“Cepat! Kita harus segera membawanya ….” Marvin meminta sopir Langit untuk membawa mobil. Dia duduk di samping Langit untuk memastikan kondisi bosnya.Langit kelihatan sangat lemah. Dia tertidur dengan kerutan di keningnya, seakan-akan ia tengah bermimpi buruk. Pria itu bahkan mengigau di sela-sela tidurnya.Sebelum perjalanan ke rumah sakit, Marvin meminta pembantu di rumah Langit agar mengganti pakaiannya. Pakaian mahal Langit benar-benar kotor. Di ujung celananya dipenuhi lumpur. Marvin tidak tahu habis dari mana bosnya itu hingga tampilannya bisa sampai awut-awutan begitu.“Da … nas ….”Lagi-lagi Langit menggumam. Saat mendengar itu, Marvin hanya bisa menghela napas pendek. Ia kemudian berkata dengan suara lirih, “Kalau kau memang segitu menyesalnya, kenapa sejak awal kau bersikap seperti itu?”Marvin mungkin hanya merasa kesal dengan sikap bosnya. Meski tidak tahu secara mendetail bagaimana tindakan Langit kepada Danas selama ini, tapi dari cerita dan perilaku Langit sehari-hari,
Marvin berjalan keluar dari sebuah ruangan, dia membawa sebuah amplop coklat dan memasukan ke dalam jas miliknya. Marvin mengunci pintu itu rapat-rapat. Setelahnya, berjalan menuju tempatnya memarkirkan mobil, lalu segera melaju kembali menuju rumah sakit.Sementara itu, di kamar rumah sakit Langit duduk dan menatap kosong ke depan. Pikirannya benar-benar kacau setelah ia mengetahui semua yang terjadi. Kini menyisakan penyesalan yang jelas terlambat datangnya. Seharusnya ia menemukan penyebab, bukan meratapi kebodohan yang dilakukannya."Langit si bodoh!" makinya pada diri sendiri.Jelas dia merasa kesal dengan perkataan Marvin. Namun, tak bisa dipungkiri kalau apa yang dikatakan oleh sang asisten itu adalah kebenaran.Saat tengah meratapi diri, seseorang tiba-tiba saja mengantuk pintu."Masuk!" sahut Langit.Seorang perawat membuka pintu, ini adalah waktunya sarapan. Suster tersebut membawa nampan berisi makanan, juga ada beberapa obat yang harus Langit minum pagi ini."Selamat pagi P
Bagai jatuh tertimpa tangga, Langit melihat apa yang ditemukan oleh Marvin. Kepercayaan yang sudah ia berikan untuk Bianca, nyatanya hanya dibalas dengan pengkhianatan dan juga kebohongan."Benar semua itu …." Langit masih saja mempertanyakan.Marvin tak bergeming, malas juga rasanya melihat dan mendengar Langit yang terus saja bertanya. "Setelah semuanya, Anda masih juga tidak mempercayai itu?"Langit gelengkan kepala, tubuhnya yang lemas terasa semakin lemas karena masalah ini. Kepalanya sakit, tapi ia harus tetap berpikir rasional. Langit tau ia tak bisa tinggal diam."Kau harus segera menemukan laki-laki bajingan itu. Dan membawanya padaku." Langit memerintah Marvin. Tentu ia juga mau tau dengan mata kepalanya sendiri, mendengar langsung dari mulut David tentang apa yang terjadi sebenarnya."Anda jangan khawatir. Bahkan sebelum Anda meminta, aku sudah menyekap pria itu." Marvin memberitahu Langit. Dia sudah sangat mengerti dan paham tentang atasannya. Jadi dia mengerti apa yang d
Penyesalan memang selalu datang terlambat. Manusia seringkali salah membuat keputusan dan juga salah dalam menilai sesuatunya. Dan hal itu yang kini terjadi pada Langit. Sejujurnya, iya masih berharap kalau apa yang ia dengar hari ini adalah sebuah kebohongan. Apalagi selama ini ia begitu menganggap Renata adalah seorang gadis yang baik.David sudah kembali duduk di kursi, kini dia berhadapan dengan Langit. Tepat di belakang Langit, kini Marvin sudah berdiri mendampingi atasannya itu. Sejak tadi Marvin memilih untuk sedikit ke belakang dan membiarkan Langit meluapkan emosinya."Jadi katakan semuanya sekarang!" Langit menekankan agar David segera mengatakan semua hal. Pria itu sudah cukup lama terdiam, setelah tadi ia mengatakan kalau akan memberi tahu semuanya."Aku tahu jika aku mengatakan ini mungkin saja kau akan terluka, kecewa, atau merasa bodoh dengan dirimu sendiri." Seperti biasa, David selalu saja ingin memancing emosi Langit.Sebenarnya Langit ingin bergerak, memukul, menend
