Share

Part 6

Author: Maylafaisha
last update Last Updated: 2021-12-18 20:31:31

Senyum Rasti mengembang seketika, saat sesosok pemuda itu mendatangi dan mencium kedua belah pipinya bergantian. Pemuda tampan dengan tinggi 189 itu adalah Andra, sahabat Rasti dari kecil.

Rasti merasa sangat antusias dengan kehadiran Andra, karena hanya Andra yang bisa membuatnya melupakan lukanya di masa lalu. Setiap kali rasa marah itu datang, seketika itu juga hilang saat lelaki itu datang dan berada di sisinya.

"Hai, Putri Tidur apa kabar lu? Udah lama banget kita nggak ketemu. Gue kangen banget tahu sama elu, elu itu kemana aja sih? Emak gue nanyain elu tuh, katanya mana calon mantu emak kok udah lama nggak pernah main ke sini lagi? Sampai-sampai emak gue ngira gue marahan sama elu. Padahal mah boro-boro marahan, ketemu juga nggak. Ya kan," cerocos pemuda tampan berhidung bangir itu.

Rasti yang mendengar cerocosan sahabat kecilnya itu hanya tersenyum geli dan memeluk Andra erat.

"Ndra, gue juga kangen banget sama elu, ibu, adik-adik elu, pokoknya semua deh. Gue nggak kemana-mana cuma memang setelah peristiwa yang bikin mama dan adik gue depresi itu, gue dan papa memilih pindah dari rumah lama kami dan sekarang setelah 2 tahun berlalu, gue mutusin buat ngebales dendam adik dan mama gue, Ndra," urai Rasti masih dengan posisi masih memeluk Andra.

"Ras, gue sayang elu, peduli sama elu. Gue nggak pengen elu nantinya terlilit dalam lingkaran dendam itu, Ras. Dendam itu nggak ada artinya, jadi gue minta sama elu urungin niat lu." Andra berusaha membujuk Rasti supaya mau membatalkan keinginan untuk balas dendam.

Mendengar perkataan Andra, Rasti hanya terdiam hingga akhirnya dia menggelengkan kepalanya sebagai tanda dia menolak permintaan Andra untuk tidak membalas dendam.

Andra yang merasa kasihan kepada gadis yang diam-diam dicintainya itu 

hanya bisa memeluk dalam diam, dia memeluk Rasti dengan sangat lembut dan erat seakan ingin mengatakan bahwa dia tidak akan mengijinkan gadisnya itu disakiti oleh apa pun.

"Gue janji, bakalan ngelindungin elu sekuat tenaga gue meskipun harus kehilangan nyawa gue demi elu, gue rela karena sayang gue bukan kaleng-kaleng," bisik Andra di telinga gadis berkulit kuning langsat itu.

Rasti yang merasakan kehangatan dan ketulusan pelukan Andra semakin menyurukkan kepalanya di dada bidang pemuda beralis tebal itu dan aroma mint yang terhirup terasa sangat menenangkan. 

Perlahan tetapi pasti Rasti menangis merasakan lelah yang luar biasa dalam jiwanya, ingin rasanya Rasti melepaskan semua beban yang selama ini menghimpit tetapi begitu ingatannya kembali kepada mama dan Sasti dengan secepat kilat dia menutup hatinya, mengenyahkan kata maaf dan rasa penyesalan, rahangnya mengeras dan tangannya pun ikut mengepal kuat.

'Menangislah, keluarin semua beban elu. Gue ada di sini buat elu, cuma buat elu.' Andra membatin dalam hati.

Setelah kurang lebih setengah jam Rasti menangis hingga matanya sembab, akhirnya Rasti bisa benar-benar tenang. Dia pun melepaskan pelukan Andra dan mengusap air matanya, kemudian dia mengajak Andra pergi dari Pub menuju sebuah tempat makan.

"Ndra, kita makan dulu yuk di luar, gue lapar," ajak Rasti kepada Andra.

"Lu bisa laper juga, Ras? Kirain nggak pernah tahu gimana rasa laper lu, Ras" goda Andra.

Namun demi melihat mata Rasti yang sembab itu melotot ke arahnya Andra pun segera mengajak Rasti ke tempat makan kesukaan mereka sewaktu masih duduk di bangku SMA dulu.

Rasti yang tidak mengira akan diajak Andra ke tempat itu sempat terdiam sejenak, dia ingat dulu umereka sering duduk di tempat itu sepulang sekolah meski pun hanya sekedar minum es.

"Ndra, ini tempat favorit kita waktu SMA dulu kan? Tempat kita sering mampir tiap pulang sekolah dulu," tanya Rasti setengah tidak percaya.

"Yups, bener. Ternyata lu masih ingat sama tempat ini ya, gue kira lu udah lupa karena udah nggak pernah jalan bareng sama gue lagi," ujar Andra senang karena ternyata Rasti tidak melupakannya.

"Iyalah gue ingat, Ndra secara dulu kita hampir tiap pulang sekolah duduk di sini, makan atau cuma minum es berdua. Kenangan yang indah, apalagi saat itu adik sama mama masih ada dan sehat," kenang Rasti.

Melihat Rasti yang mulai bersedih, Andra segera memeluk dan mengajak Rasti masuk ke dalam kemudian memesankan es teler dan bakso super ndower level 15 kesukaan Rasti, sementara untuk dirinya sendiri Andra lebih memilih menu mie ayam favoritnya.

Rasti tercengang melihat bagaimana Andra masih ingat segala tentang dirinya hingga ke makanan dan minuman favoritnya.

Perubahan wajah Rasti ternyata sanggup membuat Andra tertawa terbahak-bahak, dia bisa menebak kalau Rasti pasti sangat kebingungan melihatnya masih mengingat semua tentang Rasti.

"Udah nggak usah bengong gitu. Makanlah itu bakso dan es kesukaanmu itu, nanti keburu dingin nggak enak. Gue juga mau makan, cacing di perut gue udah meronta-ronta dari tadi," celetuk Andra mengagetkan Rasti.

"Eh i ... iya, gue makan ya. Makasih banyak ya, Ndra," ucap Rasti sedikit tergagap.

Andra yang sudah sangat kelaparan hanya menjawab dengan anggukan kepalanya saja sambil terus menyuap makanan ke dalam mulutnya dan kembali memesan semangkuk mie ayam ketika mangkuk mie ayam di hadapannya sudah habis tidak bersisa.

Rasti yang melihat Andra begitu lahap memakan habis pesanannya hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sambil sesekali memberikan minum atau tisu kepada Andra yang sesekali tampak kepedasan.

Setelah selesai makan, Andra dan Rasti memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kota, walau pun sudah larut malam tetapi taman kota itu tidak pernah sepi pengunjung apalagi seperti sabtu malam ini.

"Ras, gue seneng lihat lu udah bisa ketawa lagi. Lu jangan nangis lagi ya, jujur gue ikut sakit kalau elu sedih sampai nangis kaya gitu tadi. Kalau elu ada masalah, telepon aja gue. InsyaaAllah gue usahain ada di sisi elu," ucap Andra meyakinkan Rasti.

"Hmm, sebenernya gue ada sih yang bisa elu lakuin buat gue, Ndra tapi itu juga kalau elu mau nolongin gue sih," pinta Rasti kepada sahabatnya itu.

Andra hanya mengangguk dan membiarkan Rasti melanjutkan perkataannya, Andra ingin tahu apa yang akan Rasti minta darinya.

"Gue pengen elu deketin perempuan ini, Ndra. Bikin dia tertarik sama elu dan mau melepaskan tunangannya. Setelah itu terserah, mau elu apain dia gue nggak perduli," suruh Rasti sambil mengangsurkan selembar foto seorang gadis cantik berambut ikal, berkulit putih bersih.

