Anes semakin panik. Dengan tubuh yang gemetar, Anes memalingkan wajahnya ke belakang.
“Mau ke mana kamu?”Seorang laki-laki sedang menatap heran kepada Anes saat melihat wajah Anes yang panik dan pucat.“Pak Azka? Syukurlah. Saya kira dia,” Jawab Anes, sedikit lega karena ternyata dia adalah Azka. Kepala bagian HRD.. Walaupun tak urung dia memperhatikan sekeliling. Takut Kean mengejarnya.“Dia? Dia siapa?” Azka bingung dan penasaran.Anes hendak menjawab. Namun dari arah kejauhan dia melihat sosok yang dibenci dan ditakuti sedang berjalan menuju ke arahnya dengan wajah dinginnya dan tatapan menusuknya. Dia adalah Keandra. Laki-laki yang tadi ditendang nya.“Bukan siapa-siapa. Maaf Pak, saya pergi,” Pamit Anes. Tidak peduli dengan pertanyaan Azka. Buru-buru mengeluarkan kunci mobil dari tasnya yang kebetulan sudah ketemu.Anes memasukkan kunci ke lubang yang ada di pintu mobil. Tangannya terlihat masih gemetar dengan wajah yang kembali pucat.“Nes! Sebenarnya kamu mau ke mana? Kenapa wajahmu terlihat pucat begitu? Apa kamu sedang dikejar seseorang? Dia yang kamu maksud itu siapa?” Rentetan pertanyaan dilontarkan Azka. Tangannya sampai memegang tangan Anes.“Le_lepaskan saya, Pak Azka! Saya mau pulang,” pinta Anes, semakin panik. Karena jarak Kean sudah semakin dekat dengan mereka. Mengibaskan tangan Azka dengan kasar hingga terlepasWalau dengan panik, akhirnya Anes bisa membuka pintu mobil. Di bukanya pintu itu.“Maaf, Pak. Saya benar-benar harus pergi,” pamit Anes. Segera masuk ke mobil. Membanting pintu mobil. Menyalakan mesinnya. Dan langsung kabur dari tempat itu. Tidak peduli dengan teriakan Azka yang memanggilnya.“Nes! Anes! Tunggu! Kamu kenapa?”Azka ingin mengejar mobil Anes. Namun itu tidak mungkin. Maka yang dilakukannya hanya berdiri memandang mobil Anes dengan tatapan bingung.Tidak berapa lama mobil Anes menghilang pandangan. Kini Azka harus di hadapkan lagi dengan kebingungan lainnya yaitu saat melihat Keandra yang datang menuju mobilnya dengan tergesa-gesa.Tadinya Azka ingin bertanya. Namun dia urungkan saat melihat aura dinginnya yang terpancar dari wajah Kean. Dua hanya memandang saja tanpa mau menyapa.Seorang sopir keluar dari mobil Keandra. menyongsong kedatangan pemiliknya."Hendrik! Cepat masuk mobil! Kamu kejar mobil perempuan jalang yang baru saja pergi!" perintah Keandra sebelum sang sopir bicara.“Baik Tuan," jawab sopir. Mengangguk mengerti. Segera membukakan pintu untuk bosnya. setelahnya dia berlari memutari mobil menuju pintu yang ada kemudinya. Kemudian dia masuk ke dalam. Mobil Rolls-Royce silver itu langsung melesat meninggalkan basement. Untuk menuju gerbang. Ingin mengikuti mobil Anes tadi.Beruntung Anes tadi melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Untung juga jalanan sedang sepi. Sehingga memudahkannya menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sementara mobil Keandra terpaksa berhenti dulu di gerbang. Sebab di saat bersamaan pula, ada mobil yang melintas di depan gerbang. Sehingga dengan terpaksa sopir menghentikan dulu laju mobilnya. Menunggu mobil tersebut lewat.“Cepat! Jangan sampai kita kehilangan jejak dia!” teriak Kean, kesal.Tak lama mobil di depan pintu berlalu. Sang sopir segera melajukan kembali mobilnya. Keluar dari pintu gerbang perusahaan ayahnya.