya.Nampak jelas per
Daripada menolak tawaran Penjaga Dunia, lalu menjadi musuh mereka, lebih baik menerimanya dan menjadi sekutu mereka.Karena diluar sana, tidak ada yang tahu siapa saja yang telah menjadi sekutu Penjaga Dunia.Jadi pada dasarnya, pertemuan sudah mendapatkan hasil, bahwa Bukit Batu akan menjadi negara yang dipenuhi oleh satria.“Dalam sayembara ini, kita akan melihat kekuatan para Satria dari Bukit Batu, pada dasarnya Sayembara ini adalah pertunjukan bagi satria Bukit Batu.”“Pak Tua,” ucap Rawai Tingkis, kini nada suara remaja itu berubah bmenjadi lebih serius, “apa kau juga seorang Satria?”“Apa kau punya masalah dengan satria?” tanya pria tua itu.“Tidak mungkin kalian tidak mendengarnya, Indra Pura baru-baru ini diserang oleh satria suci …” Danur Jaya yang langsung menjawabnya.“Oh, Maaf kalau begitu …aku tidak tahu, kami tidak dapat beritanya …” sekarang, pak tua Partai Tuak sedikit canggung dengan situasi seperti ini, tapi kemudian dia mengatakan jika Partai Tuak saat ini masih be
“Siapa kau?” prajurit wanita memasang wajah menyeramkan, lebih menyeramkan dari mata pedang.“Berani sekali kau masuk ke dalam kamar pribadi Permaisuri!”“Tangkap orang ini!”“Tu tu tunggu!” Rawai Tingis mengakat tangannya, “ini hanya salah paham, aku tidak sengaja masuk ke sini …maafkan aku. Ah, aku akan keluar!”Prajurit wanita tentu saja tidak akan membiarkan Rawai Tingkis keluar dari kamar ini, kecuali dengan membawa borgol di tangannya.Jadi sekarang mereka mulai menyerang Rawai Tingkis, tapi remaja itu tidak balas menyerang, hanya menghindari serangan demi serangan prajurit wanita.Padahal, prajurit ini berada di level tinggi, dan secara khusus dilatih untuk melindungi Permaisuri, tapi demikian Rawai Tingkis malah bermain bersama mereka.Ini jelas mengejutkan prajurit, juga mengejutkan Permaisuri yang sedang menimang bayinya.Rupanya, sejak tadi sang bayi menangis, tak bisa ditenangkan, meski Permaisuri telah melakukan segala cara.Tangisannya malah semakin keras, setiap kali pr
Pemuda itu adalah Pangeran Gadang Saba, Putra Bungsu Raja Bukit Batu. Melihat ponakannya di gendong oleh remaja asing tak dikenali, Gadang Saba selaku paman bagi Sang Bayi jelas tidak bisa terima.Jadi dia langsung menarik pedang, dan dengan cepat bergerak ke arah Rawa Tingkis.Cukup cepat gerakan Gadang Saba, sampai-sampai Rawai Tingkis tidak sempat melakukan reaksi untuk menghindar. Alhasil, pedang Gadang Saba kini berada di batang leher Rawai Tingkis.“Aku tidak bermaksud mengusik bayi ini …” ucap Rawai Tingkis, masih setengah tersenyum kala ini, “sungguh, kalau tidak percaya tanyakan kepada mereka!”Gadang Saba melirik kakak perempuan dan Ibunya yang berada bersama barisan para prajurit.Dengan suara lantang dia menanyakan alasan mengapa ponakannya berada di tangan Rawai Tingkis.Permaisuri dengan tenang mulai menjelaskan semuanya kepada Gadang Saba, dan barulah pangeran itu berubah menjadi lebih lunak.Dia menarik pedangnya, dan kembali menyimpan senjata itu ke dalam sarung.“Tid
Dia adalah Rawas Kalat, cucu dari Pimpinan Partai Tuak. Sebagai orang pinggiran, Rawas Kalat sangat tidak suka jika prajurit di negara manapun memperlakukan orang lain dengan sewenang-wenang.Sebagai orang kasta rendahan, Rawas Kalat memiliki banyak pengalaman buruk dengan para prajurit.Dulunya, dia memiliki kedua orang tua sebelum Pimpinan Partai Tuak mengadopsinya sebagi cucu.Namun, orang tua Rawas Kalat terbunuh oleh salah satu prajurit, dan sialnya, prajurit itu tidak dijatuhi hukuman saat itu.“Cucu dari Partai Tuak, kau tahu apa yang sedang kau katakana?”“Kenapa? Kalian tidak suka? Masuklah ke dalam sayembara, aku akan melawan kalian semua!” ucap Rawas Kalat.Ucapan itu membuat para prajurit mengangkat alisnya, tapi kemudian Rawas Kalat kembali melemparkan kalimat yang membuat mereka terdiam, “atau, kalian ingin bertarung denganku saat ini juga?”Senyum datar muncul di bibir Rawas Kalat, dan dia kini berharap ada salah satu dari prajurit yang menerima tantangannya, tapi tidak
Beberapa orang bertanya kenapa mereka dikumpulkan saat ini, padahal matahari belum nampak di ufuk timur.Namun seorang pria yang ditunjuk sebagai salah satu petugas pelaksana sayembara itu menjelaskan, jika mereka harus pergi menuju sebuah wilayah yang telah ditentukan.Butuh waktu satu jam untuk pergi ke tempat tersebut, dan sayangnya, dia tidak memberi tahu dimana tempat itu berada.“Siapa yang tiba di tempat itu, maka dia berhak mengikuti sayembara ini,” ucap petugas tersebut.“Eh, bukankah itu artinya sayembara sudah dimulai?” timpal salah satu peserta yang lain.“Semua orang bebas mengikuti sayembara ini, tapi tidak semua orang layak mengikutinya. Tiket untuk mengikuti sayembara, telah ditentukan. Temukan tempat itu, dan kalian bisa mengikutinya!”Dalam hal seperti ini, orang yang paling pusing; Rawai Tingkis. Dia tidak bisa membaca peta, tidak tahu arah, apa lagi tanpa pedoman matahari.Jika sebuah tempat yang sudah ditentukan saja tidak bisa dia temukan, lalu bagaimana dengan t
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma