"Kau?" Keandra kaget. Tidak menyangka Anes yang dimaksud Azka adalah Anes yang itu. Wanita yang pernah disekap nya selama dua hari tiga malam.
Sedangkan Anes. gadis itu melengos. Membuang tatapannya ke arah lain saat tanpa sengaja beradu tatap dengan Keandra. Anes yang sudah menduganya dari suaranya tadi, tidak ingin membalas tatapan Keandra yang dingin dan tajam menusuk."Anda sudah mengenal Anes sebelumnya, Tuan?" tanya Azka, mengerutkan dahinya melihat siluet wajah Keandra saat bertatapan dengan Anes.Tersadar dari terpaku nya, Keandra segera menguasai keadaan. "Tidak. Aku tidak mengenalnya. Bahkan bertemu pun baru sekarang," bantah Keandra, bohong.'Hh! Dasar pembohong! bagaimana dia bisa bilang kalau kami baru bertemu sekarang? Padahal dia sudah meninggalkan noda di tubuhku yang takkan pernah bisa terhapus selamanya.' batin Anes, diam-diam mendengkus kesal."Oh. Saya pikir Anda mengenal Anes," ucap Azka, menganggukkan kepalanya. Kemudian, "Anes! Kamu boleh kembali bekerja," perintah Azka."Baik Pak." Anes menurut. Langsung duduk kembali di kursinya."Mari Tuan Kean. Kota ke ruangan Anda sekarang," ajak Azka."Hm." Keandra mengangguk. Lalu keduanya pergi dari meja Anes. Menuju ruangan Arsen, ayah Keandra sekaligus kakak ipar Anes.Anes masih diam di tempatnya. Tidak berani melihat kepergian Keandra. Gadis itu merasa frustasi. Menurutnya dunia ini terasa sempit karena harus bertemu kembali sosok yang telah merenggut kehormatannya. Memporak-porandakan jiwanya.'Sial sekali nasibku. Apa benar dia akan memimpin perusahaan, menggantikan Kak Arsen? Kalau benar, itu artinya aku harus bertemu dengannya setiap hari. Dan itu artinya aku harus segera resign dari kantor ini. Aku tidak Sudi bertemu laki-laki bajingan seperti dia,' batin Anes, sepeninggal Keandra. Tanpa sadar tangannya mengepal erat di atas meja. Sedangkan tubuhnya kembali bergetar saat mengingat malam kelam itu. wajahnya juga terlihat pucat. Di balik kemarahannya, ternyata Anes menyimpan trauma yang mendalam atas kejadian malam itu.***"Bisa kamu bawa data beberapa karyawan di kantor ini?" pinta Keandra saat dirinya sudah duduk di kursi yang biasa Arsen duduki. Wajahnya terlihat dingin dan kaku. persis seperti ayahnya saat berhadapan dengan para karyawan."Bisa Tuan. Anda ingin data karyawan di bagian apa?""Karyawan magang. Aku ingin data mereka," jawab Kean, datar."Hah. karyawan magang?" Azka ingin meyakinkan pendengarannya."Hm.""Tapi untuk apa Tuan? untuk apa Tuan ingin mengetahui karyawan magang?" tanya Azka yang sudah yakin dengan pendengarannya yang tidak salah.Keandra tidak menjawab. Hanya menatap tajam kepada Azka. Seolah berkata kalau Azka tidak usah ikut campur dengan apa yang dilakukannya.Azka sampai merinding melihat tatapan dingin Keandra. Dia mengerti kalau saat ini juga doa harus segera kabur dari ruangan itu."Baiklah, Tuan. Saya mengerti. Saya akan membawakan data yang Anda inginkan, segera," pamit Azka. Segera pergi meninggalkan ruangan Keandra."Sialan. Aku sampai lupa gadis itu diculik dari tempat basement tempat ini. Tentu saja doa pasti ada di kantor ini," gumam Keandra. "Tapi siapa dia sebenarnya? Kenapa anak buahku lama sekali menyelidiki asal usul dia?" lanjut Keandra. kesal dengan anak buahnya yang belum juga memberikan laporan tentang siapa Anes sebenarnya.Sekarang Keandra sedang menunggu Azka. ingin segera memeriksa data tentang Anes.