“Soal! Kita kehilangan jejak wanita sialan itu!” teriak Kean lagi. Saat dia sudah tidak mendapati mobil Anes. Ternyata tidak jauh dari gerbang perusahaan, ada jalan pertigaan. Kean yakin mobil Anes memilih salah satu jalur yang ada.“Kita mau belok ka mana, Tuan?” tanya sopir. “Kiri atau kanan?”“Kita cari saja dulu ke sebelah kanan. Setelah itu, baru sebelah kiri.”Sopir mengangguk. Dia pun membelokkan mobilnya ke sebelah kanan. Mobil Rolls-Royce kembali melesat. Mencari target buruannya.Namun sudah lumayan jauh, mereka belum juga melihat tanda-tanda adanya mobil Anes.“Jadi bagaimana, Tuan? Apa kita kembali ke jalan tadi atau kita terus mengikuti jalan ini?” tanya sang sopir.“Tidak perlu. Kita pulang saja ke kantorku. Biar nanti pengawal ku saja yang mencari keberadaan wanita itu,” jawab Kean, frustasi.Akhirnya mobil Rolls-Royce milik Kean meneruskan perjalanannya menuju kantornya yang arah jalannya memang ke sana. Laki-laki itu menyudahi pengajarannya.Lalu kemana sebenarnya Anes.Saat baru keluar dari gerbang. Gadis itu memacu mobilnya. Di arah pertigaan, Anes juga belok ke kanan. Sama seperti jalur yang dipilih Kean tadi. Walaupun sebenarnya apartemennya tempat dia tinggal harusnya belok ke sebelah kiri.Namun di tengah perjalanan. Anes membelokkan mobilnya ke salah satu gedung perusahaan yang tak jauh dari perusahaannya. Dia masukkan ke mobilnya ke basement perusahaan lain. Ikut berjejer dengan mobil-mobil lainnya.Dengan jantung yang masih berdegup kencang akibat rasa takut yang di alaminya tadi, Anes mematikan mesin mobilnya. Kemudian beristirahat sambil menetralkan denyut jantungnya. Untuk sementara dia ingin bersembunyi dari kejaran laki-laki berengsek yang dia yakin pasti mengejar dirinya.Anes masih terus bersembunyi di mobil. Hingga tiga jam berlalu. Dia baru berani keluar dari basement dan kembali ke jalan.Walau jantungnya masih belum sepenuhnya normal, Anes cukup lega karena tidak menemukan mobil Keandra. Aneska pun pergi ke jalan tadi. Dan pulang ke apartemennya.“Untung saja aku bisa lepas dari laki-laki berengsek itu,” gumamnya perlahan. Dia baru saja keluar dari mobilnya sehabis di Parkirkan. Kemudian berjalan menuju apartemennya.Anes menghempaskan tubuhnya ke atas kasur kamar apartemennya. Dia baru saja pulang setelah menyelamatkan diri dari pengejaran Kean. Matanya menatap kosong langit-langit kamar. Tubuhnya bergetar. Menahan kesakitan di hatinya. Saat bayangan itu kembali terlintas. Bayangan kelam yang ditorehkan laki-laki jelmaan iblis bernama Keandra. Yang merupakan anak dari kakak iparnya, Arsen Sagara. Tanpa terasa air matanya mengalir. Membayangkan bagaimana masa depan yang akan dilaluinya nanti. Jeffan Ajendra. Tiba-tiba wajah pemilik nama itu terlintas di pikiran Anes. Nama laki-laki yang telah mengisi hatinya selama tiga tahun terakhir ini. Dialah Jeffan Ajendra. Kekasih Anes yang telah resmi menjadi tunangannya. Enam bulan lagi Jeffan berniat menikahi Anes. Setelah pulang dari London. Selesai menamatkan S2nya. Hati Anes kembali berdesir hebat. Kebingungan melanda dirinya. Apa yang harus dia katakan pada kekasihnya tentang tragedi itu. Apa yang akan terjadi di malam pertama jika pernikahan i
