Rawas Kalat masih sangat kuat, sampai masih bisa memberikan pukulan kepada Danur Jaya.Namun, tiga kali pukulannya terakhir mulai melemah. Beberapa orang mungkin tidak menyadari hal ini, karena prilaku Rawas Kalat tidak berbeda. Masih terhuyung-huyung sebagaimana orang yang sedang mabuk.Hanya saja, Rawai Tingkis dan Ketua Partai Tuak menyadari situasi yang dialami Rawas Kalat.“Apa yang terjadi dengan Rawas Kalat?” Ketua Partai Tuak bergumam kecil, suaranya tidak terlalu terdengar oleh orang lain, apa lagi oleh Raja Bukit Batu yang berharap terhadap potensi Rawas Kalat.Sementara itu, Rawai Tingkis malah tersenyum penuh arti. Bukan sehari dua hari dia bertemu dengan Danur Jaya, jadi sudah cukup paham dengan teknik yang dimiliki panglima pemanah tersebut.Memang sangat amat sulit bagi petarung dengan seni memanah menghadapi petarung jarak dekat seperti Rawas Kalat.Sayangnya, Danur Jaya memiliki banyak cara untuk menjatuhkan lawannya, dan racun adalah salah satu dari sedikit cara yan
Rawai Tingkis tidak bisa menahan emosinya saat ini, dan entah kenapa rasa amarahnya tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.Dalam waktu bersamaan pula, mendadak ada getaran aneh di dalam tubuh Rawai Tingkis.Energi yang tidak bisa dijelaskan oleh kata, tapi dapat dirasakan oleh Rawai Tingkis.Ketua Partai Tuak mulanya tidak merasakan kekuatan aneh yang mulai menggumpal dan memadat di tubuh Rawai Tingkis.Namun ketika, pak tua itu berniat melangkah maju mendekati remaja tersebut, mendadak …Goarrr…Ada gelombang energi tak kasat mata yang menyebar luas dari tubuh Rawai Tingkis, seperti gelembung yang meletup dan melepaskan gelombang kejut ke segala arah.Dalam radius lima depa dari tubuh Rawai Tingkis, terjadi retakan halus di arena pertandingan.Bahkan rokok yang digunakan oleh Senopati Utama yang memimpin jalannya sayembara ini seketika langsung pandam.Berkeringat dinginlah semua orang yang merasakan energi tersebut, tidak terkecuali Ketua Partai Tuak dan Senopati Utama alias wasit.
“Sebenarnya,” ucap Danur Jaya, “Rawai Tingkis adalah Satria Roh Suci, jelas berbeda dengan Satria Suci.”“Apa maksudmu, aku tidak pernah mendengar istilah tersebut?” timpal salah satu raja.“Satria Suci menggunakan mutiara emas sebagai sumber kekuatannya, tapi Satria Roh Suci adalah jelmaan roh suci itu sendiri dalam wujud manusia.”“Kami tidak mengerti.”“Indra Pura adalah kerajaan kuno, memiliki sejarah panjang bersama roh suci, mahluk yang dianggap sebagai monster. Di ujung Indra Pura, ada sebuah pulau yang dijadikan penjara bagi Roh Suci. Aku tidak bisa mengatakan apakah roh suci itu yang terakhir hidup, atau masih banyak penjara lain atau bahkan sebenarnya masih ada roh suci yang hidup di dunia ini, tapi …” Raja Indra Pura alias Prabu Dera menarik nafasnya dalam-dalam sebelum kembali menjelaskan, “Huhh …Beberapa tahu yang lalu, orang-orang gila berusaha mengambil kekuatan roh suci dengan metode pembedahan, yaitu menggunakan darah mereka lalu dimasukan ke dalam tubuh manusia. Namu
Pria tua itu adalah Langit Hitam, dan cucunya yaitu Selasih yang bernama Putri Intan Kumala.Melihat Putri Intan Kumala yang telah dikenalnya sejak lama berada di tempat ini bersama dengan seorang pria tua tak dikenali, Rawai Tingkis langsung mencercanya dengan banyak pertanyaan.Cukup sulit untuk menjelaskan situasai saat ini kepada orang bodoh seperti Rawai Tingkis, tapi pada akhirnya remaja itu paham dengan ucapan Putri Intan Kumala.“Jadi …selama ini kau bukan berasal dari Desa Air Tenam …?” Rawai Tingkis menggaruk kepalanya beberapa kali, merasa heran dengan identitas asli Putri Intan Kumala. “Jadi Selasih …ehmm maksudku, Putri Intan Kumala, sial namamu panjang sekali, ah …aku lupa, kenapa kau ada di sini?”Putri Intan Kumala menjelaskan tujuan mereka berdua, yaitu untuk pergi ke sebuah tempat bernama Padepokan Surya.Dari penuturan Putri Intan Kumala, tempat tersebut terletak sangat jauh, dan memakan waktu beberapa minggu lamanya.Sayangnya saat ini, mereka kehabisan air dan mak
