Di sebuah kelab malam.
Keandra memasuki ruangan VVIP kelab itu. Tempat dia biasa menghabiskan waktu senggangnya setelah seharian penuh berkutat dengan pekerjaannya. Sebelum dia pulang ke mansion mewahnya.Kean duduk bersandar di kursi. Satu tangannya dia rentangkan di atas sandaran kursi di sisi tubuhnya dengan kepala yang mendongak ke atas. Sedangkan tangan lainnya sibuk melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.Keandra sedang merenung. Memikirkan perempuan yang kini sedang disekapnya yang dia yakini adalah selingkuhan ayahnya.Tadinya Keandra merasa aneh. Sudah tiga hari dia menyekap wanita itu. Dan ini malam keempat, tapi ayahnya belum juga terdengar ribut mencari wanita itu.Namun saat mendengar kabar kabar dari anak buah yang ditugaskan menyelidiki keadaan kantor Arsen, katanya sang ayah sedang pergi keluar negeri lima hari yang lalu. Itu artinya Arsen pergi dia hari sebelum Anes disekap.“Sial!”Terdengar umpatan dari mulut Keandra. Dia kesal dengan laporan yang diberikan anak buahnya itu. Rencananya jadi gagal untuk membuat Arsen marah dan mendatanginya untuk mencari selingkuhannya.Wajah Keandra terlihat menyeramkan. Aura dingin langsung menyeruak di ruangan ber AC itu.Di saat bersamaan, seorang pelayan laki-laki di kelab malam itu datang dengan sebuah nampan berisi satu botol Wine dan satu buah gelas.Pelayan itu meletakkan nampan tersebut di atas meja. Kemudian dibukanya botol Wine tersebut. Dituangkan nya cairan merah itu ke dalam gelas hanya setengahnya.“Silakan minumannya, Tuan,” ucap pelayan sambil membungkuk hormat.Keandra diam. Hanya tangannya yang terangkat dan dikibaskan. Memberi isyarat agar pelayan itu cepat pergi dari tempat itu.Pelayan itu pergi keluar setelah berpamitan dengan sopan. Kini tinggal Keandra yang duduk sendirian. Tidak ada wanita malam yang menemaninya. Sebab Keandra paling benci dengan yang namanya perempuan malam.Keandra segera meraih gelas berisi Wine itu. Digoyang-goyangkannya gelas itu. Sehingga Wine di dalam gelas itu ikut bergoyang.Setelah puas menggoyangkan gelas, Keandra meminum Wine tersebut dalam sekali tegukan. Kemudian dia diam kembali untuk merenung.Tanpa Keandra sadari, seorang wanita berpenampilan seksi sedang berdiri di meja bartender. Di tangannya ada gelas berisi Wine.“Bagaimana? Apa kau sudah mencampurkan obat itu ke dalam botol minumannya?” Tanya wanita berpakaian seksi itu.“Tentu saja sudah, Nancy. Aku yakin tidak lama lagi dia akan kepanasan dan ingin melakukannya dengan seorang wanita. Saat itulah kamu masuk ke ruangannya,” jawab petugas bartender.Keduanya tertawa jahat. Merasa yakin tujuan mereka akan berhasil.Kembali ke ruangan Keandra. Baru saja pemuda itu melamun, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Setelah dilihat dari layar, ternyata anak buah Keandra dari pun segera mengangkatnya.“Apa! Dasar kalian bodoh!” teriak Keandra, marah setelah mendengar laporan anak buahnya. Dia bergegas memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Kemudian keluar dari ruangan VVIP tadi. Kemudian pergi keluar dari klub.Keandra langsung memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Menuju vila miliknya yang ada di ujung kota. Amarahnya berkobar-kobar saat mendengar kabar kalau wanita yang disekapnya sudah kabur.Di tengah jalan. Tiba-tiba Keandra merasakan ada sesuatu yang aneh dirasakan tubuhnya. Dia merasa tubuhnya panas yang tidak biasa.