Dengan mata yang masih mengantuk, Anes terpaksa bangun sangat pagi. Turun dari kasurnya ingin segera ke kamar mandi. Ingin segera membersihkan tubuhnya agar segera pergi ke kantor sebelum karyawan lainnya datang. Kalau saja dia tidak sedang ada rencana, malas rasanya dia harus pergi ke kantor. Apalagi perginya sampai pagi-pagi sekali. Dia masih ingin tidur setelah semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan Jeffan, kekasihnya. dan dia baru bisa tidur jam dua pagi. Hari ini Anes berencana mengundurkan diri dari kantor Sagara. Mengingat perusahaan itu kini dipimpin dan dikuasai makhluk jelmaan iblis yang menakutkan dan sangat dibencinya. siapa lagi kalau bukan Keandra Sagara. "Aku harus tiba di kantor sebelum semua orang datang. Aku juga akan membuat surat pengunduran diriku serta menyimpannya secara diam-diam di meja Pak Azka," gumam Anes, memikirkan rencananya. "Aku harus bisa keluar dari kantor sebelum si manusia iblis itu tiba duluan. Aku tidak ingin bertemu dia lagi. Bahkan sam
“Lepaskan aku! Kalian siapa?”Anes berteriak di malam yang sepi. Baru saja ia keluar dari kantornya dan bermaksud ke basement di mana mobilnya di parkirkan ketika tiba-tiba ada yang menyergapnya dari belakang.Gadis itu berusaha berontak. Namun, tenaganya tidak bisa mengalahkan tenaga si penyergap, apalagi ketika sapu tangan yang telah diberi obat bius ditekankan ke indra penciumannya, membuat Anes berangsur lemas.Tidak lama berselang, pandangannya menjadi gelap. Kesadarannya mulai menghilang.“Sama seperti fotonya, gadis ini lumayan cantik,” komentar salah seorang penyergap nya yang sempat didengar Anes sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.Ketika Anes membuka matanya, sekelilingnya tampak asing. Ketakutan mulai menguasainya ketika kesadarannya berangsur terkumpul, mengingat apa yang terjadi padanya di basement beberapa saat yang lalu.‘Aku diculik!?’ pikirnya panik. Ia berusaha menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi gagal. Kedua tangannya terikat ke tempat tidur, begitu p
Mata Anes terlihat sembab. Dia masih tidak mengerti. Dosa apa yang dia perbuat sampai membuatnya terkurung tak berdaya di tempat seperti ini.‘Seharusnya aku tidak keluar waktu itu. Bagaimana kalau kekasihku mengira aku sudah kabur karena aku tidak datang di acara terpentingnya kemarin.’Ingin Anes menangis sekali lagi. Tapi rasanya air mata itu sudah kering. Badan gadis itu mulai terasa pegal. Terlebih tangannya yang masih terikat erat. Begitupun kedua kakinya. Dia hanya bisa berbaring di ranjang beralaskan rotan. Tak ada kehangatan dan kenyamanan di sana.Udara juga begitu pengap serta dingin menyergap seiring dengan malam yang makin larut. Pandangan Anes hanya bisa sebatas ruangan yang remang. Serta dinding berlumut juga lembab.Ini hari ke-tiga. Ya, hari ketiga Anes disekap oleh orang yang tak dia kenal. Bahkan motif penyekapan pun belum bisa Anes pahami.‘Queena? Pria itu menyebutku Queena. Tapi apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa dia begitu marah. Begitu menunjukkan kebencianny