***Sore hari. Semua karyawan kantor satu persatu sudah keluar dari bangunan megah itu. Sudah waktunya jam kantor selesai. Termasuk Erika. Sahabat Anes itu sudah sejak tadi pulang. Tidak menunggu Anes dulu yang sedang menyelesaikan pekerjaannya yang belum beres. Padahal biasanya dia menunggu Anes selesai. Tapi hari ini sahabat Anes itu sedang buru-buru.Akhirnya Anes selesai juga mengerjakan tugasnya. Diapun segera membereskan semuanya. Dia ingin cepat pulang. Agar perasaan tenang.Sejak tadi dia bekerja dengan hati yang berdebar. Takut dengan keberadaan Keandra di kantornya.Setelah selesai, Anes segera beranjak pergi menuju lift. Berharap tidak bertemu dengan laki-laki berengsek yang sedang berusaha dihindarinya.Anes berdiri di depan lift khusus petinggi perusahaan. Statusnya yang adik ipar dari pemilik perusahaan, Arsen Sagara. Membuatnya bebas menggunakan lift manapun. Termasuk lift khusus para petinggi.Pintu lift akhirnya terbuka. Anes masuk ke dalamnya. Anes memencet tombol satu. Tempat dimana lobby kantor berada. Pintu lift pun mulai tertutup perlahan. Ingin membawa penghuninya turun ke lantai bawah.Namun ternyata lift itu tidak langsung turun ke bawah. Tapi malah ke atas. Ke lantai puncak. Sepertinya ada yang memencet tombolnya dari lantai atas terlebih dahulu sebelum Anes memencetnya tadi.Hingga,Ting!Lift akhirnya berhenti saat tujuan sudah sampai. Pintu lift mulai terbuka perlahan. Anes segera beranjak. Hendak keluar dari lift. Menyangka sudah berada di lobby kantor. Dia tidak sadar kalau saat ini sedang ada di lantai puncak bangunan itu. Tempat dimana orang yang pertama memencet lift.Namun sayang. Sebelum Anes melaksanakan niatnya, mendadak aura hitam menyelimuti ruangan lift. Bayangan seseorang, pemilik aura hitam itu sedang berdiri di pintu lift yang terbuka. Menghalangi Dea keluar dari lift.Keandra Mahardika Sagara. Sang pemilik aura hitam itu tersenyum smirk ke arah Anes. Dengan tatapan yang tajam menghunus seperti biasanya.Tubuh Anes seketika bergetar hebat. Rasa trauma yang ditinggalkan laki-laki itu masih melekat di dirinya. Seketika ketakutan menghiasi wajahnya.Anes ingin melangkah keluar dari dalam lift. Tidak peduli Kean yang sedang berdiri di hadapannya. Pokoknya dia harus pergi dari sana. Pergi dari bahaya. Menghindar dari pria berengsek yang telah merenggut kehormatannya.Namun kakinya terasa seperti dipaku ke lantai. Tidak bisa bergerak sama sekali. Bahkan untuk sekedar menggeser kakinya sekalipun. Saat ini dia malah berdiri tak bergeming dengan tubuh yang benar-benar gemetar dengan keringat dingin yang mulai mengucur.Apalagi saat pemilik aura hitam itu masuk ke dalam lift. Berdiri di depannya, Semakin membuat Anes sukar menggerakkan tubuhnya. Hanya menatap Keandra penuh ketakutan dan terluka.“Halo. Akhirnya kita bertemu kembali?” sapa pria itu. Dengan senyum smirk yang tak luput dari bibirnya.Tatapan tajam ke netra Anes, langsung menembus jantung gadis itu. Membuatnya semakin tidak bisa menggerakkan badannya. Diam terpaku di tempat. Dengan wajah yang pias dan tubuh yang terus gemetar."Pe_pergi!" pinta Anes, terbata. Meminta Keandra pergi dari lift yang sama dengannya. Benar-benar takut berada di ruangan kecil bersama manusia jelmaan iblis."Pergi? Tentu saja. Tapi nanti. setelah sampai," jawab Keandra, tenang. Bersandar di dinding lift dekat pintu.Anes tidak bicara lagi. Masih terdiam. Menunggu lift segera berhenti di tempat yang dia inginkan yaitu lobby. Anes berharap segera keluar dari lift.Hingga lift itu benar-benar berhenti dan pintu mulai terbuka.Anes masih diam. berharap Kean duluan keluar dari lift.Namun ternyata laki-laki itu tidak juga pergi. Masih bersandar di dekat pintu lift. Malah dengan seenaknya doa menekan tombol menutup. Hingga pintu lift kembali menutup.Anes tersentak kaget. Dengan segenap keberanian yang mencoba dikumpulkannya, dia melangkah melewati Kean sebelum pintu lift benar-benar tertutup.Sayangnya Keandra tidak membiarkan Anes pergi. Dia meraih tangan Anes."Mau kemana kamu?" tanya Keandra dengan suara datarnya.