“Damn! Sepertinya ada seseorang yang memasukkan obat yang mengandung zat afrodisiak di minuman ku. Tubuhku panas sekali,” Umpat Kean. Walau dirinya tidak meminum obat perangsang, tapi dia yakin kalau perasaan di tubuhnya saat ini adalah efek dari obat perangsang. Terbukti nafasnya yang mulai memburu akibat desakan-desakan hasrat yang mulai menderanya saat ini.Kean memacu mobilnya lebih kencang lagi sambil menahan gejolak di tubuhnya.Tidak berapa lama, Keandra sudah keluar dari jalan kota. Dia sedang berada di jalan menuju vila nya yang berada di tengah hutan.Kean menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Berharap segera sampai di villa sebelum Anes benar-benar kabur.Sebab yang dia takutkan Anes akan kabur ke hutan di belakang villa.Saat Kean tengah memacu kendaraannya, tiba-tiba dia melihat seseorang sedang berdiri di tengah jalan sambil melambai-lambaikan tangannya.Walau Kean sudah memencet klakson, orang itu tetap berada di jalan.“Shit!”Umpat Keandra. Segera menginjak rem sekuatnya. Hingga akhirnya mobil itu berhenti tepat di depan orang tadi.Kean menatap tajam orang yang sedang berdiri di depan mobil. Sebab lampu mobilnya yang tadi menyala, dapat melihat dengan jelas siapa yang sedang menghadang laju mobilnya.“Dasar jalang sialan!” Umpat Kean.Dengan penuh emosi, laki-laki itu turun dari mobil. Di saat bersamaan Anes yang tidak tahu itu Kean, berlari mendekatinya.“Tu_Tuan! To_tolong! Sa_saya habis diculik. “Kean mendengar Anes mengiba padanya.Bukannya iba, emosi Kean malah semakin menjadi. Dalam gelapnya malam, Kean mencengkeram tangan Anes dengan kasar.“Dasar Jalang Murahan! Mau kabur ke mana kamu!” bentak Kean.“Kau?”Anes belum sempat bicara. Tubuhnya sudah diseret Kean kembali ke jalan Anes lalui tadi.“Dasar Bodoh! Hanya mengurus satu perempuan saja, kalian tidak becus! “ hardik Kean sambil melemparkan kunci mobil kepada anak buahnya. Sementara tangan yang satunya masih di pergelangan Anes.“Maafkan kami, Tuan,” Ucap Marco, meminta maaf. Menangkap kunci mobil. Tanpa bicara langsung menuju mobil Kean.“Tuan. Lepaskan saya, Tuan. Saya bukan Queena,” Pinta Anes, lirih. Matanya sudah berkaca-kaca. Saat ini dia sangat takut sekali melihat wajah Kean.Tapi mana mau laki-laki itu percaya apa yang dikatakan Anes. Dia tetap menyeret Anes. Hingga mobil yang dikendarai Marco berada di belakang Kean dan Anes.“Masuk!” bentak Kean saat pintu belakang mobil terbuka. Mendorong kasar tubuh Anes dengan keras sampai tubuh itu terjatuh di jok belakang mobil. Setelah Kean masuk. ***Brugh!Lagi-lagi Keandra mendorong tubuh Anes hingga terjatuh di kasur.“Ikat lagi dia! Jangan kalian lepaskan sebelum aku perintah!” perintah Kean kepada Marco dan yang satunya lagi.“Baik Tuan.”Marco dan penjaga satunya kembali mengikat tubuh Anes seperti sebelumnya. Sedangkan Kean duduk sambil memperhatikan.“Lepaskan aku! Lepaskan!” Teriak Anes sambil berontak. Sehingga baju yang dipakainya tersingkap ke atas. Memperlihatkan bagian paha yang putih mulus.Kedua penjaga itu langsung berpaling. Tidak berani melihat paha Anes. Takut Kean murka.“Selesai, Tuan.”“Keluar kalian!”Kedua penjaga keluar sambil menutup pintunya.Gejolak yang tadi dirasakannya di dalam mobil, semakin menjadi-jadi. Apalagi saat melihat paha mulus Anes.Melihat Anes yang terikat tak berdaya. Dengan mulut yang tersumpal. Dan dengan baju yang tersingkap di bagian bawah, membuat nafas Kean semakin memburu.Meski sekuat tenaga dia berjuang menahan hasrat itu, tetap saja dia tak mampu mengendalikannya.Maka dengan mata yang menyalang, Kean mendekati Anes. Sorot matanya seperti sorot mata kucing saat melihat ikan di hadapannya. Ingin melahap sampai ke tulang-tulangnya.Maka malam ini. Dalam pengaruh zat afrodisiak yang di minumnya bersama Wine. Dengan setengah sadar, Kean memaksa melakukan penyatuan terhadap Anes. Wanita yang dia anggap sebagai jalang ayahnya.Tidak peduli dengan air mata Anes yang mengalir deras. Tidak peduli dengan wajah Anes yang meringis kesakitan saat bagian intinya diterjang milik Kean, laki-laki itu terus memaksa melakukan penyatuan.'Aaaakkhh! Sakiiit! Kak Queena. Tolong aku!’ Anes hanya bisa berteriak kesakitan di dalam hati sambil menyebut nama kakaknya saat milik Kean benar-benar menembus dinding mahkota nya.Gadis itu tidak bisa mengeluarkan suaranya. Karena mulutnya yang tersumpal. Dia hanya bisa menangis dan berteriak dalam diam.Sementara Kean terus berpacu dan mengentak. Melepaskan desakan-desakan ditubuhnya yang memanas. Merasakan penyatuan yang dinikmatinya sendiri. Hingga dia benar-benar merasa puas dan efek zat afrodisiak di tubuhnya benar-benar menghilang.Kean mencabut miliknya dari milik Anes. Namun dahinya tiba-tiba mengerut saat melihat cairan merah seperti darah di miliknya.Kean terkejut. Menyadari ada sesuatu yang salah yang terjadi dengan penyatuan itu. Dengan cepat dia memeriksa kasur di bawah pinggul Anes.Untuk yang kedua kalinya Kean sangat terkejut melihat noda darah lumayan banyak di seprei putih kasurnya.Mata Kean langsung tertuju ke wajah Anes. Dibukanya kain yang menyumpal mulut Anes. Dengan wajah pucat, Kean bertanya,“Ka_kamu masih perawan?”Satu jam sudah Anes berada di kamar mandi. Membiarkan air shower menimpa kepala dan seluruh tubuhnya yang masih memakai baju lengkap. Dia ingin membersihkan tubuh yang terasa kotor dari jejak-jejak laki-laki tak dikenal yang telah menyentuh paksa dirinya. Walau kulitnya sudah memutih dan keriput, dia membiarkan saja air shower itu menimpanya. Bahkan jika sampai mati kedinginan pun, dia tidak peduli. Tangis tanpa suara, pecah sejak tadi. Air matanya terus mengalir bersama air dari shower. Sesekali tangannya mengepal. Menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Kejadian yang baru saja dialaminya, betul-betul tidak diduganya. Sesekali dia berteriak dengan tubuh bergetar. Ingin meluapkan rasa sakit yang ada. “Kenapa semua ini harus terjadi padaku! Kenapa aku bertemu dengan iblis berkedok manusia seperti dia?!!!” teriaknya di sela-sela gemercik air shower. Bugh bugh! Kembali Anes memukul dadanya yang terasa sesak. Kebencian dan ketakutan sedang melingkupi hatinya. Manakala mengingat k
Pagi ini Anes sudah rapih. Bersiap ingin pergi ke kantor. Terhitung sudah lima hari dia tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas. Kalau perusahaan itu bukan milik kakak iparnya, Arsen Sagara. Sudah pasti dia akan dipecat dari perusahaan. Anes memang sudah lima hari tidak masuk kerja. Tiga hari pertama karena ia disekap oleh Kiandra. Sedangkan dua hari selanjutnya, dia masih trauma dengan penculikan itu. Anes mengurung diri di apartemennya selama dua hari. ingin menenangkan diri. Sekarang setelah hatinya cukup tenang, dia baru berani pergi ke kantor lagi. Tidak mungkin dia terus libur dari kerjanya. Mentang-mentang dia adik ipar pemilik perusahaan. ***“Selamat pagi, Anes. Yang baru pulang healing. Asyiknya.” Erika, sahabat Vanya satu kantor langsung menyambut kedatangan Anes. Memeluk erat sahabat satu-satunya di kantor itu. Tempat dirinya berkeluh kesah selama ini. Terutama tentang kesedihannya karena penyakit yang diderita kakaknya saat ini. “Healing?” Anes mengerutkan keningny