Di sebuah kelab malam. Keandra memasuki ruangan VVIP kelab itu. Tempat dia biasa menghabiskan waktu senggangnya setelah seharian penuh berkutat dengan pekerjaannya. Sebelum dia pulang ke mansion mewahnya.Kean duduk bersandar di kursi. Satu tangannya dia rentangkan di atas sandaran kursi di sisi tubuhnya dengan kepala yang mendongak ke atas. Sedangkan tangan lainnya sibuk melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.Keandra sedang merenung. Memikirkan perempuan yang kini sedang disekapnya yang dia yakini adalah selingkuhan ayahnya. Tadinya Keandra merasa aneh. Sudah tiga hari dia menyekap wanita itu. Dan ini malam keempat, tapi ayahnya belum juga terdengar ribut mencari wanita itu. Namun saat mendengar kabar kabar dari anak buah yang ditugaskan menyelidiki keadaan kantor Arsen, katanya sang ayah sedang pergi keluar negeri lima hari yang lalu. Itu artinya Arsen pergi dia hari sebelum Anes disekap. “Sial!” Terdengar umpatan dari mulut Keandra. Dia kesal dengan laporan yang dibe
Satu jam sudah Anes berada di kamar mandi. Membiarkan air shower menimpa kepala dan seluruh tubuhnya yang masih memakai baju lengkap. Dia ingin membersihkan tubuh yang terasa kotor dari jejak-jejak laki-laki tak dikenal yang telah menyentuh paksa dirinya. Walau kulitnya sudah memutih dan keriput, dia membiarkan saja air shower itu menimpanya. Bahkan jika sampai mati kedinginan pun, dia tidak peduli. Tangis tanpa suara, pecah sejak tadi. Air matanya terus mengalir bersama air dari shower. Sesekali tangannya mengepal. Menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Kejadian yang baru saja dialaminya, betul-betul tidak diduganya. Sesekali dia berteriak dengan tubuh bergetar. Ingin meluapkan rasa sakit yang ada. “Kenapa semua ini harus terjadi padaku! Kenapa aku bertemu dengan iblis berkedok manusia seperti dia?!!!” teriaknya di sela-sela gemercik air shower. Bugh bugh! Kembali Anes memukul dadanya yang terasa sesak. Kebencian dan ketakutan sedang melingkupi hatinya. Manakala mengingat k
Pagi ini Anes sudah rapih. Bersiap ingin pergi ke kantor. Terhitung sudah lima hari dia tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas. Kalau perusahaan itu bukan milik kakak iparnya, Arsen Sagara. Sudah pasti dia akan dipecat dari perusahaan. Anes memang sudah lima hari tidak masuk kerja. Tiga hari pertama karena ia disekap oleh Kiandra. Sedangkan dua hari selanjutnya, dia masih trauma dengan penculikan itu. Anes mengurung diri di apartemennya selama dua hari. ingin menenangkan diri. Sekarang setelah hatinya cukup tenang, dia baru berani pergi ke kantor lagi. Tidak mungkin dia terus libur dari kerjanya. Mentang-mentang dia adik ipar pemilik perusahaan. ***“Selamat pagi, Anes. Yang baru pulang healing. Asyiknya.” Erika, sahabat Vanya satu kantor langsung menyambut kedatangan Anes. Memeluk erat sahabat satu-satunya di kantor itu. Tempat dirinya berkeluh kesah selama ini. Terutama tentang kesedihannya karena penyakit yang diderita kakaknya saat ini. “Healing?” Anes mengerutkan keningny