“A_aku mau pulang.” Walau gugup, akhirnya Anes berhasil menjawab.“Pulang? Ck.. Ck.. Padahal sudah aku peringatkan sebelumnya. Jangan pernah menampakkan wajahmu di hadapanku, jika tidak ingin kesialan menghampirimu,” ucap Kean, dingin. Tangannya langsung mencengkeram dagu Anes. Sedangkan wajah dinginnya dia dekatkan ke telinga Anes.“Tapi kamu masih saja bandel. Jadi jangan salahkan aku, kalau akhirnya aku kembali mengulang kejadian malam itu,” Bisiknya di telinga Anes.Selesai bicara. Tangannya langsung mendorong tubuh Anes ke belakang. Hingga dengan terpaksa gadis itu mundur ke belakang. Hanya dua langkah. Sebab punggungnya sudah menyentuh dinding berlapis kaca yang ada di lift tersebut.Tidak sampai di situ. Tangan kekar Kean diletakkan di kedua sisi kepala Anes. Dengan tubuh yang menghimpit gadis malang itu. Membuat pergerakannya terkunci oleh tubuh Deva.“Le_lepas! A_aku mau pu_pulang,” lirih Anes, menatap penuh permohonan. Air mata sudah mengalir membasahi pipinya yang mulus. Sementara tubuh itu terus bergetar ketakutan.Namun bukannya menjauhkan tubuhnya dari Anes, Kean malah semakin memepet tubuh itu. Membuat gadis itu sedikit kesusahan dalam bernafas.“Melepasmu? Boleh. Tapi setelah ini,” jawab Kean, tersenyum licik.Tanpa aba-aba, Kean melahap bibir Anes yang bergetar. Menghisap bibir itu secara brutal. Seolah ingin melahap habis bibir mungil di hadapannya sampai tidak tersisa.Sekuat tenaga Anes berontak. Namun tenaganya tidak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki Kean. Hingga Anes akhirnya menyerah. Membiarkan Kean melakukan apa yang dimauinya.Merasa Anes sudah tidak lagi memberontak, Kean pun melepaskan pagutannya. Merenggangkan sedikit tubuhnya. Menyisakan sedikit jarak diantara mereka. Hingga dadanya dan dada Anes tidak lagi terlalu menempel.Kean menghisap oksigen yang hampir habis akibat serangannya di bibir Anes. Sementara ibu jarinya menyentuh bibir Anes yang ranum.“Bibirmu manis, Jalang! Apalagi tubuhmu. Nikmat. Sayangnya kamu sok jual mahal padaku. Kamu baru mau menyerahkan tubuhmu kalau aku paksa.”Kean mengusap bibir Anes lagi dengan jarinya. Kali ini tidak ada kekasaran dalam usapannya. Matanya pun menatap sayu bibir Anes yang basah akibat salivanya. Ingin kembali mengecup bibir itu.Anes masih diam. Membiarkan saja apa yang akan dilakukan Kean lagi. Hanya matanya yang menatap penuh kebencian wajah berengsek di depannya.Wajah Kean kian mendekat. Ingin kembali memagut bibir Anes. Hanya tinggal lima senti lagi bibir Kean bertemu dengan bibir, ketika tiba-tiba,Bugh!Anes memukulkan keningnya sekuat tenaga ke kening Kean. Tidak peduli kepalanya yang akan pening. Anes melakukan itu. Membuat tubuh Kean mundur tanpa sadar sambil memegang keningnya yang berdenyut nyeri.Tidak sampai di situ. Melihat Kean yang mundur ke belakang dalam keadaan lengah, kaki Anes beraksi. Satu kakinya mengangkat ke atas.Bugh!Kaki Anes menendang keras tubuh bagian bawah milik Kean. Tubuh Kean yang paling sensitif. Yang telah mengoyak kehormatan Anes.Kaget dan nyeri menyerang tubuh Kean. Laki-laki itu langsung melolong kesakitan sambil memegang tubuh intinya.