Share

Keadilan?

Rawas Kalat masih mencoba menghindari serangan tersebut dengan sebaik mungkin, tapi anak panah yang terlalu kuat dan cepat akhirnya sekali lagi menggores tubuh Rawas Kalat.

Luka kali lumayan besar, sampai Rawas Kalat meringis karena perihnya anak panah tersebut.

Beruntung tidak menancap dan hanya menggores.

“Senopati memang hebat,” ucap Rawas Kalat, “Tapi jika hanya melepaskan anak panah saja, bagiku terlalu biasa. Apa kau bisa menghadapiku dengan ini …”

Rawas Kalat mengeluarkan satu kendi labu berukuran kecil. Di dalam kendi itu, ada minuman keras yang tidak lain adalah tuak terbaik di Partai Tuak.

“Rawas Kalat! Apa yang ingin kau lakukan?” tanya Ketua Partai Tuak, kala melihat tindakan cucunya.

Namun Rawas Kalat tidak peduli dengan ucapan Sang Kakek, dia tetap meneguk tuak terbaiknya.

Beberapa saat kemudian, belum ada tanda-tanda berbeda dari Rawas Kalat, atau efek dari penggunaan tuak itu, tapi setelah dua atau tiga tarikan nafas panjang, kini tubuh Rawas Kalat mulai memerah.

Wajah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status