"Kau?" Keandra kaget. Tidak menyangka Anes yang dimaksud Azka adalah Anes yang itu. Wanita yang pernah disekap nya selama dua hari tiga malam. Sedangkan Anes. gadis itu melengos. Membuang tatapannya ke arah lain saat tanpa sengaja beradu tatap dengan Keandra. Anes yang sudah menduganya dari suaranya tadi, tidak ingin membalas tatapan Keandra yang dingin dan tajam menusuk. "Anda sudah mengenal Anes sebelumnya, Tuan?" tanya Azka, mengerutkan dahinya melihat siluet wajah Keandra saat bertatapan dengan Anes. Tersadar dari terpaku nya, Keandra segera menguasai keadaan. "Tidak. Aku tidak mengenalnya. Bahkan bertemu pun baru sekarang," bantah Keandra, bohong. 'Hh! Dasar pembohong! bagaimana dia bisa bilang kalau kami baru bertemu sekarang? Padahal dia sudah meninggalkan noda di tubuhku yang takkan pernah bisa terhapus selamanya.' batin Anes, diam-diam mendengkus kesal. "Oh. Saya pikir Anda mengenal Anes," ucap Azka, menganggukkan kepalanya. Kemudian, "Anes! Kamu boleh kembali bekerja,"
Dengan mata yang masih mengantuk, Anes terpaksa bangun sangat pagi. Turun dari kasurnya ingin segera ke kamar mandi. Ingin segera membersihkan tubuhnya agar segera pergi ke kantor sebelum karyawan lainnya datang. Kalau saja dia tidak sedang ada rencana, malas rasanya dia harus pergi ke kantor. Apalagi perginya sampai pagi-pagi sekali. Dia masih ingin tidur setelah semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan Jeffan, kekasihnya. dan dia baru bisa tidur jam dua pagi. Hari ini Anes berencana mengundurkan diri dari kantor Sagara. Mengingat perusahaan itu kini dipimpin dan dikuasai makhluk jelmaan iblis yang menakutkan dan sangat dibencinya. siapa lagi kalau bukan Keandra Sagara. "Aku harus tiba di kantor sebelum semua orang datang. Aku juga akan membuat surat pengunduran diriku serta menyimpannya secara diam-diam di meja Pak Azka," gumam Anes, memikirkan rencananya. "Aku harus bisa keluar dari kantor sebelum si manusia iblis itu tiba duluan. Aku tidak ingin bertemu dia lagi. Bahkan sam
Anes menghempaskan tubuhnya ke atas kasur kamar apartemennya. Dia baru saja pulang setelah menyelamatkan diri dari pengejaran Kean. Matanya menatap kosong langit-langit kamar. Tubuhnya bergetar. Menahan kesakitan di hatinya. Saat bayangan itu kembali terlintas. Bayangan kelam yang ditorehkan laki-laki jelmaan iblis bernama Keandra. Yang merupakan anak dari kakak iparnya, Arsen Sagara. Tanpa terasa air matanya mengalir. Membayangkan bagaimana masa depan yang akan dilaluinya nanti. Jeffan Ajendra. Tiba-tiba wajah pemilik nama itu terlintas di pikiran Anes. Nama laki-laki yang telah mengisi hatinya selama tiga tahun terakhir ini. Dialah Jeffan Ajendra. Kekasih Anes yang telah resmi menjadi tunangannya. Enam bulan lagi Jeffan berniat menikahi Anes. Setelah pulang dari London. Selesai menamatkan S2nya. Hati Anes kembali berdesir hebat. Kebingungan melanda dirinya. Apa yang harus dia katakan pada kekasihnya tentang tragedi itu. Apa yang akan terjadi di malam pertama jika pernikahan i
Anes semakin panik. Dengan tubuh yang gemetar, Anes memalingkan wajahnya ke belakang. “Mau ke mana kamu?”Seorang laki-laki sedang menatap heran kepada Anes saat melihat wajah Anes yang panik dan pucat. “Pak Azka? Syukurlah. Saya kira dia,” Jawab Anes, sedikit lega karena ternyata dia adalah Azka. Kepala bagian HRD.. Walaupun tak urung dia memperhatikan sekeliling. Takut Kean mengejarnya. “Dia? Dia siapa?” Azka bingung dan penasaran. Anes hendak menjawab. Namun dari arah kejauhan dia melihat sosok yang dibenci dan ditakuti sedang berjalan menuju ke arahnya dengan wajah dinginnya dan tatapan menusuknya. Dia adalah Keandra. Laki-laki yang tadi ditendang nya. “Bukan siapa-siapa. Maaf Pak, saya pergi,” Pamit Anes. Tidak peduli dengan pertanyaan Azka. Buru-buru mengeluarkan kunci mobil dari tasnya yang kebetulan sudah ketemu. Anes memasukkan kunci ke lubang yang ada di pintu mobil. Tangannya terlihat masih gemetar dengan wajah yang kembali pucat. “Nes! Sebenarnya kamu mau ke mana? K