“Shit! Dasar jalang sialan. Kamu ingin merusak masa depanku?” teriaknya. Menggema di ruangan lift yang kecil.Kedua tangan Kean yang tadinya memegang kepala, kali ini memegang aset berharganya. Tubuhnya membungkuk. Menikmati kesakitan yang kini dirasakannya.Anes tidak menyia-nyiakan kesempatan. Gadis itu segera memencet tombol buka di samping pintu hingga lift pun terbuka. Dia pun segera kabur dari cengkeraman Kean.Berlari menuju pintu keluar. Itu yang dilakukan Anes agar bisa terlepas dari Kean. Tidak peduli dengan pandangan mata beberapa orang yang masih ada di lobby. Yang menatap aneh kepadanya.Sesampainya di luar, dia langsung pergi ke basement. Tempat dimana mobilnya di parkir.Dengan nafas yang terengah-engah, Anes sampai di mobilnya. Tangannya yang bergetar, berusaha merogoh tas punggungnya. Hendak mencari kunci mobilnya.Karena panik, Anes tidak langsung menemukan kunci itu. Anes terus berusaha mencari kunci mobilnya. Berpacu dengan waktu.Di tengah kepanikan nya mencari kunci, tiba-tiba sebuah tangan menepuknya dari belakang.Anes semakin panik. Dengan tubuh yang gemetar, Anes memalingkan wajahnya ke belakang.“Mau ke mana kamu?”Anes semakin panik. Dengan tubuh yang gemetar, Anes memalingkan wajahnya ke belakang. “Mau ke mana kamu?”Seorang laki-laki sedang menatap heran kepada Anes saat melihat wajah Anes yang panik dan pucat. “Pak Azka? Syukurlah. Saya kira dia,” Jawab Anes, sedikit lega karena ternyata dia adalah Azka. Kepala bagian HRD.. Walaupun tak urung dia memperhatikan sekeliling. Takut Kean mengejarnya. “Dia? Dia siapa?” Azka bingung dan penasaran. Anes hendak menjawab. Namun dari arah kejauhan dia melihat sosok yang dibenci dan ditakuti sedang berjalan menuju ke arahnya dengan wajah dinginnya dan tatapan menusuknya. Dia adalah Keandra. Laki-laki yang tadi ditendang nya. “Bukan siapa-siapa. Maaf Pak, saya pergi,” Pamit Anes. Tidak peduli dengan pertanyaan Azka. Buru-buru mengeluarkan kunci mobil dari tasnya yang kebetulan sudah ketemu. Anes memasukkan kunci ke lubang yang ada di pintu mobil. Tangannya terlihat masih gemetar dengan wajah yang kembali pucat. “Nes! Sebenarnya kamu mau ke mana? K
Anes menghempaskan tubuhnya ke atas kasur kamar apartemennya. Dia baru saja pulang setelah menyelamatkan diri dari pengejaran Kean. Matanya menatap kosong langit-langit kamar. Tubuhnya bergetar. Menahan kesakitan di hatinya. Saat bayangan itu kembali terlintas. Bayangan kelam yang ditorehkan laki-laki jelmaan iblis bernama Keandra. Yang merupakan anak dari kakak iparnya, Arsen Sagara. Tanpa terasa air matanya mengalir. Membayangkan bagaimana masa depan yang akan dilaluinya nanti. Jeffan Ajendra. Tiba-tiba wajah pemilik nama itu terlintas di pikiran Anes. Nama laki-laki yang telah mengisi hatinya selama tiga tahun terakhir ini. Dialah Jeffan Ajendra. Kekasih Anes yang telah resmi menjadi tunangannya. Enam bulan lagi Jeffan berniat menikahi Anes. Setelah pulang dari London. Selesai menamatkan S2nya. Hati Anes kembali berdesir hebat. Kebingungan melanda dirinya. Apa yang harus dia katakan pada kekasihnya tentang tragedi itu. Apa yang akan terjadi di malam pertama jika pernikahan i
Dengan mata yang masih mengantuk, Anes terpaksa bangun sangat pagi. Turun dari kasurnya ingin segera ke kamar mandi. Ingin segera membersihkan tubuhnya agar segera pergi ke kantor sebelum karyawan lainnya datang. Kalau saja dia tidak sedang ada rencana, malas rasanya dia harus pergi ke kantor. Apalagi perginya sampai pagi-pagi sekali. Dia masih ingin tidur setelah semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan Jeffan, kekasihnya. dan dia baru bisa tidur jam dua pagi. Hari ini Anes berencana mengundurkan diri dari kantor Sagara. Mengingat perusahaan itu kini dipimpin dan dikuasai makhluk jelmaan iblis yang menakutkan dan sangat dibencinya. siapa lagi kalau bukan Keandra Sagara. "Aku harus tiba di kantor sebelum semua orang datang. Aku juga akan membuat surat pengunduran diriku serta menyimpannya secara diam-diam di meja Pak Azka," gumam Anes, memikirkan rencananya. "Aku harus bisa keluar dari kantor sebelum si manusia iblis itu tiba duluan. Aku tidak ingin bertemu dia lagi. Bahkan sam