Setelah badai mereda, Rawai Tingkis dan Bangsawan Indra Pura memutuskan untuk melanjutkan kembali perjalanan.Rawai Tingkis dan Kakek Tua Langit Hitam akhirnya berpisah, tapi sebelum perpisahan itu terjadi, Kakek Tua Langit Hitam menyerahkan secarik kertas kepada Rawai Tingkis, dan satu koin perunggu.Di dalam kertas tersebut berisi peta menuju Padepokan Surya, dan koin perunggu merupakan tiket masuk menuju Padepokan.Setelah pertemuan dengan Langit Hitam, Rawai Tingkis kini memiliki satu tujuan yang jelas.Dia akan datang ke Padepokan Surya, dan mempelajari kekuatan manusia yang dikatakan oleh Langit Hitam.Kekuatan yang mampu mengendalikan Roh Suci, dan bukan hanya itu, kekuatan yang dimaksud tampaknya lebih dari sekedar kekuatan pisik.Ada satu kalimat yang membuat Rawai Tingkis tertarik, ‘Kekuatan Manusia lebih dari yang diduga, dengan kekuatan itu, kau bisa mengalahkan satria tanpa harus menjadi satria.’Namun saat tiba di Istana Indra Pura, rupanya telah terjadi kerisuhan yang d
Saat ini, di tangan Rawai Tingkis, Pedang Gading Cempaka bergetar pelan, sebelum kemudian kembali tenang dan diam seolah anak kecil.Kala tangan kanan Empu Lanar pergi, Rawai Tingkis membuka pedangnya kembali, lalu menebas daun yang ada di sekitar tempat tersebut.Namun, daun bahkan tidak terpotong dan tergores oleh pedang tersebut.Kala Rawai Tingkis menggunakan keinginan membunuh, barulah pedang mampu memotong daun tersebut.Artinya, selama Rawai Tingkis tidak ingin membunuh orang lain, pedang itu akan menjadi sangat tumpul.Ini membuat Rawai Tingkis benar-benar terkagum oleh pedangnya. Dia meminta pedang yang hanya bisa menebas Satria Suci, tapi Empu Lanar tahu betul bahwa pedang tidak hanya digunakan untuk membunuh satria suci.Pedang bisa digunakan untuk segala kondisi, bahkan untuk memotong pohon dan batu.Jadi, Empu Lanar dengan darah Rawai Tingkis di dalam pedang tersebut, menciptakan pedang berdasarkan keinginan Rawai Tingkis.Semakin kuat keinginan membunuh dari Rawai Tingki
Nyaris satu bulan lamanya dalam perjalanan, menemukan banyak rintangan halangan dan hambatan.Liku-liku dan masalah mereka berdua hadapi, walaupun kadang kala terlibat dalam pertengkaran, tapi pada akhirnya kedua orang itu berhasil tiba di Padepokan Surya.Bagaimana tidak, tempat ini sangatlah asing, tersembunyi, dan sangat sulit untuk ditemukan.Jika bukan karena peta yang diserahkan kepada Rawai Tingkis, maka mustahil bagi mereka untuk menemukan tempat tersebut.Seingat Danur Jaya, mereka menyeberangi 9 sungai besar, 9 pegunungan, dan entah berapa ratus kota.Namun wajarlah saja, karena tempat ini berada di dalam gunung. Sebuah gunung yang tidak berkawah, dimana puncak dari gunung itu menjulang ke langit, tertutup awan putih.Untuk masuk ke dalam gunung tersebut, mereka harus mencari pintu rahasia.Setengah hari lamanya, pintu rahasia akhirnya berhasil di temukan, setelah Rawai Tingkis menjulurkan lidah karena kelaparan dan kehausan.Koin perunggu dikeluarkan dari dalam saku baju, k
Kini Rawai Tingkis berada di tingkat perunggu, dia diletakan di arah timur dari kota tersembunyi ini, alias Padepokan Surya.Jangan salah, meskipun mereka di dalam gunung, tapi … tidak sama dengan sebuah goa raksasa.Matahari masih akan terlihat selama tiga jam setiap harinya, kala pukul 11 sampai pukul 2 siang.Jika dari atas awan, tempat ini akan terlihat di dalam kawah sebuah gunung raksasa, dimana tidak ada cairan belerang ataupun kawah berapi di dalam gunung itu, melainkan digantikan dengan sebuah kota.Namun, karena posisi puncak gunung selalu diselimuti oleh awan gelap, maka seolah gunung itu masih aktif.Tempat ini didesain oleh arsitektur terbaik yang dimiliki oleh dunia ini, menjadikan tempat itu aman dari genangan air yang menghujaninya.Tidak akan mungkin ada orang yang menemukan tempat ini, kecuali mereka memiliki alat untuk terbang ke angkasa, sayangnya di era ini alat semacam itu mustahil ditemukan.Selain itu, anggota Padepokan Surya tidak mungkin keluar dari tempat in