"Kau?" Keandra kaget. Tidak menyangka Anes yang dimaksud Azka adalah Anes yang itu. Wanita yang pernah disekap nya selama dua hari tiga malam. Sedangkan Anes. gadis itu melengos. Membuang tatapannya ke arah lain saat tanpa sengaja beradu tatap dengan Keandra. Anes yang sudah menduganya dari suaranya tadi, tidak ingin membalas tatapan Keandra yang dingin dan tajam menusuk. "Anda sudah mengenal Anes sebelumnya, Tuan?" tanya Azka, mengerutkan dahinya melihat siluet wajah Keandra saat bertatapan dengan Anes. Tersadar dari terpaku nya, Keandra segera menguasai keadaan. "Tidak. Aku tidak mengenalnya. Bahkan bertemu pun baru sekarang," bantah Keandra, bohong. 'Hh! Dasar pembohong! bagaimana dia bisa bilang kalau kami baru bertemu sekarang? Padahal dia sudah meninggalkan noda di tubuhku yang takkan pernah bisa terhapus selamanya.' batin Anes, diam-diam mendengkus kesal. "Oh. Saya pikir Anda mengenal Anes," ucap Azka, menganggukkan kepalanya. Kemudian, "Anes! Kamu boleh kembali bekerja,"
Pagi ini Anes sudah rapih. Bersiap ingin pergi ke kantor. Terhitung sudah lima hari dia tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas. Kalau perusahaan itu bukan milik kakak iparnya, Arsen Sagara. Sudah pasti dia akan dipecat dari perusahaan. Anes memang sudah lima hari tidak masuk kerja. Tiga hari pertama karena ia disekap oleh Kiandra. Sedangkan dua hari selanjutnya, dia masih trauma dengan penculikan itu. Anes mengurung diri di apartemennya selama dua hari. ingin menenangkan diri. Sekarang setelah hatinya cukup tenang, dia baru berani pergi ke kantor lagi. Tidak mungkin dia terus libur dari kerjanya. Mentang-mentang dia adik ipar pemilik perusahaan. ***“Selamat pagi, Anes. Yang baru pulang healing. Asyiknya.” Erika, sahabat Vanya satu kantor langsung menyambut kedatangan Anes. Memeluk erat sahabat satu-satunya di kantor itu. Tempat dirinya berkeluh kesah selama ini. Terutama tentang kesedihannya karena penyakit yang diderita kakaknya saat ini. “Healing?” Anes mengerutkan keningny
Satu jam sudah Anes berada di kamar mandi. Membiarkan air shower menimpa kepala dan seluruh tubuhnya yang masih memakai baju lengkap. Dia ingin membersihkan tubuh yang terasa kotor dari jejak-jejak laki-laki tak dikenal yang telah menyentuh paksa dirinya. Walau kulitnya sudah memutih dan keriput, dia membiarkan saja air shower itu menimpanya. Bahkan jika sampai mati kedinginan pun, dia tidak peduli. Tangis tanpa suara, pecah sejak tadi. Air matanya terus mengalir bersama air dari shower. Sesekali tangannya mengepal. Menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Kejadian yang baru saja dialaminya, betul-betul tidak diduganya. Sesekali dia berteriak dengan tubuh bergetar. Ingin meluapkan rasa sakit yang ada. “Kenapa semua ini harus terjadi padaku! Kenapa aku bertemu dengan iblis berkedok manusia seperti dia?!!!” teriaknya di sela-sela gemercik air shower. Bugh bugh! Kembali Anes memukul dadanya yang terasa sesak. Kebencian dan ketakutan sedang melingkupi hatinya. Manakala mengingat k