"Memang dia siapa, Ras? Kenapa elu pengen dia ninggalin tunangannya? Sepertinya elu pengen dia menderita, ada apa di antara kalian? Bisa nggak elu jelasin ke gue." Dengan rasa ingin tahu, Andra bertanya perihal permintaan Rasti yang dirasanya aneh.

Rasti yang sudah menduga bahwa Andra pasti akan menanyakan hal itu kepadanya, hanya menyerahkan ponselnya. Di dalam ponsel itu ada sebuah artikel tentang kejadian 2 tahun lalu yang sengaja disimpan sejak kejadian itu terjadi.

Andra membaca artikel itu sambil mengerutkan keningnya, dia tampak kebingungan dengan artikel yang tengah dibacanya itu, kemudian dengan wajah kebingungan dia menatap Rasti meminta penjelasan.

"Gadis dalam artikel itu Sasti, Ndra. Lu inget Sasti, adek gue kan? Dia memang bunuh diri setelah sempat dirawat di rumah sakit jiwa karena depresi berat akibat perkosaan yang pernah dialaminya beberapa tahun lalu, dan mama ... mama juga akhirnya masuk rumah sakit jiwa yang sama beberapa minggu setelah kematian Sasti, dan foto gadis yang gue tunjukkin tadi adalah anak dari perempuan yang sudah bikin kami sekeluarga berantakan seperti ini. Gue pengen elu ngebantu gue buat ngebalesin sakit hati Sasti, dendam keluarga kami. Elu mau kan, Ndra?" terang Rasti panjang lebar kepada Andra.

Andra yang memang dari awal tidak mengetahui peristiwa pemerkosaan yang dialami Sasti hanya terdiam, dia merasa bimbang antar menerima permintaan untuk menolong gadis yang dicintainya itu atau menolaknya.

Rasti yang mengetahui kebimbangan Andra itu melanjutkan ceritanya, dia ceritakan bagaimana awal mula Sasti diterima sebagai sekretaris magang di KL Group hingga akhirnya Rasti mengetahui siapa penyebab utama terjadinya depresi yang dialami Sasti.

"Gue udah ceritain semua yang gue tahu tentang kejadian itu, sekarang terserah elu mau bantu gue atau nggak. Gue nggak akan minta lebih dari elu, Ndra, gue cuma minta supaya elu pisahin gadis itu dari tunangannya dan urusan berikutnya biar gue yang lanjutin sampai selesai," pungkas Rasti mengakhiri cerita dan berdiri bersiap meninggalkan Andra yang masih berpikir.

"Oke, gue bantu elu. Cuma gue minta satu hal sama elu, jangan ngelakuin hal yang bikin elu celaka. Kasihan papa elu, sekarang tinggal elu satu-satunya harapan buat bantuin dia nyembuhin mama. Elu mau kan nurut apa kata gue!" tegas Andra memberi syarat kepada Rasti.

"Gue nggak janji tapi gue usahain. Ya udah, sekarang kita pulang yuk. Makasih ya, Ndra," tukas Rasti.

Sambil bergandengan tangan mereka menuju ke mobil masing-masing dan Andra memutuskan untuk mengikuti mobil Rasti dari belakang untuk memastikan Rasti sampai di rumah dengan selamat.

Sementara itu di dalam mobilnya Rasti menyeringai membayangkan bahwa sebentar lagi rencana balas dendamnya akan berjalan lancar sesuai dengan yang dia rencanakan dan kau ... kupastikan kau dan keluargamu akan menderita lebih dari penderitaan yang kami rasakan."