"Kau?" Keandra kaget. Tidak menyangka Anes yang dimaksud Azka adalah Anes yang itu. Wanita yang pernah disekap nya selama dua hari tiga malam. Sedangkan Anes. gadis itu melengos. Membuang tatapannya ke arah lain saat tanpa sengaja beradu tatap dengan Keandra. Anes yang sudah menduganya dari suaranya tadi, tidak ingin membalas tatapan Keandra yang dingin dan tajam menusuk. "Anda sudah mengenal Anes sebelumnya, Tuan?" tanya Azka, mengerutkan dahinya melihat siluet wajah Keandra saat bertatapan dengan Anes. Tersadar dari terpaku nya, Keandra segera menguasai keadaan. "Tidak. Aku tidak mengenalnya. Bahkan bertemu pun baru sekarang," bantah Keandra, bohong. 'Hh! Dasar pembohong! bagaimana dia bisa bilang kalau kami baru bertemu sekarang? Padahal dia sudah meninggalkan noda di tubuhku yang takkan pernah bisa terhapus selamanya.' batin Anes, diam-diam mendengkus kesal. "Oh. Saya pikir Anda mengenal Anes," ucap Azka, menganggukkan kepalanya. Kemudian, "Anes! Kamu boleh kembali bekerja,"
Anes semakin panik. Dengan tubuh yang gemetar, Anes memalingkan wajahnya ke belakang. “Mau ke mana kamu?”Seorang laki-laki sedang menatap heran kepada Anes saat melihat wajah Anes yang panik dan pucat. “Pak Azka? Syukurlah. Saya kira dia,” Jawab Anes, sedikit lega karena ternyata dia adalah Azka. Kepala bagian HRD.. Walaupun tak urung dia memperhatikan sekeliling. Takut Kean mengejarnya. “Dia? Dia siapa?” Azka bingung dan penasaran. Anes hendak menjawab. Namun dari arah kejauhan dia melihat sosok yang dibenci dan ditakuti sedang berjalan menuju ke arahnya dengan wajah dinginnya dan tatapan menusuknya. Dia adalah Keandra. Laki-laki yang tadi ditendang nya. “Bukan siapa-siapa. Maaf Pak, saya pergi,” Pamit Anes. Tidak peduli dengan pertanyaan Azka. Buru-buru mengeluarkan kunci mobil dari tasnya yang kebetulan sudah ketemu. Anes memasukkan kunci ke lubang yang ada di pintu mobil. Tangannya terlihat masih gemetar dengan wajah yang kembali pucat. “Nes! Sebenarnya kamu mau ke mana? K
Anes menghempaskan tubuhnya ke atas kasur kamar apartemennya. Dia baru saja pulang setelah menyelamatkan diri dari pengejaran Kean. Matanya menatap kosong langit-langit kamar. Tubuhnya bergetar. Menahan kesakitan di hatinya. Saat bayangan itu kembali terlintas. Bayangan kelam yang ditorehkan laki-laki jelmaan iblis bernama Keandra. Yang merupakan anak dari kakak iparnya, Arsen Sagara. Tanpa terasa air matanya mengalir. Membayangkan bagaimana masa depan yang akan dilaluinya nanti. Jeffan Ajendra. Tiba-tiba wajah pemilik nama itu terlintas di pikiran Anes. Nama laki-laki yang telah mengisi hatinya selama tiga tahun terakhir ini. Dialah Jeffan Ajendra. Kekasih Anes yang telah resmi menjadi tunangannya. Enam bulan lagi Jeffan berniat menikahi Anes. Setelah pulang dari London. Selesai menamatkan S2nya. Hati Anes kembali berdesir hebat. Kebingungan melanda dirinya. Apa yang harus dia katakan pada kekasihnya tentang tragedi itu. Apa yang akan terjadi di malam pertama jika pernikahan i
Dengan mata yang masih mengantuk, Anes terpaksa bangun sangat pagi. Turun dari kasurnya ingin segera ke kamar mandi. Ingin segera membersihkan tubuhnya agar segera pergi ke kantor sebelum karyawan lainnya datang. Kalau saja dia tidak sedang ada rencana, malas rasanya dia harus pergi ke kantor. Apalagi perginya sampai pagi-pagi sekali. Dia masih ingin tidur setelah semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan Jeffan, kekasihnya. dan dia baru bisa tidur jam dua pagi. Hari ini Anes berencana mengundurkan diri dari kantor Sagara. Mengingat perusahaan itu kini dipimpin dan dikuasai makhluk jelmaan iblis yang menakutkan dan sangat dibencinya. siapa lagi kalau bukan Keandra Sagara. "Aku harus tiba di kantor sebelum semua orang datang. Aku juga akan membuat surat pengunduran diriku serta menyimpannya secara diam-diam di meja Pak Azka," gumam Anes, memikirkan rencananya. "Aku harus bisa keluar dari kantor sebelum si manusia iblis itu tiba duluan. Aku tidak ingin bertemu dia lagi. Bahkan sam