“Kau bohong …,” ucap Langit lirih. Dia mengulang-ulang kalimat itu seperti kaset rusak. “Kau pasti berbohong.”Antara tidak percaya dengan semua perkataan yang David katakan. Dia sudah tahu kebenarannya sayangnya dia menolak untuk mempercayai, seakan seluruh logikanya menolak hal itu. Jika dia mengakuinya maka dia telah salah target salama ini.David mendengus. Lalu tertawa pelan. “Kenapa? Apa kau masih tidak bisa menerima kalau dirimu itu adalah orang bodoh? Kau adalah pria yang sangat mudah diperdaya oleh seorang wanita. Apa itu melukai harga dirimu?”“Marvin, beri tahu aku kalau semua itu tidak benar,” ucap Langit. Namun, dia pun sudah tahu kalau semua yang dikatakan oleh David tidak mungkin sebuah kebohongan. Hanya saja, jika itu semua memang benar, Langit masih tidak siap menanggung semua akibat dari kebodohannya.Marvin tidak mengatakan apa-apa kepada Langit. Dia tidak mencoba menghibur. Pria itu hanya mengeluarkan ponselnya. Kemudian memberi tahu apa yang sudah ia temukan setel
"Argh! Sialan! Bagaimana bisa aku lebih mempercayai wanita yang telah membunuh adikku sendiri?! Renata sialan! Penjahat! Bagaimana bisa aku memberikan semua yang terbaik dan menuduh Danas?! Danas tak bersalah!" Langit tak bisa menahan amarah dan perasaannya yang kini tengah berantakan. Bahkan butuh beberapa waktu sampai akhirnya ia bisa mendapatkan sedikit kesadaran. Sejak tadi di dalam mobil, Langit terus saja berteriak frustasi. Setelah mengetahui kebenaran dari mulut David. Merasa berada di titik paling rendah dalam hidupnya. Langit tak mengerti lagi, apa yang harus dia lakukan saat ini. Pria itu merasa marah pada dirinya sendiri karena dulu telah bersikap tidak adil kepada Danas. "Aku benar-benar tidak menyangka, Renata itu hanya seorang gadis murahan! Penjahat! Dia yang membuat aku seperti ini, dan aku bahkan harus menyakiti orang yang tak bersalah, membenci, dan tak pernah melakukan sesuatu hal yang menyenangkan untuk Danas. Seumur hidup, sampai akhir hayatnya …." Langit terus
Jagad masih memperhatikan kepergian Langit. “Kau tidak akan tahu arti kehilangan sebelum merasakannya, Lang. Hanya ini bisa yang kulakukan untuk membuatmu bisa merasakan bagaimana kehilangan wanitamu.” Lelaki itu bermonolog sendiri.“Kakak, bagaimana tahu Kak Langit ada—““Marvin yang mengirimkan text jika mereka akan datang ke sini.”“Aku heran kenapa Kakak, membiarkan pria itu merawat bayi itu.”Mata Jagad melirik adiknya yang juga sejak tadi memperhatikan Langit yang menjauh dari hadapan mereka. “Itu hukuman untuknya dan juga dia bisa mengobati anak itu sampai sembuh.”Hukuman? Ya, hukuman untuk Langit. Semakin Langit bersama bayi itu, dia tidak akan selalu menyalakan diri sendiri karena balas dendam pada wanita yang salah. Wanita yang dia bunuh. Bukankah itu sedikit balasan yang cocok untuk seorang Raka Langit Mahameru, pria angkuh yang tidak pernah menurunkan ego mengakui jika ada ruang sendiri untuk Danas di hatinya.Setelah dari pemakaman, Langit segera dibawa oleh Marvin ke ru
Selama beberapa hari, Langit masih terus berziarah ke makam Danas. Hatinya terluka, separuh dunianya runtuh dan membuatnya merasa tak bisa berpijak. Mungkin terdengar bodoh, tapi dia berharap kalau Danas bisa hidup kembali.Beberapa hari itu pula, Marvin dan Delta sangat keras padanya. Dua orang itu terus menerus memintanya untuk tidak banyak bekerja dan hanya beristirahat total. Bahkan di kantor Marvin yang mengambil alih.“Astaga.” Langit memekik saat dia mendapati Delta sudah ada di dalam mobilnya. “Apa yang kau lakukan di sini?”“Menyusulmu. Aku takut kau punya ide gila bunuh diri menyusul Danas jadi aku menyusul, takutnya Marvin tidak—“Langit mendengus kesal. Bisa-bisanya Delta berpikir seperti itu padanya. “Ya, bisa saja. Kau tahu juga aku hampir melakukannya. Untung saja tidak jadi pisah alam,” kekeh Delta, dia menertawakan sedikit kebodohan serta kegilaannya itu.“Otakmu yang cukup gila. Kau pikir aku akan meninggalkan putriku, huh?”Delta mengangkat bahunya. “Aku data