“Lepaskan aku! Kalian siapa?”Anes berteriak di malam yang sepi. Baru saja ia keluar dari kantornya dan bermaksud ke basement di mana mobilnya di parkirkan ketika tiba-tiba ada yang menyergapnya dari belakang.Gadis itu berusaha berontak. Namun, tenaganya tidak bisa mengalahkan tenaga si penyergap, apalagi ketika sapu tangan yang telah diberi obat bius ditekankan ke indra penciumannya, membuat Anes berangsur lemas.Tidak lama berselang, pandangannya menjadi gelap. Kesadarannya mulai menghilang.“Sama seperti fotonya, gadis ini lumayan cantik,” komentar salah seorang penyergap nya yang sempat didengar Anes sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.Ketika Anes membuka matanya, sekelilingnya tampak asing. Ketakutan mulai menguasainya ketika kesadarannya berangsur terkumpul, mengingat apa yang terjadi padanya di basement beberapa saat yang lalu.‘Aku diculik!?’ pikirnya panik. Ia berusaha menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi gagal. Kedua tangannya terikat ke tempat tidur, begitu p
Mata Anes terlihat sembab. Dia masih tidak mengerti. Dosa apa yang dia perbuat sampai membuatnya terkurung tak berdaya di tempat seperti ini.‘Seharusnya aku tidak keluar waktu itu. Bagaimana kalau kekasihku mengira aku sudah kabur karena aku tidak datang di acara terpentingnya kemarin.’Ingin Anes menangis sekali lagi. Tapi rasanya air mata itu sudah kering. Badan gadis itu mulai terasa pegal. Terlebih tangannya yang masih terikat erat. Begitupun kedua kakinya. Dia hanya bisa berbaring di ranjang beralaskan rotan. Tak ada kehangatan dan kenyamanan di sana.Udara juga begitu pengap serta dingin menyergap seiring dengan malam yang makin larut. Pandangan Anes hanya bisa sebatas ruangan yang remang. Serta dinding berlumut juga lembab.Ini hari ke-tiga. Ya, hari ketiga Anes disekap oleh orang yang tak dia kenal. Bahkan motif penyekapan pun belum bisa Anes pahami.‘Queena? Pria itu menyebutku Queena. Tapi apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa dia begitu marah. Begitu menunjukkan kebencianny
Di sebuah kelab malam. Keandra memasuki ruangan VVIP kelab itu. Tempat dia biasa menghabiskan waktu senggangnya setelah seharian penuh berkutat dengan pekerjaannya. Sebelum dia pulang ke mansion mewahnya.Kean duduk bersandar di kursi. Satu tangannya dia rentangkan di atas sandaran kursi di sisi tubuhnya dengan kepala yang mendongak ke atas. Sedangkan tangan lainnya sibuk melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.Keandra sedang merenung. Memikirkan perempuan yang kini sedang disekapnya yang dia yakini adalah selingkuhan ayahnya. Tadinya Keandra merasa aneh. Sudah tiga hari dia menyekap wanita itu. Dan ini malam keempat, tapi ayahnya belum juga terdengar ribut mencari wanita itu. Namun saat mendengar kabar kabar dari anak buah yang ditugaskan menyelidiki keadaan kantor Arsen, katanya sang ayah sedang pergi keluar negeri lima hari yang lalu. Itu artinya Arsen pergi dia hari sebelum Anes disekap. “Sial!” Terdengar umpatan dari mulut Keandra. Dia kesal dengan laporan yang dibe