“Lepaskan aku! Kalian siapa?”Anes berteriak di malam yang sepi. Baru saja ia keluar dari kantornya dan bermaksud ke basement di mana mobilnya di parkirkan ketika tiba-tiba ada yang menyergapnya dari belakang.Gadis itu berusaha berontak. Namun, tenaganya tidak bisa mengalahkan tenaga si penyergap, apalagi ketika sapu tangan yang telah diberi obat bius ditekankan ke indra penciumannya, membuat Anes berangsur lemas.Tidak lama berselang, pandangannya menjadi gelap. Kesadarannya mulai menghilang.“Sama seperti fotonya, gadis ini lumayan cantik,” komentar salah seorang penyergap nya yang sempat didengar Anes sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.Ketika Anes membuka matanya, sekelilingnya tampak asing. Ketakutan mulai menguasainya ketika kesadarannya berangsur terkumpul, mengingat apa yang terjadi padanya di basement beberapa saat yang lalu.‘Aku diculik!?’ pikirnya panik. Ia berusaha menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi gagal. Kedua tangannya terikat ke tempat tidur, begitu p
Mata Anes terlihat sembab. Dia masih tidak mengerti. Dosa apa yang dia perbuat sampai membuatnya terkurung tak berdaya di tempat seperti ini.‘Seharusnya aku tidak keluar waktu itu. Bagaimana kalau kekasihku mengira aku sudah kabur karena aku tidak datang di acara terpentingnya kemarin.’Ingin Anes menangis sekali lagi. Tapi rasanya air mata itu sudah kering. Badan gadis itu mulai terasa pegal. Terlebih tangannya yang masih terikat erat. Begitupun kedua kakinya. Dia hanya bisa berbaring di ranjang beralaskan rotan. Tak ada kehangatan dan kenyamanan di sana.Udara juga begitu pengap serta dingin menyergap seiring dengan malam yang makin larut. Pandangan Anes hanya bisa sebatas ruangan yang remang. Serta dinding berlumut juga lembab.Ini hari ke-tiga. Ya, hari ketiga Anes disekap oleh orang yang tak dia kenal. Bahkan motif penyekapan pun belum bisa Anes pahami.‘Queena? Pria itu menyebutku Queena. Tapi apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa dia begitu marah. Begitu menunjukkan kebencianny
Dengan mata yang masih mengantuk, Anes terpaksa bangun sangat pagi. Turun dari kasurnya ingin segera ke kamar mandi. Ingin segera membersihkan tubuhnya agar segera pergi ke kantor sebelum karyawan lainnya datang. Kalau saja dia tidak sedang ada rencana, malas rasanya dia harus pergi ke kantor. Apalagi perginya sampai pagi-pagi sekali. Dia masih ingin tidur setelah semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan Jeffan, kekasihnya. dan dia baru bisa tidur jam dua pagi. Hari ini Anes berencana mengundurkan diri dari kantor Sagara. Mengingat perusahaan itu kini dipimpin dan dikuasai makhluk jelmaan iblis yang menakutkan dan sangat dibencinya. siapa lagi kalau bukan Keandra Sagara. "Aku harus tiba di kantor sebelum semua orang datang. Aku juga akan membuat surat pengunduran diriku serta menyimpannya secara diam-diam di meja Pak Azka," gumam Anes, memikirkan rencananya. "Aku harus bisa keluar dari kantor sebelum si manusia iblis itu tiba duluan. Aku tidak ingin bertemu dia lagi. Bahkan sam
Anes menghempaskan tubuhnya ke atas kasur kamar apartemennya. Dia baru saja pulang setelah menyelamatkan diri dari pengejaran Kean. Matanya menatap kosong langit-langit kamar. Tubuhnya bergetar. Menahan kesakitan di hatinya. Saat bayangan itu kembali terlintas. Bayangan kelam yang ditorehkan laki-laki jelmaan iblis bernama Keandra. Yang merupakan anak dari kakak iparnya, Arsen Sagara. Tanpa terasa air matanya mengalir. Membayangkan bagaimana masa depan yang akan dilaluinya nanti. Jeffan Ajendra. Tiba-tiba wajah pemilik nama itu terlintas di pikiran Anes. Nama laki-laki yang telah mengisi hatinya selama tiga tahun terakhir ini. Dialah Jeffan Ajendra. Kekasih Anes yang telah resmi menjadi tunangannya. Enam bulan lagi Jeffan berniat menikahi Anes. Setelah pulang dari London. Selesai menamatkan S2nya. Hati Anes kembali berdesir hebat. Kebingungan melanda dirinya. Apa yang harus dia katakan pada kekasihnya tentang tragedi itu. Apa yang akan terjadi di malam pertama jika pernikahan i