***

Related chapters

  • Santet Pengantin   Part 7

    Masa Sekarang Satu setengah jam kemudian, Arga dan Rasti sampai di rumah sakit terdekat. Tergopoh-gopoh, Arga berlari kesana kemari sambil berteriak meminta brankar untuk mengangkat tubuh istrinya yang sudah tidak berdaya itu. "Pak, tolong saya minta brankar! Keadaan istri saya sudah sangat kritis, saya mohon, Pak!" Arga berteriak histeris, tidak dipedulikannya beberapa pasang mata yang menatapnya heran. "Awas! Permisi! Minggir! Ini Pak, brankar yang Bapak minta!" seru seorang petugas keamanan tengah mendorong sebuah brankar mendekati Arga. Arga segera menyambut brankar yang diserahkan kepadanya. Bergegas dia mendorong brankar itu mendekati pintu kursi pemandu, dengan tergesa dia membuka pintu mobilnya dan mengangkat istrinya yang tengah hamil tujuh bulan itu untuk dibaringkan di atas brankar. Kemudian dia meminta tolong kepada seorang petugas medis yang kebetulan lewat untu membantu mendorong brankar yang berisikan tubuh istrinya sement

    Last Updated : 2022-01-07
  • Santet Pengantin   Part 8

    Sementara itu di dalam ruang IGD, para dokter jaga, perawat, bidan sibuk dengan urusannya masing-masing, begitu juga dengan dokter, perawat dan bidan yang menangani Rasti. "Sus, kita harus operasi sekarang karena pasien mengalami banyak kehilangan darah. Tolong kamu siapkan ruang OK dan periksa ketersediaan stok darah golongan AB sekarang! Saya akan keluar menemui keluarganya untuk meminta persetujuan," perintah dokter Indri, Sp.Og kepada semua tim yang membantunya. Gegas dokter Indri keluar mencari keluarga Rasti dan mendapati Arga yang tengah duduk sendirian berusaha mengusir rasa mual dan dingin yang dirasakannya, "Maaf, apa Bapak keluarga pasien yang bernama Rasti?" tanya dokter Indri. Dokter Indri tidak segera menjawab pertanyaan yang dilontarkan Arga karena didatangi oleh salah satu asistennya yang memberitahukan bahwa di bank darah rumah sakit saat ini hanya tersedia dua kantong golongan darah AB dari lima kantong yang mereka perlukan untuk prose

    Last Updated : 2022-01-07
  • Santet Pengantin   Part 9

    Trash! Kuku-kuku panjang itu berhasil merobek sesuatu di dalam sana dan senyum lebar, lebih tepatnya seringaian karena yang tampak di dalam mulut wanita itu adalah gigi-gigi runcing yang siap menyobek apa pun menjadi serpihan. Dengan sekali tarikan keras, tangan itu keluar dengan membawa sesuatu yang memang sudah diincarnya sedari tadi. Sesuatu itu tampak berdarah-darah dan terdapat lubang sobekan memanjang dari atas hingga ke bawah, seakan hendak membelah sesuatu itu menjadi dua bagian sama besar. "Hahaha! Akhirnya aku dapat memakan kembali makanan kesukaanku ini setelah sekian lama. Aku suka!" Tawa seram sosok itu terdengar keras dan melengking, seketika itu juga suasana di dalam ruang OK terasa semakin mencekam. Para tenaga medis yang tengah berjuang menolong Rasti serentak menghentikan pekerjaan mereka karena terkejut, beberapa di antara mereka terutama para tenaga co-assistent merasa ketakutan karena tidak pernah mengalami fenomena seperti

    Last Updated : 2022-01-07
  • Santet Pengantin   Part 10

    Jadi anak saya meninggal, dok. Innalillahi w* inna ilaihi rajiun, terima kasih untuk usaha yang sudah dokter dan tim berikan untuk anak dan istri saya. Saya sangat menghargainya, saya permisi mau ke bagian pemulasaraan jenazah dulu, dok" pamit Arga kepada dokter Indri. Dengan langkah gontai dan mata berkaca-kaca, Arga melangkahkan kakinya ke ruang pemulasaraan jenazah untuk melihat jenazah bayinya ketika tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera tulisan PAPI, gegas di angkatnya telepon dari papinya. [Assalamualaikum, Pi.] salam Arga begitu mengangkat telepon papinya. [W*'alaikumsalam, Arga. Ga, maaf papi dan mami baru aja sampai di rumah sakit, tadi kami terjebak macet karena hujan angin ribut. Semoga istri dan anak kamu bisa tertolong, ya.] Indra, papi Arga menjelaskan alasan keterlambatan mereka kepada Arga. [Iya, nggak apa-apa, Pi. Rasti, alhamdulillah selamat, tapi anak Arga ....] Arga me