Satu jam sudah Anes berada di kamar mandi. Membiarkan air shower menimpa kepala dan seluruh tubuhnya yang masih memakai baju lengkap. Dia ingin membersihkan tubuh yang terasa kotor dari jejak-jejak laki-laki tak dikenal yang telah menyentuh paksa dirinya. Walau kulitnya sudah memutih dan keriput, dia membiarkan saja air shower itu menimpanya. Bahkan jika sampai mati kedinginan pun, dia tidak peduli. Tangis tanpa suara, pecah sejak tadi. Air matanya terus mengalir bersama air dari shower. Sesekali tangannya mengepal. Menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Kejadian yang baru saja dialaminya, betul-betul tidak diduganya. Sesekali dia berteriak dengan tubuh bergetar. Ingin meluapkan rasa sakit yang ada. “Kenapa semua ini harus terjadi padaku! Kenapa aku bertemu dengan iblis berkedok manusia seperti dia?!!!” teriaknya di sela-sela gemercik air shower. Bugh bugh! Kembali Anes memukul dadanya yang terasa sesak. Kebencian dan ketakutan sedang melingkupi hatinya. Manakala mengingat k
Pagi ini Anes sudah rapih. Bersiap ingin pergi ke kantor. Terhitung sudah lima hari dia tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas. Kalau perusahaan itu bukan milik kakak iparnya, Arsen Sagara. Sudah pasti dia akan dipecat dari perusahaan. Anes memang sudah lima hari tidak masuk kerja. Tiga hari pertama karena ia disekap oleh Kiandra. Sedangkan dua hari selanjutnya, dia masih trauma dengan penculikan itu. Anes mengurung diri di apartemennya selama dua hari. ingin menenangkan diri. Sekarang setelah hatinya cukup tenang, dia baru berani pergi ke kantor lagi. Tidak mungkin dia terus libur dari kerjanya. Mentang-mentang dia adik ipar pemilik perusahaan. ***“Selamat pagi, Anes. Yang baru pulang healing. Asyiknya.” Erika, sahabat Vanya satu kantor langsung menyambut kedatangan Anes. Memeluk erat sahabat satu-satunya di kantor itu. Tempat dirinya berkeluh kesah selama ini. Terutama tentang kesedihannya karena penyakit yang diderita kakaknya saat ini. “Healing?” Anes mengerutkan keningny
Dengan mata yang masih mengantuk, Anes terpaksa bangun sangat pagi. Turun dari kasurnya ingin segera ke kamar mandi. Ingin segera membersihkan tubuhnya agar segera pergi ke kantor sebelum karyawan lainnya datang. Kalau saja dia tidak sedang ada rencana, malas rasanya dia harus pergi ke kantor. Apalagi perginya sampai pagi-pagi sekali. Dia masih ingin tidur setelah semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan Jeffan, kekasihnya. dan dia baru bisa tidur jam dua pagi. Hari ini Anes berencana mengundurkan diri dari kantor Sagara. Mengingat perusahaan itu kini dipimpin dan dikuasai makhluk jelmaan iblis yang menakutkan dan sangat dibencinya. siapa lagi kalau bukan Keandra Sagara. "Aku harus tiba di kantor sebelum semua orang datang. Aku juga akan membuat surat pengunduran diriku serta menyimpannya secara diam-diam di meja Pak Azka," gumam Anes, memikirkan rencananya. "Aku harus bisa keluar dari kantor sebelum si manusia iblis itu tiba duluan. Aku tidak ingin bertemu dia lagi. Bahkan sam
Anes menghempaskan tubuhnya ke atas kasur kamar apartemennya. Dia baru saja pulang setelah menyelamatkan diri dari pengejaran Kean. Matanya menatap kosong langit-langit kamar. Tubuhnya bergetar. Menahan kesakitan di hatinya. Saat bayangan itu kembali terlintas. Bayangan kelam yang ditorehkan laki-laki jelmaan iblis bernama Keandra. Yang merupakan anak dari kakak iparnya, Arsen Sagara. Tanpa terasa air matanya mengalir. Membayangkan bagaimana masa depan yang akan dilaluinya nanti. Jeffan Ajendra. Tiba-tiba wajah pemilik nama itu terlintas di pikiran Anes. Nama laki-laki yang telah mengisi hatinya selama tiga tahun terakhir ini. Dialah Jeffan Ajendra. Kekasih Anes yang telah resmi menjadi tunangannya. Enam bulan lagi Jeffan berniat menikahi Anes. Setelah pulang dari London. Selesai menamatkan S2nya. Hati Anes kembali berdesir hebat. Kebingungan melanda dirinya. Apa yang harus dia katakan pada kekasihnya tentang tragedi itu. Apa yang akan terjadi di malam pertama jika pernikahan i