Anes semakin panik. Dengan tubuh yang gemetar, Anes memalingkan wajahnya ke belakang. “Mau ke mana kamu?”Seorang laki-laki sedang menatap heran kepada Anes saat melihat wajah Anes yang panik dan pucat. “Pak Azka? Syukurlah. Saya kira dia,” Jawab Anes, sedikit lega karena ternyata dia adalah Azka. Kepala bagian HRD.. Walaupun tak urung dia memperhatikan sekeliling. Takut Kean mengejarnya. “Dia? Dia siapa?” Azka bingung dan penasaran. Anes hendak menjawab. Namun dari arah kejauhan dia melihat sosok yang dibenci dan ditakuti sedang berjalan menuju ke arahnya dengan wajah dinginnya dan tatapan menusuknya. Dia adalah Keandra. Laki-laki yang tadi ditendang nya. “Bukan siapa-siapa. Maaf Pak, saya pergi,” Pamit Anes. Tidak peduli dengan pertanyaan Azka. Buru-buru mengeluarkan kunci mobil dari tasnya yang kebetulan sudah ketemu. Anes memasukkan kunci ke lubang yang ada di pintu mobil. Tangannya terlihat masih gemetar dengan wajah yang kembali pucat. “Nes! Sebenarnya kamu mau ke mana? K
"Kau?" Keandra kaget. Tidak menyangka Anes yang dimaksud Azka adalah Anes yang itu. Wanita yang pernah disekap nya selama dua hari tiga malam. Sedangkan Anes. gadis itu melengos. Membuang tatapannya ke arah lain saat tanpa sengaja beradu tatap dengan Keandra. Anes yang sudah menduganya dari suaranya tadi, tidak ingin membalas tatapan Keandra yang dingin dan tajam menusuk. "Anda sudah mengenal Anes sebelumnya, Tuan?" tanya Azka, mengerutkan dahinya melihat siluet wajah Keandra saat bertatapan dengan Anes. Tersadar dari terpaku nya, Keandra segera menguasai keadaan. "Tidak. Aku tidak mengenalnya. Bahkan bertemu pun baru sekarang," bantah Keandra, bohong. 'Hh! Dasar pembohong! bagaimana dia bisa bilang kalau kami baru bertemu sekarang? Padahal dia sudah meninggalkan noda di tubuhku yang takkan pernah bisa terhapus selamanya.' batin Anes, diam-diam mendengkus kesal. "Oh. Saya pikir Anda mengenal Anes," ucap Azka, menganggukkan kepalanya. Kemudian, "Anes! Kamu boleh kembali bekerja,"
Pagi ini Anes sudah rapih. Bersiap ingin pergi ke kantor. Terhitung sudah lima hari dia tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas. Kalau perusahaan itu bukan milik kakak iparnya, Arsen Sagara. Sudah pasti dia akan dipecat dari perusahaan. Anes memang sudah lima hari tidak masuk kerja. Tiga hari pertama karena ia disekap oleh Kiandra. Sedangkan dua hari selanjutnya, dia masih trauma dengan penculikan itu. Anes mengurung diri di apartemennya selama dua hari. ingin menenangkan diri. Sekarang setelah hatinya cukup tenang, dia baru berani pergi ke kantor lagi. Tidak mungkin dia terus libur dari kerjanya. Mentang-mentang dia adik ipar pemilik perusahaan. ***“Selamat pagi, Anes. Yang baru pulang healing. Asyiknya.” Erika, sahabat Vanya satu kantor langsung menyambut kedatangan Anes. Memeluk erat sahabat satu-satunya di kantor itu. Tempat dirinya berkeluh kesah selama ini. Terutama tentang kesedihannya karena penyakit yang diderita kakaknya saat ini. “Healing?” Anes mengerutkan keningny