    Last Updated : 2022-01-07
  • Santet Pengantin   Part 11

    "Arga, papa dan mama minta maaf karena datang terlambat. Sebenarnya kami tadi langsung berangkat setelah menerima telepon darimu, tapi nggak tahu kenapa mobil papa tiba-tiba saja mogok dan nggak mau dinyalakan lagi mesinnya. Jadi kami terpaksa harus menunggu tukang bengkel langganan kita untuk datang mengambil mobil papa dan menelepon taksi untuk melanjutkan perjalanan ke sini," papar Roy."Ya, nggak apa-apa, Pa, Ma. Papi dan mami juga baru datang kok, karena tadi mereka kejebak hujan angin ribut dan nggak berani nerusin perjalanan karena jarak pandang terlalu dekat," jelas Arga kepada Roy."Oh, oke. Sekarang beritahu pada kami, bagaimana keadaan istri dan calon anak kalian? Mereka selamat 'kan?" Risa bertanya kepada Arga mewakili suami dan kedua besannya.Wajah Arga semakin murung. Tanpa suara, Arga menggamit tangan mamanya dan meminta mereka semua untuk mengikuti dirinya menuju ke ruang pemulasaraan jenazah.Wajah ke empat orang tuanya terlihat tak meng

    Last Updated : 2022-01-08
  • Santet Pengantin   Part 12

    Sementara itu di kediaman Indra, papa Arga, para tetangga mulai berdatangan untuk membantu proses pemakaman anak Arga. Beberapa ibu, membantu memasak dan menyiapkan air minum serta camilan untuk para pelayat dan keluarga beserta beberapa penggali makam. Sementara itu para bapak bersiap untuk menyalatkan jenazah dan menyiapkan keranda untuk membawa jenazah ke makam, di masjid wakaf keluarga Indra Hartawan.Sekilas tidak ada yang aneh dari kegiatan itu, semua tampak wajar dan normal. Arga yang masih ingin bersama buah hatinya menolak memasukkan jenazah bayinya ke dalam keranda, dia ingin menggendong jenazah anaknya selama perjalanan hingga ke liang lahat."Bisa nggak, Pak kalau saya gendong anak saya saja mulai dari sini hingga ke makam. Ya, itung-itung gendongan pertama dan terakhir saya untuk dia, Pak," pinta Arga kepada beberapa tetangganya yang ikut mengurusi jenazah."Silahkan, Nak Arga. Nanti kalau Nak Arga sudah siap, kita langsung berangkat ya. Kasian kala

    Last Updated : 2022-01-08
  • Santet Pengantin   Part 13

    "Iya! Itu dia! Yang saya lihat mungkin sama persis dengan yang bapak lihat sekarang. Gedebog pisang!" tandas Pak Johan.Pak Candra mengangguk-angguk dengan wajah pucat pasi, dia masih tidak mengerti bagaimana mungkin jenazah bisa tiba-tiba saja berubah menjadi gedebog pisang atau memang dari awal mereka semua telah tertipu tanpa mereka sadari.Pak Candra dan Pak Johan saling menatap satu sama lain, mereka betul-betul tidak memahami kejadian yang menurut mereka sangat tidak masuk akal tersebut, perlahan tapi pasti bulu kuduk mereka meremang dan tubuh mereka bergidik perlahan.Suasana pun menjadi mencekam walau pun saat itu matahari masih bersinar, aroma amis pun samar-samar merasuk ke dalam rongga hidung mereka masing-masing.Pak RT yang kebetulan lewat, hendak mengambil air wudhu untuk mengerjakan salat fardhu kifayah dan kebetulan melihat ke dalam pun keheranan dengan tingkah Pak Johan dan Pak Candra yang di nilainya berbeda dengan biasanya."Assa