Di sebuah kelab malam. Keandra memasuki ruangan VVIP kelab itu. Tempat dia biasa menghabiskan waktu senggangnya setelah seharian penuh berkutat dengan pekerjaannya. Sebelum dia pulang ke mansion mewahnya.Kean duduk bersandar di kursi. Satu tangannya dia rentangkan di atas sandaran kursi di sisi tubuhnya dengan kepala yang mendongak ke atas. Sedangkan tangan lainnya sibuk melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.Keandra sedang merenung. Memikirkan perempuan yang kini sedang disekapnya yang dia yakini adalah selingkuhan ayahnya. Tadinya Keandra merasa aneh. Sudah tiga hari dia menyekap wanita itu. Dan ini malam keempat, tapi ayahnya belum juga terdengar ribut mencari wanita itu. Namun saat mendengar kabar kabar dari anak buah yang ditugaskan menyelidiki keadaan kantor Arsen, katanya sang ayah sedang pergi keluar negeri lima hari yang lalu. Itu artinya Arsen pergi dia hari sebelum Anes disekap. “Sial!” Terdengar umpatan dari mulut Keandra. Dia kesal dengan laporan yang dibe
Mata Anes terlihat sembab. Dia masih tidak mengerti. Dosa apa yang dia perbuat sampai membuatnya terkurung tak berdaya di tempat seperti ini.‘Seharusnya aku tidak keluar waktu itu. Bagaimana kalau kekasihku mengira aku sudah kabur karena aku tidak datang di acara terpentingnya kemarin.’Ingin Anes menangis sekali lagi. Tapi rasanya air mata itu sudah kering. Badan gadis itu mulai terasa pegal. Terlebih tangannya yang masih terikat erat. Begitupun kedua kakinya. Dia hanya bisa berbaring di ranjang beralaskan rotan. Tak ada kehangatan dan kenyamanan di sana.Udara juga begitu pengap serta dingin menyergap seiring dengan malam yang makin larut. Pandangan Anes hanya bisa sebatas ruangan yang remang. Serta dinding berlumut juga lembab.Ini hari ke-tiga. Ya, hari ketiga Anes disekap oleh orang yang tak dia kenal. Bahkan motif penyekapan pun belum bisa Anes pahami.‘Queena? Pria itu menyebutku Queena. Tapi apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa dia begitu marah. Begitu menunjukkan kebencianny
“Lepaskan aku! Kalian siapa?”Anes berteriak di malam yang sepi. Baru saja ia keluar dari kantornya dan bermaksud ke basement di mana mobilnya di parkirkan ketika tiba-tiba ada yang menyergapnya dari belakang.Gadis itu berusaha berontak. Namun, tenaganya tidak bisa mengalahkan tenaga si penyergap, apalagi ketika sapu tangan yang telah diberi obat bius ditekankan ke indra penciumannya, membuat Anes berangsur lemas.Tidak lama berselang, pandangannya menjadi gelap. Kesadarannya mulai menghilang.“Sama seperti fotonya, gadis ini lumayan cantik,” komentar salah seorang penyergap nya yang sempat didengar Anes sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.Ketika Anes membuka matanya, sekelilingnya tampak asing. Ketakutan mulai menguasainya ketika kesadarannya berangsur terkumpul, mengingat apa yang terjadi padanya di basement beberapa saat yang lalu.‘Aku diculik!?’ pikirnya panik. Ia berusaha menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi gagal. Kedua tangannya terikat ke tempat tidur, begitu p