Anes semakin panik. Dengan tubuh yang gemetar, Anes memalingkan wajahnya ke belakang. “Mau ke mana kamu?”Seorang laki-laki sedang menatap heran kepada Anes saat melihat wajah Anes yang panik dan pucat. “Pak Azka? Syukurlah. Saya kira dia,” Jawab Anes, sedikit lega karena ternyata dia adalah Azka. Kepala bagian HRD.. Walaupun tak urung dia memperhatikan sekeliling. Takut Kean mengejarnya. “Dia? Dia siapa?” Azka bingung dan penasaran. Anes hendak menjawab. Namun dari arah kejauhan dia melihat sosok yang dibenci dan ditakuti sedang berjalan menuju ke arahnya dengan wajah dinginnya dan tatapan menusuknya. Dia adalah Keandra. Laki-laki yang tadi ditendang nya. “Bukan siapa-siapa. Maaf Pak, saya pergi,” Pamit Anes. Tidak peduli dengan pertanyaan Azka. Buru-buru mengeluarkan kunci mobil dari tasnya yang kebetulan sudah ketemu. Anes memasukkan kunci ke lubang yang ada di pintu mobil. Tangannya terlihat masih gemetar dengan wajah yang kembali pucat. “Nes! Sebenarnya kamu mau ke mana? K
"Kau?" Keandra kaget. Tidak menyangka Anes yang dimaksud Azka adalah Anes yang itu. Wanita yang pernah disekap nya selama dua hari tiga malam. Sedangkan Anes. gadis itu melengos. Membuang tatapannya ke arah lain saat tanpa sengaja beradu tatap dengan Keandra. Anes yang sudah menduganya dari suaranya tadi, tidak ingin membalas tatapan Keandra yang dingin dan tajam menusuk. "Anda sudah mengenal Anes sebelumnya, Tuan?" tanya Azka, mengerutkan dahinya melihat siluet wajah Keandra saat bertatapan dengan Anes. Tersadar dari terpaku nya, Keandra segera menguasai keadaan. "Tidak. Aku tidak mengenalnya. Bahkan bertemu pun baru sekarang," bantah Keandra, bohong. 'Hh! Dasar pembohong! bagaimana dia bisa bilang kalau kami baru bertemu sekarang? Padahal dia sudah meninggalkan noda di tubuhku yang takkan pernah bisa terhapus selamanya.' batin Anes, diam-diam mendengkus kesal. "Oh. Saya pikir Anda mengenal Anes," ucap Azka, menganggukkan kepalanya. Kemudian, "Anes! Kamu boleh kembali bekerja,"
Pagi ini Anes sudah rapih. Bersiap ingin pergi ke kantor. Terhitung sudah lima hari dia tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas. Kalau perusahaan itu bukan milik kakak iparnya, Arsen Sagara. Sudah pasti dia akan dipecat dari perusahaan. Anes memang sudah lima hari tidak masuk kerja. Tiga hari pertama karena ia disekap oleh Kiandra. Sedangkan dua hari selanjutnya, dia masih trauma dengan penculikan itu. Anes mengurung diri di apartemennya selama dua hari. ingin menenangkan diri. Sekarang setelah hatinya cukup tenang, dia baru berani pergi ke kantor lagi. Tidak mungkin dia terus libur dari kerjanya. Mentang-mentang dia adik ipar pemilik perusahaan. ***“Selamat pagi, Anes. Yang baru pulang healing. Asyiknya.” Erika, sahabat Vanya satu kantor langsung menyambut kedatangan Anes. Memeluk erat sahabat satu-satunya di kantor itu. Tempat dirinya berkeluh kesah selama ini. Terutama tentang kesedihannya karena penyakit yang diderita kakaknya saat ini. “Healing?” Anes mengerutkan keningny