    Last Updated : 2022-01-08
  • Santet Pengantin   Part 14

    Mereka bertiga berdiskusi bagaimana sebaiknya, karena sangat tidak mungkin menyampaikan hal ini kepada keluarga besar Arga yang sedang berkabung saat ini. Akhirnya mereka memutuskan untuk mendatangi Ustadz Hasyim, ustadz yang merangkap sebagai salah satu imam di masjid di itu. Setibanya di kediaman ustadz, mereka menceritakan kejadian yang menimpa anak Arga. Tidak lupa mereka menceritakan juga perihal aroma amis darah yang mereka cium sewaktu akan mendatangi almarhum bayi Arga. "Baik, saya sudah paham dan mengerti dengan cerita bapak-bapak. Jadi sekarang saya kembalikan lagi, saat ini terserah bapak bertiga ini mau pulang atau terus mengantar hingga pemakaman," tawar Ustadz Hasyim kepada ketiga tamunya. Ketiga bapak-bapak itu saling tatap satu sama lain, tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Ustadz Hasyim. Mereka tidak tahu harus bersikap bagaimana, sebab mereka adalah tetangga Indra paling dekat tetapi di lain

    Last Updated : 2022-01-08

Latest chapter

  • Santet Pengantin   Part 93

    [Iya, Pak. Saya mau kali ini bapak awasi Rasti, menantu saya. Saya curiga dia melakukan hal yang tidak baik di belakang Arga, anak laki-laki saya yang juga adalah suaminya.]Perintah Risa kepada Dino, detektif swasta berusia tiga puluh lima tahun.[Baik, Bu. Saya akan kerjakan tugas dari Bu Hartawan, untuk bukti-buktinya akan saya kirim langsung ke pesan singkat di aplikasi hijau milik ibu.]Jawab Dino dengan nada tegas dan yakin.[Oke, saya tunggu hasilnya. Uang mukanya sebanyak lima puluh persen sudah saya kirim langsung ke nomor rekening Pak Dino, sisanya akan saya transfer setelah semua beres.]Tulis Risa dalam pesan singkatnya, dan mengakhiri pesannya kepada Dino.[Baik, Bu. Terima kasih.]Tutup Dino, kemudian membuka sebuah pesan singkat lainnya yang berisi sebuah pemberitahuan dari m-banking bahwa isi rekeningnya telah bertambah lima belas juta rupiah.Usai mengirim pesan singkat kepada Dino, Risa Hartawan membuka galeri

  • Santet Pengantin   Part 92

    Laki-laki di seberang gagang telepon itu terus tertawa, masih dengan tawanya yang mengejek, dia menunjukkan bahwa dirinya telah berhasil melakukan transfer melalui m-banking ke nomor rekening Rasti yang dia peroleh dari salah satu temannya yang pernah memakai jasa Rasti.[Seratus juta, tidak kurang. Malam ini, aku tunggu kedatanganmu di Hotel Permana Buana, lantai empat, kamar lima kosong satu. Awas kalau kau tidak datang!]Tandas laki-laki berwajah tampan itu, lalu menyebutkan nama sebuah hotel dan kamar di mana Rasti harus mendatanginya malam ini.[Aku pasti akan datang, dan aku jamin kau tidak akan merasa kehilangan uang yang telah kau bayarkan, karena aku pasti akan memberikan kepuasan kepadamu.]Ucap Rasti memberikan sebuah janji pada laki-laki yang mengaku bernama Henry itu.[Oke, ku tunggu kau jam tujuh malam ini ya, Beb. Jangan kecewakan aku.]Ucap lelaki itu sebelum memutuskan untuk mengakhiri sambungan panggilan videonya dengan Ras