Satu jam sudah Anes berada di kamar mandi. Membiarkan air shower menimpa kepala dan seluruh tubuhnya yang masih memakai baju lengkap. Dia ingin membersihkan tubuh yang terasa kotor dari jejak-jejak laki-laki tak dikenal yang telah menyentuh paksa dirinya. Walau kulitnya sudah memutih dan keriput, dia membiarkan saja air shower itu menimpanya. Bahkan jika sampai mati kedinginan pun, dia tidak peduli. Tangis tanpa suara, pecah sejak tadi. Air matanya terus mengalir bersama air dari shower. Sesekali tangannya mengepal. Menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Kejadian yang baru saja dialaminya, betul-betul tidak diduganya. Sesekali dia berteriak dengan tubuh bergetar. Ingin meluapkan rasa sakit yang ada. “Kenapa semua ini harus terjadi padaku! Kenapa aku bertemu dengan iblis berkedok manusia seperti dia?!!!” teriaknya di sela-sela gemercik air shower. Bugh bugh! Kembali Anes memukul dadanya yang terasa sesak. Kebencian dan ketakutan sedang melingkupi hatinya. Manakala mengingat k
Di sebuah kelab malam. Keandra memasuki ruangan VVIP kelab itu. Tempat dia biasa menghabiskan waktu senggangnya setelah seharian penuh berkutat dengan pekerjaannya. Sebelum dia pulang ke mansion mewahnya.Kean duduk bersandar di kursi. Satu tangannya dia rentangkan di atas sandaran kursi di sisi tubuhnya dengan kepala yang mendongak ke atas. Sedangkan tangan lainnya sibuk melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.Keandra sedang merenung. Memikirkan perempuan yang kini sedang disekapnya yang dia yakini adalah selingkuhan ayahnya. Tadinya Keandra merasa aneh. Sudah tiga hari dia menyekap wanita itu. Dan ini malam keempat, tapi ayahnya belum juga terdengar ribut mencari wanita itu. Namun saat mendengar kabar kabar dari anak buah yang ditugaskan menyelidiki keadaan kantor Arsen, katanya sang ayah sedang pergi keluar negeri lima hari yang lalu. Itu artinya Arsen pergi dia hari sebelum Anes disekap. “Sial!” Terdengar umpatan dari mulut Keandra. Dia kesal dengan laporan yang dibe
Mata Anes terlihat sembab. Dia masih tidak mengerti. Dosa apa yang dia perbuat sampai membuatnya terkurung tak berdaya di tempat seperti ini.‘Seharusnya aku tidak keluar waktu itu. Bagaimana kalau kekasihku mengira aku sudah kabur karena aku tidak datang di acara terpentingnya kemarin.’Ingin Anes menangis sekali lagi. Tapi rasanya air mata itu sudah kering. Badan gadis itu mulai terasa pegal. Terlebih tangannya yang masih terikat erat. Begitupun kedua kakinya. Dia hanya bisa berbaring di ranjang beralaskan rotan. Tak ada kehangatan dan kenyamanan di sana.Udara juga begitu pengap serta dingin menyergap seiring dengan malam yang makin larut. Pandangan Anes hanya bisa sebatas ruangan yang remang. Serta dinding berlumut juga lembab.Ini hari ke-tiga. Ya, hari ketiga Anes disekap oleh orang yang tak dia kenal. Bahkan motif penyekapan pun belum bisa Anes pahami.‘Queena? Pria itu menyebutku Queena. Tapi apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa dia begitu marah. Begitu menunjukkan kebencianny
“Lepaskan aku! Kalian siapa?”Anes berteriak di malam yang sepi. Baru saja ia keluar dari kantornya dan bermaksud ke basement di mana mobilnya di parkirkan ketika tiba-tiba ada yang menyergapnya dari belakang.Gadis itu berusaha berontak. Namun, tenaganya tidak bisa mengalahkan tenaga si penyergap, apalagi ketika sapu tangan yang telah diberi obat bius ditekankan ke indra penciumannya, membuat Anes berangsur lemas.Tidak lama berselang, pandangannya menjadi gelap. Kesadarannya mulai menghilang.“Sama seperti fotonya, gadis ini lumayan cantik,” komentar salah seorang penyergap nya yang sempat didengar Anes sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.Ketika Anes membuka matanya, sekelilingnya tampak asing. Ketakutan mulai menguasainya ketika kesadarannya berangsur terkumpul, mengingat apa yang terjadi padanya di basement beberapa saat yang lalu.‘Aku diculik!?’ pikirnya panik. Ia berusaha menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi gagal. Kedua tangannya terikat ke tempat tidur, begitu p