Satu jam sudah Anes berada di kamar mandi. Membiarkan air shower menimpa kepala dan seluruh tubuhnya yang masih memakai baju lengkap. Dia ingin membersihkan tubuh yang terasa kotor dari jejak-jejak laki-laki tak dikenal yang telah menyentuh paksa dirinya. Walau kulitnya sudah memutih dan keriput, dia membiarkan saja air shower itu menimpanya. Bahkan jika sampai mati kedinginan pun, dia tidak peduli. Tangis tanpa suara, pecah sejak tadi. Air matanya terus mengalir bersama air dari shower. Sesekali tangannya mengepal. Menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Kejadian yang baru saja dialaminya, betul-betul tidak diduganya. Sesekali dia berteriak dengan tubuh bergetar. Ingin meluapkan rasa sakit yang ada. “Kenapa semua ini harus terjadi padaku! Kenapa aku bertemu dengan iblis berkedok manusia seperti dia?!!!” teriaknya di sela-sela gemercik air shower. Bugh bugh! Kembali Anes memukul dadanya yang terasa sesak. Kebencian dan ketakutan sedang melingkupi hatinya. Manakala mengingat k
Di sebuah kelab malam. Keandra memasuki ruangan VVIP kelab itu. Tempat dia biasa menghabiskan waktu senggangnya setelah seharian penuh berkutat dengan pekerjaannya. Sebelum dia pulang ke mansion mewahnya.Kean duduk bersandar di kursi. Satu tangannya dia rentangkan di atas sandaran kursi di sisi tubuhnya dengan kepala yang mendongak ke atas. Sedangkan tangan lainnya sibuk melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.Keandra sedang merenung. Memikirkan perempuan yang kini sedang disekapnya yang dia yakini adalah selingkuhan ayahnya. Tadinya Keandra merasa aneh. Sudah tiga hari dia menyekap wanita itu. Dan ini malam keempat, tapi ayahnya belum juga terdengar ribut mencari wanita itu. Namun saat mendengar kabar kabar dari anak buah yang ditugaskan menyelidiki keadaan kantor Arsen, katanya sang ayah sedang pergi keluar negeri lima hari yang lalu. Itu artinya Arsen pergi dia hari sebelum Anes disekap. “Sial!” Terdengar umpatan dari mulut Keandra. Dia kesal dengan laporan yang dibe
Mata Anes terlihat sembab. Dia masih tidak mengerti. Dosa apa yang dia perbuat sampai membuatnya terkurung tak berdaya di tempat seperti ini.‘Seharusnya aku tidak keluar waktu itu. Bagaimana kalau kekasihku mengira aku sudah kabur karena aku tidak datang di acara terpentingnya kemarin.’Ingin Anes menangis sekali lagi. Tapi rasanya air mata itu sudah kering. Badan gadis itu mulai terasa pegal. Terlebih tangannya yang masih terikat erat. Begitupun kedua kakinya. Dia hanya bisa berbaring di ranjang beralaskan rotan. Tak ada kehangatan dan kenyamanan di sana.Udara juga begitu pengap serta dingin menyergap seiring dengan malam yang makin larut. Pandangan Anes hanya bisa sebatas ruangan yang remang. Serta dinding berlumut juga lembab.Ini hari ke-tiga. Ya, hari ketiga Anes disekap oleh orang yang tak dia kenal. Bahkan motif penyekapan pun belum bisa Anes pahami.‘Queena? Pria itu menyebutku Queena. Tapi apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa dia begitu marah. Begitu menunjukkan kebencianny
“Lepaskan aku! Kalian siapa?”Anes berteriak di malam yang sepi. Baru saja ia keluar dari kantornya dan bermaksud ke basement di mana mobilnya di parkirkan ketika tiba-tiba ada yang menyergapnya dari belakang.Gadis itu berusaha berontak. Namun, tenaganya tidak bisa mengalahkan tenaga si penyergap, apalagi ketika sapu tangan yang telah diberi obat bius ditekankan ke indra penciumannya, membuat Anes berangsur lemas.Tidak lama berselang, pandangannya menjadi gelap. Kesadarannya mulai menghilang.“Sama seperti fotonya, gadis ini lumayan cantik,” komentar salah seorang penyergap nya yang sempat didengar Anes sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.Ketika Anes membuka matanya, sekelilingnya tampak asing. Ketakutan mulai menguasainya ketika kesadarannya berangsur terkumpul, mengingat apa yang terjadi padanya di basement beberapa saat yang lalu.‘Aku diculik!?’ pikirnya panik. Ia berusaha menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi gagal. Kedua tangannya terikat ke tempat tidur, begitu p