  • Santet Pengantin   Part 91

    "Untuk sementara ini, sepertinya nggak, Bu. Kania masih nggak berminat untuk dekat dengan lelaki, mereka hanya bisa menuduh tanpa berusaha membuktikan. Kania malas dengan laki-laki seperti itu, lebih percaya orang lain daripada pasangan sendiri," jelas Kania.Irvan dan Citra saling menatap, sekarang mereka tahu bahwa luka hati Kania belum sembuh, bahkan mungkin akan memakan waktu yang lama untuk hilang tanpa bekas.Citra memegang tangan Kania, dia merasa prihatin pada anak perempuannya yang selalu berusaha kuat dan tegar menjalani semuanya sendirian. Sementara Irvan menepuk-nepuk bahu kiri Kania, berusaha kembali menguatkan anak tercintanya. Kania tersenyum bahagia dengan perhatian kedua orang tuanya. Orang tua yang selalu berusaha mendukungnya, menguatkannya apa pun yang terjadi.Ting!Suara microwave menyadarkan mereka bertiga, Citra menarik tangannya dari atas tangan Kania, lalu beranjak mengambil makanan yang sudah matang dari dalam microwave.

  • Santet Pengantin   Part 90

    Seminggu kemudian.Pagi ini, Kania sedang menunggu giliran masuk ke dalam pesawat, ketika tiba-tiba ada sebuah suara seorang perempuan tanpa sosok yang menyuruhnya pergi ke Banyuwangi, di hari ke lima belas dia di Bali nanti.'Kania ... datanglah ke Banyuwangi tepat di hari ke lima belas kunjunganmu ke Bali. Kita akan segera memulai perjanjian kita,' bisik suara tak kasat mata itu berulang kali.'Baiklah, aku akan datang untuk memenuhi perintahmu,' jawab Kania melalui telepati.Bertepatan dengan itu terdengar panggilan dari pengeras suara yang meminta seluruh penumpang pesawat Rajawali Air tujuan ke Bali supaya naik ke pesawat.Kania pun segera berdiri dan melangkah menuju ke pintu keberangkatan, kemudian melangkah masuk ke dalam bis yang akan membawanya ke tempat parkir pesawat yang akan ditumpanginya ke Bali.Kurang lebih satu jam setengah, Kania menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bali, akhirnya sampai juga dia di Bandara I Gusti Ngurah R

  • Santet Pengantin   Part 89

    Kirana terbang ke rumpun bambu di depan rumah Lakeswari, dia menari-nari bahagia di sana."Sebentar lagi ... sebentar lagi, hihihihi." Kikikannya pecah menggelegar, menggema memekakkan telinga, membuat merinding siapa pun yang mendengar tawa kuntilanak merah itu.Kirana begitu gembira membayangkan bahwa dirinya nanti akan mendapatkan banyak tumbal segar dari Kania."Biarlah kali ini aku mengalah, meminum darah binatang pun tak mengapa untuk sementara waktu, karena sebentar lagi aku akan kembali merasakan segarnya darah dan enaknya daging makhluk-makhluk kecil yang ditumbalkan oleh Kania maupun oleh orang-orang yang meminta tolong padanya. Bersabarlah Kirana, semua akan berakhir tidak lama lagi. Hihihihi." Kembali terdengar suara kuntilanak merah itu mengikik keras di keheningan malam, meningkahi suara gemerisik daun-daun pucuk bambu yang saling bergesekkan menambah kengerian suasana malam itu.Sedetik kemudian tampak sekelebat satu bayangan merah terbang

  • Santet Pengantin   Bab 88

    Sesampainya di kantor, Kania menyuruh Sita mengecek semua agenda pertemuan dengan klien maupun calon kliennya dalam beberapa waktu yang akan datang.Kania bermaksud meninggalkan semua keributan di Jakarta untuk menemui kedua orang tuanya di Bali.Setelah memastikan bahwa agendanya aman dan bisa dialih tugaskan kepada wakilnya, serta mengagenda ulang semua pertemuan yang tidak bisa ditinggalkannya dengan online meeting mulai minggu depan, Kania bergegas menyelesaikan semua pekerjaan yang menumpuk di meja.[Sita, semua dokumen yang memerlukan persetujuan dariku sudah kutanda tangani.Ambil semuanya nanti di meja. Kalau ada lagi dokumen penting yang memerlukan persetujuanku, segera bawa ke sini.]Kania memerintahkan agar Sita membawa semua dokumen yang perlu persetujuan darinya untuk segera dibawa ke ruangan kerjanya supaya bisa diselesaikan sebelum dia cuti.[Baik, Bu.]Jawab Sita lalu mempersiapkan semua dokumen penting yang di minta ole

  • Santet Pengantin   Part 87

    Sementara itu di sebuah kamar di rumah mewah Perumahan Permata Hijau, tampak Arga sedang gundah. Dia masih mengingat pertemuannya dengan Kania.Hati kecil Arga terus berbisik bahwa Kania, mantan istrinya itu tidak bersalah, Kania hanya berada di waktu dan tempat yang tak semestinya saat itu.'Benarkah seperti itu? Benarkah Kania tidak bersalah? Jika benar, lalu siapa yang telah merencanakan semua kejahatan ini?' Kata hati Arga terus bergejolak, merangkai tanya yang belum ada jawabnya.Wajah tampan Arga tampak begitu kacau setelah pertemuannya dengan Kania, hati kecilnya terus memberontak tetapi Arga tetap berusaha menyangkalnya.'Nggak ... nggak mungkin kalau semua itu hanya kebetulan saja, pasti Kania sudah merencanakan itu semua. Jangan-jangan Kania dan laki-laki itu sudah berhubungan dari sebelum peristiwa itu?' Arga terus saja berusaha menyangkal kata hatinya.Tok! Tok! Tok!Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar, dengan sedik

  • Santet Pengantin   Part 86

    Sesampainya di kantor, Kania menyuruh Sita mengecek semua agenda pertemuan dengan klien maupun calon kliennya dalam beberapa waktu yang akan datang.Kania bermaksud meninggalkan semua keributan di Jakarta untuk menemui kedua orang tuanya di Bali.Setelah memastikan bahwa agendanya aman dan bisa dialih tugaskan kepada wakilnya, serta mengagenda ulang semua pertemuan yang tidak bisa ditinggalkannya dengan online meeting mulai minggu depan, Kania bergegas menyelesaikan semua pekerjaan yang menumpuk di meja.[Sita, semua dokumen yang memerlukan persetujuan dariku sudah kutanda tangani.Ambil semuanya nanti di meja. Kalau ada lagi dokumen penting yang memerlukan persetujuanku, segera bawa ke sini.]Kania memerintahkan agar Sita membawa semua dokumen yang perlu persetujuan darinya untuk segera dibawa ke ruangan kerjanya supaya bisa diselesaikan sebelum dia cuti.[Baik, Bu.]Jawab Sita lalu mempersiapkan semua dokumen penting yang di minta ole

  • Santet Pengantin   Part 85

    Sambil memikirkan langkah-langkah yang akan dia ambil untuk menyelidiki Rasti nantinya, Risa bergegas menyelesaikan pekerjaannya menyiapkan makan siang lalu menelepon suaminya.Tut! Tut! Tut!Suara nada sambung dari ponsel Risa terdengar jelas di ruang makan yang hanya diisinya sendirian. Tidak lama terdengar suara sambungan teleponnya tersambung dengan suaminya.[Assalamualaikum, Mi. Ada apa? Kangen sama papi ya?"]Goda Indra Hartawan pada istri tercintanya Risa Hartawan itu.[Wa'alaikumsalam, Pi. Ish, papi nih, seneng bener ngusilin mami. Papi mau pulang jam berapa? Ini makan siang udah siap semua, dan kali ini juga ada tamu istimewa yang akan ikut kita makan siang, Pi.]Ucap Risa Hartawan sambil mengupas buah jeruk untuk dirinya sendiri.[Hahaha, tapi mami suka 'kan diusilin sama papi? Iya, sebentar lagi papi pulang, Mi. Papi masih harus nyelesaiin dokumen yang harus segera diperiksa dan ditandatangani hari ini juga soalnya. Ya uda

DMCA.com Protection Status